Pemetaan Potensi Hasil Hutan Non Kayu Kelompok Palmae dan Bambu Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Lumban Julu KPHL Model Unit XIV Tobasa
PEMETAAN POTENSI HASIL HUTAN NON KAYU KELOMPOK PALMAE DAN BAMBU BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KECAMATAN LUMBAN JULU KPHL MODEL UNIT XIV TOBASA
SKRIPSI TARIDA OLIVIA A HUTAPEA 111201083 / MANAJEMEN HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
PEMETAAN POTENSI HASIL HUTAN NON KAYU KELOMPOK PALMAE DAN BAMBU BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KECAMATAN LUMBAN JULU KPHL MODEL UNIT XIV TOBASA
SKRIPSI
TARIDA OLIVIA A HUTAPEA 111101083 / MANAJEMEN HUTAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Peneletian
Nama NIM Program Studi Minat
: Pemetaan Potensi Hasil Hutan Non Kayu Kelompok Palmae dan Bambu Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Lumban Julu KPHL Model Unit XIV Tobasa
: Tarida Olivia A Hutapea : 111201083 : Kehutanan : Manajemen Hutan
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D Ketua
Irawati Azhar, S.Hut, M.Si. Anggota
Mengetahui,
Siti Latifah, S.Hut., M.Si, Ph. D Ketua Program Studi Kehutanan
ABSTRAK
TARIDA OLIVIA A HUTAPEA: Pemetaan Potensi Hasil Hutan Non Kayu Kelompok Palmae dan Bambu Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Lumban Julu KPHL Model Unit XIV Tobasa. Dibawah bimbingan RAHMAWATY dan IRAWATI.
Palmae tergolong famili Arecaceae pada umumnya berupa pohon atau semak. Sementara bambu merupakan famili Poaceae jenis rumput-rumputan yang tumbuh berumpun dan beruas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan sebaran HHNK kelompok palmae dan bambu beserta potensi tegakannya dalam pemanfaatan HHNK oleh masyarakat. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Mei 2015. Metode yang digunakan adalah systematic sampling with ramdom start dengan intensitas sampling 0,5% kemudian menggunakan software ArcView GIS 3.3. Hasil eksplorasi dan identifikasi spesies-spesies palmae dengan luas plot contoh 19 ha atau 475 plot terdapat 777 batang palmae dan bambu yang terdiri dari 4 sub famili dengan 6. Dijumpai sebanyak 9 spesies palmae berdasarkan nama lokal, 8 spesies tumbuh berumpun dan 1 spesies tumbuh tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies yang paling dominan persebarannya adalah hotang buar-buar (Calamus scipionum Loureiro) pada ketinggian 1300 mdpl dan bagot (Arenga pinnata) pada ketinggian 1400 mdpl dengan INP = 64,68 %; dan INP = 92 %. Nilai indeks keanekaragaman spesies tertinggi dan terendah terdapat pada ketinggian 1300 mdpl (0,3672) dengan 230 jumlah individu dan nilai terendah (0,0243) dengan 3 jumlah individu.
Kata kunci: Palmae, Potensi, Sebaran, SIG
ABSTRACT
TARIDA OLIVIA A HUTAPEA: Mapping Potential of Non Timber Forest Products Group Palmae and Bamboo Based System Information Geographic (SIG) in the KPHL Model Unit XIV, Lumban Julu District, Tobasa. Supervised By RAHMAWATY and IRAWATI AZHAR.
Belonging to the family Arecaceae generally Palmae is in the form of trees or shrubs. While bamboo is a family Poaceae types of grasses that grow clump and segmented. The purpose of this study was to identify and map the distribution of HHNK group palmae and bamboo along with its standing in the utilization of the potential of HHNK by the community. This study was conducted from March to May 2015. The method used is systematic sampling with ramdom start with 0.5% of sampling intensity then using software ArcView GIS 3.3. Exploration results and the identification of palmae spesies from 19 Ha of sample plots or 475 plots contained 777 palmae rod and bamboo consisting of 4 sub-families and 9 species. Based on vernacular name, 8 clumped species was found and 1 solitaire was found. The results showed that the most dominant species spreading is Hotang buar-buar (Calamus scipionum Loureiro) at an altitude of 1300 mdpl and Bagot (Arenga pinnata) at 1400 mdpl with INP = 64.68%; and INP = 92%. The highest species diversity index value and the lowest at an altitude of 1300 mdpl (0.3672) to 230 the number of individuals and the lowest value is (0.0243) with 3 number of with individuals.
Keyword: Palmae, Potency, Distribution, GIS
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 15 Mei 1993 dari Ayah Tori Banggas Hutapea (Alm) dan Ibu Idayati Lubis. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 173551 Laguboti, Sumatera Utara pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Balige, Sumatera Utara pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Balige, Sumatera Utara pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri di Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian.
Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Hutan Pendidikan TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Karo pada tahun 2013. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 10 hari. Penulis juga melaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi pada tahun 2015 selama satu bulan. Penulis melakukan penelitian di Kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Tobasa dengan judul “Pemetaan Potensi Hasil Hutan Non Kayu Kelompok Palmae dan Bambu Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Lumban Julu KPHL Model Unit XIV, Tobasa”.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemetaan Potensi Hasil Hutan Non Kayu Kelompok Palmae dan Bambu Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Lumban Julu KPHL Model Unit XIV, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Tobasa” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Orang tua penulis ibu Idayati Lubis beserta abang dan kakak terkasih
Pangeran Andrew Hutapea, Christ PM Hutapea, dan Purnama Rimelda Hutapea yang telah memberi dukungan, semangat, dana, beserta doa. 2. Ibu Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D dan ibu Irawati Azhar, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan membimbing penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. 3. Ibu Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D selaku Ketua Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara beserta para dosen pengajar. 4. Bapak Harry Panjaitan selaku Kepala Tata Usaha KPHL Model Unit XIV Tobasa, Bapak Pangaribuan dan Bapak Siregar selaku Polisi Kehutanan dan pembimbing lapangan selama melakukan penelitian. 5. Teman-teman selaku tim penelitian KPHL Tobasa Desrina Manalu, Julita Pratidini L, Esra Barus, Adeputri Harahap, Dea Kartika Pinem dan Sanfrans Manik yang telah banyak membantu dan bekerjasama selama melaksanakan penelitian di lapangan.
