Penelitian yang Relevan

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang akan dilakukan ini merujuk pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. O.S. Olokode, et al (2012) meneliti tentang morfologi dari bahan berbasis

keratin untuk pembuatan kampas rem non-asbestos. Tujuan penelitiannya untuk mengetahui tingkat gesekan, keausan, kekerasan dan kekuatan tekan. Bahan yang digunakan yaitu ampas tebu, kotoran kuku sapi (berbasis keratin) dan resin phenolic . Pengamatan mikroskopis dari bahan gesek menunjukkan bahwa kuku sapi memegang peranan penting pada ampas tebu terhadap gesekan permukaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua bahan berserat akan lebih baik daripada salah satunya saja dan serat penguat memliki pengaruh sinergis yang kuat terhadap stabilitas gesekan.

Koya O.A. dan Fono T.R. (2009) meneliti mengenai kampas rem non- asbestos dengan memanfaatkan palm kernel shell (PKS). PKS merupakan hasil limbah dari produksi minyak kelapa dan dapat di manfaatkan sebagai pengganti bahan asbestos yang dapat menimbulkan karsinogenik. Menurut Standart Organization of Nigeria (SON) kampas rem berbahan PKS memiliki sifat yang Koya O.A. dan Fono T.R. (2009) meneliti mengenai kampas rem non- asbestos dengan memanfaatkan palm kernel shell (PKS). PKS merupakan hasil limbah dari produksi minyak kelapa dan dapat di manfaatkan sebagai pengganti bahan asbestos yang dapat menimbulkan karsinogenik. Menurut Standart Organization of Nigeria (SON) kampas rem berbahan PKS memiliki sifat yang

Pratama (2011) melakukan penelitian pada komposisi, uji kekerasan dan uji gesek atau keausan dari bahan kampas rem. Dalam laporannya menyatakan bahwa perbedaan komposisi bahan mempengaruhi kinerja kampas. Pada komposisi 60% resin dan 40% fly ash mendapatkan kekerasan 94 HRB, sehingga kontrol komposisi bahan adalah sangat penting.

Keausan dan kekerasan suatu bahan komposit dapat di pengaruhi oleh besarnya suhu yang di berikan pada saat proses sintering. Bila suhu sintering semakin besar maka tingkat keausan akan semakin besar sedangkan untuk kekerasan akan semakin rendah. Dan semakin tinggi suhu sintering maka material juga akan semakin lunak (Imam Setiyanto, 2009).

Yudi Agus Sarwanto (2010) meneliti tentang pengaruh penekanan terhadap sifat fisis dan mekanis bahan kampas rem sepeda motor dengan serat alam tongkol jagung. Dalam penelitiannya variasi penekanan (kompaksi) yang digunakan yaitu beban 0,5 ton, 1 ton dan 1,5 ton selama 10 menit, kemudian disintering dengan suhu 200 o

C. Hasil penelitian ini diperoleh nilai kekerasan

yang paling optimal pada penekanan 1,5 ton yaitu 12,71 HB dan nilai keausan

yang paling optimal pada penekanan 1 ton yaitu 0,000000954 mm 2 /kg pada bahan

30 % Al, 30 % serbuk tongkol jagung, 30 % MgO, 10 % resin. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan tekanan pada saat proses kompaksi sangat berpengaruh terhadap nilai kekerasan dan nilai keausan.

Dwi Hasta YP (2011) melakukan penelitian tentang pembuatan kampas rem dengan bahan serat bambu, serbuk tembaga, fiber glass, resin polyester dan resin phenolic. Dalam penelitiannya menggunakan beban kompaksi sebesar 2 ton (2000 kg) dan suhu sintering 210 o

C. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan

bahwa variasi bahan penyusun berpengaruh terhadap tingkat keausan dan nilai kekerasan kampas rem.

Efek komposisi baik pada sifat-sifat fisik (struktur dan topografi permukaannya) maupun sifat mekanik bahan friksi (kekerasan dan keausan)

MgO maka semakin keras bahan tersebut dan semakin kecil keausannya (Desi Kiswiranti, 2007).

Dari beberapa penelitian di atas maka penulis mencoba membuat bahan rem yang terbuat dari serbuk tongkol jagung sebagai alternatif pengganti bahan serat dan resin polyester sebagai matrikssnya. Dengan membuat variasi komposisi yang lebih beragam maka diharapkan akan didapat hasil yang lebih maksimal dan penulis mencoba lebih teliti lagi dalam pembuatan bahan rem ini agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pengguna kampas rem.