Pengaruh Irigasi Desa Terhadap Usahatani, Kesempatan Kerja dan Distribusi Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampang Tengah, Sukabumi, Jawa Barat

PENGARUH IRlGASl DESA TERHADAP USAHATANI,
KESEMPATAN KERJA DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI
PAD1SAWAH Dl DESA PADABEUNGHAR,
KECAMATAN JAMPANG TENGAH, SUKABUMI, JAWA BARAT

Oleh:
AN1 RAHAYUNI RATNA DEW1
A07497172

JURUSAN ILMU-ILMU SOSlAL EKONOMI PERTANlAN
FAKULTAS PERTANlAN
INSTITUT PERTANlAN BOGOR
2002

Orang terkuat 6 u b n mereka yang selhfu menang,
mefainkan mere& yang tetap tegar &tika m e r e b jatuh ...
@atam pejalhnan &hidupan, kita 6etajar tentang din !+a sendiri,
&n menyadari 6ahwa penyesatan tirihkseharusnya ada.. .
Ietapi fianyalhh pcnghargaan a6adi,
ataspififian-pifihan &hidupan yang telhfi b r a 6uat.. . .


YaYhJBtfah,tidokada kemudahan k c u a f i j i b E n g b u yang m e n j a h b n
&muhlian itu. @anEng&upulhlhhyang menjad&an ~ s c d i i / & u T ? a n itu
jib Engkau mengfienda(iak+an menjah&nnya mudad
16nu 3fi66an)

Pf?!

Gpersem6ahbn &rya 6esa&1ini untukpapa mama tercinra
serta orang-orang yang sefafu menyayangiku
Semoga Itahi senantiasa memudahkan pcrjalhnanku.

Ani Rahayuni Ratna Dewi. Pengaruh lrigasi Desa Terhadap Usahatani, Kesernpatan Kerja
dan Distribusi Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Desa Padabeunghar, Kecamatan
Jampang Tengah, Sukabumi, Jawa Barat. Di bawah bimbingan M. Parulian Hutagaol.
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi urnat rnanusia. Salah satu
komoditas pangan yang penting bagi masyarakat lndonesia adalah beras. Sebagian besar
penduduk lndonesia menjadikan beraslnasi sebagai bahan pangan utarna. Tingkat perrnintaan
beras nasional senantiasa meningkat seiring dengan perturnbuhan penduduk, sedangkan
produksi beras nasional cenderung tidak stabil dan belurn rnampu memenuhi kebutuhan
dalam negeri.

Peningkatan produksi beras dilakukan melalui usaha diversifikasi, intensifikasi,
ekstensifikasi dan rehabilitasi. Sesuai dengan tujuan pernbangunan pertanian dalarn
pembangunan nasional, usaha peningkatan produksi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, yaitu menjamin ketersediaan pangan serta untuk rneningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani. Perbaikan pendapatan petani diharapkan dapat meningkatkan daya beli
mereka dan secara berkesinambungan akan menunjang sektor lainqya.
Lahan pertanian khususnya sawah di lndonesia hingga saat ini rnasih terkonsentrasi
di Pulau Jawa. Namun perkembangan jaman telah rnernaksa lahan pertanian itu terkonversi
menjadi pemukiman, sarana dan prasarana urnum, dan lainnya. Ketersediaan lahan pertanian
yang semakin terbatas mengakibatkan diperlukannya upaya-upaya untuk mengoptirnalkan
pendayagunaan lahan yang ada melalui program intensifikasi pertanian. lntensifikasi pertanian
bertujuan untuk meningkatkan produksi per satuan lahan atau produktivitas. Salah satu usaha
dalam intensifikasi pertanian adalah irigasi, lrigasi diperlukan untuk menjarnin penyediaan air
yang cukup bagi tanaman sesuai dengan kebutuhan.
Kabupaten Sukaburni rnerupakan daerah potensial untuk pengernbangan irigasi
karena merniliki sumberdaya air yang berasal dari sungai Cirnandiri. Narnun ha1 ini belum
dirnanfaatkan secara optimal, misalnya saja areal persawahan di daerah Kernatan Jarnpang
Tengah yang daerahnya dilewati oleh aliran sungai ini rnasih didorninasi oleh sawah tadah

