Manfaat Laporan Akhir Sistematika Penulisan Sensor Suhu LM 35

Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. Tujuan dilakukannya pembuatan laporan akhir ini adalah sebagai berikut : a. Sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program Diploma Tiga D-III Fisika Instrumentasi FMIPA Universitas Sumatera Utara. b. Studi awal tentang sistem kecerdasan buatan c. Memanfaatkan Mikrokontroller ATMega 8535 sebagai tempat pemrosesan data dari sebuah sistem.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam laporan laporan akhir ini hanya mencakup masalah-masalah sebagai berikut: a. Sensor api yang digunakan adalah photodiode sehingga sensor hanya mendeteksi keberadaan api yang ada disekitarnya. b. Kelemahan sensor infra merah ialah mudah terganggu infra merah alam yang dipancarakan oleh matahari. c. Pembahasan Mikrokontroler ATMega8535 hanya sebatas dasar dan program.

1.4 Manfaat Laporan Akhir

Manfaat yang didapat dari laporan akhir ini adalah : 1. Prototype ini dapat diaplikasikan pada gedung, perumahan ataupun instansi perkantoran. 2. Dapat memudahkan pekerjaan manusia dalam mengatasi kebakaran. 3. Meminimalkan terjadinya suatu kebakaran besar.

1.5 Sistematika Penulisan

Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari Prototype pendeteksi Kebakaran dengan berbasis mikrokontroler ATMega8535 . BAB 1 PENDAHULUAN Dalam hal ini berisikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan. BAB 2 LANDASAN TEORI Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian teori pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler ATMega8535 hardware dan software, bahasa program yang dipergunakan, dan komponen pendukung. BAB 3 RANCANGAN SISTEM Analisa rangkaian dan sistem kerja, dalam bab ini dibahas tentang sistem kerja perblok diagram. BAB 4 PENGUJIAN RANGKAIAN Pembahasan rangkaian dan program yang dijalankan serta pengujian rangkaian. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan ini serta saran apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien. Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Rangkaian Sistem Minimum AVR 8535

Sistem minimum sismin mikrokontroler adalah rangkaian elektronik minimum yang diperlukan untuk beroperasinya IC mikrokontroler. Sismin ini kemudian bisa dihubungkan dengan rangkaian lain untuk menjalankan fungsi tertentu. Di keluarga mikrokontroler AVR, seri 8535 adalah salah satu seri yang sangat banyak digunakan. Untuk membuat rangkaian sismin Atmel AVR 8535 diperlukan beberapa komponen yaitu: 1. IC mikrokontroler ATmega8535 2. 1 XTAL 4 MHz atau 8 MHz XTAL1 3. 3 kapasitor kertas yaitu dua 22 pF C2 dan C3 serta 100 nF C4 4. 1 kapasitor elektrolit 4.7 uF C12 2 resistor yaitu 100 ohm R1 dan 10 Kohm R3 5. 1 tombol reset pushbutton PB1 Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. Selain itu tentunya diperlukan power suply yang bisa memberikan tegangan 5V DC. Rangkaian sistem minimum ini sudah siap untuk menerima sinyal analog fasilitas ADC di port A. Gambar rangkaiannya adalah sebagai berikut. Gambar 2.1 Sistem Minimum AVR ATmega8535 Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009.

2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AVR

Mikrokontroler adalah suatu chip yang dapat digunakan sebagai pengontrol utama sistem elektronika,misalnya sistem pengukur suhu digital, sistem keamanan rumah, dll. Hal ini dikarenakan di dalam chip tersebut sudah ada unit pemroses, memori ROM Read Only Memori, RAM Random Access Memory, Input-Output, dan fasilitas pendukunng lainnya. Mikrokontroler AVR memiliki arsitektur RISC 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit 16-bit word dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 satu siklus clock, berbeda dengan instruksi MCS51 yang membutuhkan 12 siklus clock. Hal ini terjadi karena kedua jenis mikrokontroler tersebut memiliki arsitektur yang berbeda. AVR berteknologi RISC Reduced Instruksi Set Computing, sehingga eksekusi instruksi dapat berlangsung sangat cepat dan efisien. Sedangkan seri MCS51 berteknoli CISC Complex Instruktion Set Computing. Secara umum, AVR dapat dikelompokan menjadi 4 kelas, yaitu keluarga ATtiny, keluarga AT90SXX, keluarga ATmega, dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bias dikatakan hampir sama. Mikrokontroler AVR sudah menggunakan konsep arsitektur Harvard yang memisahkan memori dan bus untuk data dan program, serta sudah menerapkan single level pipelining. Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. Blok sistem mikrokontroler AVR adalah sebagai berikut Gambar 2.2. Skematik Blok Sistem Mikrokontroller AVR Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. Salah satu seri mikrokontroler AVR yang banyak menjadi andalan saat ini adalah tipe ATtiny2313 dan ATmega8535. Seri ATtiny2313 banyak digunakan untuk sistem yang relatif sederhana dan berukuran kecil. Berikut adalah feature-feature mikrokontroler seri ATtiny2313. a. Kapasitas memori Flash 2 Kbytes untuk program b. Kapasitas memori EEPROM 128 bytes untuk data c. Maksimal 18 pin IO d. 8 interrupt e. 8-bit timer f. Analog komparator g. On-chip oscillator h. Fasilitas In System Programming ISP Sedangkan ATmega8535 banyak digunakan untuk sistem yang kompleks, memiliki input sinyal analog, dan membutuhkan memori yang relatif lebih besar. Berikut adalah feature-feature mikrokontroler seri ATmega8535.

2.1.2 Penjelasan Fungsi PIN Mikrokontroller AVR

IC mikrokontroler dikemas packaging dalam bentuk yang berbeda. Namun pada dasarnya fungsi kaki yang ada pada IC memiliki persamaan. Gambar salah satu bentuk IC seri mikrokontroler AVR ATmega8535 dapat dilihat berikut. 1. Memori Flash 8 Kbytes untuk program dengan kemampuan Read While Write 2. Memori EEPROM 512 bytes untuk data yang dapat diprogram saat operasi 3. Memori SRAM 512 bytes untuk data Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. 4. CPU yang terdiri dari 32 buah register 5. Tiga buah Timer Counter dengan kemampuan pembandingan 6.. Watchdog Timer dengan osilator internal 7. ADC Analog to Digital converter 10 bit sebanyak 8 saluran 8. Port USART untuk komunikasi serial 9. Antar muka komparator analog 10. Saluran IO sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D. 11. Port antarmuka SPI 12. Unit interupsi internal dan eksternal Gambar 2.3 Pin Atmega 8535 Berikut adalah penjelasan fungsi tiap kaki.

1. PORT A

Merupakan 8-bit directional port IO. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor dapat diatur per bit. Output buffer Port A dapat memberi arus 20 mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port A DDRA harus disetting terlebih dahulu sebelum Port A digunakan. Bit-bit DDRA diisi 0 jika ingin memfungsikan pin- pin port A yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. Selain itu, kedelapan pin port A juga digunakan untuk masukan sinyal analog bagi AD converter. 2. PORT B Merupakan 8-bit directional port IO. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor dapat diatur per bit. Output buffer Port B dapat memberi arus 20 mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port B DDRB harus disetting terlebih dahulu sebelum Port B digunakan. Bit-bit DDRB diisi 0 jika ingin memfungsikan pin- pin port B yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Pin-pin port B juga memiliki untuk fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 2.1. Konfigurasi pin port B ATmega 8535 Port Pin Fungsi Khusus PB0 T0 = timercounter 0 external counter input PB1 T1 = timercounter 0 external counter input PB2 AIN0 = analog comparator positive input PB3 AIN1 = analog comparator negative input PB4 SS = SPI slave select input PB5 MOSI = SPI bus master output slave input PB6 MISO = SPI bus master input slave output PB7 SCK = SPI bus serial clock

3. PORT C

Merupakan 8-bit directional port IO. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor dapat diatur per bit. Output buffer Port C dapat Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. memberi arus 20 mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port C DDRC harus disetting terlebih dahulu sebelum Port C digunakan. Bit-bit DDRC diisi 0 jika ingin memfungsikan pin- pin port C yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, dua pin port C PC6 dan PC7 juga fungsi alternatif sebagai oscillator untuk timercounter 2. 4. PORT D Merupakan 8-bit directional port IO. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor dapat diatur per bit. Output buffer Port D dapat memberi arus 20 mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port D DDRD harus disetting terlebih dahulu sebelum Port D digunakan. Bit-bit DDRD diisi 0 jika ingin memfungsikan pin- pin port D yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin port D juga memiliki untuk fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 2.2.Konfigurasi Pin Port D ATmega8535 Port Pin Fungsi Khusus PD0 RDX UART input line PD1 TDX UART output line PD2 INT0 external interrupt 0 input PD3 INT1 external interrupt 1 input PD4 OC1B TimerCounter1 output compareB match output PD5 OC1A TimerCounter1 output compareA match output Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. PD6 ICP TimerCounter1 input capture pin PD7 OC2 TimerCounter2 output compare match output

1. RESET

RST pada pin 9 merupakan reset dari AVR. Jika pada pin ini diberi masukan low selama minimal 2 machine cycle maka system akan di-reset.

2. XTAL1

XTAL1 adalah masukan ke inverting oscillator amplifier dan input ke internal clock operating circuit.

7. XTAL2

XTAL2 adalah output dari inverting oscillator amplifier. 8. Avcc Avcc adalah kaki masukan tegangan bagi AD Converter. Kaki ini harus secara eksternal terhubung ke Vcc melalui lowpass filter. 9. AREF AREF adalah kaki masukan referensi bagi AD Converter. Untuk operasionalisasi ADC, suatu level tegangan antara AGND dan Avcc harus dibeikan ke kaki ini. 10. AGND AGND adalah kaki untuk analog ground. Hubungkan kaki ini ke GND, kecuali jika board memiliki anlaog ground yang terpisah. Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009.

2.1.3 Peta Memori

AVR ATMega8535 memiliki ruang pengalamatan memori data dan memori program yang terpisah. Memori data terbagi menjadi 3 bagian, yaitu 32 buah register umum, 64 buah register IO, dan 512 byte SRAM Internal.Register keperluan umum menempati space data pada alamat terbawah, yaitu 00 sampai 1F. Sementara itu, register khusus untuk menangani IO dan control terhadap mikrokontroller menempati 64 alamat berikutnya, yaitu mulai dari 20 hingga 5F. Register tersebut merupakan register yang khusus digunakan untuk mengatur fungsi terhadap berbagai peripheral mikrokontroller, seperti control register, timerconter, fungsi-fungsi IO, dan sebagainya. Register khusus alamat memori secara lengkap dapat dilihat pada tabel . Alamat memori berikutnya digunakan untuk SRAM 512 byte, yaitu pada lokasi 60 sampai dengan 25F. Memori program yang terletak dalam Flash PEROM tersusun dalam word atau 2 byte karena setiap instruksi memiliki lebar 16-bit atau 32-bit. AVR ATmega8535 memiliki 4 KByteX16-bit Flash PEROM dengan alamat mulai dari 000 sampai FFF. AVR tersebut memiliki 12-bit Program Counter PC sehingga mampu mengalamati isi flash. Selain itu AVR ATmega8535 juga memiliki memori data berupa EEPROM 8-bit sebanyak 512 byte. Alamat EEPROM dimulai dari 000 sampai 1FF.

2.2 Modul LCD Liquid Crystal Display M1632

Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. M1632 merupakan modul LCD matrix dengan konfigurasi 16 karakter dan 2 baris dengan setiap karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel 1 baris pixel terakhir adalah kursor. HD44780 ini sudah tersedia dalam Modul M1632 yang dikeluarkan oleh Hitachi, Hyundai dan modul-modul M1632 lainnya. HD44780 sebetulnya merupakan mikrokontroler yang dirancang khusus untuk mengendalikan LCD dan mempunyai kemampuan untuk mengatur proses scanning pada layar LCD yang terbentuk oleh 16 COM dan 40 SEG sehingga mikrokontroler perangkat yang mengakses modul LCD ini tidak perlu lagi mengatur proses scanning pada layar LCD. Mikrokontroler atau perangkat tersebut hanya mengirimkan data- data yang merupakan karakter yang akan ditampilkan pada LCD atau perintah yang mengatur proses tampilan pada LCD saja.