6. Evan Kharogi S, Monalia Hutauruk, Ceriati M Simanjuntak, serta rekanrekan Kehutanan 2011 atas semangat dan bantuannya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Medan, Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT.......................................................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................ 1 Tujuan Penelitian..................................................................................... 3 Manfaat Penelitian................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) ............................................................. 5 Palmae ..................................................................................................... 7 Morfologi Famili Arecaceae ...................................................................11 Bambu ..................................................................................................... 7 Morfologi Famili Poaceae ......................................................................11 Masyarakat Sekitar Hutan ......................................................................13 Sistem Informasi Geografis.....................................................................13 Pemantauan Potensi HHBK ...................................................................15
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................16 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................16 Alat dan Bahan ........................................................................................17 Prosedur Penelitian..................................................................................18 Teknik pengumpulan data..............................................................18 Penentuan sampel responden .........................................................19 Teknik pengumpulan sampel ........................................................19 Identifikasi jenis.............................................................................21 Analisis data...................................................................................21 Pemetaan Sebaran ..........................................................................22
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Jenis Palmae dan Bambu......................................................26 Pemetaan Sebaran ...................................................................................45 Keanekaragaman Jenis ............................................................................50
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .............................................................................................57 Saran .......................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................58
LAMPIRAN .......................................................................................................62
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Peta Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Tobasa ................... 16
2. Petak Contoh Transek ............................................................................... 20
3. Bagan Alir Pemetaan Sebaran Vegetasi Hasil Hutan Non Kayu Kelompok Palmae dan Bambu.................................................................. 24
4. Persentase Jumlah Jenis Palmae dan Bambu di Kecamatan Lumban Julu Pada Kawasan KPHL Model Unit XIV, Toba Samosir .................... 27
5. Aren (Arenga Pinnata Merr.): (a) Perawakan, (b) Buah .......................... 28
6. Bulu Bolon (Dendrocalamus asper Backer): (a) Batang, (b) Daun ......... 30
7. Perawakan Bambu Kuning (Bambusa vulgaris Schrad.).......................... 32
8. Hotang Mallo (Khortalasia echinometra Becc.): (a) Batang, (b) Daun ... 33
9. Rotan Cacing (Calamus javensis Blume): (a) Batang, (b) Daun .............. 34
10. Rotan Manau (Calamus manan Miquel): (a) Batang, (b) Daun Muda, (c) Perawakan............................................................................................ 36
11. Hotang Sulfi (Calamus ornatus Blume): (a) Perawakan, (b) Batang, (c) Daun .................................................................................................... 37
12. Hotang Buar-Buar (Calamus scipionum Loureiro): (a) Perawakan, (b) Batang, (c) Daun, (d) Buah ................................................................ 38
13. Salak (Salacca zalacca Gaertn.): (a) Perawakan, (b) Daun...................... 40
14. Peta Titik Sebaran Palmae dan Bambu Pada Kawasan KPHL Model Unit XIV, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir............... 46
15. Peta Titik Sebaran (a) aren (Arenga), (b) bambu (Dendrocalamus dan Bambusa), (c) rotan (Khortalasia dan Calamus), dan (d) salak (Salacca) di Kecamatan Lumban Julu yang terdapat di Kawasan KPHL Model Unit XIV, Tobasa ............................................................... 48
DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Spesies Palmae dan Bambu di Kecamatan Lumban Julu Pada
Kawasan KPHL Model Unit XIV, Tobasa .................................................26
2. Nama Lokal yang Digunakan Masyarakat di Sekitar Kecamatan Lumban Julu pada Kawasan KPHL Model Unit XIV, Tobasa....................42
3. Jenis Palmae dan Bambu dalam Penggunaan dan Pemanfaatan Oleh Masyarakat di Kecamatan Lumban Julu yang terdapat pada Kawasan KPHL Model Unit XIV, Tobasa ..................................................................43
4. Data Penyebaran Palmae dan Bambu di KPHL Model Unit XIV Kecamatan Lumban Julu Toba Samosir ......................................................45
5. Kerapatan Relatif (%) spesies palmae dan bambu di 2 ketinggian tempat...........................................................................................................51
6. Frekuensi Relatif (%) spesies palmae dan bambu di 2 ketinggian tempat...........................................................................................................53
7. Indeks Nilai Penting (%) spesies palmae dan bambu di 2 ketinggian tempat...........................................................................................................54
8. Indeks Keanekaragaman (H') spesies palmae dan bambu di 2 ketinggian tempat ........................................................................................55
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman 1. Titik Koordinat Palmae di KPHL Model Unit XIV Kecamatan
Lumban Julu Toba Samosir ......................................................................... 63
2. Kuisioner Penelitian Pemanfaatan Jenis Palmae (Arecaceae) dan Bambu (Poaceace) di Kawasan KPHL Model Unit XIV, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Tobasa................................................................. 72
3. Karakteristik Interview Guide di Kawasan KPHL Model Unit XIV, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir .................................. 74
4. Analisis Data dan Jenis Palmae Pada Ketinggian 1300 Mdpl ..................... 75
5. Analisis Data dan Jenis Palmae Pada Ketinggian 1400 Mdpl ..................... 76
ABSTRAK
TARIDA OLIVIA A HUTAPEA: Pemetaan Potensi Hasil Hutan Non Kayu Kelompok Palmae dan Bambu Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Lumban Julu KPHL Model Unit XIV Tobasa. Dibawah bimbingan RAHMAWATY dan IRAWATI.
Palmae tergolong famili Arecaceae pada umumnya berupa pohon atau semak. Sementara bambu merupakan famili Poaceae jenis rumput-rumputan yang tumbuh berumpun dan beruas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan sebaran HHNK kelompok palmae dan bambu beserta potensi tegakannya dalam pemanfaatan HHNK oleh masyarakat. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Mei 2015. Metode yang digunakan adalah systematic sampling with ramdom start dengan intensitas sampling 0,5% kemudian menggunakan software ArcView GIS 3.3. Hasil eksplorasi dan identifikasi spesies-spesies palmae dengan luas plot contoh 19 ha atau 475 plot terdapat 777 batang palmae dan bambu yang terdiri dari 4 sub famili dengan 6. Dijumpai sebanyak 9 spesies palmae berdasarkan nama lokal, 8 spesies tumbuh berumpun dan 1 spesies tumbuh tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies yang paling dominan persebarannya adalah hotang buar-buar (Calamus scipionum Loureiro) pada ketinggian 1300 mdpl dan bagot (Arenga pinnata) pada ketinggian 1400 mdpl dengan INP = 64,68 %; dan INP = 92 %. Nilai indeks keanekaragaman spesies tertinggi dan terendah terdapat pada ketinggian 1300 mdpl (0,3672) dengan 230 jumlah individu dan nilai terendah (0,0243) dengan 3 jumlah individu.
Kata kunci: Palmae, Potensi, Sebaran, SIG
ABSTRACT
TARIDA OLIVIA A HUTAPEA: Mapping Potential of Non Timber Forest Products Group Palmae and Bamboo Based System Information Geographic (SIG) in the KPHL Model Unit XIV, Lumban Julu District, Tobasa. Supervised By RAHMAWATY and IRAWATI AZHAR.
Belonging to the family Arecaceae generally Palmae is in the form of trees or shrubs. While bamboo is a family Poaceae types of grasses that grow clump and segmented. The purpose of this study was to identify and map the distribution of HHNK group palmae and bamboo along with its standing in the utilization of the potential of HHNK by the community. This study was conducted from March to May 2015. The method used is systematic sampling with ramdom start with 0.5% of sampling intensity then using software ArcView GIS 3.3. Exploration results and the identification of palmae spesies from 19 Ha of sample plots or 475 plots contained 777 palmae rod and bamboo consisting of 4 sub-families and 9 species. Based on vernacular name, 8 clumped species was found and 1 solitaire was found. The results showed that the most dominant species spreading is Hotang buar-buar (Calamus scipionum Loureiro) at an altitude of 1300 mdpl and Bagot (Arenga pinnata) at 1400 mdpl with INP = 64.68%; and INP = 92%. The highest species diversity index value and the lowest at an altitude of 1300 mdpl (0.3672) to 230 the number of individuals and the lowest value is (0.0243) with 3 number of with individuals.
Keyword: Palmae, Potency, Distribution, GIS
PENDAHULUAN
Latar Belakang Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) merupakan salah satu hasil hutan yang
memiliki keunggulan dan paling bersinggungan dengan masyarakat sekitar hutan. Secara ekonomis HHNK memiliki nilai tinggi dan berpeluang untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Kementerian Kehutanan (2013) menyebutkan bahwa HHNK yang diproduksi di Provinsi Sumatera Utara sampai dengan tahun 2011 terdiri dari getah pinus, getah karet, rotan dll. Diketahui bahwa total produksi HHNK pada tahun 2011 adalah 47.374.250,21 kg dan 185.015 batang. Potensi HHNK di Provinsi Sumatera Utara cukup tinggi antara lain berupa kulit kayu, minyak atsiri, arang, getah-getahan maupun kelompok palmae yang dapat dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan aspek kelestariannya (Sasmuko, 2003).
Pengembangan usaha dan pemanfaatannya HHNK saat ini belum dilakukan secara intensif sehingga belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Baplan dalam Eksekutif Data Strategis Kehutanan (2007) mengemukakan hasil riset menunjukkan bahwa hasil hutan kayu dari ekosistem hutan hanya sebesar 10 % sedangkan sebagian besar 90 % hasil lain berupa HHNK yang selama ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu HHNK yang dikenal masyarakat di sekitar hutan adalah kelompok palmae dan bambu sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu.
Jenis-jenis Palmae di Indonesia secara umum dikenal dengan nama palem. Palmae sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena tumbuhan ini mempunyai potensi ekonomi yang tinggi antara lain sebagai sumber makanan, buah-buahan, bahan baku minyak, bahan baku perabot rumah tangga, sumber serat untuk tekstil serta obat-obatan. Namun potensi kelompok palmae belum diketahui manfaatnya secara keseluruhan bagi masyarakat sekitar hutan (Siregar, 2005).
Penelitian ini dilakukan di kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Tobasa, Sumatera Utara. KPHL ini terbentuk sejak tahun 2013. Disekitar wilayah KPHL Tobasa terdapat 95 desa dan masyarakat disekitarnya kemungkinan memanfaatkan HHNK di kawasan hutan. Interaksi dengan HHNK di kawasan hutan KPHL Tobasa telah lama dilakukan oleh masyarakat yang berada disekitar wilayah tersebut sebagai pemenuhan kebutuhan keseharian, namun data-data informasi tentang jenis-jenis HHNK yang dimanfaatkan oleh masyarakat belum tersedia.
Mengingat pentingnya peranan tumbuhan palmae dan bambu ini secara ekonomi maka perlu diidentifikasi kekayaan jenisnya. Di Sumatera, data dan informasi tentang kekayaan jenis palmae masih sangat kurang begitu pula dengan bambu sehingga dilakukan penelitian tentang identifikasi sebaran dan potensi keanekaragaman yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat serta bagaimana masyarakat mampu menjaga HHNK di kawasan hutan KPHL Tobasa. Penelitian ini dilakukan dengan cara identifikasi jenis di lapangan dan pemetaan dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG).
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi jenis-jenis HHNK kelompok palmae dan bambu di kawasan hutan Kecamatan Lumban Julu yang terdapat pada KPHL Model Unit XIV, Tobasa.
2. Memetakan sebaran HHNK kelompok palmae dan bambu beserta potensi tegakannya dalam pemanfaatan HHNK oleh masyarakat yang terdapat di kawasan hutan Kecamatan Lumban Julu yang terdapat pada KPHL Model Unit XIV, Tobasa.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pihak
pengelola KPHL Model Unit XIV, Tobasa dalam rangka upaya mengidentifikasi sebaran dan potensi tegakan HHNK kelompok palmae dan bambu serta pemanfaatannya oleh masyarakat di desa-desa sekitarnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) Hutan tidak hanya menghasilkan kayu, tetapi hutan juga menghasilkan
aneka ragam benda hayati lainnya berupa HHNK antara lain bambu, rotan, buahbuahan, rumput-rumputan, jamur-jamuran, tumbuhan obat, getah-getahan, madu, satwa liar, satwa, serta sumber plasma nuftah. Selain itu hutan juga menghasilkan jasa lingkungan berupa pengatur hidrologis, pembersih udara, jasa wisata, jasa keindahan dan keunikan serta jasa perburuan (Supriadi 2003).
Secara ekologis HHNK tidak memiliki perbedaan fungsi dengan hasil hutan kayu, karena sebagian besar HHNK merupakan bagian dari pohon. Menurut UU Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, disebutkan bahwa HHNK adalah hasil hutan hayati maupun non-hayati. Menurut FAO (2000) adalah barang (goods) yang dihasilkan benda hayati selain kayu yang berasal dari hutan atau lahan sejenis. HHNK yang terdapat di Indonesia terbagi menjadi HHBK nabati dan HHBK hewani dan masing-masing kelompok dibagi lagi, seperti yang diuraikan berikut ini: 1. Hasil hutan non kayu (HHNK) nabati, yaitu meliputi semua hasil non kayu
dan turunannya yang berasal dari tumbuhan dan tanaman dan yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain: a. Kelompok resin, antara lain damar, gaharu, kemenyan, pinus, kapur barus. b. Kelompok minyak atsiri, antara lain cendana, kayu putih, kenanga. c. Kelompok minyak lemak, pati dan buah-buahan, antara lain buah merah,
rebung bambu, durian.
d. Kelompok tannin, bahan pewarna dan getah, antara lain kayu kuning, jelutung, perca.
e. Kelompok tumbuhan obat-obatan dan tanaman hias, antara lain akar wangi, brotowali, anggrek hutan.
f. Kelompok palmae dan bambu, antara lain rotan manau, rotan tohit, dll. g. Kelompok alkaloid antara lain kina. h. Kelompok lainnya, antara lain nipah, pandan, purun 2. Hasil hutan non kayu (HHNK) hewani, yaitu meliputi semua hasil bukan kayu dan turunannya yang berasal dari hewan dan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: a. Kelompok hewan buru (babi hutan, kelinci, kancil, rusa, buaya). b. Kelompok hewan hasil penangkaran (arwana, kupu-kupu, rusa, buaya). c. Kelompok hasil hewan (sarang burung walet, kutu lak, lilin lebah, ulat
sutera, lebah madu). Pemanfaatan HHNK adalah pemanfaatan melalui pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dengan menerapkan prinsip kelestarian dan tetap memperhatikan fungsi hutan. Teknologi yang digunakan untuk memanfaatkan dan mengolah HHNK adalah teknologi sederhana sampai menengah. Dengan demikian pemanfaatan HHNK tidak menimbulkan kerusakan ekosistem hutan (Dephut, 2009). Hasil hutan hon kayu sebenarnya sudah cukup lama mendapat perhatian dari berbagai kalangan baik pemerintah, LSM, perguruan tinggi maupun masyarakat. Sementara itu pemerintah telah memberi perhatian terhadap HHNK, ditunjukkan oleh adanya peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan seperti:
Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan dimana pada Pasal 28 menyebutkan tentang pemanfaatan HHNK pada hutan produksi. Selain itu pada PP Nomor 6 Tahun 2007, Pasal 28 tentang upaya optimalisasi HHNK yang didalamnya menyebutkan mengenai Pemungutan HHNK pada Hutan Lindung, Pasal 43 Pemanfaatan HHNK dalam hutan tanaman pada hutan produksi. Serta pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007 tentang jenis-jenis HHNK yang menjadi urusan Departemen Kehutanan yang didalamnya terdapat 9 kelompok HHNK serta sedang disusunnya grand strategy pengembangan HHNK tahun 2009 - 2014 (Suharisno, 2008).
Palmae Tumbuhan Palmae terdiri dari 200 marga dan sekitar 4000 jenis. Famili ini
mempunyai penyebaran yang luas yaitu meliputi daerah tropik Asia, Malesia, Australia, Afrika, dan Amerika serta daerah subtropik dan daerah beriklim sedang baik belahan bumi utara maupun belahan bumi selatan. Di kawasan Malesia sendiri, tumbuhan Palmae diperkirakan terdiri dari 52 marga dan lebih dari 900 jenis (Rustiami, 2002).
Palmae merupakan tumbuhan monokotil (berkeping satu) yang berbatang tunggal maupun berumpun. Tinggi batangnya sangat bervariasi dan ada yang mencapai 10 meter. Berdasarkan tinggi batang, kelompok palmae dapat digolongkan sebagai palem yang berupa pohon tinggi lebih dari 100 meter, pohon sedang 2-10 meter maupun semak kerang dari 2 meter. Batang dari jenis palmae ada yang tumbuh tegak ada pula yang merambat pada pohon lain. Familia Arecaceae dalam pengklasifikasian mempunyai genus yang jumlahnya sangat banyak. Oleh karena jenisnya begitu banyak, belum semua tumbuhan tergolong
kedalam familia Arecaceae yang tumbuh di Indonesia ini diketahui namanya. Hal
ini disebabkan banyak jenis tumbuhan ini tumbuh tersebar di hutan-hutan
Indonesia. Berikut ini Sistematika Botani Arecaceae :
Regnum
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta (Angiospermae)
Classis
: Liliopsida (Monocotyledoneae)
Ordo
: Arecales
Famili
: Arecaceae
(Van Stenis, 2005).
Aren
Aren (Arenga pinata) adalah salah satu keluarga palmae yang memiliki
potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di Indonesia. Tanaman
aren dapat tumbuh di segala jenis tanah di Indonesia, dan akan tumbuh subur terutama yang berada di atas ketinggian 1200 mdpl, dengan suhu rata–rata 250 C.
Diluar itu, pohon aren masih dapat tumbuh namun kurang optimal dalam
berproduksi (Bank Indonesia, 2009). Menurut Burhanuddin (2005) setiap pohon
aren berpotensi bisa menghasilkan 10–15 liter air nira tiap harinya, dan proses
penampungan ini dapat dilakukan setiap harinya selama tiga bulan, pada pagi dan
sore hari. Air nira hasil sadapan ini setelah dikurangi kadar airnya dan menjadi
padat inilah yang menjadi gula aren.
Rotan
Rotan (Calamus spp.) merupakan satu komoditi yang mulai dapat
diandalkan sebagai komoditi perdagangan HHNK yang cukup penting bagi
Indonesia (Erwinsyah, 1999). HHNK umumnya dikelola oleh masyarakat yang
bermukim di sekitar hutan. Oleh karena itu, selain menjadi sumber devisa negara, HHNK seperti rotan, daging binatang, madu, damar, gaharu, getah, berbagai macam minyak tumbuhan, bahan obat-obatan, dan lain sebagainya merupakan sumber penghidupan bagi jutaan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan. Taksiran potensi produksi rotan yang dihasilkan di Provinsi Sumatera Utara mencapai 672.620 ton per tahun. Diantaranya Kabupaten Samosir, Tapanuli Tengah, Langkat dan Mandailing Natal. Luas yang ditumbuhi rotan diperkirakan seluas 482.000 hektar (Dishut Provinsi Sumatera Utara, 2008).
Pengelompokan jenis-jenis rotan lazimnya didasarkan atas persamaan ciriciri karakteristik morfologi organ tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga, buah, dan alat-alat tambahan. Penentuan jenis rotan dapat dilakukan dengan mengamati jumlah batang pada setiap rumpun, sistem perakaran, bentuk dan jenis alat pemanjat, serta bentuk dan perkembangan daun, bunga dan buah (Dransfield, 1974). Salak
Salak termasuk famili palmae, serumpun dengan kelapa, kelapa sawit, aren (enau), palem, pakis yang bercabang rendah dan tegak. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri. Dari batang yang berduri itu tumbuh tunas baru yang dapat menjadi anakan atau tunas bunga buah salak dalam jumlah yang banyak (Moch, 2001).
Tanaman salak akan menunjukkan penampilan tanaman yang sesuai dengan keadaan faktor lingkungan, faktor iklim, tanah dan topografi saling berkaitan mempengaruhi fungsi fisiologi dan morfologi. Salak akan tetap berusaha mendapatkan kebutuhan khususnya selama hidup, walaupun faktor-
faktor yang diinginkannya ini tidak mendukung. Oleh karena itu, usaha untuk medapatkan kebutuhan khususnya ini sulit dalam lingkungan yang tidak sesuai, maka akan terjadi beberapa perubahan morfologi dan fisiologi pada tanaman salak walaupun dalam jenis yang sama dalam lingkungan yang berbeda penampilan salak dapat berbeda pula (TKTM, 2010).
Morfologi Famili Arecaceae Akar (radix)
Akar Familia Arecaceae adalah akar serabut kaku keras dan cukup besar seperti tambang (Garsinia dan Ira, 2008 ). Batang (caulis)
Palmae berbatang tunggal dan tingginya bisa mencapai 30 m yang batangnya kokoh ramping. Merupakan tumbuhan monokotil atau berkeping satu yang berbatang tunggal. Tinggi pohon bisa mencapai 30 m yang batangnya kokoh ramping memanjat. Tinggi batanggnya (caulis) sangat beragam dan ada yang mencapai 100 meter. Berdasarkan tinggi batang, famili Arecaceae dapat digolongkan berupa pohon tinggi lebih dari 10 meter, pohon sedang (2-10 meter) maupun kurang dari 2 meter. Batang famili Arecaceae ada yang tumbuh tegak ada pula yang merambat pada pohon lain sebagai liana, bentuk yang seperti ini terutama dari spesies-spesies Hypaena dan Dypsis (Shukla dan Mirsa, 2002). Daun (folium)
Daun-daunnya bertulang menyirip (penninervis) atau bentuknya seperti kipas, dengan pelepah daun (vagina) atau tangkai daun (petiolus) yang melebar. Familia Arecaceae umumnya berdaun majemuk. Daun palmately dan pinnately,
membentuk tajuk dari batang kokoh yang tidak bercabang, dasar petiole luas, berpelepah dan berserat (Bandini, 1996). Bunga (flos)
Karangan bunga (tongkol bunga) kerap kali pada ketiak daun (axilaris), kadang-kadang terminal, yang mudah kerapkali keseluruhannya dikelilingi oleh satu seludang daun atau lebih, atau (daun) tangkai dan cabang samping mempunyai seludang kecil. Bunga (flos) duduk pada cabang yang berdaging tebal atau kerapkali tenggelam di dalamnya, berkelamin 1 (unisexualis), jarang berkelamin 2 atau bunga banci (hermaphroditus). Tenda bunga (perigonium) dalam lingkaran dengan jumlah masing-masing 3, bebas atau bersatu dengan yang lain dan umumnya tebal. Benang sari (stamen) 6 sampai 9 buah atau lebih, jarang berjumlah 3 buah, daun buah berjumlah 3, bebas atau bersatu, bakal buah beruang 1 (unilocularis) sampai beruang 3 (trilocularis), tiap ruang 1 bakal biji (ovulum) (Bandini, 1996). Buah (fructus)
Buah buni (bacca) atau buah batu (drupa), kadang-kadang tiap-tiap daun buah tumbuh terpisah menjadi sebuah yang berbiji 1. Buah berry, drupe atau nut, biji dengan embrio kecil dan endosperm (Uhl and Dransfiel, 1987).
Bambu Bambu merupakan jenis rumput-rumputan yang berumpun dan beruas.
Bambu merupakan anggota famili Poaceae, hal ini berarti bahwa ketika bambu dipanen, bambu akan tumbuh kembali dengan cepat tanpa mengganggu ekosistem. Tidak seperti pohon, batang bambu muncul dari permukaan dengan diameter penuh dan tumbuh hingga mencapai tinggi maksimum dalam satu musim
tumbuh (sekitar 3 sampai 4 bulan). Bambu termasuk jenis tanaman yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang 60 cm dalam sehari. Bambu banyak digunakan oleh masyarakat pedesaan secara luas karena memiliki batang yang kuat, lentur, lurus dan ringan sehingga mudah diolah untuk berbagai produk. Dalam kehidupan modern, bambu dapat dimanfaatkan mulai dari akar hingga daun dan dapat digunakan untuk produk-produk dekoratif, alat rumah tangga, bahan bangunan, bahan alat kesenian, dan lain-lain. Bambu juga digunakan dalam upaya konservasi tanah dan air, karena memiliki sistem perakaran yang banyak sehingga menghasilkan rumpun yang rapat dan mampu mencegah erosi tanah (Dahlan, 1994 dalam Widjaja, dkk., 1994).
Di dunia terdapat sekitar 1200-1300 jenis bambu sedangkan menurut data lapangan dan laboratorium bahwa bambu di Indonesia diketahui terdiri atas 143 jenis. Berdasarkan data dapat dipastikan bahwa bambu merupakan sumber daya yang sangat melimpah dan memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi. Namun, kenyataan yang terjadi adalah tidak semua jenis bambu dikenal oleh masyarakat dengan baik (Widjaja, 2001).
Morfologi Famili Poaceae Akar (radix)
Akar sering dengan rambut-rambut akar tetapi juga sering dengan endomikorhiza, memiliki pelepah daun (Gibson, 2009).
Batang (caulis) Poaceae adalah tumbuhan perennial dan herba, bentuk seperti pohon tetapi
tanpa penebalan sekunder, dinding sel, dan memiliki epidermis kuat. Batang beruas-ruas biasanya silinder dengan ruas kosong (internodus) (Gibson, 2009). Daun (folium)
Berdaun tunggal dan berpelepah, biasanya daun berbentuk pita (Gibson, 2009). Bunga (flos)
Famili rumput (Poaceae) adalah famili terbesar keempat tanaman berbunga di dunia dan berjumlah sekitar 11.000 spesies dengan 800 marga. Bunga tak bermahkota. Ciri-ciri yang paling penting dari famili ini adalah biji yaitu kulit biji menyatu dengan dinding buah yang dikenal sebagai kariopsis. Endosperm kaya akan pati, walaupun juga terdiri dari protein dan lipid. Embrio terletak pada bagian basal dari caryopsis dan mengandung lebih banyak protein, lemak, dan vitamin (Peterson dan Soreng, 2007). Buah (fructus)
Penyerbukan bunga biasanya dengan bantuan angin, dan biasanya biseksual (Gibson, 2009).
Masyarakat Sekitar Hutan Soedjarwo (2003) mengemukakan bahwa masyarakat di sekitar kawasan
lindung adalah sekumpulan individu, keluarga, dan komunitas tradisional atau modern yang bertempat tinggal terus menerus pada suatu areal yang berada di dalam atau berbatasan dengan suatu kawasan lindung yang telah diusulkan sebagai kawasan lindung.
Menurut Arief (2001) masyarakat hutan adalah penduduk yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan yang mata pencaharian dan lingkungan hidupnya sebagian besar bergantung pada eksistensi hutan dan kegiatan perhutanan. Dephut (2007) menyatakan bahwa masyarakat hutan umumnya bebas memungut dan memanfaatkan HHNK baik di dalam hutan produksi maupun hutan lindung, kecuali di dalam Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Hal itu terjadi karena mengingat pemungutannya tidak memerlukan perizinan yang rumit sebagaimana dalam pemungutan hasil hutan kayu.
Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information Sistem (GIS)
merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial. Sistem ini meng-capture, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi. Teknologi GIS mengintegrasikan operasi umum database, seperti query dan analisis statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisis yang unik yang dimiliki oleh pemetaan (Aini, 2007).
Kegunaan dasar dari program GIS adalah untuk mengelola informasi ruang/tempat dalam membuat kebijakan. GIS memiliki beberapa langkah, yaitu : input, manipulasi, managemen, analisis dan visualisasi. Proses GIS mempunyai tiga prinsip dasar, yaitu input data, manipulasi data, dan output data. Selanjutnya adalah diskripsi laporan singkat dari proses dasar GIS : (1) input data meliputi semua aspek transformasi perolehan data ke dalam bentuk peta. Pengamatan lapangan, jangkauan kedalam bentuk kesesuaian digital (2) penyimpanan data,
data yang disimpan dan disusun berdasarkan posisi, topology, dan elemen geografi (titik, garis, objek) yang mewakili tempat pada permukaan bumi (3) manipulasi data dan analisis, analisis meliputi pembuatan variabel gabungan yang melalui proses dua kegiatan langsung spatial dan non spatial pada kesatuan sistim (4) output data mempunyai tiga tipe yaitu; hardcopy, softcopy dan elektronik. Hardcopy adalah tampilan permanen, peta dan tabel. Softcopy digunakan untuk menyediakan interaksi operator untuk meninjau data sebelum final. Hasil analisis dapat ditunjukkan dalam bentuk peta, tabel grafik dalam variasi untuk kesesuaian bagi pengguna (Rahmawaty, 2011).