hujan. Tercatat luas sawah tadah hujan mencapai 597 hektar atau 38 persen dari total areal

sawah yang ada. Salah satu upaya untuk mengatasinya, sekitar tahun 1999 masyarakat Desa
Padabeunghar berinisiatif membangun irigasi secara mandiri. Jaringan irigasi pedesaan ini
belum mencakup daerah yang luas, hanya sekitar 35 hektar sawah saja. Penerapan irigasi ini
telah menyebabkan perubahan-perubahan pada usahatani padi sawah seperti pola tanam,
produktivitas, tingkat pendapatan, kesempatan keja dan disbibusi pendapatan usahatani.
Berdasarkan keterangan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji
perubahan pola tanam dan intensitas tanam yang tejadi di daerah penelitian khususnya Desa
Padabeunghar setelah dilakukan irigasi serta mengkaji dampak dari pengadaan irigasi
terhadap pendapatan usahatani, disbibusi pendapatan usahatani serta kesempatan kejanya.
Pada penelitian ini dibandingkan keadaan usahatani padi yang menggunakan sistem
irigasi dan yang tidak menggunakan irigasi (with and without method). Jumlah responden
adalah 40 orang dimana 20 orang merupakan petani yang telah menggunakan sistem irigasi,
diambil berdasarkan wilayah (cluster sampling) dari empat blok yang ada yaitu Kosambi,
Lembur Tengah, Lembur Jati dan Padabeunghar sementara 20 orang lagi adalah petani yang
tidak menggunakan irigasi (sawah tadah hujan) yang areal sawahnya berdekatan dengan
sawah irigasi petani contoh. Pemilihan ini dilakukan dengan asumsi bahwa keadaan usahatani
di daerah terpilih sama dengan keadaan usahatani di areal sawah coptoh sebelum ada irigasi.
Analisis perubahan pola tanam yang terjadi disajikan dalam bentuk deskriptif. Analisis
lain yang dilakukan adalah analisis usahatani berupa analisis pendapatan dan disbibusi
pendapatan usahatani, analisis imbangan pendapatan dan biaya (RIC rasio) serta analisis

kesempatan kerja. Data yang diperoleh diolah dan disederhanakan dengan bantuan kalkulator
dan komputer serta disajikan secara tabulasi dan diuraikan secara deskriptif. Pengujian secara
statistik dilakukan dengan menggunakan uji dua nilai tengah pada taraf a=0,05.
lrigasi telah merubah pola tanam dan meningkatkan intensitas tanam usahatani padi
sawah di Desa Padabeunghar. Pada sawah tadah hujan pola tanamnya adalah padi-bera
dengan intensitas tanam 100 persen sedangkan pada sawah irigasi adalah padi-padi-bera
dengan intensitas tanam 200 persen. Dampak lain yang terjadi adalah irigasi mampu
meningkatkan produksi dan menekan penggunaan pupuk buatan. Pemanfaatan air irigasi
pada sawah tadah hujan meningkatkan produksi sebesar 9,47 persen pada MT I. Menurut uji

statistik, perbedaan 4,08 kwlha ini nyata pada a=0,05. Perbedaan produksi disebabkan karena
pada sawah teririgasi pemberian air lebih baik dibandingkan pada sawah tadah hujan
sehingga tanaman padi dapat tumbuh lebih baik. Meski bertambah, peningkatan produksi ini
dapat dikatakan tidak terlalu besar, ha1 ini mungkin dikarenakan pengaturan air irigasi yang
belum optimal dan terkadang tidak merata pada seluruh Mok. Sifat bangunan yang belum
permanen sangat rentan terjadi kerusakan dan gangguan seperti longsor sehingga aliran air
kadang terhambat. Setelah diperhitungkan selama setahun, diperoleh hasil bahwa
penggunaan irigasi telah berhasil meningkatkan produksi sebesar 112,75 persen melalui
peningkatan produktivitas dan peningkatan intensitas tanam.
Rata-rata penggunaan benih per hekiar pada kedua tipe sawah bila dilihat secara

absolut tidak terlalu berbeda. Petani sawah irigasi menggunakan bibit sebanyak 82,38 kglha
pada musirn tanam I dan jumlah yang sama pada rnusirn tanam 11, sedangkan petani sarnpel
sawah tadah hujan menggunakan bibit sebesar 83,19 kglha. Menurut uji statistik, perbedaan
sebesar 0,81 kglha adalah tidak nyata pada a=0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa irigasi tidak
mempengaruhi penggunaan benih.
Pemanfaatan irigasi telah berhasil menekan penggunaan pupuk buatan, ha1 ini terlihat
dari petani sampel sawah beririgasi rata-rata menggunakan pupuk urea sebanyak 352,31
kglha, pupuk TSP mencapai 260,67 kglha, serta pupuk KC1 rqta-rata 97,65 kglhektar.
Perbedaan sebesar 128,78 kgfha, urea 75,45 kgfhektar TSP dan 45,15 kgfha KC1 terbukti
nyata pada taraf a=0,05. Penggunaan dosis pupuk tidak berubah pada musim tanam 11.
Kedua responden baik petani sawah irigasi maupun petani sawah tadah hujan
mayoritas telah menggunakan obat pemberantas hama dan penyakit tanaman. Perbedaan
penggunaan pestisida sebesar 0,82 kaleng ini berdasarkan uji statistik ternyata tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf a=0,05. Hal ini berarti irigasi tidak
mempengaruhi penggunaan pestisida.
Pendapatan atas biaya tunai petani sawah irigasi pada MT I adalah Rp 2.864.189,25.
sedangkan petani sawah tadah hujan Rp 2.341.853,lO. Perbedaan sebesar Rp 522.336,15
terbukti nyata menurut uji statistik pada taraf a=0,05. Untuk pendapatan atas biaya total,
petani irigasi memperoleh hasil Rp.1.391.389,25 per hektar, dan petani tadah hujan Rp


752.253,lO. Peningkatan sebesar Rp 639.136,15 ini nyata pada taraf a=0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan irigasi berhasil meningkatkan pendapatan petani pada
musim tanarn I.
Pengadaan irigasi telah berhasil meningkatkan pendapatan usahatani padi sawah di
tempat penelitian dalam setahun. Perbedaan pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp
3.191.815,40 dan Rp 1.828.015,40 untuk pendapatan atas biaya total terbukti secara nyata
pada taraf a=0.05. Peningkatan pendapatan atas biaya total sebesar 243,01% ini terjadi
terUtama karena perubahan pola tanarn dari padi-bera rnenjadi padi-padi (double cropping)
serta peningkatan produktivitas.
Secara urnum, nilai RIC sawah irigasi lebih tjnggi disbanding sawah tadah hujan. Hal
ini mengindikasikan bahwa uasahatani padi lebih rnenguntungkan bila dilakukan pada sawah
yang beririgasi.
Penerapan irigasi ternyata mengurangi penggunaan tenaga kerja dalam satu musim
tanarn. Penurunan kesempatan keja sebesar 18,75 HKP terbukti secara nyata pada taraf
a=0,05. Pengurangan ini terutarna te jadi pada kegiatan prapanen karena umumnya pekerjaan
relatif lebih mudah dilakukan. Bila dilihat secara relabf, irigasi menurunkan penggunaan tenaga
keja dalarn keluarga dan justru meningkatkan kesempatan kerja tenaga keja luar keluarga.
Hal ini terkait dengan masalah ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga yang terbatas pada
petani sawah irigasi sernentara mereka harus rnengejar waktu agar penanaman dapat terjadi

