Al-Fatihah, ayat 4

Al-Fatihah, ayat 4

Yang Menguasai hari pembalasan. Sebagian ulama qira-ah membacanya maliki, sedangkan sebagian yang

lain membacanya maliki; kedua-duanya sahih lagi mutawatir di kalangan As-Sab'ah.

Tafsir Ibnu Kasir 117

Lafaz maliki dengan huruf lam di-kasrah-km, ada yang memba-canya malki dan maliki. Sedangkan menurut bacaan Nafi', harakat kasrah huruf kaf dibaca isyba' hingga menjadi maliki yaumid din.

Kedua bacaan tersebut (maliki dan maliki) masing-masing mem-punyai pendukungnya tersendiri ditinjau dari segi maknanya; kedua bacaan tersebut sahih lagi baik. Sedangkan Az-Zamakhsyari lebih menguatkan bacaan maliki, mengingat bacaan inilah yang dipakai oieh ulama kedua Kota Suci (Mekah dan Madinah), dan karena firman-Nya

Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? (Al-Mu-min: 16)

Dan benarlah perkataan-Nya dan di tangan kekuasaan-Nyalah segala sesuatu (Al-An'am: 75)

Telah diriwayatkan dari Abu Hanifah bahwa ia mcmbaca maliki yaumidin atas dasar anggapan fiil,fail, dan maful, tetapi pendapat ini menyendiri lagi aneh sekali.

Abu Bakar ibnu Abu Daud meriwayatkan —sehubungan dengan bacaan tersebut — sesuatu yang garib (aneh), mengingat dia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ibnu Addi ib-aul Fadl. dari Abul Mutarrif, dari Ibnu Syihab yang telah mendengar hadits bahwa Rasulullah Saw., Abu Bakar, Umar, dan Usman serta M u’awiyah dan anaknya —yaitu Yazid ibnu Mu'awiyah— membaca maaliki yaumid din. Ibnu Syihab mengatakan bahwa orang yang mula-mula membaca maliki adalah Marwan (Ibnul Hakam). Menurut kami, Marwan mengetahui kesahihan apa yang ia baca, sedangkan hal ini ti-dak diketahui oleh Ibnu Syihab.

Telah diriwayarkan sebuah hadis melalui berbagai jalur periwa-yatan yang diketengahkan oleh Ibnu Murdawaih, bahwa Rasulullah

118 Al-Fatihah

Saw. membacanya maliki yaumid din. Lafaz malik diambil dari kata al-milku, seperti makna yang terkandung di dalam firman-Nya:

Sesungguhnya Kami memiliki bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kami-lah mereka dikemba-likan. (Maryam: 40)

Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Pemilik manusia. (An-Nas: 1-2)

Sedangkan kalau maliki diambil dari kata al-mulku, sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:

Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Hanya kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu-min: 16)

Benarlah perkataan-Nya, dan di tangan kekuasaan-Nyalah segala kekuasaan. (Al-An'am: 73)

Kerajaan yang hak pada hari iiu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu) suatu hari yang penuh dengan kesukaran bagi orang-orang kafir. (Al-Furqan: 26)

Tafsir Ibnu Kasir 119

Pengkhususan sebutan al-mulku (kerajaan) dengan yaumid din (hari pembalasan) tidak bertentangan dengan makna lainnya, mengingat da-lam pembahasan sebelumnya telah diterangkan bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam, yang pengertiannya umum mencakup di dunia dan akhirat. Di-mudafkm kepada lafaz yaumid dln karena tiada se-orang pun pada hari itu yang mendakwakan sesuatu, dan tiada se-orang pun yang dapat angkat bicara kecuali dengan seizin Allah Swt., sebagaimana dinyatakan di dalam firman-Nya:

Pada hari keiika roh dan malaikat berdiri bersaf-saf, mereka ti-dak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. (An-Naba': 38)

dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemu-rah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja. (Taha: 108)

Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya, maka di antara mereka ada yang ce-laka dan ada yang berbahagia. (Hud: 105)

Dahhak mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa maliki yaumid din arti-nya "tiada seorang pun bersama-Nya yang memiliki kekuasaan seper-

120 Al-Fatihah

ti halnya di saat mereka (raja-raja) masih hidup di dunia pada hari pembalasan tersebut".

Ibnu Abbas mengatakan, yaumid din adalah hari semua makhluk menjalani hisab, yaitu hari kiamat; Allah membalas mereka sesuai de-ngan amal perbuatannya masing-masing. Jika amal perbuatannya baik, balasannya baik; dan jika amal perbuatannya buruk, maka balas-annya pun buruk, kecuali orang yang mendapat ampunan dari Allah Swt. Hal yang sama dikatakan pula oleh selain Ibnu Abbas dari ka-langan para sahabat, para tabi'in, dan ulama Salaf; hal ini sudah jelas.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari sebagian mereka bahwa tafsir dari firman-Nya, "Maliki yaumid din," ialah "Allah Mahakuasa untuk me-ngadakannya". Tetapi Ibnu Jarir sendiri menilai pcndapat ini daif (le-mah). Akan tetapi, pada lahiriahnya tidak ada pertentangan antara pendapat ini dengan pendapat lainnya yang telah disebutkan terda-hulu. Masing-jnasing orang yang berpendapat demikian dan yang se-belumnya mengakui kebenaran pendapat lainnya serta tidak meng-ingkari kebenarannya, hanya saja konteks ayat lebih sesuai bila diarti-kan dengan makna pertama di atas tadi dibandingkan dengan penda-pat yang sekarang ini, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:

Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu) sualu hari yang penuh de-ngan kesukaran bagi orang-orang kafir. (Al-Furqan: 26)

Sedangkan pendapat kedua pengertiannya mirip dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:

Pada hari Dia mengatakan, "Jadilah!, lalu terjadilah. (Al-An'am: 73)

Tafsir Ibnu Kasir

Pada hakikatnya raja yang sesungguhnya adalah Allah Swt., seperti yang dinyatakan di dalam firman-Nya:

Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera. (Al-Hasyr: 23)

Di dalam hadis Sahihain disebutkan melalui Abu Hurairah r.a. secara marju':

Nama yang paling rendah di sisi Allah ialah seorang lelaki yang menamakan dirinya dengan panggilan Malikul Amlak, sedangkan tiada raja selain Allah.

Di dalam kitab Sahihain disebutkan pula bahwa Rasulullah Saw. per- bersabda:

Allah menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan ka-nan (kekuasaan)-Nya, kemudian berfirman, "Akulah Raja. Seka-rang mana raja-raja bumi, mana orang-orang yang diktator, ma-na orang-orang yang angkuh?"

Di dalam Al-Qur'an disebutkan melalui firman-Nya:

Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Hanya kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu-min: 16)

122 Al-Fatihah

Adapun mengenai nama lainnya di dunia ini dengan memakai sebutan malik, yang dimaksud adalah "nama majaz", bukan nama dalam arti yang sesungguhnya, sebagaimana yang dimaksud di dalam firman-Nya:

Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi raja kalian. (Al-Baqarah: 247)

karena di hadapan mereka ada seorang raja. (Al-Kahfi: 79)

ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antara kalian, dan dijadi-kan-Nya kalian sebagai raja-raja (orang-orang yang merdeka). (Al-Maidah: 20)

Di dalam sebuah hadis Sahihain disebutkan:

seperti raja-raja yang berada di atas dipan-dipannya. Ad-din artinya "pembalasan dan hisab", sebagaimana yang disebut di

dalam firman lainnya, yaitu:

Di hari itu Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya. (An-Nur: 25)

Tafsir Ibnu Kasir 123

Allah Swt. telah berfirman pula:

apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) un-tuk diberi pembalasan? (As-Saffat: 53)

Makna yang dimaksud ialah mendapat baltfsan yang setimpal dan di-hisab.

Di dalam sebuah hadis disebutkan:

Orang yang pandai ialah orang yang melakukan perhitungan terkadap dirinya sendiri dan beramal untuk bekal sesudah maii.

Makna yang dimaksud ialah "hisablah dirimu sendiri", sebagaimana yang dikatakan Khalifah Umar r.a.. yaitu: "Hisablah diri kalian sendiri sebelum dihisab dan timbanglah amal perbuatan kalian sebelum ditimbang, dan bersiap-siaplah (berbekallah) untuk menghadapi peradilan yang paling besar di hadapan Tuhan yang tidak samar bagi-Nya semua amal perbuatan kalian," seperti yang dinyatakan di dalam Firman-Nya:

Pada hari itu kalian dihadapkan (kepada Tuhan kalian). Tiada sesuatu pun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi-Nya). (Al-Haqqah: 18)