Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit dan Limbah Pertanian Terhadap Performans dan Bobot Potong Domba Sei Putih (The Effect of Oil Palm Industry by Product and Agriculture by Product on Performance and Slaughter Weight of Sei Putih S
Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni: Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit...
Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan
Industri Kelapa Sawit dan Limbah Pertanian
Terhadap Performans dan Bobot Potong Domba Sei Putih
(The Effect of Oil Palm Industry by Product and Agriculture by Product on
Performance and Slaughter Weight of Sei Putih Sheep)
Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni
(Staf Pengajar Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU)
Abstract: The objectives of this research were to test the comparison of three concentrates on
Performance and slaughtered weight of Sei Putih sheep for fat growth. The experiment was using
completely randomized experimental design (RAL) by three treatments and six replications, where
the treatment was (T1= grass + A concentrate; T2= grass + B concentrate, and T3= grass + C
concentrate, respectively). And each replication consisted of one sheep. This research used
eighteen sheep with average age 3-5 months and body weight range from 12 to 19 kg per animal
with average15 kg.
This research showed that usage of three concentrates from oil palm industry by product,
agriculture by product and conventional concentrate at Sei Putih sheep not significant effect on
consumption of feeds, average daily gain, feed conversion ration and slaughtered weight. The
result of this research could be concluded that the three concentrates from oil palm industry by
product, agriculture by product had similar effect with conventional concentrate on Performance
and slaughtered weight of Sei Putih sheep.
Key words: Oil palm industry by product, agriculture by product, Sei Putih sheep.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbandingan tiga macam konsentrat yang terdiri
atas hasil sampingan industri kelapa sawit, limbah pertanian, dan konsentrat konvensional terhadap
Performans dan bobot potong domba Sei Putih selama penggemukan. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) nonfaktorial dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan, di mana perlakuan T1
yaitu rumput + konsentrat A; T2 yaitu rumput + konsentrat B; T3 yaitu rumput + konsentrat C, dan
setiap ulangan terdiri dari 1 ekor ternak sehingga ternak yang digunakan sebanyak 18 ekor dengan
umur rata-rata 5-6 bulan dan bobot hidup awal (12-19 kg) dengan rataan 15 kg.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan ketiga macam konsentrat pada
domba Sei Putih secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap konsumsi
ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan bobot potong. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan konsentrat dari hasil sampingan industri kelapa sawit dan limbah pertanian sama
efeknya dibandingkan dengan konsentrat konvensional terhadap konsumsi ransum, pertambahan
bobot badan, konversi ransum, dan bobot potong domba Sei Putih.
Kata Kunci: Hasil samping industri kelapa sawit, limbah pertanian, domba Sei Putih.
Pendahuluan
Latar Belakang
Untuk mendorong usaha peternakan
yang berorientasi pasar, pemeliharaan ternak
domba merupakan cara yang efektif dan
mempunyai peranan penting dalam kehidupan
masyarakat, yaitu mampu meningkatkan
pendapatan peternak berpenghasilan rendah.
Ternak domba juga mudah dipelihara, biaya
pemeliharaannya tidak begitu besar, dapat
dijual sewaktu-waktu serta mudah beradaptasi
dengan lingkungan (Diwyanto et al., 1996).
Untuk pelaksanaan di tingkat lapangan,
pengembangan subsektor peternakan tidak
dapat berkembang hanya secara parsial saja,
namun harus terpadu dengan subsektor lainnya.
Hal yang sangat terkait dengan subsektor
peternakan adalah subsektor perkebunan dan
pertanian sebagai sumber usaha peternakan.
Hal ini berkaitan dengan penyediaan lahan
untuk tanaman pakan ternak yang dapat
dilaksanakan di antara tanaman perkebunan. Di
7
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.1, April 2005
samping itu hasil sampingan industri kelapa
sawit
dan
limbah
pertanian
dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, khususnya
Propinsi Sumatera Utara masih banyak belum
termanfaatkan.
Limbah pertanian dan hasil sampingan
industri
kelapa
sawit
tersebut
sangat
bermanfaat bagi peternakan, sebab berperan
cukup
penting
dan
berpotensi
dalam
penyediaan pakan tambahan dan sebagai
pengganti rumput bagi ternak ruminansia,
terutama pada waktu musim kemarau. Pada
musim kemarau rumput-rumputan terganggu
pertumbuhannya sehingga pakan hijauan yang
tersedia akan kurang baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya. Bahkan di daerah-daerah
tertentu rumput pakan ternak akan kering dan
mati. Akibat yang timbul adalah kekurangan
pakan hijauan. Untuk mengatasi masalah
kekurangan pakan hijauan, peternak akan
menggunakan limbah pertanian dan hasil
sampingan industri kelapa sawit yang tersedia
di sekitarnya. Sebagai contoh, lumpur sawit
dan bungkil inti sawit dari hasil sampingan
industri kelapa sawit sangat potensial sebagai
pakan alternatif di daerah sekitar perkebunan
kelapa sawit. Sedangkan limbah pertanian
sangat jarang digunakan sebagai pakan ternak.
Sebagai contoh kulit buah markisa dan limbah
nenas juga dapat digunakan sebagai pakan
ternak.
Laju pertumbuhan ternak setelah
disapih ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain potensi pertumbuhan dari masingmasing individu ternak dan pakan yang tersedia
(Cole, 1982). Potensi pertumbuhan dalam
periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa,
heterosis (hybrid vigour) dan jenis kelamin.
Pola pertumbuhan ternak tergantung pada
sistem manajemen (pengelolaan) yang dipakai,
tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan,
dan iklim. Menurut Tomaszewska et al. (1993)
bahwa laju pertambahan bobot badan
dipengaruhi oleh umur, lingkungan, dan genetik
di mana berat tubuh awal fase penggemukan
berhubungan dengan berat dewasa.
Nilai pertambahan bobot hidup merupakan
suatu hal yang sangat penting bagi peternak, di
mana menurut Hutagalung (1995), pada
penelitian yang dilakukan pada domba Sei Putih
yang mendapat rumput paspalum dilatatum
dengan suplementasi molasses, urea, dan
mineral di mana pertambahan bobot badannya
hanya 31,10-45,55 g/ekor/hari. Pertambahan
bobot badan harian domba semakin tinggi pada
konsumsi ampas tahu yaitu sebesar 126
g/ekor/hari pada pemberian ampas tahu 1,5%
dari bobot badan (Junjungan, 1995).
Bobot potong merupakan parameter yang
paling berpengaruh terhadap komposisi tubuh
8
sehingga perlu mendapatkan perhatian. Bobot
potong mempunyai pengaruh yang besar
terhadap komposisi karkas, tetapi tentunya
tidak terlepas pula dengan ketergantungan
pada bangsa ternak, jenis kelamin, dan
makanan (Kempster, 1982) disitir (Ridawan
1991).
Bertitik tolak dari pemikiran di atas maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pemanfaatan limbah pertanian
dan hasil sampingan industri kelapa sawit
dalam ketiga macam konsentrat terhadap
konsumsi, pertambahan bobot badan, konversi
pakan dan bobot potong domba Sei Putih.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian
adalah
untuk
menguji konsentrat A, konsentrat B dan
konsentrat C terhadap Performans dan bobot
potong domba Sei Putih selama penggemukan
tiga bulan.