dua kali dalam setahun.
Penerapan teknik irigasi dapat berpengaruh terhadap peningkatan penggunaan
tenaga kerja namun tidak terjadi secara langsung, melainkan melalui perubahan pola tanam
dan peningkatan intensitas tanam. Peningkatan tejadi sebesar 73,05 persen. Secara
keseluruhan kegiatan usahatani padi sawah irigasi menyerap tenaga keja total sebesar
273,47 HKP selarna musim tanarn 200012001. Sedangkan pada usahatani sawah tadah hujan
hanya rnenyerap 158,03 HKP pada tahun yang sarna. Perbedaan sebesar 115,44 HKP ini
nyata pada taraf a=0,05. Hal ini berarti penerapan teknik irigasi telah meningkatkan
kesempatan keja secara total dalam setahun. Sedangkan untuk alokasi tenaga kerja pria dan
wanita, peningkatan penyerapan tenaga kerja ini dirasakan pada kaum wanita. Hal ini antara
lain disebabkan oleh budaya seternpat dimana kegiatan-kegiatan seperti penanaman dan
penyiangan dilakukan mayoritas oleh kaum wanita. Pada umumnya tenaga keja pria

dimanfaatkan untuk kegiatan pengolahan tanah, pemupukan dan penyemprotan. Untuk
kegiatan panen dilakukan oleh pria dan wanita, namun khusus untuk tenaga kerja luar
keluarga lebih digunakan tenaga kerja wanita.
Selanjutnya untuk distribusi pendapatan, penggunaan irigasi berhasil mengurangi
biaya untuk input langsung dan tenaga kerja baik secara absolut maupun relatif. Pendapatan
absolut dan relatis untuk input langsung masing-masing turun 1,3 persen dan 9,84 persen
sedangkan bagian pendapatan absolut dan relatif tenaga kerja total menurun 12,58 persen

dan 20,15 persen.
Kenaikan produksi akibat double cropping dialokasikan pada sernua input yang terlibat
dalam proses produksi sehingga setiap pemilik dari masing-masing input tersebut mendapat
bagian pendapatan absolut yang meningkat. Secara relatif, bila dibandingkan dengan input
lain, pendapatan untuk pemilik input langsung justru mengalami penurunan sebesar 9,08
persen, dan tenaga kerja upahanjuga mengalami penurunan sebesar 654 persen. Sementara
untuk peningkatan nilai tambah hanya dirasakan oleh majemen dan petani penggarap.
Manajemen mengalami peningkatan nilai tambah sebesar 46,19 persen dan petani penggarap
meningkat 8,6 persen.

JURUSAN ILMU-ILMUSOSlAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh :
Nama

: Ani Rahayuni Ratna Dewi

NRP


: A07497172

Program Studi

: Agribisnis

Judul

: Pengaruh lrigasi Desa Terhadap Usahatani, Kesempatan Kerja dan

Distribusi Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Desa Padabeunghar
Kecamatan Jampang Tengah, Sukabumi Jawa Barat.
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Jurusan llmu-llmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, InsStut Pertanian
Bogor.
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS
NIP. 131 284 623


Tanggal Kelulusan : 11 September 2002

PERNYATAAN

DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRlPSl IN1 ADALAH BENAR-BENAR HASlL
KARYA SAYA SENDlRl YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH
PADA SUATU PERGURUAN TlNGGl ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2002

Ani Rahayuni Ratna Dewi
A07497172

Ani Rahayuni Ratna Dewi, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Oktober 1979. Penulis
adalah anak keempat dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Drs. Roemadi, MBA dan
Ibu Dra. Sriyatin.
Penulis mengawali pendidikan di TK Kuntum Wijaya Kusuma pada tahun 1983 dan
pada tahun 1985, penulis mulai mengenyam pendidikan dasar di SD Kuntum Wijaya Kusuma.
Pada tahun 1991, penulis melanjutkan pendidikannya ke SMPN 102 Jakarta Timur. Penulis
meneruskan pendidikannya ke SMUN 81 Jakarta Timur pada tahun 1994 dan tamat pada

tahun 1997. Kemudian pada tahun yang sama, penulis diterima di lnstitut Pertanian Bogor
(IPB) melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada Fakultas Pertanian,
Jurusan Ilmu-llmu Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis.