Kendala Dan Upaya Pengusaha Tekstil Padamulya Dalam Mengembangkan Industri Tekstil

C. Kendala Dan Upaya Pengusaha Tekstil Padamulya Dalam Mengembangkan Industri Tekstil

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Padamulya sebagian besar bergantung kepada sektor industri, terutama industri tekstil. Dalam perjalanannya para pengusaha tekstil di Desa Padamulya banyak menjumpai kendala. Kendala- kendala yang dihadapi oleh Pengusaha tekstil Padamulya dalam mengelola industri tekstilnya yaitu, seperti :

1) Masalah Permodalan, rata-rata para pengusaha dalam melakukan proses produksi menggunakan modal sendiri. Keterbatasan modal mereka menyebabkan teknologi mesin yang di pakai dalam industri mereka juga jarang dimodernisesi, sehingga Mesin-mesin tenun yang di pakai industri tekstil di Padamulya sering mengalami kemacetan dan kerusakan pada mesin tenunnya, hal itu mengganggu optimalisasi produksi tenun mereka. Sementara itu teknisi mesin yang dimiliki oleh perusahaan terkadang juga mengalami keterbatasan jumlah personal.

2) Masalah Persaingan Kualitas Produksi. Untuk diketahui, sarung yang di produksi masyarakat Padamulya dapat dikenali dari motif dan warnanya. Sarung produksi 2) Masalah Persaingan Kualitas Produksi. Untuk diketahui, sarung yang di produksi masyarakat Padamulya dapat dikenali dari motif dan warnanya. Sarung produksi

3) Masalah Pemasaran, biasanya adalah kendala pembayaran yang tidak tunai (kredit) karena sebagian barang baru di bayar setelah barang laku sehingga menyebabkan proses produksi terhambat, terutama bagi industri kecil. Karena produksi yang dihasilkan lebih sedikit, untuk dijual keluar agak sulit karena tidak sebanding antara biaya produksi, biaya transportasi dengan penghasilan dari penjualan.

Dari kendala-kendala di atas, dalam perjalanannya, para Pengusaha tekstil di Desa Padamulya terus-menerus berupaya mencari solusi dari setiap kendala yang tersebut di atas agar bisa mempertahankan dan mengembangkan usaha industri tekstilnya. Upaya-upaya mereka dalam rangka menghadapi kendala-kendala yang dihadapi untuk bisa mempertahankan dan mengembangkan usaha industri tekstilnya adalah :

Pengusaha tekstil dalam mempertahankan dan mengembangkan usahanya yaitu dengan meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan produknya. Pengembangan produk dilakukan dengan memodifikasi produk yang telah ada menjadi produk baru yang lebih diminati masyarakat. Kreativitas dalam bisnis akan sangat berkaitan dengan inovasi, dimana inovasi adalah kemampuan untuk menggunakan solusi kreatif dalam mengisi peluang sehingga mendapatkan keuntungan dalam kegiatan usaha.

2) Meningkatkan Kualitas Produk

Upaya lain yang dilakukan para pengusaha tekstil dalam mempertahankan dan mengembangkan usahanya, yaitu dengan meningkatkan kualitas. Dalam hal ini, pengusaha tekstil di Desa Padamulya mencoba memadu padankan warna pada sarung tenun agar lebih bervariatif. Dalam hal sarung tenun yang menggunakan ATBM, industri di Padamulya memiliki keunggulan tersendiri, kain tenun yang dikerjakan

dengan tangan memiliki nilai jual cukup tinggi, karena pabrik-pabrik yang menggunakan mesin tidak dapat menghasilkan kain tenun dengan ATM.

3) Membuat Jaringan Kerja

Upaya yang dilakukan para pengusaha tekstil dalam mempertahankan usahanya, bukan hanya sebatas mengembangkan kreativitas dan meningkatkan kualitas saja, tetapi juga diperlukan faktor lain agar industri tekstil yang sudah lama Upaya yang dilakukan para pengusaha tekstil dalam mempertahankan usahanya, bukan hanya sebatas mengembangkan kreativitas dan meningkatkan kualitas saja, tetapi juga diperlukan faktor lain agar industri tekstil yang sudah lama

besar. Selain dengan para pekerja, pengusaha tekstil juga menjalin kerja sama dengan para pemasok bahan baku yang menjadi mitra kerja mereka. Para pemasok tersebut tersebut menyediakan segala macam bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi.

Sistem pembayaran yang dilakukan antara pengusaha tekstil Majalaya dengan pemasok bahan baku dilakukan dengan tiga cara, yakni membeli dengan membayar langsung, memberi uang muka terlebih dahulu dan sisa pembayaran dilunasi setelah mendapatkan hasil penjualan produk, dan cara yang terakhir dapat dilakukan dengan mengambil bahan baku terlebih dahulu dan system pembayarannya

dilakukan setelah selesai dipasarkan. 47

Wawancara dengan Jaman, Edi dan Devi Susanto, 24 September 2011