Hipotesis Penelitian
Pemberian ketiga macam konsentrat
pada domba Sei Putih menghasilkan Performans
dan bobot potong yang sama kualitasnya.
Bahan dan Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Pulau Gambar Kecamatan Dolok Masihul
Kabupaten Serdang Bedagai dan berlangsung
selama lebih kurang tiga bulan di mulai pada
bulan Januari 2005 hingga April 2005.
Bahan penelitian terdiri atas domba
jantan Sei Putih lepas sapih sebanyak 18 ekor
dengan umur rata-rata 3-5 bulan dan bobot
hidup awal (12-19 kg) dengan rataan 15 kg;
rumput gajah; konsentrat yang diberikan terdiri
atas: Konsentrat A terdiri dari: lumpur sawit,
bungkil inti sawit, anakan tebu, kerak tahu,
tepung tulang, molases, urea, ultramineral,
garam; Konsentrat B terdiri dari: tepung
jagung, dedak halus, bungkil kedelai, tepung
tulang, molases, urea, ultramineral, garam;
dan Konsentrat C terdiri dari: kulit buah
markisa, limbah nenas, tepung jagung, dedak
halus, bungkil kedelai, tepung ikan, urea,
ultramineral, garam; air minum; obat-obatan
seperti obat cacing (kalbazen) dan antibiotik
(sulfastrong).
Metode penelitian yang digunakan ialah
metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan dan 6 ulangan, di mana ketiga
perlakuan tersebut adalah: T1 = rumput gajah
+ konsentrat A, T2= rumput gajah + konsentrat
B dan T3= rumput gajah + konsentrat C.
Parameter Penelitian adalah konsumsi
pakan, pertambahan bobot badan, konversi
pakan, dan bobot potong domba Sei Putih.
Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni: Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit...
Susunan bahan pakan dalam konsentrat
disajikan pada Tabel 1, 2, dan 3.
Tabel 1. Susunan bahan pakan pada
konsentrat A
No.
Bahan
Penggunaan
Bahan (%)
30
Protein
Kasar (%)
3,97
1
Lumpur Sawit
2
Bungkil Inti Sawit
25
3,85
3
Anakan Tebu
19
0,96
4
Kerak Tahu
5
Molases
6
Urea
7
Ultramineral
8
Tepung Tulang
9
Garam
Total
20
5,78
3,25
0,13
1
2,14
0,50
0
1
0
0,25
0
100%
16,83%
Tabel 2. Susunan bahan pakan pada
konsentrat B
No.
Bahan
1
2
3
4
5
6
7
8
Jagung Kuning
Dedak Halus
Bungkil Kedelai
Tepung Tulang
Molases
Urea
Ultramineral
Garam
Total
Penggunaan
Bahan (%)
50
31
13
1
3,25
1
0,50
0,25
100%
Protein
Kasar (%)
4,45
4,03
5,85
0
0,13
2,14
0
0
16,60%
Tabel 3. Susunan bahan pakan pada
konsentrat C
No.
Bahan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kulit Buah Markisa
Limbah Nenas
Tepung Jagung
Dedak Halus
Tepung Ikan
Bungkil Kedelai
Urea
Ultramineral
Garam
Total
Penggunaan
Bahan (%)
20
5
22
38
1,50
11
0,50
1
1
100%
Protein
Kasar (%)
2,63
0,17
1,89
4,56
0,79
4,84
1,43
0
0
16,31%
Definisi operasional:
Konsentrat A adalah konsentrat yang
dibuat dan dirancang susunannya yang terdiri
dari hasil sampingan industri kelapa sawit dan
bahan lainnya.
Konsentrat B adalah konsentrat yang
biasanya digunakan para peternak dan bahanbahan dasarnya tersedia di pasar, tidak perlu
pengolahan tetapi hanya dengan dicampurkan
saja.
Konsentrat C adalah konsentrat yang
terdiri dari limbah pertanian (nenas dan
markisa) yang diperjualbelikan oleh Loka
Penelitian Kambing Potong Sei Putih.
Hasil dan Pembahasan
Konsumsi Rumput, Konsentrat, dan Rumput +
Konsentrat
Konsumsi rumput selama penelitian
dihitung berdasarkan bahan kering, di mana
rumput yang dipakai adalah rumput gajah
dengan bahan kering sebesar 86,34% yang
diberikan secara ad libitum dengan pemberian
10% dari bobot badan ternak. Konsentrat
diberikan sebanyak 3% dari bobot badan ternak
domba. Konsumsi total pakan dihitung dengan
menambahkan semua pakan yang dikonsumsi
oleh ternak domba yaitu konsumsi rumput dan
konsentrat dalam bahan kering.
Rataan konsumsi rumput, konsentrat
dan rumput + konsentrat (dalam bahan kering)
dari ternak domba selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4. Rataan konsumsi rumput, konsentrat
dan rumput + konsentrat (dalam bahan
kering) selama penelitian (g/ekor/minggu)
Perlakuan
T1
T2
T3
Total
Rataan
Konsumsi
Rumput
Konsumsi
konsentrat
7.986.87
7.947.53
7.903.58
23.838.98
7.945.99
3.086.89
3.133.50
3.070.13
9.290.52
3.096.84
Konsumsi
Total
(Rumput +
Konsentrat)
11.111.19
11.196.03
10.973.72
33.280.94
11.093.65
Dari Tabel 4 terlihat bahwa konsumsi
rumput pada perlakuan T1 (konsentrat A)
sebesar 7986.87 g/ekor/minggu, perlakuan T2
(konsentrat B) sebesar 7947.53 g/ekor/minggu,
dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar
7903.58 g/ekor/minggu. Rataan konsumsi
rumput keseluruhan selama penelitian adalah
sebesar 7945.99 g/ekor/minggu.
Untuk
melihat
bagaimana
hasil
pemberian tiga macam konsentrat terhadap
konsumsi rumput (dalam bahan kering), maka
dilakukan uji keragaman yang dapat dilihat
pada Tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Uji keragaman konsumsi rumput
domba Sei Putih selama penelitian
SK
Db
Jk
Kt
PerlaKuan
2
20828.44
10414.22
Galat
15
17238988.00
1149266.00
Total
KK =
13.49%
17
17259816.00
F.Hit
0.00906
F Tabel
tn
5%
1%
3.68
6.36
9
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.1, April 2005
Ket: tn = tidak berbeda nyata
Dari hasil uji keragaman pada Tabel 5
menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F
Tabel pada taraf 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemberian tiga macam
konsentrat terhadap konsumsi rumput (dalam
bahan kering) memberikan pengaruh tidak
nyata (P>0,5). Hal ini dapat diasumsikan bahwa
konsentrat A, konsentrat B, dan konsentrat C
memberikan respon yang sama kualitasnya
terhadap konsumsi rumput (dalam bahan
kering). Keseragaman konsumsi rumput ini
dapat terjadi karena pemberian konsentrat
telah mencukupi sebagian kebutuhan ternak
domba, baik kebutuhan protein maupun
energinya serta rumput yang diberikan pada
setiap perlakuan dengan jenis yang sama.
Menurut Devendra dan Burns (1970), adanya
keragaman yang besar dalam konsumsi bahan
kering rumput disebabkan oleh beda kualitas,
daya cerna, dan spesies tanaman. Persamaan
yang terjadi pada konsumsi rumput (dalam
bahan kering) dapat juga disebabkan oleh
kandungan zat gizi pada konsentrat yang sama.