2.2.1 Kaki-kaki Modul M1632

Untuk keperluan antarmuka suatu komponen elektronik dengan mikrokontroler, perlu diketahui fungsi dari setiap kaki yang ada pada komponen tersebut. a. Kaki 1 GND Kaki ini berhubungan dengan tegangan +5 Volt yang merupakan tegangan untuk sumber daya dari HD44780 khusus untuk modul M1632 keluaran hitachi, kaki ini adalah VCC b. Kaki 2 VCC Kaki ini berhubungan dengan tegangan 0 volt ground dan modul LCD khusus untuk modul M1632 keluaran hitachi, kaki ini adalah GND c. Kaki 3 VEEVLCD Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. Tegangan pengatur kontras LCD, kaki ini terhubung pada V5. Kontras mencapai nilai maksimum pada saat kondisi kaki ini pada tegangan 0 volt. d. Kaki 4 RS Register Select, kaki pemilih register yang akan diakses. Untuk akses ke register data, logika dari kaki ini adalah 1 dan untuk akses ke register perintah, logika dari kaki ini adalah 0. e. Kaki 5 RW Logika 1 pada kaki ini menunjukkan bahwa modul LCD sedang pada mode pembacaan dan logika 0 menunjukkan bahwa modul LCD sedang pada mode penulisan. Untuk aplikasi yang tidak memerlukan pembacaan data pada modul LCD, kaki ini dapat dihubungkan langsung ke ground. f. Kaki 6 E Enable Clock LCD, kaki ini mengaktifkan clock LCD. Logika 1 pada kaki ini diberikan pada saat penulisan atau pembacaan data. g. Kaki 7-14 D0-D7 Data bus, kedelapan kaki modul LCD ini adalah bagian dimana aliran data sebanyak 4 bit atau 8 bit mengalir saat proses penulisan maupun pembacaan data. h. Kaki 15 Anoda Berfungsi untuk tegangan positif dari backlight modul LCD sekitar 4,5 volt hanya terdapat untuk M1632 yang memiliki backlight. i. Kaki 16 Katoda Tegangna negatif backlight modul LCD sebesar 0 volt hanya untuk M1632 yang memiliki backlight. Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009.

2.2.2 Akses ke Register

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, HD44780 yang menjadi pengendali modul M1632 mempunyai dua buah register, yaitu register data dan register perintah. Berikut ini akan dijelaskan bagaimana proses terjadinya penulisan maupun pembacaan data dari kedua register ini. a. Penulisan Data ke Register Perintah Penulisan data ke register perintah digunakan untuk memberikan perintah- perintah pada Modul M1632 sesuai dengan data-data yang dikirimkan ke register tersebut. Gambar 2.3 menunjukkan proses penulisan data ke register perintah menggunakan mode 4 bit interface. Kondisi RS berlogika 0 menunjukkan akses data ke register perintah. RW berlogika 0 menunjukkan proses penulisan data akan dilakukan. Nibble tinggi bit7 sampai bit 4 terlebih dahulu dikirimkan dengan diawali pulsa logika 1 pada E Clock, kemudian nibble rendah bit 3 sampai bit 0 dikirimkan dengan diawalai pulsa logika 1 pada E Clock lagi. Gambar 2.4 Timing penulisan data ke register perintah mode 4 bit interface Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. Built In Routine Kirim_Perintah EQU 433H ............................ Lcall Kirim_Perintah b. Pembacaan Data dari Register Perintah Proses pembacaan data dari register perintah ini digunakan untuk membaca status sibuk M1632 dan addres counter saja. RS diatur pada logika 0 untuk akses ke register perintah dan RW diatur pada logika 1 yang menunjukkan proses pembacaan data. Empat bit nibble tinggi dibaca dengan diawali pulsa logika 1 pada E Clock dan kemudian 4 bit nibble rendah dibaca dengan diawali pulsa logika 1 pada E clock. Gambar 2.5 Timing diagram pembacaan register perintah mode 4 bit interface c. Penulisan Data ke Register Data Penulisan data ke register data digunakan dalam proses penulisan data karakter yang akan ditampilkan ke LCD DDRAM atau proses penulisan data pola karakter ke CGRAM. Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. Proses diawali dengan adanya logika 1 pada RS yang menunjukkan akses ke register data. Kondisi RW diatur pada logika 0 yang menunjukkan proses penulisan data. Data 4 bit nibble tinggi bit 7 hingga bit 4 dikirim dengan diawali dngan pulsa logika 1 pada sinyal E Clock dan kemudian diikuti 4 bit nibble rendah bit 3 hingga bit 0 yang jugan diawali pulsa logika 1 pada sinyal E Clock. Gambar 2.6 Timing diagram penulisan data ke register data mode 4 bit interface d. Pembacaan Data ke Register Data Pembacaan data dari rd dilakukan untuk membaca kembali data yang tampil pada LCD. Proses dilakukan dengan mengatur RS pada logika 1 yang menunjukkan adanya akses ke register data . Kondisi RW diatur pada logika tinggi yang menunjukkan adanya proses pembacaan data. Data 4 bit nibble bit 7 hingga bit 4 dibaca dengan diawali adanya pulsa logika 1 pada E Clock dan Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. dilanjutkan dengan data 4 bit nibble rendah bit 3 hingga bit 0 yang juga diawali dengan pulsa logika 1 pada E Clock. Gambar 2.7 Timing diagram pembacaan data dari register data mode 4 bit interface 2.2.3 Struktur Memori LCD Modul LCD M1632 memiliki beberapa jenis memori yang digunakan untuk menyimpan atau memproses data-data yang akan ditampilkan pada layar LCD. Setiap jenis memori mempunyai fungsi-fungsi tersendiri. a. DDRAM DDRAM merupakan memori tempat karakter yang ditampilkan berada. Contohnya, karakter “A” atau 41h yang ditulis pada alamat 00 akan tampil pada baris pertama dan kolom pertama dari LCD. Apabila karakter tersebut ditulis di alamat 40h, karakter tersebut akan tampil pada baris kedua kolom pertama dari LCD. b. CGRAM CGRAM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dan bentuk karakter dapat diubah-ubah sesuai keinginan. Akan tetapi isi memori akan hilang saat power supply tidak aktif sehingga pola karakter akan hilang. Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. c. CGROM CGROM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dan pola tersebut sudah ditentukan secara permanen dari HD44780 sehingga pengguna tidak dapat mengubah lagi. Oleh karena ROM bersifat permanen, pola karakter tersebut tidak akan hilang walaupun power suplly tidak aktif.

2.3 Sensor Suhu LM 35

LM 35 ialah sensor temperatur paling banyak digunakan untuk praktek, karena selain harganya cukup murah, linearitasnya lumayan bagus. LM35 tidak membutuhkan kalibrasi eksternal yang menyediakan akurasi ±¼°C pada temperatur ruangan dan ±¾°C pada kisaran -55 to +150°C. LM35 dimaksudkan untuk beroperasi pada -55° hingga +150°C, sedangkan LM35C pada -40°C hingga +110°C, dan LM35D pada kisran 0-100°C. LM35D juga tersedia pada paket 8 kaki dan paket TO-220. Sensor LM35 umunya akan naik sebesar 10mV setiap kenaikan 1°C 300mV pada 30 °C. Gambar 2.8 Bentuk Fisik LM 35 Untuk menggunakan LM35, Anda cukup menyadap keluaran dari pin Vout untuk dapat dihubungkan langsung ke ADCmisal ADC 0804 8 bit seperti gambar berikut. Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009. Gambar 2.9 Rangkaian umum pengukur suhu Jika anda ingin standar pengukuran dalam Fahrenheit, maka dapat menggunakan sensor bertipe LM34A yang mempunyai kisaran pengukuran dari -50F hingga 300F dengan akurasi +2.0F. Skala outputnya juga sama yaitu 10mVF. Berikut contoh sensor suhu menggunakan PPI 8255,ADC 0804 dengan mode free running dan output Vout dihubungkan ke pin 6 ADC0804. Jika komputer Anda tidak memiliki port ISA, anda dapat memesan ke penulis Card PPI 8255 PCI produksi Lava Link harga sekitar Rp.940.000. Pada ADC dikenal dengan istilah Free Running dan Mode control. Mode Free Running adalah, dimana ADC0804 akan mengeluarkan data hasil pembacaan input secara otomatis dan berkelanjutan Continue setelah selesai mengkonversi tegangan analog ke digital. Pin INTR akan berlogika rendah setelah ADC selesai mengkonversi, logika ini dihubungkan kepada masukkan WR untuk memerintahkan ADC memulai konversi kembali. Mode Kontrol adalah mode ADC yang baru memulai konversi setelah diberi instruksi dari mikrokontroler. Instruksi ini dilakukan dengan memberikan pulsa rendah kepada masukan WR sesaat +1ms, kemudian membaca keluaran data ADC setelah keluaran INTR berlogika rendah. Septian Putra : Prototype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat Kendali Mikrokontroler ATMega 8535, 2009.

2.4 Sensor Photodiode