Penggunaan teknologi berbasis komputer untuk mendukung perencanaan pertanian mutlak diperlukan untuk menganalisis, memanipulasi dan menyajikan informasi dalam bentuk tabel dan keruangan. Salah satu teknologi tersebut adalah GIS yang memiliki kemampuan membuat model yang memberikan gambaran, penjelasan dan perkiraan dari suatu kondisi faktual. GIS dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis sebaran vegetasi (Samsuri, 2004).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1994 menyatakan bahwa potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tersebut perlu dikembangkan dan dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat melalui upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari. Dengan adanya aplikasi SIG, letak persebaran hutan yang berpotensi sebagai HHNK dapat diketahui dan memudahkan batas letak wilayah hutan lindung yang ada di KPHL Tobasa. Puntodewo, dkk (2003) mengemukakan bahwa GIS sangat bermanfaat dalam perencanaan dan pengelolaan SDA, antara
lain untuk aplikasi inventarisasi dan monotoring hutan, kebakaran hutan, perencanaan penebangan hutan, rehabilitasi hutan, konservasi DAS dan konservasi keanekaragaman hayati.
Pemantauan Potensi HHNK Ritung, dkk (2007) meyatakan bahwa kebutuhan teknologi saat ini
menggunakan Sistem informasi Geografi (SIG) untuk tujuan identifikasi sebaran, pemantauan dan penilaian sangat penting terutama bila dikaitkan dengan pengumpulan data yang cepat dan akurat. Pemantauan dan penilaian (monitoring dan evaluasi) potensi merupakan kegiatan untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi mengenai perkembangan atas potensi dan kekayaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berserta lingkungannya, yang lebih menekankan pada aspek perkembangan dan perubahan yang terjadi. Kegiatan ini umumnya dilakukan setelah ketersediaan data dan informasi dasar (base line data) telah terbangun dan tersedia.
Peningkatan pertambahan penduduk yang cukup pesat berdampak pada meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pangan, energi dan obat, sementara produk yang dihasilkan dari tanaman HHNK selama ini belum dapat memenuhi baik kebutuhan sehari-hari maupun penambahan pendapatan masyarakat sekitar hutan. Pengelolaan HHNK yang tepat merupakan suatu sistem perencanaan hutan yang memberikan arahan untuk kegiatan pemanfaatan/pemungutan, rehabilitasi dan konservasi, kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, sehingga diharapkan selain berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan juga akan berdampak pula pada pemenuhan bahan baku (kuantitas dan kualitas) bagi industri pangan dan energi pedesaan.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa Pasar Lumban Julu dan desa Lintong
Julu, Kecamatan Lumban Julu pada kawasan KPHL Model Unit XIV, Tobasa. Survey lokasi dilaksanakan pada bulan Oktober 2014. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015. Identifikasi jenis dan pengolahan data dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Lokasi penelitian
Gambar 1. Peta Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Tobasa Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dari website KPH, KPHL Model Unit XIV Toba Samosir, terletak pada 98o54’25’’- 99o40’33’’ Bujur Timur dan antara
2o39’04’’ – 2o0’14’’ Lintang Utara. Luas Kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara sesuai SK Menhut No.44/Menhut-II/2005 tanggal 16 Februari 2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sumatera Utara adalah seluas 3.742.120 ha. Kawasan hutan tersebut meliputi :
1. Hutan Konservasi seluas 477.070 ha 2. Hutan Lindung seluas 1.297.330 ha 3. Hutan Produksi Terbatas seluas 879.270 ha 4. Hutan Produksi Tetap seluas 1.035.690 ha 5. Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha
Penetapan KPHL Model Unit XIV Toba Samosir yang terletak di Kabupaten Toba Samosir sesuai SK Menhut No.867/Menhut-II/2013 tanggal 5 Desember 2013 seluas 87.247 Ha, yang terdiri dari hutan lindung (HL) seluas 75.762 Ha, hutan produksi terbatas (HPT) seluas 6.294 Ha, dan hutan produksi (HP) seluas 5.191 Ha. Pada tanggal 24 Juni 2014 Menteri Kehutanan RI mengeluarkan SK Menhut No.579/Menhut-II/2014 mengenai kawasan hutan di Sumatera Utara. Dengan demikian maka luas KPHL Model Unit XIV mengikuti SK terbaru dengan perubahan luas sebesar 56.521 Ha. Kawasan hutan tersebut meliputi :
1. Hutan Lindung seluas 43.412 ha 2. Hutan Produksi seluas 11.243 ha 3. Hutan Produksi Terbatas seluas 1.957 ha 4. Hutan Suaka Alam seluas ± 9 ha
Kecamatan Lumban Julu tidak semua masuk ke dalam kawasan KPHL Model Unit XIV, Tobasa. Luas Kecamatan Lumban sebesar 9146 Ha yaitu
16,25 % dari total luas KPHL Model Unit XIV, Tobasa dan untuk luas kawasan berhutan sebesar 3761 Ha. Penelitian ini dilakukan di 2 desa dari 30 total desa yang terdapat di Kecamatan Lumban Julu yaitu desa Lintong Julu dan Pasar Lumban Julu. Berdasarkan data yang di dapat dari KPHL, kedua desa tersebut memiliki potensi palmae dan bambu yang cukup tinggi dibandingkan dengan desa-desa lain yang terdapat di Kecamatan Lumban Julu.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System
(GPS), parang, perangkat keras (hardware) yaitu PC (Personal Computer), perangkat lunak (software) yaitu ArcView GIS 3.3 dan Departement of Natural Resources (DNR) Garmin, pita meteran, kamera digital, kalkulator, kertas label, kantong plastik dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah Peta Administrasi KPHL Tobasa, buku identifikasi HHNK, dan tally sheet.
Prosedur Penelitian Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. a. Data Primer
Data primer diperoleh melalui eksplorasi yaitu pengamatan secara langsung di lapangan. Selain pengumpulan data dengan cara pengamatan, maka dapat diperoleh dengan mengadakan interview atau wawancara. Dalam hal ini informasi atau keterangan diperoleh langsung dari responden atau informan dengan cara tatap muka dan bercakap-cakap (Nazir, 2011). Wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). b. Data Sekunder
Data sekunder yang mendukung penelitian ini diperoleh dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah I Sumatera Utara, yaitu Peta Administrasi KPHL Tobasa. Selain itu, data HHNK yang diperoleh dari pengelola KPHL Tobasa serta melalui studi pustaka tentang keberadaan jenis HHNK di Sumatera Utara.