Hal ini sesuai dengan pendapat Parakkasi
(1995) yang menyatakan bahwa yang utama
dalam penentuan tingkat konsumsi adalah
keseimbangan zat makanan dan juga makna
palatabilitasnya.
Dari Tabel 4 terlihat bahwa konsumsi
konsentrat pada perlakuan T1 (konsentrat A)
sebesar 3086.89 g/ekor/minggu, perlakuan T2
(konsentrat B) sebesar 3133.50 g/ekor/minggu,
dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar
3070.13 g/ekor/minggu. Rataan konsumsi
konsentrat keseluruhan selama penelitian
adalah sebesar 3096.84 g/ekor/minggu.
Untuk mengetahui hasil pemberian tiga
macam
konsentrat
terhadap
konsumsi
konsentrat dalam bahan kering, maka
dilakukan uji keragaman seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji keragaman konsumsi konsentrat
domba Sei Putih selama penelitian
SK
Db
Jk
Kt
Perlakuan
2
12934.84
6467.42
Galat
15
2088341.00
139222.70
Total
KK =
12.04%
17
2101276.00
F.Hit
0.046
F.Tabel
tn
5%
1%
3.68
6.36
Ket: tn = tidak berbeda nyata
Dari analisa sidik ragam di atas
menunjukkan bahwa bahwa F hitung lebih kecil
dari F Tabel pada taraf 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemberian tiga macam
10
konsentrat terhadap konsumsi konsentrat
(dalam bahan kering) memberikan pengaruh
tidak nyata (P>0,5). Hasil yang tidak nyata
pengaruhnya dapat dikatakan bahwa ketiga
macam konsentrat yang dipakai tidak berbeda
pada konsumsi konsentrat (dalam bahan kering)
disebabkan karena susunan konsentrat ketiga
perlakuan tersebut mempunyai kandungan
nutrisi yang relatif sama dan ternak yang
digunakan homogen baik dari bobot badan
maupun umurnya. Menurut Parakkasi (1995)
bahwa tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain faktor ternak
(bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan,
kualitas pakan, dan palatabilitas). Dan
makanan yang berkualitas baik, tingkat
konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan
makanan berkualitas rendah, sehingga kualitas
pakan yang relatif sama maka tingkat
konsumsinya juga tidak berbeda. Hal ini juga
diutarakan oleh Tomazweska et al. (1993) yang
menyatakan bahwa kualitas pakan berpengaruh
terhadap konsumsi akhirnya bertujuan untuk
pemenuhan kebutuhan.
Pada Tabel 4 tampak bahwa konsumsi
total pakan pada perlakuan T1 (konsentrat A)
sebesar 11111.19 g/ekor/minggu, perlakuan T2
(konsentrat
B)
sebesar
11196.03
g/ekor/minggu, dan perlakuan T3 (konsentrat
C) sebesar 10973.72 g/ekor/minggu. Rataan
konsumsi total pakan keseluruhan selama
penelitian
adalah
sebesar
11093.65
g/ekor/minggu.
Untuk melihat hasil pemberian tiga macam
konsentrat terhadap konsumsi total pakan
dalam bahan kering, maka dilakukan uji
keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Uji keragaman konsumsi total pakan
domba Sei Putih selama penelitian
SK
Db
Jk
Kt
Perlakuan
2
151033.40
75516.70
Galat
15
130006372.30
8667091.49
Total
KK =
26.53%
17
130157405.70
F.Hit
0.00871
F.Tabel
tn
5%
1%
3.68
6.36
Ket: tn = tidak berbeda nyata
Dari hasil uji keragaman pada Tabel 7
menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F
Tabel pada taraf 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemberian konsentrat A,
konsentrat B, dan konsentrat C terhadap
konsumsi total pakan (dalam bahan kering)
memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,5).
Pengaruh yang tidak nyata terhadap konsumsi
total pakan (dalam bahan kering) memiliki
dasar yang sama seperti pada konsumsi rumput
Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni: Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit...
(dalam bahan kering) dan konsumsi konsentrat
(dalam bahan kering), yaitu disebabkan oleh
keseimbangan protein dan energi seperti yang
dinyatakan oleh Parakkasi (1995) bahwa yang
menjadi penentu tingkat konsumsi adalah
keseimbangan zat makanan dan makna
palatabilitas. Di mana total konsumsi adalah
penjumlahan antara konsumsi konsentrat
dengan konsumsi rumput. Hal ini juga sesuai
dengan pendapat Church (1986), yakni faktor
yang mempengaruhi konsumsi antara lain
adalah palatabilitas dan kandungan nutrisi
pakan.
Pertambahan Bobot Badan, Konversi Pakan,
dan Bobot Potong
Rataan pertambahan bobot badan,
konversi pakan, dan bobot potong domba Sei
Putih selama penelitian dapat dilihat pada
Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Rataan pertambahan bobot badan,
konversi pakan, dan bobot potong domba Sei
Putih selama penelitian
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa
pertambahan bobot badan pada perlakuan T1
(konsentrat A) sebesar 958.33 g/ekor/minggu,
perlakuan T2 (konsentrat B) sebesar 951.39
g/ekor/minggu, dan perlakuan T3 (konsentrat
C) sebesar 979.17 g/ekor/minggu. Rataan
pertambahan bobot badan keseluruhan selama
penelitian
adalah
sebesar
962.96
g/ekor/minggu.
Untuk mengetahui hasil pemberian tiga
macam konsentrat terhadap pertambahan
bobot badan, maka dilakukan uji keragaman
seperti pada Tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Uji keragaman pertambahan bobot
badan domba Sei Putih selama penelitian
SK
Perlakuan
Galat
Total
KK =
13.69%
Db
Jk
Kt
F.Hit
2
15
17
2508.12
260997.42
263505.54
1254.06
17399.83
0.072
F.Tabel
5%
1%
tn
3.68
6.36
Ket: tn = tidak berbeda nyata
Hasil uji keragaman pada Tabel 9
menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan
yang diperoleh tidak berpengaruh nyata,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian
ketiga
macam
konsentrat
terhadap
pertambahan
bobot
badan
mempunyai
peningkatan yang sama. Hal ini terjadi karena
faktor umur dan faktor genetik antara ketiga
perlakuan
adalah
homogen.
Menurut
Tomaszewska et al.(1993) bahwa laju
pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh
umur, lingkungan, dan genetik, di mana berat
tubuh awal fase penggemukan berhubungan
dengan berat dewasa. Pertambahan bobot
badan yang tidak berbeda nyata dapat juga
disebabkan
karena
ternak
domba
mengkonsumsi pakan yang jumlahnya tidak
berbeda nyata, di mana menurut Cole (1982)
bahwa laju pertumbuhan ternak setelah disapih
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain
potensi pertumbuhan dari masing-masing
individu ternak dan pakan yang tersedia. Hal ini
didukung juga oleh Soeparno dan Davies (1987)
yang menyatakan bahwa jenis, kandungan gizi,
dan konsumsi pakan mempunyai pengaruh yang
11
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.1, April 2005
besar terhadap pertumbuhan. Dari hasil data
pada penelitian ini, rataan pertambahan bobot
badan domba 962.96 g/ekor/minggu, maka
dapat dihasilkan pertambahan bobot badan
sebesar 137,56 g/ekor/hari. Hasil penelitian ini
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
penelitian Hutagalung (1995) pada domba Sei
Putih yang mendapatkan rumput paspalum
dilatatum dengan suplementasi molases, urea,
dan mineral di mana pertambahan bobot
badannya hanya 31,10-45,55 g/ekor/hari dan
pada penelitian Junjungan (1995) pertambahan
bobot badan harian domba yaitu sebesar 126
g/ekor/hari pada pemberian ampas tahu 1,5%
dari bobot badan.
Pada Tabel 8 tampak bahwa rataan
konversi pakan selama penelitian sebesar 11.61
yang berarti bahwa untuk menaikkan 1 kg
bobot badan domba Sei Putih membutuhkan
pakan sebanyak 11,61 kg dalam bahan kering,
di mana konversi pakan pada perlakuan T1
(konsentrat A) sebesar 11.60, perlakuan T2
(konsentrat B) sebesar 11.85, dan perlakuan T3
(konsentrat C) sebesar 11.38.
Untuk
melihat
bagaimana
hasil
pemberian tiga macam konsentrat terhadap
konversi pakan, maka dilakukan uji keragaman
yang dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini:
Tabel 10. Uji keragaman konversi pakan
domba Sei Putih selama penelitian
SK
Perlakuan
Db
Jk
Kt
2
0.65
0.32
Galat
15
31.94
2.13
Total
KK =
12.57%
17
Ket:
tn
F.Hit
0.15
F.Tabel
tn
5%
1%
3.68
6.36
= tidak berbeda nyata
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa
konversi
pakan
yang
dihasilkan
tidak
berpengaruh nyata. Pertambahan bobot hidup
domba Sei Putih tidak berbeda nyata karena
ternak tersebut mengkonsumsi pakan yang
jumlahnya tidak berbeda nyata, hal ini
menghasilkan konsekuensi bahwa konversi
pakan juga tidak berbeda nyata. Konversi yang
tidak berpengaruh nyata disebabkan juga
adanya pertambahan bobot badan yang baik
dan konsumsi pakan yang baik pula. Hal ini
sesuai dengan pendapat Martawidjaja et al
(1999) bahwa konversi pakan khususnya pada
ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas
pakan, besarnya pertambahan bobot badan,
dan nilai kecernaan. Dengan memberikan
kualitas pakan yang baik, ternak akan tumbuh
lebih cepat dan lebih baik konversi pakannya.
12
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa bobot
potong pada perlakuan T1 (konsentrat A)
sebesar
25.25
kg/ekor,
perlakuan
T2
(konsentrat B) sebesar 25.42 kg/ekor, dan
perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar 25.54
kg/ekor. Rataan bobot potong adalah sebesar
25.40 kg/ekor.
Untuk mengetahui hasil pemberian tiga macam
konsentrat terhadap bobot potong, maka
dilakukan uji keragaman seperti pada Tabel 11
berikut ini:
Tabel 11. Uji keragaman bobot potong domba
Sei Putih selama penelitian
SK
Db
Jk
Kt
F.Hit
Perlakuan
2
0.26
0.13
0.01
Galat
15
146.51
9.77
Total
KK =
12.30%
tn
17
146.77
Ket:
F.Tabel
tn
5%
1%
3.68
6.36
= tidak berbeda nyata
Hasil uji keragaman pada Tabel 11
menunjukkan bahwa bobot potong yang
diperoleh tidak berpengaruh nyata, sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
pemberian
konsentrat A, konsentrat B, dan konsentrat C
terhadap bobot potong mempunyai bobot yang
sama. Adanya hasil bobot potong yang tidak
berbeda dikarenakan bangsa ternak yang
digunakan pada penelitian ini adalah sama,
begitu juga dengan jenis kelamin dan
kandungan zat gizi yang seragam. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kempster (1982) disitir
Ridwan (1991) yang menyatakan bahwa bobot
potong mempunyai pengaruh yang besar
terhadap komposisi karkas, tapi tentunya tidak
terlepas pula dengan ketergantungan pada
bangsa ternak, jenis kelamin, dan makanan.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil penelitian maka didapatkan
kesimpulan bahwa penggunaan konsentrat dari
hasil sampingan industri kelapa sawit dan
limbah
pertanian
dibandingkan
dengan
konsentrat
konvensional
sama
efeknya
terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan,
konversi pakan serta bobot potong domba Sei
Putih selama penggemukan tiga bulan.
Saran
Disarankan
supaya
masyarakat
dapat
memanfaatkan hasil sampingan industri kelapa
sawit dan limbah pertanian agar bersaing
Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni: Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit...
dengan pakan konvensional yang harganya
mahal.
Daftar Pustaka
Church, D. C. 1986. Livestock Feeds and
Feeding . New Jersey: Prentice Hall.
Cole, V. G. 1982. Beef Cattle Production
Guide. NSWUP Ed. Parramata, New
South Wales: Mac Arthur Press.
Devendra, C. and M. Burns. 1970. Goat
Production
In
The
Tropics.
C.A.B.Farham Royal Bucks, England.
pp.1,21.
Devendra, C. 1997. Utilization of Feedingstuffs
from The Oil Palm. Feedingstuffs for
Livestock In South East Asia, Serdang
Selanggor, Malaysia.
Pemberian Konsentrat.
Sarjana IPB, Bogor.
Tesis
Pasca
Setiadi, B. dan I. Inounu. 1991. Beternak
Kambing-Domba
Sebagai
Ternak
Potong. Bogor: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Soeparno and H. L. Davies. 1987. Studies On
The Growth and Carcass Composition In
The Daldale Wether Lamb. I. The Effect
of Dietary Energy Conentration and
Pasture Spesies. Australia.J. Agric.
Res.38 : 403 – 415.
Tomaszewska, M. W., J. M. Mastika, A. Djaja
Negara, S. Gardiner, dan T. R.
Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan
Domba di Indonesia. Surabaya: Sebelas
Maret University Press.
Diwyanto, K., A. Priyanti, dan D. Zainuddin.
1996.
Pengembangan
Ternak
Berwawasan Agribisnis di Pedesaan
Dengan
Memanfaatkan
Limbah
Pertanian dan Pemilihan Bibit Yang
Tepat. Jurnal Litbang Pertanian, XV
(I). Balai Penelitian Ternak.
Hanafiah, K. A. 2002. Rancangan Percobaan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hutagalung, R. 1995. Penampilan Domba
Jantan di Sumatera Utara Dengan
Menggunakan Ransum yang Terdiri Atas
Paspalum dilatatum, Molases, dan Urea
Dengan Tiga Macam Sumber Mineral.
Skripsi. Fakultas Peternakan IPB,
Bogor.
Junjungan, 1995. Pemberian Ampas Tahu
Untuk Domba dan Ransum Basal
Rumput Alam. JPPS 1 (6a). Edisi
Khusus. Sub-Balai Penelitian Ternak Sei
Putih.
Martawidjaja, M., B. Setiadi., dan S. S. Sitorus.
1999. Pengaruh Tingkat Protein Energi
Ransum Terhadap Kinerja Produksi
Kambing Kacang Muda. Balai Penelitian
Ternak. Jurnal Ilmu Ternak dan
Veteriner 4(3):161-171.
Parakkasi, A. 1995. Ilmu Makanan dan Ternak
Ruminan. Jakarta: UI Press.
Ridawan.
1991.
