BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat
1. Belt Comveyer BC
2. Bucked Elevator BE
3. Bult Skill BS
4. Magnet Seprator MS
5. Dumper DP
6. Shiver SR
7. Scrup Comveyer SC
8. Bin B
9. Constant Feedweigher CF
10. Crush CR
11. Rotari Vurp RV
12. Silo S
Universitas Sumatera Utara
3.2. Bahan
1. Kokas coke
2. Puntung anoda sisa butt
3.3. Prosedur
3.3.1. Kokas coke
1. Kokas yang berada dalam Coke Silo, diangkut dengan Bucked Elevator
BE-201 dan dialirkan dengan Belt Comveyer BC-201 untuk dimasukkan ke dalam Magnet Seprator MS-201.
2. Setelah kokas dipisahkan dari logam-logam di Magnet Seprator MS-201,
diarahkan ke Dumper DP-201 untuk dimasukkan ke dalam Shiver SR- 201
3. Setelah dilakukan pengayakan kokas di Shiver SR-201 untuk
memperoleh ukuran 18-5 mm, kokas digetarkan di Scrup Comveyer SC- 201 untuk memasukkan ukuran 18-5 mm ke dalam Bin B-201 dan
ditimbang di Contant Feedweigher CF-201 sedangkan untuk ukuran kokas yang lebih besar dari 18 mm dimasukkan kedalam Silo S-201
untuk dilakukan pengolahan kembali.
3.3.2. Puntung Anoda Sisa butt
1. Butt yang berada dalam Butt Silo, dialirkan dengan Belt Comveyer BC-
206 u ntuk dimasukkan ke dalam Magnet Seprator MS-202.
Universitas Sumatera Utara
2. Setelah butt dipisahkan dari logam-logam di Magnet Seprator MS-202,
diarahkan ke Crusher CR-202 untuk dilakukan pemecahan terhadap butt kemudian diangkut dengan Bucked Elevator BE-204 dan diarahkan
ke Dumper DP-208 untuk dimasukkan ke dalam Shiver SR-203 3.
Setelah dilakukan pengayakan butt di Shiver SR-203 untuk memperoleh ukuran 18-3 mm, dimasukkan ukuran 18-3 mm ke dalam Bin B-207 dan
butt diantarkan dengan cara pemutaran dengan Rotari Vurp RV-206 untuk ditimbang di Contant Feedweigher CF-205 sedangkan untuk
ukuran kokas yang lebih besar dari 18 mm dialirkan kedalam Crusher CR-202 untuk dilakukan pemecahan kembali.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Tabel 4.1. Data hasil pengamatan komposisi kasar satu C
1
dari kokas dan butt untuk kapasitas 23.220 kg
Ukuran Kokas dan
butt mm
Komposisi Kokas
Butt Jumlah kokas
kg Act.
Kokas Jumlah Butt
kg Act.
Butt 15,9
1,5 0,2
1,4 0,4
12,7 16,9
2,3 4,5
1,2 9,52
18,2 2,5
6,1 1,6
5,66 38,7
5,3 13,4
3,5 3,36
23,7 3,3
12,9 3,4
1,68 1,0
0,1 13,1
3,4 1,0
9,3 2,4
0,84 2,2
0,6 0,35
16,7 4,3
0,177 8,9
2,3 0,088
6,2 1,6
0,074 3,0
0,8 2,3
0,6 Total
100,0 13,81
100 26
Universitas Sumatera Utara
4.2. Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan komposisi kasar satu C
1
dari kokas dan butt yang diperlukan untuk membuat anoda karbon.
Komposisi kasar satu C
1
kokas A - B
C
1
kokas = x 100
C Dimana :
A adalah standar C
1
B adalah jumlah Actual Butt ukuran 5,66-15,9 C adalah jumlah kokas kasar satu C
1
ukuran 5,66-15,9
17 – 6,7 C
1
kokas = x 100
75,3 0,17 – 0,067
= x 100
75,3 C
1
kokas = 13,81
Kokas yang diperlukan adalah 13,81 x 23.220 kg = 3.206 kg
Komposisi kasar satu C
1
butt C
1
butt = Standar C
1
– C
1
kokas C
1
butt = 17 – 13,81
C
1
butt = 3,19
Universitas Sumatera Utara
Butt yang diperlukan adalah 3,19 x 23.220 kg = 741 kg
Diketahui : Standar kasar satu C
1
= 17
Jadi : Komposisi kasar satu C
1
= Komposisi C
1
kokas + Komposisi kasar C
1
butt = 3.206 + 741
= 3.947 kg
Dari perhitungan diatas, maka hasil perhitungan komposisi kasar satu C
1
di kokas dan komposisi kasar satu C
1
di butt dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2. Data hasil perhitungan komposisi kasar satu C
1
dari kokas dan butt untuk kapasitas 23.220 kg
No Kasar satu C
1
Komposisi C
1
Komposisi C
1
Kg 1
Kokas 13,81
3.206 2
Butt 3,19
741 Total
17 3.947
4.3. Pembahasan
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas dari suatu anoda yaitu komposisi kasar satu C
1
dari kokas dan butt.
Apabila persentase komposisi kasar satu C
1
dari kokas yang dihasilkan lebih besar dari butt maka porositas anoda karbon tinggi permukaannya kasar dan sebaliknya,
Universitas Sumatera Utara
apabila persentase komposisi kasar satu C
1
dari kokas yang dihasilkan lebih kecil dari butt maka akan menimbulkan keretakan dan pemakaiannya tidak sesuai dengan waktu
yang ditentukan. Sehingga apabila komposisi kasar satu C
1
dari kokas yang dihasilkan lebih kecil dari butt maka anoda akan lebih mudah terkikis retak sehingga anoda akan
jatuh ke bawah. Hal ini mengakibatkan konsumsi anoda akan meningkat sehingga PT. INALUM akan mengalami kerugian dalam biaya produksi dan proses elektrolisa di pot
reduksi juga tidak akan berjalan dengan baik, karena dapat mengakibatkan naiknya tegangan listrik di dalam pot reduksi.
Dari hasil perhitungan diatas, dihasilkan komposisi kasar satu C
1
untuk 23.220 kg dari kokas 13,81 3.206 kg dan butt 3,19 741 kg. Hal ini menandakan bahwa
anoda yang dihasilkan di PT. INALUM, komposisi kasar satu C
1
anodanya masih sesuai standart mutu karakteristik anoda yang diinginkan yaitu 17 .
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan