SEPULUH STRATEGI MEYAKINKAN ATASAN

SEPULUH STRATEGI MEYAKINKAN ATASAN

Salah satu kesulitan sekaligus tantangan bagi praktisi teknologi informasi adalah ketika harus meyakinkan atasan atau boss mengenai pentingnya organisasi atau perusahaan untuk segera menerapkan aplikasi teknologi informasi pada unit atau proses tertentu. Kesulitannya adalah karena yang bersangkutan sudah merasa puas diri dengan pencapaian yang diperolehnya hingga saat ini, atau karena atasan tersebut dikenal sebagai individu yang gaptek (gagap teknologi), atau merupakan seorang pimpinan yang sangat “cost concious” alias hitung‐ hitungan (pelit), atau alasan klasik lainnya lagi. Dalam kondisi demikian, pendekatan apa yang paling cocok untuk dipakai agar inisiatif pengembangan sistem dan teknologi informasi dapat diterimanya dengan penuh semangat? Berikut adalah beberapa butir pendekatan atau saran yang dapat dipakai berdasarkan sejumlah pengalaman yang ada.

Pertama, jangan fokus pada apa yang organisasi atau perusahaan telah capai selama ini. Namun bahaslah segala hal yang diinginkan sang atasan sebagai pimpinan namun belum atau tidak pernah berhasil untuk dilakukan. Di situlah dapat dikatakan bahwa aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dapat membantunya menerapkan apa yang ingin dicapai.

Kedua, adalah suatu hal yang alami bahwa setiap pimpinan ingin meninggalkan kenang‐kenangan dalam bentuk karya pekerjaan atau “legacy” di organisasinya. Implementasi aplikasi teknologi informasi dapat menjadi salah satu monumen atau karya sang pimpinan yang dapat dikenang oleh generasi penerus berikutnya dan tak hilang ditelan jaman.

Ketiga, ajaklah yang bersangkutan untuk meninjau atau berjalan‐jalan melihat bagaimana perusahaan atau organisasi sejenis lainnya menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk maju serta bersaing, agar sang pimpinan mendapatkan gambaran nyata (bukan teori atau konsep) mengenai apa yang sedang terjadi di industrinya.

Keempat, minta bantuan orang‐orang dekat yang sangat dipercayainya dan/atau dihormatinya untuk membujuk atau membahas ide mengenai pemanfaatan teknologi informasi di perusahaan atau organisasinya dengan menggunakan pendekatan pribadi yang efektif;

Kelima, pelajari organisasi atau perusahaan lain yang kerap dicontohkan oleh pimpinan sebagai organisasi ideal yang ingin dicontohnya – dimana dari situ dapat dilihat bagaimana organisasi dimaksud mengimplementasikan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif.

Keenam, lakukan survei secara langsung kepada pelanggan maupun calon pelanggan terkait dengan harapan dan pandangan mereka terhadap layanan organisasi atau perusahaan. Libatkan para pelanggan lama yang sudah memberikan kontribusi pendapatan cukup signifikan kepada perusahaan. Suara mereka yang meminta atau mengharapkan agar layanan menjadi lebih baik Keenam, lakukan survei secara langsung kepada pelanggan maupun calon pelanggan terkait dengan harapan dan pandangan mereka terhadap layanan organisasi atau perusahaan. Libatkan para pelanggan lama yang sudah memberikan kontribusi pendapatan cukup signifikan kepada perusahaan. Suara mereka yang meminta atau mengharapkan agar layanan menjadi lebih baik

Ketujuh, gunakan peraturan atau “compliance” sebagai alasan untuk menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. Atau dengan kata lain dapat disampaikan bahwa organisasi atau perusahaan harus menerapkan teknologi informasi sebagai bagian dari kewajiban entitas organisasi dalam menjalankan aturan tertentu (contohnya adalah dunia perbankan yang harus patuh terhadap aturan yang dibuat dan diberlakukan oleh Bank Indonesia).

Kedelapan, dengan memanfaatkan keinginan untuk meningkatkan kualitas layanan dengan cara menggunakan standar (nasional maupun internasional). Sudah menjadi kenischayaan bahwa di era moderen ini, hampir semua standar merekomendasikan organisasi atau perusahaan untuk menerapkan aplikasi berbasis teknologi informasi.

Kesembilan, melalui pendekatan paradigma bahwa semua organisasi dan perusahaan ingin menerapkan prinsip “good corporate governance”. Keberadaan teknologi informasi sangat erat kaitannya dengan proses membantu mempromosikan dan mengimplementasikan prinsip‐prinsip GCG pada organisasi maupun perusahaan.

Kesepuluh, yang terakhir, adalah dengan melobi bosnya atasan, alias “shareholder” atau pemegang saham yang merekrut serta menunjuk sang atasan untuk menjadi pimpinan. Tentu saja yang bersangkutan akan dengan senang hati dan ringan langkah untuk melaksanakan apa yang diinginkan pemangku kepentingan tertinggi ini.