Pertumbuhan
Karkas,
Komponen Karkas, dan Nonkarkas
Kambing Kacang Pada Berbagai Tingkat
13
Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan
Industri Kelapa Sawit dan Limbah Pertanian
Terhadap Performans dan Bobot Potong Domba Sei Putih
(The Effect of Oil Palm Industry by Product and Agriculture by Product on
Performance and Slaughter Weight of Sei Putih Sheep)
Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni
(Staf Pengajar Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU)
Abstract: The objectives of this research were to test the comparison of three concentrates on
Performance and slaughtered weight of Sei Putih sheep for fat growth. The experiment was using
completely randomized experimental design (RAL) by three treatments and six replications, where
the treatment was (T1= grass + A concentrate; T2= grass + B concentrate, and T3= grass + C
concentrate, respectively). And each replication consisted of one sheep. This research used
eighteen sheep with average age 3-5 months and body weight range from 12 to 19 kg per animal
with average15 kg.
This research showed that usage of three concentrates from oil palm industry by product,
agriculture by product and conventional concentrate at Sei Putih sheep not significant effect on
consumption of feeds, average daily gain, feed conversion ration and slaughtered weight. The
result of this research could be concluded that the three concentrates from oil palm industry by
product, agriculture by product had similar effect with conventional concentrate on Performance
and slaughtered weight of Sei Putih sheep.
Key words: Oil palm industry by product, agriculture by product, Sei Putih sheep.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbandingan tiga macam konsentrat yang terdiri
atas hasil sampingan industri kelapa sawit, limbah pertanian, dan konsentrat konvensional terhadap
Performans dan bobot potong domba Sei Putih selama penggemukan. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) nonfaktorial dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan, di mana perlakuan T1
yaitu rumput + konsentrat A; T2 yaitu rumput + konsentrat B; T3 yaitu rumput + konsentrat C, dan
setiap ulangan terdiri dari 1 ekor ternak sehingga ternak yang digunakan sebanyak 18 ekor dengan
umur rata-rata 5-6 bulan dan bobot hidup awal (12-19 kg) dengan rataan 15 kg.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan ketiga macam konsentrat pada
domba Sei Putih secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap konsumsi
ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan bobot potong. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan konsentrat dari hasil sampingan industri kelapa sawit dan limbah pertanian sama
efeknya dibandingkan dengan konsentrat konvensional terhadap konsumsi ransum, pertambahan
bobot badan, konversi ransum, dan bobot potong domba Sei Putih.
Kata Kunci: Hasil samping industri kelapa sawit, limbah pertanian, domba Sei Putih.
Pendahuluan
Latar Belakang
Untuk mendorong usaha peternakan
yang berorientasi pasar, pemeliharaan ternak
domba merupakan cara yang efektif dan
mempunyai peranan penting dalam kehidupan
masyarakat, yaitu mampu meningkatkan
pendapatan peternak berpenghasilan rendah.
Ternak domba juga mudah dipelihara, biaya
pemeliharaannya tidak begitu besar, dapat
dijual sewaktu-waktu serta mudah beradaptasi
dengan lingkungan (Diwyanto et al., 1996).
Untuk pelaksanaan di tingkat lapangan,
pengembangan subsektor peternakan tidak
dapat berkembang hanya secara parsial saja,
namun harus terpadu dengan subsektor lainnya.
Hal yang sangat terkait dengan subsektor
peternakan adalah subsektor perkebunan dan
pertanian sebagai sumber usaha peternakan.
Hal ini berkaitan dengan penyediaan lahan
untuk tanaman pakan ternak yang dapat
dilaksanakan di antara tanaman perkebunan. Di
7
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.1, April 2005
samping itu hasil sampingan industri kelapa
sawit
dan
limbah
pertanian
dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, khususnya
Propinsi Sumatera Utara masih banyak belum
termanfaatkan.
Limbah pertanian dan hasil sampingan
industri
kelapa
sawit
tersebut
sangat
bermanfaat bagi peternakan, sebab berperan
cukup
penting
dan
berpotensi
dalam
penyediaan pakan tambahan dan sebagai
pengganti rumput bagi ternak ruminansia,
terutama pada waktu musim kemarau. Pada
musim kemarau rumput-rumputan terganggu
pertumbuhannya sehingga pakan hijauan yang
tersedia akan kurang baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya. Bahkan di daerah-daerah
tertentu rumput pakan ternak akan kering dan
mati. Akibat yang timbul adalah kekurangan
pakan hijauan. Untuk mengatasi masalah
kekurangan pakan hijauan, peternak akan
menggunakan limbah pertanian dan hasil
sampingan industri kelapa sawit yang tersedia
di sekitarnya. Sebagai contoh, lumpur sawit
dan bungkil inti sawit dari hasil sampingan
industri kelapa sawit sangat potensial sebagai
pakan alternatif di daerah sekitar perkebunan
kelapa sawit. Sedangkan limbah pertanian
sangat jarang digunakan sebagai pakan ternak.
Sebagai contoh kulit buah markisa dan limbah
nenas juga dapat digunakan sebagai pakan
ternak.
Laju pertumbuhan ternak setelah
disapih ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain potensi pertumbuhan dari masingmasing individu ternak dan pakan yang tersedia
(Cole, 1982). Potensi pertumbuhan dalam
periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa,
heterosis (hybrid vigour) dan jenis kelamin.
Pola pertumbuhan ternak tergantung pada
sistem manajemen (pengelolaan) yang dipakai,
tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan,
dan iklim. Menurut Tomaszewska et al. (1993)
bahwa laju pertambahan bobot badan
dipengaruhi oleh umur, lingkungan, dan genetik
di mana berat tubuh awal fase penggemukan
berhubungan dengan berat dewasa.
Nilai pertambahan bobot hidup merupakan
suatu hal yang sangat penting bagi peternak, di
mana menurut Hutagalung (1995), pada
penelitian yang dilakukan pada domba Sei Putih
yang mendapat rumput paspalum dilatatum
dengan suplementasi molasses, urea, dan
mineral di mana pertambahan bobot badannya
hanya 31,10-45,55 g/ekor/hari. Pertambahan
bobot badan harian domba semakin tinggi pada
konsumsi ampas tahu yaitu sebesar 126
g/ekor/hari pada pemberian ampas tahu 1,5%
dari bobot badan (Junjungan, 1995).
Bobot potong merupakan parameter yang
paling berpengaruh terhadap komposisi tubuh
8
sehingga perlu mendapatkan perhatian. Bobot
potong mempunyai pengaruh yang besar
terhadap komposisi karkas, tetapi tentunya
tidak terlepas pula dengan ketergantungan
pada bangsa ternak, jenis kelamin, dan
makanan (Kempster, 1982) disitir (Ridawan
1991).
Bertitik tolak dari pemikiran di atas maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pemanfaatan limbah pertanian
dan hasil sampingan industri kelapa sawit
dalam ketiga macam konsentrat terhadap
konsumsi, pertambahan bobot badan, konversi
pakan dan bobot potong domba Sei Putih.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian
adalah
untuk
menguji konsentrat A, konsentrat B dan
konsentrat C terhadap Performans dan bobot
potong domba Sei Putih selama penggemukan
tiga bulan.
Hipotesis Penelitian
Pemberian ketiga macam konsentrat
pada domba Sei Putih menghasilkan Performans
dan bobot potong yang sama kualitasnya.
Bahan dan Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Pulau Gambar Kecamatan Dolok Masihul
Kabupaten Serdang Bedagai dan berlangsung
selama lebih kurang tiga bulan di mulai pada
bulan Januari 2005 hingga April 2005.
Bahan penelitian terdiri atas domba
jantan Sei Putih lepas sapih sebanyak 18 ekor
dengan umur rata-rata 3-5 bulan dan bobot
hidup awal (12-19 kg) dengan rataan 15 kg;
rumput gajah; konsentrat yang diberikan terdiri
atas: Konsentrat A terdiri dari: lumpur sawit,
bungkil inti sawit, anakan tebu, kerak tahu,
tepung tulang, molases, urea, ultramineral,
garam; Konsentrat B terdiri dari: tepung
jagung, dedak halus, bungkil kedelai, tepung
tulang, molases, urea, ultramineral, garam;
dan Konsentrat C terdiri dari: kulit buah
markisa, limbah nenas, tepung jagung, dedak
halus, bungkil kedelai, tepung ikan, urea,
ultramineral, garam; air minum; obat-obatan
seperti obat cacing (kalbazen) dan antibiotik
(sulfastrong).
Metode penelitian yang digunakan ialah
metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan dan 6 ulangan, di mana ketiga
perlakuan tersebut adalah: T1 = rumput gajah
+ konsentrat A, T2= rumput gajah + konsentrat
B dan T3= rumput gajah + konsentrat C.
Parameter Penelitian adalah konsumsi
pakan, pertambahan bobot badan, konversi
pakan, dan bobot potong domba Sei Putih.
Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni: Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit...
Susunan bahan pakan dalam konsentrat
disajikan pada Tabel 1, 2, dan 3.
Tabel 1. Susunan bahan pakan pada
konsentrat A
No.
Bahan
Penggunaan
Bahan (%)
30
Protein
Kasar (%)
3,97
1
Lumpur Sawit
2
Bungkil Inti Sawit
25
3,85
3
Anakan Tebu
19
0,96
4
Kerak Tahu
5
Molases
6
Urea
7
Ultramineral
8
Tepung Tulang
9
Garam
Total
20
5,78
3,25
0,13
1
2,14
0,50
0
1
0
0,25
0
100%
16,83%
Tabel 2. Susunan bahan pakan pada
konsentrat B
No.
Bahan
1
2
3
4
5
6
7
8
Jagung Kuning
Dedak Halus
Bungkil Kedelai
Tepung Tulang
Molases
Urea
Ultramineral
Garam
Total
Penggunaan
Bahan (%)
50
31
13
1
3,25
1
0,50
0,25
100%
Protein
Kasar (%)
4,45
4,03
5,85
0
0,13
2,14
0
0
16,60%
Tabel 3. Susunan bahan pakan pada
konsentrat C
No.
Bahan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kulit Buah Markisa
Limbah Nenas
Tepung Jagung
Dedak Halus
Tepung Ikan
Bungkil Kedelai
Urea
Ultramineral
Garam
Total
Penggunaan
Bahan (%)
20
5
22
38
1,50
11
0,50
1
1
100%
Protein
Kasar (%)
2,63
0,17
1,89
4,56
0,79
4,84
1,43
0
0
16,31%
Definisi operasional:
Konsentrat A adalah konsentrat yang
dibuat dan dirancang susunannya yang terdiri
dari hasil sampingan industri kelapa sawit dan
bahan lainnya.
Konsentrat B adalah konsentrat yang
biasanya digunakan para peternak dan bahanbahan dasarnya tersedia di pasar, tidak perlu
pengolahan tetapi hanya dengan dicampurkan
saja.
Konsentrat C adalah konsentrat yang
terdiri dari limbah pertanian (nenas dan
markisa) yang diperjualbelikan oleh Loka
Penelitian Kambing Potong Sei Putih.
Hasil dan Pembahasan
Konsumsi Rumput, Konsentrat, dan Rumput +
Konsentrat
Konsumsi rumput selama penelitian
dihitung berdasarkan bahan kering, di mana
rumput yang dipakai adalah rumput gajah
dengan bahan kering sebesar 86,34% yang
diberikan secara ad libitum dengan pemberian
10% dari bobot badan ternak. Konsentrat
diberikan sebanyak 3% dari bobot badan ternak
domba. Konsumsi total pakan dihitung dengan
menambahkan semua pakan yang dikonsumsi
oleh ternak domba yaitu konsumsi rumput dan
konsentrat dalam bahan kering.
Rataan konsumsi rumput, konsentrat
dan rumput + konsentrat (dalam bahan kering)
dari ternak domba selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4. Rataan konsumsi rumput, konsentrat
dan rumput + konsentrat (dalam bahan
kering) selama penelitian (g/ekor/minggu)
Perlakuan
T1
T2
T3
Total
Rataan
Konsumsi
Rumput
Konsumsi
konsentrat
7.986.87
7.947.53
7.903.58
23.838.98
7.945.99
3.086.89
3.133.50
3.070.13
9.290.52
3.096.84
Konsumsi
Total
(Rumput +
Konsentrat)
11.111.19
11.196.03
10.973.72
33.280.94
11.093.65
Dari Tabel 4 terlihat bahwa konsumsi
rumput pada perlakuan T1 (konsentrat A)
sebesar 7986.87 g/ekor/minggu, perlakuan T2
(konsentrat B) sebesar 7947.53 g/ekor/minggu,
dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar
7903.58 g/ekor/minggu. Rataan konsumsi
rumput keseluruhan selama penelitian adalah
sebesar 7945.99 g/ekor/minggu.
Untuk
melihat
bagaimana
hasil
pemberian tiga macam konsentrat terhadap
konsumsi rumput (dalam bahan kering), maka
dilakukan uji keragaman yang dapat dilihat
pada Tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Uji keragaman konsumsi rumput
domba Sei Putih selama penelitian
SK
Db
Jk
Kt
PerlaKuan
2
20828.44
10414.22
Galat
15
17238988.00
1149266.00
Total
KK =
13.49%
17
17259816.00
F.Hit
0.00906
F Tabel
tn
5%
1%
3.68
6.36
9
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.1, April 2005
Ket: tn = tidak berbeda nyata
Dari hasil uji keragaman pada Tabel 5
menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F
Tabel pada taraf 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemberian tiga macam
konsentrat terhadap konsumsi rumput (dalam
bahan kering) memberikan pengaruh tidak
nyata (P>0,5). Hal ini dapat diasumsikan bahwa
konsentrat A, konsentrat B, dan konsentrat C
memberikan respon yang sama kualitasnya
terhadap konsumsi rumput (dalam bahan
kering). Keseragaman konsumsi rumput ini
dapat terjadi karena pemberian konsentrat
telah mencukupi sebagian kebutuhan ternak
domba, baik kebutuhan protein maupun
energinya serta rumput yang diberikan pada
setiap perlakuan dengan jenis yang sama.
Menurut Devendra dan Burns (1970), adanya
keragaman yang besar dalam konsumsi bahan
kering rumput disebabkan oleh beda kualitas,
daya cerna, dan spesies tanaman. Persamaan
yang terjadi pada konsumsi rumput (dalam
bahan kering) dapat juga disebabkan oleh
kandungan zat gizi pada konsentrat yang sama.
Hal ini sesuai dengan pendapat Parakkasi
(1995) yang menyatakan bahwa yang utama
dalam penentuan tingkat konsumsi adalah
keseimbangan zat makanan dan juga makna
palatabilitasnya.
Dari Tabel 4 terlihat bahwa konsumsi
konsentrat pada perlakuan T1 (konsentrat A)
sebesar 3086.89 g/ekor/minggu, perlakuan T2
(konsentrat B) sebesar 3133.50 g/ekor/minggu,
dan perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar
3070.13 g/ekor/minggu. Rataan konsumsi
konsentrat keseluruhan selama penelitian
adalah sebesar 3096.84 g/ekor/minggu.
Untuk mengetahui hasil pemberian tiga
macam
konsentrat
terhadap
konsumsi
konsentrat dalam bahan kering, maka
dilakukan uji keragaman seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji keragaman konsumsi konsentrat
domba Sei Putih selama penelitian
SK
Db
Jk
Kt
Perlakuan
2
12934.84
6467.42
Galat
15
2088341.00
139222.70
Total
KK =
12.04%
17
2101276.00
F.Hit
0.046
F.Tabel
tn
5%
1%
3.68
6.36
Ket: tn = tidak berbeda nyata
Dari analisa sidik ragam di atas
menunjukkan bahwa bahwa F hitung lebih kecil
dari F Tabel pada taraf 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemberian tiga macam
10
konsentrat terhadap konsumsi konsentrat
(dalam bahan kering) memberikan pengaruh
tidak nyata (P>0,5). Hasil yang tidak nyata
pengaruhnya dapat dikatakan bahwa ketiga
macam konsentrat yang dipakai tidak berbeda
pada konsumsi konsentrat (dalam bahan kering)
disebabkan karena susunan konsentrat ketiga
perlakuan tersebut mempunyai kandungan
nutrisi yang relatif sama dan ternak yang
digunakan homogen baik dari bobot badan
maupun umurnya. Menurut Parakkasi (1995)
bahwa tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain faktor ternak
(bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan,
kualitas pakan, dan palatabilitas). Dan
makanan yang berkualitas baik, tingkat
konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan
makanan berkualitas rendah, sehingga kualitas
pakan yang relatif sama maka tingkat
konsumsinya juga tidak berbeda. Hal ini juga
diutarakan oleh Tomazweska et al. (1993) yang
menyatakan bahwa kualitas pakan berpengaruh
terhadap konsumsi akhirnya bertujuan untuk
pemenuhan kebutuhan.
Pada Tabel 4 tampak bahwa konsumsi
total pakan pada perlakuan T1 (konsentrat A)
sebesar 11111.19 g/ekor/minggu, perlakuan T2
(konsentrat
B)
sebesar
11196.03
g/ekor/minggu, dan perlakuan T3 (konsentrat
C) sebesar 10973.72 g/ekor/minggu. Rataan
konsumsi total pakan keseluruhan selama
penelitian
adalah
sebesar
11093.65
g/ekor/minggu.
Untuk melihat hasil pemberian tiga macam
konsentrat terhadap konsumsi total pakan
dalam bahan kering, maka dilakukan uji
keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Uji keragaman konsumsi total pakan
domba Sei Putih selama penelitian
SK
Db
Jk
Kt
Perlakuan
2
151033.40
75516.70
Galat
15
130006372.30
8667091.49
Total
KK =
26.53%
17
130157405.70
F.Hit
0.00871
F.Tabel
tn
5%
1%
3.68
6.36
Ket: tn = tidak berbeda nyata
Dari hasil uji keragaman pada Tabel 7
menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F
Tabel pada taraf 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemberian konsentrat A,
konsentrat B, dan konsentrat C terhadap
konsumsi total pakan (dalam bahan kering)
memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,5).
Pengaruh yang tidak nyata terhadap konsumsi
total pakan (dalam bahan kering) memiliki
dasar yang sama seperti pada konsumsi rumput
Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni: Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit...
(dalam bahan kering) dan konsumsi konsentrat
(dalam bahan kering), yaitu disebabkan oleh
keseimbangan protein dan energi seperti yang
dinyatakan oleh Parakkasi (1995) bahwa yang
menjadi penentu tingkat konsumsi adalah
keseimbangan zat makanan dan makna
palatabilitas. Di mana total konsumsi adalah
penjumlahan antara konsumsi konsentrat
dengan konsumsi rumput. Hal ini juga sesuai
dengan pendapat Church (1986), yakni faktor
yang mempengaruhi konsumsi antara lain
adalah palatabilitas dan kandungan nutrisi
pakan.
Pertambahan Bobot Badan, Konversi Pakan,
dan Bobot Potong
Rataan pertambahan bobot badan,
konversi pakan, dan bobot potong domba Sei
Putih selama penelitian dapat dilihat pada
Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Rataan pertambahan bobot badan,
konversi pakan, dan bobot potong domba Sei
Putih selama penelitian
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa
pertambahan bobot badan pada perlakuan T1
(konsentrat A) sebesar 958.33 g/ekor/minggu,
perlakuan T2 (konsentrat B) sebesar 951.39
g/ekor/minggu, dan perlakuan T3 (konsentrat
C) sebesar 979.17 g/ekor/minggu. Rataan
pertambahan bobot badan keseluruhan selama
penelitian
adalah
sebesar
962.96
g/ekor/minggu.
Untuk mengetahui hasil pemberian tiga
macam konsentrat terhadap pertambahan
bobot badan, maka dilakukan uji keragaman
seperti pada Tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Uji keragaman pertambahan bobot
badan domba Sei Putih selama penelitian
SK
Perlakuan
Galat
Total
KK =
13.69%
Db
Jk
Kt
F.Hit
2
15
17
2508.12
260997.42
263505.54
1254.06
17399.83
0.072
F.Tabel
5%
1%
tn
3.68
6.36
Ket: tn = tidak berbeda nyata
Hasil uji keragaman pada Tabel 9
menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan
yang diperoleh tidak berpengaruh nyata,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian
ketiga
macam
konsentrat
terhadap
pertambahan
bobot
badan
mempunyai
peningkatan yang sama. Hal ini terjadi karena
faktor umur dan faktor genetik antara ketiga
perlakuan
adalah
homogen.
Menurut
Tomaszewska et al.(1993) bahwa laju
pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh
umur, lingkungan, dan genetik, di mana berat
tubuh awal fase penggemukan berhubungan
dengan berat dewasa. Pertambahan bobot
badan yang tidak berbeda nyata dapat juga
disebabkan
karena
ternak
domba
mengkonsumsi pakan yang jumlahnya tidak
berbeda nyata, di mana menurut Cole (1982)
bahwa laju pertumbuhan ternak setelah disapih
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain
potensi pertumbuhan dari masing-masing
individu ternak dan pakan yang tersedia. Hal ini
didukung juga oleh Soeparno dan Davies (1987)
yang menyatakan bahwa jenis, kandungan gizi,
dan konsumsi pakan mempunyai pengaruh yang
11
Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.1, April 2005
besar terhadap pertumbuhan. Dari hasil data
pada penelitian ini, rataan pertambahan bobot
badan domba 962.96 g/ekor/minggu, maka
dapat dihasilkan pertambahan bobot badan
sebesar 137,56 g/ekor/hari. Hasil penelitian ini
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
penelitian Hutagalung (1995) pada domba Sei
Putih yang mendapatkan rumput paspalum
dilatatum dengan suplementasi molases, urea,
dan mineral di mana pertambahan bobot
badannya hanya 31,10-45,55 g/ekor/hari dan
pada penelitian Junjungan (1995) pertambahan
bobot badan harian domba yaitu sebesar 126
g/ekor/hari pada pemberian ampas tahu 1,5%
dari bobot badan.
