Analisis Usahatani Padi Sawah di Desa Tu

AGRISILVIKA
Volume 1, Nomor 2, September 2017
Halaman: 43-48

ISSN: 2549-5100

Analisis Usahatani Padi Sawah di Desa Tumbang Manggu,
Kecamatan Sanaman Mantikei, Kabupaten Katingan
Kalimantan Tengah
Farming analysis on wet land rice in Tumbang Manggu village, district of
Sanaman Mantikei, Katingan regency, Central Kalimantan
Benny Prasetyo1, Epi Sulastri2, Asro’ Laelani Indrayanti1 Arief Rahman Hakim1,*
1
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas PGRI Palangka Raya Jl. Hiu Putih-Tjilik
Riwut, km 7 Palangka Raya 73113, Kalimantan Tengah. *email: gagukmartono@gmail.com.
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Kependidikan & Ilmu Pendidikan. Universitas PGRI
Palangka Raya Jl. Hiu Putih-Tjilik Riwut, km 7 Palangka Raya 73113, Kalimantan Tengah.

2

Manuskrip diterima: 3 September 2017. Revisi disetujui: 29 September 2017.


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan secara ekonomi usahatani padi sawah serta
seberapa besar kemampuannya dalam menopang kehidupan petani dan daya tahannya terhadap krisis.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui metode penelitian survei. Purposive sampling
digunakan untuk menentukan lokasi desa dan simple random sampling digunakan untuk memilih
responden penelitian. Data dikumpulkan dari 25 orang petani. Lokasi penelitian di Desa Tumbang
Manggu Kecamatan Sanaman Mantikei Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah. Hasil analisis
menunjukkan bahwa usahatani padi sawah layak dikembangkan dilihat dari enam parameter yang
diukur, yaitu R/C ratio (nilai 1,79), pendapatan (Rp. 377.167), produktivitas modal (79%), BEP
produksi, BEP harga dan BEP penerimaan. Namun ada satu parameter yang tidak layak yaitu
produktivitas tenaga kerja (Rp. 377.167) jauh lebih rendah dibandingkan UMR Kabupaten Katingan
untuk jenjang SLTA ke bawah (Rp. 1.800.000,-). Produktivitas yang rendah ini menggambarkan
bahwa usaha tani padi bukan penopang utama ekonomi keluarga. Hal itu juga menyebabkan eksodus
tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor lain. Berdasarkan hasil uji sensitivitas, ditemukan bahwa
usahatani padi sawah mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap gejolak harga khususnya pada
enam parameter yang telah dinyatakan layak pada uji sebelumnya.
Kata Kunci : kelayakan, penerimaan, biaya, pendapatan.
This study aims to determine the feasibility of economically wetland paddy farming and how much its
ability to sustain the life of farmers and their resistance to the crisis. This research uses descriptive
method through survey research method. Purposive sampling is used to determine the village and

simple random sampling is used to select respondents. Data were collected from 25 respondent.
Research location in Tumbang Manggu Village District of Sanaman Mantikei Katingan Regency,
Central Kalimantan. The result of analysis shows that paddy farming business is feasible to be
developed in 6 parameters measured, i.e R/C ratio (value 1.79), income (Rp 377.167), capital
productivity (79%), BEP production, BEP price and BEP revenue. However, there is one parameter
that is not feasible is labor productivity (Rp 377,167) is much lower than the UMR of Katingan
Regency for senior high school level (Rp 1,800,000). This low productivity illustrates that rice
farming is not a major economic support for families. It also caused the exodus of labor from the

44

PRASETYO DKK – Usahatani Padi Sawah Tumbang Manggu

agricultural sector to other sectors. Based on the results of the sensitivity test, it was found that paddy
field farming business has a high resistance to price fluctuations, especially on 6 parameters that have
been declared feasible in the previous test.
Key words: cost, feasibility, income, feasibility
PENDAHULUAN
Padi merupakan salah satu komoditi penting
di sektor pertanian karena merupakan kebutuhan

pokok bangsa Indonesia. Peranan padi tidak
hanya sebatas penghasil nilai tambah dan
penyediaan lapangan kerja, akan tetapi juga
merupakan komoditi yang sangat berpengaruh
terhadap kestabilan perekonomian nasional.
(Zulkarnain, 2004). Bahkan beras pernah
dijadikan sebagai indikator kemiskinan di
Indonesia (Suweco, 2012).
Meskipun merupakan komoditi terpenting,
produksi padi di Indonesia justru ditangani oleh
petani marjinal, petani tradisional dan petani
kecil. Pada Tahun 2016, produksi padi di
Propinsi Kalimantan Tengah sebanyak 893,2 ribu
ton dengan luas areal tanam 254,7 ribu hektar.
Pada tahun 2016, sektor pertanian bersama
dengan sektor pertambangan masih mendominasi
penyerapan tenaga kerja di Propinsi Kalimantan
Tengah dengan penyerapan mencapai 47% (BPS
Kalteng, 2017). Berdasarkan data Sensus
Pertanian thn 2003 sebagaian besar petani padi

sawah hanya menggunakan tenaga manusia
untuk pengolahan lahan (79,59%) dan melakukan
budidaya pada lahan non irigasi (90,77%) (BPS,
2013).
Gambaran di atas menunjukkan bahwa sektor
pertanian tanaman pangan khususnya beras
masih didominasi oleh sistem pertanian
tradisional.
Berbanding
terbalik
dengan
perkebunan kelapa sawit yang didominasi oleh
sistem padat modal dengan penggunaan
teknologi dan input yang intensif. Fenomena
dualisme ini persis seperti yang digambarkan J.H.
Boeke dalam teori dualisme ekonomi (lihat
Jhingan, 1988).
Sektor pertanian di Propinsi Kalimantan
Tengah memiliki nilai lebih karena banyak
penduduk yang terlibat didalamnya.

Bila
produktifitas sektor pertanian diperbesar maka
pendapatan petani akan lebih
tinggi dan
memungkinkan
untuk
menabung
serta

mengakumulasikan modal. Akumulasi modal
tersebut
selanjutnya
akan
meningkatkan
pendapatan lebih tinggi lagi melalui berbagai
kegiatan dengan mengembangkan berbagai
kemungkinan
komoditi
pertanian
lain

(diversifikasi usahatani) yang secara ekonomis
menguntungkan
jika
lahan
pertaniannya
memungkinkan. Pengembangan pendapatan di
luar usahatani (off farm income) juga akan
membantu peningkatkan kesejahteraan jika
potensi usahatani subur. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan
sektor pertanian akan mampu menurunkan angka
kemiskinan petani (Sudarman, 2001).
Pertanyaan terbesarnya adalah “apakah usaha
tani yang dilaksanakan secara tradisional itu
cukup menguntungkan dan layak secara ekonomi
serta seberapa besar kemampuan usaha tani
tersebut dalam menopang kehidupan petani dan
daya tahannya terhadap krisis?”. Jawaban atas
pertanyaan ini sungguh penting untuk
menentukan masa depan produksi beras serta

merumuskan
berbagai
kebijakan
dalam
menyelamatkan kemandirian pangan khususnya
di Propinsi Kalimantan Tengah.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan tersebut mengingat minat untuk
menjadi petani semakin turun. Hasil survei
Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) menunjukkan
bahwa jumlah pemuda yang bekerja disektor
pertanian pada tahun 1990 sebanyak 51,99% dan
pada tahun 2016 turun hanya 23,03%. Fenomena
ini juga sudah dikemukanakan oleh beberapa
peneliti. Prawesti dkk. (2010) dan Anshauri,
(2017) menemukan bahwa motivasi anak petani
untuk menjadi petani sangat rendah (kurang dari
30%).
BAHAN DAN METODE
Lokasi penelitian ditetapkan secara purposif di

Desa Tumbang Manggu, Kecamatan Sanaman
Mantikei,
Kabupaten
Katingan,
Provinsi

AGRISILVIKA 1 (2) : 43-48, September 2017

Kalimantan Tengah. Penelitian ini dilaksanakan
selama tiga bulan, mulai dari bulan Juni sampai
Agustus 2017. Petani sampel ditetapkan dengan
menggunakan metode simple random sampling
(Kaparang, 2015). Sampel penelitian diambil
dari anggota kelompok tani Juran Kerawan yang
berjumlah 25 orang. Kelompok tani Juran
Kerawan dipilih karena merupakan kelompok
masyarakat yang terus menerus melakukan
budidaya padi sawah.
Metode dasar yang digunakan dalam analisis
ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif

adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
klas peristiwa. Tujuan dari penelitian deskriptif
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran,
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antara berbagai fenomena yang diteliti (Nazir,
2000). Dengan kata lain, Peneliti melakukan
observasi kemudian menggambarkan atau
mendiskripsikan hasil pengamatannya. Karena
observasi ilmiah dilakukan lebih hati-hati dan
lebih terstruktur maka hasilnya lebih baik
dibandingkan observasi yang dilakukan orang
awam (Babbie, 1995). Penelitian deskriptif
dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat
terhadap fenomena sosial tertentu. Peneliti
mengembangkan konsep dan menghimpun fakta
tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa
(Singarimbun, 1989).

Jenis metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian survei. Menurut
Singarimbun (1989), penelitian survey adalah
penelitian yang dilakukan dengan mengambil
sampel dari suatu populasi dengan menggunakan
kuisioner sebagai instrument pokok pengumpul
data.
Penelitian ini menggunakan data primer yang
berasal dari wawancara dan data sekunder yang
berasal dari instansi terkait atau pustaka
pendukung. Data yang terkumpul kemudian
ditabulasi dan dianalisis.
Analisis data
Analisis biaya dan pendapatan dilakukan
dengan menghitung komponen biaya sebenarnya
yang dikeluarkan oleh petani, baik biaya tetap
(fix cost) maupun biaya variabel (variable cost)

45


yang meliputi biaya bibit, biaya pupuk, biaya
peralatan, biaya tenaga kerja baik dari dalam
keluarga maupun luar keluarga (Soekartawi,
2003; Lumintang, 2013).
Penerimaan adalah hasil kali antara produksi
yang diperoleh dengan harga jual (Sukartawi,
2003) sedangkan pendapatan merupakan
penerimaan (TR) yang dikurangi dengan biayabiaya yang dikeluarkan (TC). Pendapatan
seseorang pada dasarnya tergantung dari
pekerjaan di bidang jasa atau produksi, serta
waktu jam kerja yang dicurahkan, tingkat
pendapatan per jam yang diterima (Supartama
dkk, 2013).
� = �� − ��
�� = �. �
�� = �� + ��

Di mana: π
TR
TC
P
Q
FC
VC

=
=
=
=
=
=
=

pendapatan (rupiah)
total penerimaan (rupiah)
total biaya (rupiah)
harga (rupiah)
jumlah produksi (kilogram)
biaya tetap (rupiah)
biaya variabel (rupiah)

Suatu usahatani yang akan dilaksanakan
dinilai dapat memberikan keuntungan atau layak
diterima jika dilakukan analisis kelayakkan
usaha. Dalam penelitian ini, kelayakkan usaha
tani diukur dari tujuh aspek, yaitu: perbandingan
penerimaan dengan biaya (R/C ratio), pendapatan
(I), produktivitas modal atau keuntungan (π)
dibagi biaya (C), produktivitas tenaga kerja
(PTK), Break Event Point (BEP) produksi, BEP
penerimaan dan BEP harga (Soekartawi, 2003).
Suatu usaha tani dikatakan layak, jika nilai
R/C > 1, pendapatan (I) lebih besar dari sewa
lahan, nilai produktivitas modal (π/C) lebih besar
dari bunga bank yang berlaku, PTK lebih besar
upah minimum regional (UMR kabupaten),
produksi lebih besar dari BEP produksi,
penerimaan lebih besar dari BEP penerimaan dan
harga lebih besar dari BEP harga (Ma’ruf dan
Suratiyah, 2010; Ilvira dkk. 2014; Yuwani dkk.
2014).
Analisis
sensitifitas
dilakukan
untuk
melengkapi analisis finansial. Analisis sensitifitas
dilakukan pada komponen-komponen yang
mempunyai pengaruh besar terhadap kelayakan

PRASETYO DKK – Usahatani Padi Sawah Tumbang Manggu

46

usaha, seperti biaya produksi dan komponen
harga output. Hal ini karena usaha tani relatif
rentan terhadap gangguan faktor eksternal seperti
serangan hama/penyakit, perubahan iklim harga
faktor produksi. Analisis sensitivitas dilakukan
terhadap nilai R/C ratio, pendapatan (I),
produktivitas modal (π/C) dan produktivitas
tenaga kerja pada tingkat fluktuasi 10% untuk
melihat pengaruh faktor eksternal terhadap
keberlanjutan usaha tani padi sawah.
HASIL
Analisis pendapatan.
Berdasarkan data yang diperoleh selama
penelitian, petani di Kelompok Juran Karawan
mengerjakan lahan rata-rata 0,49 ha dengan
produksi rata-rata 1,581 ton/hektar serta harga
rata-rata produk (gabah kering) sebesar Rp.
13.000/kg. Penerimaan petani selama satu tahun
sebesar Rp. 10.246.000 dan biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi sebesar Rp.
5.720.000,- sehingga pendapatan rata-rata petani
yang diteliti sebesar Rp. 4.526.000,- (Tabel 1).
Tabel 1. Penerimaan,
total
biaya
dan
pendapatan petani padi sawah di Desa
Tumbang
Manggu,
Kecamatan
Sanaman
Mantikei
Kabupaten
Katingan.
Uraian
Penerimaan usahatani
Rata-rata produksi (kg)
Harga jual (Rp/kg)
Total penerimaan (Rp)
Biaya produksi
Total biaya tetap (Rp)
Penyusutan alat (Rp)
Total biaya variabel (Rp)
Tenaga kerja
Benih
Pupuk
Obat-obatan
Lain-lain
Rata-tata total biaya (Rp)
Rata-tata total pendaparan (Rp)

Nilai
aktual

Nilai
konversi

789
13.000
10.246.000

1.581
13.000
20.542.000

5.720.000
800.000
4.920.000
3.100.000
200.000
600.000
570.000
500.000
5.720.000
4.526.000

12.625.000
1.750.000
10.875.000
6.300.000
575.000
1.350.000
1.650.000
1.000.000
12.625.000
7.917.000

Keterangan: nilai aktual (luas 0,49 hektar), nilai
konversi (luas satu hektar).

Analisis kelayakan usaha.
Berdasarkan hasil analisis pendapatan tersebut
kemudian disusun analisis kelayakan usahatani
yang hasilnya disajikan dalam Tabel 2.
Analisis sensitivitas usaha.
Analisis sensitifitas dilakukan dengan dua
skenario, yaitu: 1) menaikkan biaya produksi
sebesar 10%; dan 2) menurunkan harga sebesar
10%. Hasil kedua skenario tmenunjukan bahwa
usahatani padi sawah di sana relatif tahan (Tabel
3).
PEMBAHASAN
Terdapat tujuh parameter yang diuji dan
dibandingkan dengan indikator minimal yang
harus dipenuhi, ternyata enam parameter
dinyatakan layak secara finansial. Berdasarkan
hasil analisis terhadap enam parameter ini, maka
usahatani padi sawah dapat dilanjutkan karena
menguntungkan secara finansial (Tabel 2).
Namun demikian, ada satu parameter yang
tidak layak yaitu produktivitas tenaga kerja per
bulan. Berdasarkan data di lapangan, petani
hanya memperoleh pendapatan sebesar Rp.
4.526.000,- per tahun atau Rp. 377.167 per bulan.
Pendapatan ini jauh di bawah nilai UMR
Kabupaten Katingan untuk jenjang SLTA ke
bawah yang ditetapkan sebesar Rp. 1.800.000,-.
Penelitian ini bisa menjelaskan temuan
Prawesti dkk. (2010) dan Anshauri, (2017) yang
menemukan bahwa motivasi anak petani untuk
menjadi petani sangat rendah (< 30%).
Berdasarkan nilai produktivitas tenaga kerja yang
diperoleh dari penelitian ini dapat diperoleh
gambaran bahwa usaha tani padi sawah bukan
merupakan penopang utama dari perekonomian
keluarga tani. Merujuk pada nilai UMR yang
telah ditetapkan, maka usaha tani padi
diperkirakan hanya menyumbangkan 20,95%
dari income keluarga.
Dengan tingkat pendapatan yang nilainya
seperenam dari nilai UMR maka sektor pertanian
sangat tidak diminati para pencari kerja. Para
pencari kerja akan memilih sektor lain sebagai
sumber mata pencaharian dan menjadikan sektor
pertanian sebagai pilihan terakhir.

AGRISILVIKA 1 (2) : 43-48, September 2017

47

Tabel 2. Analisis kelayakan usahatani padi sawah di Desa Tumbang Manggu, Kecamatan Sanaman
Mantikei Kabupaten Katingan.
Parameter
Satuan
Formula
Hasil
Indikator
R/C ratio
TR/TC
1,79
>1,00
Pendapatan per bulan
rupiah
Tπ/12
377.166,67
>0,00
Produktivitas modal
Tπ/ TC
0,79
>0,01
Produktivitas tenaga kerja rupiah
Tπ/Tkerja
377,166,67 >1.800.000
BEP produksi
kilogram
TC/P
440,00
789
BEP harga
Rp/kg
TC/TQ
7.249,68
13.000
BEP Penerimaan
rupiah
Qmin.Pmin
3.189.861
4.526.000
Keterangan: Tidak ada data sewa tanah di lokasi penelitian dan menurut informasi
tidak ada petani yang ingin menyewa tanah.
Tabel 3. Analisis sensitivitas usahatani padi
sawah di Desa Tumbang Manggu,
Kecamatan
Sanaman
Mantikei
Kabupaten Katingan.
Parameter
R/C ratio
Pendapatan per bulan
Produktivitas modal
Produktivitas tenaga kerja
BEP produksi
BEP harga
BEP penerimaan

Skenario 1
1,63
291.783,33
0,61
291.783,33
440,00
7.249,68
3.189.861

Skenario 2
1,63
329.500,00
0,63
329.500,00
484,00
7.974,65
3.859.731

Pemerintah Kabupaten Katingan perlu
merumuskan kebijakan yang tepat untuk
meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus
mengamankan produksi padi lokal. Kebijakan
yang dapat ditempuh adalah perluasan dan
intensifikasi
lahan
garapan.
Peningkatan
pendapatan juga bisa dilakukan melalui kegiatan
di luar usaha tani (off farming income).
Usahatani padi yang dilaksanakan di Desa
Tumbang Manggu Kecamatan Sanaman Mantikei
Kabupaten Katingan mempunyai daya tahan
yang tinggi terhadap gejolak harga. Dari enam
parameter yang dinyatakan layak secara finansial
tidak mengalami perubahan pada saat terjadi
kenaikan biaya produksi sebesar 10% atau
penurunan harga jual sebesar 10% (Tabel 3).
Temuan lapangan ini mendukung pendapat para
ahli ekonomi kelembagaan, bahwa sektor
pertanian dan sektor informal lainnya memiliki
daya tahan yang tinggi terhadap pengaruh krisis

Keterangan
Layak
Layak
Layak
Tidak layak
Layak
Layak
layak
para responden

ekonomi (Mubyarto, 2000). Dalam hal usaha tani
padi dalam penelitian ini, berbagai parameter
yang diuji tetap belum mengalami perubahan
ketika gonjangan harga mencapai 25 %.
Namun demikian, karena produktivitasnya
yang rendah, maka usaha tani padi dalam
penelitian ini tidak memiliki daya saing. Upaya
peningkatan daya saing dapat dilakukan dengan
penggunaan teknologi dan diversifikasi produk
melalui teknologi pengolahan pasca panen.
Implikasi hasil penelitian ini terhadap
kebijakan
pemerintah,
disarankan
agar
Pemerintah
Kabupaten
Katingan
dapat
meningkatkan pendapatan petani sekaligus
mengamankan produksi beras daerah melalui
program
intensifikasi
dan
ekstensifikasi
(perluasan) pertanian. Intensifikasi dapat
dilakukan melalui optimalisasi penggunaan
teknologi, pupuk, benih unggul, obat-obatan dan
teknologi pasca panen. Program ekstensifikasi
bisa dilakukan melalui perluasan lahan pertanian
atau penambahan frekuensi tanam dari satu kali
dalam satu tahun menjadi dua atau tiga kali.
SIMPULAN
Komposisi Berdasarkan hasil dan pembahasan
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Biaya total rata-rata yang dikeluarkan petani
untuk usaha tani padi sebesar Rp. 5.720.000
dengan rata-rata total penerimaan sebesar Rp.
10.246.000 maka total pendapatan petani
usahatani padi sawah sebesar Rp. 4.526.000,-.

48

PRASETYO DKK – Usahatani Padi Sawah Tumbang Manggu

Jumlah produksi rata-rata sebesar 789 kg (1.581
kg/ha) dengan harga jual padi rata-rata Rp.
13.000,- per kg.
Berdasarkan uji kelayakan usaha, ditemukan
bahwa ada enam parameter yang dinyatakan
layak yaitu R/C ratio (1,79), pendapatan (Rp.
377.167), produktivitas modal (79%), BEP
produksi, BEP harga dan BEP penerimaan.
Namun ada satu parameter yang tidak layak yaitu
produktivitas tenaga kerja (Rp. 377.167) jauh
lebih rendah dibandingkan UMR Kabupaten
Katingan untuk jenjang SLTA ke bawah (Rp.
1.800.000). Produktivitas yang rendah ini
menggambarkan bahwa usaha tani padi bukan
merupakan penopang utama ekonomi keluarga
serta menyebabkan eksodus tenaga kerja dari
sektor pertanian ke sektor lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anshauri S. 2017. Persepsi pemuda terhadap
pertanian di Desa Anjir Muara Lama
Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito
Kuala. [Skripsi]. FP Universitas PGRI
Palangka Raya, Palangka Raya.
Babbie E. 1995. The Practice of social research.
7th ed.Seventh Edition. Wadsword Publishing
Company, Belmont.
Badan Pusat Statistik (BPS). Berbagai tahun.
Survei tenaga kerja nasional (Sakernas). BPS,
Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah.
2014. Sensus pertanian 2013. BPS
Kalimantan Tengah, Palangka Raya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah.
2017. Statistik daerah Propinsi Kalimantan
Tengah
tahun
2017.
http://kalteng.bps.go.id/webbeta/websiteV2/pd
f_publikasi/Statistik-Daerah-ProvinsiKalimantan-Tengah-2017.pdf. Diakses pada
Oktober 2017.
Ilvira RF, Suryantini A, Darwanto DH. 2014.
Analisis usaha dan strategi pengembangan
agribisnis buah naga CV. Kusumo Wanadri.
Kulon Progo. Agro Ekonomi 25(2): 185-194.
Jhingan ML. 1988. Ekonomi pembangunan dan
perencanaan, ed. Ke-16. Rajawali Press,
Jakarta.
Kaparang G. 2015. Kajian usahatani padi sawah
Kelurahan Taratara Satu Kota Tomohan.

[Tesis]. PPS Universitas Sam Ratulangi,
Manado.
Lumintang F. 2013. Analisis pendapatan petani
padi sawah di Desa Teep Kecamatan
Langowan Timur. Jurnal EMBA 1(3): 991998.
Ma’ruf MI, Suratiyah K. 2010. Analisis pertanian
strowberi di Kecamatan Rancabali Kabupaten
Bandung. Agro Ekonomi. 17(2): 185-200.
Mubyarto. 2000. Membangun sistem ekonomi.
BPFE, Yogyakarta.
Nazir M. 2003. Metode penelitian. Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Prawesti N, Witjaksono R, Raya AB. 2010.
Motivasi anak petani menjadi petani. Agro
Ekonomika 17(1): 11-18.
Singarimbun M. 1989. Metode dan proses
penelitian. Di dalam: Singarimbun M, Effendi
S (Editor). Metode penelitian survei. edisi
revisi. LP3ES, Jakarta.
Soekartawi. 2003. Ilmu usahatani dan penelitian
untuk pengembangan petani kecil. UI Press,
Jakarta.
Sudarman. 2001. Teori ekonomi mikro. Pusat
Penerbit UT, Jakarta.
Supartama M, Antara M, Rauf RA, 2013.
Analisis pendapatan dan kelayakan usahatani
padi sawah di Subak Baturiti Desa Balinggi
Kecamatan
Balingi
Kabupaten
Parigi
Moutong. Agrotekbis 1(3): 166-172.
Suweco, IK 2012. “Sajogja dan Garis
Kemiskinan”
Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/economistsuweca.blogspot.com/prof-sajogyo-dan-gariskemiskinan_55102882813311d138bc614b (1
September 2017)
Yuwani SH, Irham, Jamhari. 2014. Analisis
kelayakan dan strategi pengembangan usaha
budidaya ikan air tawar di Kabupaten Sleman”
Agro Ekonomi 25(2): 135-143.
Zulkarnain I. 2004. Analisis produksi dan
keuntungan pada usahatani padi sawah Jawa
Tengah. [Tesis]. PPS Undip, Semarang.