Pada Tabel 8 tampak bahwa rataan
konversi pakan selama penelitian sebesar 11.61
yang berarti bahwa untuk menaikkan 1 kg
bobot badan domba Sei Putih membutuhkan
pakan sebanyak 11,61 kg dalam bahan kering,
di mana konversi pakan pada perlakuan T1
(konsentrat A) sebesar 11.60, perlakuan T2
(konsentrat B) sebesar 11.85, dan perlakuan T3
(konsentrat C) sebesar 11.38.
Untuk
melihat
bagaimana
hasil
pemberian tiga macam konsentrat terhadap
konversi pakan, maka dilakukan uji keragaman
yang dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini:
Tabel 10. Uji keragaman konversi pakan
domba Sei Putih selama penelitian
SK
Perlakuan
Db
Jk
Kt
2
0.65
0.32
Galat
15
31.94
2.13
Total
KK =
12.57%
17
Ket:
tn
F.Hit
0.15
F.Tabel
tn
5%
1%
3.68
6.36
= tidak berbeda nyata
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa
konversi
pakan
yang
dihasilkan
tidak
berpengaruh nyata. Pertambahan bobot hidup
domba Sei Putih tidak berbeda nyata karena
ternak tersebut mengkonsumsi pakan yang
jumlahnya tidak berbeda nyata, hal ini
menghasilkan konsekuensi bahwa konversi
pakan juga tidak berbeda nyata. Konversi yang
tidak berpengaruh nyata disebabkan juga
adanya pertambahan bobot badan yang baik
dan konsumsi pakan yang baik pula. Hal ini
sesuai dengan pendapat Martawidjaja et al
(1999) bahwa konversi pakan khususnya pada
ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas
pakan, besarnya pertambahan bobot badan,
dan nilai kecernaan. Dengan memberikan
kualitas pakan yang baik, ternak akan tumbuh
lebih cepat dan lebih baik konversi pakannya.
12
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa bobot
potong pada perlakuan T1 (konsentrat A)
sebesar
25.25
kg/ekor,
perlakuan
T2
(konsentrat B) sebesar 25.42 kg/ekor, dan
perlakuan T3 (konsentrat C) sebesar 25.54
kg/ekor. Rataan bobot potong adalah sebesar
25.40 kg/ekor.
Untuk mengetahui hasil pemberian tiga macam
konsentrat terhadap bobot potong, maka
dilakukan uji keragaman seperti pada Tabel 11
berikut ini:
Tabel 11. Uji keragaman bobot potong domba
Sei Putih selama penelitian
SK
Db
Jk
Kt
F.Hit
Perlakuan
2
0.26
0.13
0.01
Galat
15
146.51
9.77
Total
KK =
12.30%
tn
17
146.77
Ket:
F.Tabel
tn
5%
1%
3.68
6.36
= tidak berbeda nyata
Hasil uji keragaman pada Tabel 11
menunjukkan bahwa bobot potong yang
diperoleh tidak berpengaruh nyata, sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
pemberian
konsentrat A, konsentrat B, dan konsentrat C
terhadap bobot potong mempunyai bobot yang
sama. Adanya hasil bobot potong yang tidak
berbeda dikarenakan bangsa ternak yang
digunakan pada penelitian ini adalah sama,
begitu juga dengan jenis kelamin dan
kandungan zat gizi yang seragam. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kempster (1982) disitir
Ridwan (1991) yang menyatakan bahwa bobot
potong mempunyai pengaruh yang besar
terhadap komposisi karkas, tapi tentunya tidak
terlepas pula dengan ketergantungan pada
bangsa ternak, jenis kelamin, dan makanan.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil penelitian maka didapatkan
kesimpulan bahwa penggunaan konsentrat dari
hasil sampingan industri kelapa sawit dan
limbah
pertanian
dibandingkan
dengan
konsentrat
konvensional
sama
efeknya
terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan,
konversi pakan serta bobot potong domba Sei
Putih selama penggemukan tiga bulan.
Saran
Disarankan
supaya
masyarakat
dapat
memanfaatkan hasil sampingan industri kelapa
sawit dan limbah pertanian agar bersaing
Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni: Pengaruh Penggunaan Hasil Sampingan Industri Kelapa Sawit...
dengan pakan konvensional yang harganya
mahal.
Daftar Pustaka
Church, D. C. 1986. Livestock Feeds and
Feeding . New Jersey: Prentice Hall.
Cole, V. G. 1982. Beef Cattle Production
Guide. NSWUP Ed. Parramata, New
South Wales: Mac Arthur Press.
Devendra, C. and M. Burns. 1970. Goat
Production
In
The
Tropics.
C.A.B.Farham Royal Bucks, England.
pp.1,21.
Devendra, C. 1997. Utilization of Feedingstuffs
from The Oil Palm. Feedingstuffs for
Livestock In South East Asia, Serdang
Selanggor, Malaysia.
Pemberian Konsentrat.
Sarjana IPB, Bogor.
Tesis
Pasca
Setiadi, B. dan I. Inounu. 1991. Beternak
Kambing-Domba
Sebagai
Ternak
Potong. Bogor: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Soeparno and H. L. Davies. 1987. Studies On
The Growth and Carcass Composition In
The Daldale Wether Lamb. I. The Effect
of Dietary Energy Conentration and
Pasture Spesies. Australia.J. Agric.
Res.38 : 403 – 415.
Tomaszewska, M. W., J. M. Mastika, A. Djaja
Negara, S. Gardiner, dan T. R.
Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan
Domba di Indonesia. Surabaya: Sebelas
Maret University Press.
Diwyanto, K., A. Priyanti, dan D. Zainuddin.
1996.
Pengembangan
Ternak
Berwawasan Agribisnis di Pedesaan
Dengan
Memanfaatkan
Limbah
Pertanian dan Pemilihan Bibit Yang
Tepat. Jurnal Litbang Pertanian, XV
(I). Balai Penelitian Ternak.
Hanafiah, K. A. 2002. Rancangan Percobaan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hutagalung, R. 1995. Penampilan Domba
Jantan di Sumatera Utara Dengan
Menggunakan Ransum yang Terdiri Atas
Paspalum dilatatum, Molases, dan Urea
Dengan Tiga Macam Sumber Mineral.
Skripsi. Fakultas Peternakan IPB,
Bogor.
Junjungan, 1995. Pemberian Ampas Tahu
Untuk Domba dan Ransum Basal
Rumput Alam. JPPS 1 (6a). Edisi
Khusus. Sub-Balai Penelitian Ternak Sei
Putih.
Martawidjaja, M., B. Setiadi., dan S. S. Sitorus.
1999. Pengaruh Tingkat Protein Energi
Ransum Terhadap Kinerja Produksi
Kambing Kacang Muda. Balai Penelitian
Ternak. Jurnal Ilmu Ternak dan
Veteriner 4(3):161-171.
Parakkasi, A. 1995. Ilmu Makanan dan Ternak
Ruminan. Jakarta: UI Press.
Ridawan.
1991.
Pertumbuhan
Karkas,
Komponen Karkas, dan Nonkarkas
Kambing Kacang Pada Berbagai Tingkat
13