Penentuan Sampel Responden Penentuan responden dibagi menjadi 2 bagian yaitu responden umum dan
responden kunci. - Responden umum pada penelitian ini adalah masyarakat dikawasan KPHL
Model Unit XIV, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Tobasa yang mengetahui jenis-jenis palmae dan bambu serta memanfaatkannya. - Responden kunci adalah kepala kampung, kepala suku, mantri, tokoh agama dan tokoh masyarakat lainnya. Penentuan responden kunci dilakukan dengan menggunakan metode purpossive sampling yang disesuaikan dengan tujuan penelitian melalui wawancara dan kuisioner secara langsung kepada masyarakat.
Menurut Arikunto (1998) dalam Harahap (2007) apabila jumlah kepala keluarga >100 KK, maka yang diwawancarai adalah 10-15% dari jumlah KK tersebut. Apabila jumlah kepala keluarga 3, keanekaragaman tergolong tinggi
Pemetaan Sebaran Palmae
Metode dilapangan dilakukan dengan pengambilan titik plot vegetasi
dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) untuk mengetahui
sebaran vegetasi. Pemetaan keanekaragaman vegetasi HHNK dilakukan dengan
Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan software ArcView GIS 3.3.
Pembuatan peta penyebaran HHNK kelompok palmae dilakukan dengan
melakukan overlay antara peta dasar kawasan KPHL Tobasa dengan data titik
yang diambil di lapangan dengan menggunakan GPS. Proses pengolahan data titik
koordinat yang diperoleh dari lapangan
SKRIPSI TARIDA OLIVIA A HUTAPEA 111201083 / MANAJEMEN HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
PEMETAAN POTENSI HASIL HUTAN NON KAYU KELOMPOK PALMAE DAN BAMBU BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KECAMATAN LUMBAN JULU KPHL MODEL UNIT XIV TOBASA
SKRIPSI
TARIDA OLIVIA A HUTAPEA 111101083 / MANAJEMEN HUTAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Peneletian
Nama NIM Program Studi Minat
: Pemetaan Potensi Hasil Hutan Non Kayu Kelompok Palmae dan Bambu Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Lumban Julu KPHL Model Unit XIV Tobasa
: Tarida Olivia A Hutapea : 111201083 : Kehutanan : Manajemen Hutan
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D Ketua
Irawati Azhar, S.Hut, M.Si. Anggota
Mengetahui,
Siti Latifah, S.Hut., M.Si, Ph. D Ketua Program Studi Kehutanan
ABSTRAK
TARIDA OLIVIA A HUTAPEA: Pemetaan Potensi Hasil Hutan Non Kayu Kelompok Palmae dan Bambu Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Lumban Julu KPHL Model Unit XIV Tobasa. Dibawah bimbingan RAHMAWATY dan IRAWATI.
Palmae tergolong famili Arecaceae pada umumnya berupa pohon atau semak. Sementara bambu merupakan famili Poaceae jenis rumput-rumputan yang tumbuh berumpun dan beruas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan sebaran HHNK kelompok palmae dan bambu beserta potensi tegakannya dalam pemanfaatan HHNK oleh masyarakat. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Mei 2015. Metode yang digunakan adalah systematic sampling with ramdom start dengan intensitas sampling 0,5% kemudian menggunakan software ArcView GIS 3.3. Hasil eksplorasi dan identifikasi spesies-spesies palmae dengan luas plot contoh 19 ha atau 475 plot terdapat 777 batang palmae dan bambu yang terdiri dari 4 sub famili dengan 6. Dijumpai sebanyak 9 spesies palmae berdasarkan nama lokal, 8 spesies tumbuh berumpun dan 1 spesies tumbuh tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies yang paling dominan persebarannya adalah hotang buar-buar (Calamus scipionum Loureiro) pada ketinggian 1300 mdpl dan bagot (Arenga pinnata) pada ketinggian 1400 mdpl dengan INP = 64,68 %; dan INP = 92 %. Nilai indeks keanekaragaman spesies tertinggi dan terendah terdapat pada ketinggian 1300 mdpl (0,3672) dengan 230 jumlah individu dan nilai terendah (0,0243) dengan 3 jumlah individu.
Kata kunci: Palmae, Potensi, Sebaran, SIG
ABSTRACT
TARIDA OLIVIA A HUTAPEA: Mapping Potential of Non Timber Forest Products Group Palmae and Bamboo Based System Information Geographic (SIG) in the KPHL Model Unit XIV, Lumban Julu District, Tobasa. Supervised By RAHMAWATY and IRAWATI AZHAR.
Belonging to the family Arecaceae generally Palmae is in the form of trees or shrubs. While bamboo is a family Poaceae types of grasses that grow clump and segmented. The purpose of this study was to identify and map the distribution of HHNK group palmae and bamboo along with its standing in the utilization of the potential of HHNK by the community. This study was conducted from March to May 2015. The method used is systematic sampling with ramdom start with 0.5% of sampling intensity then using software ArcView GIS 3.3. Exploration results and the identification of palmae spesies from 19 Ha of sample plots or 475 plots contained 777 palmae rod and bamboo consisting of 4 sub-families and 9 species. Based on vernacular name, 8 clumped species was found and 1 solitaire was found. The results showed that the most dominant species spreading is Hotang buar-buar (Calamus scipionum Loureiro) at an altitude of 1300 mdpl and Bagot (Arenga pinnata) at 1400 mdpl with INP = 64.68%; and INP = 92%. The highest species diversity index value and the lowest at an altitude of 1300 mdpl (0.3672) to 230 the number of individuals and the lowest value is (0.0243) with 3 number of with individuals.
Keyword: Palmae, Potency, Distribution, GIS
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 15 Mei 1993 dari Ayah Tori Banggas Hutapea (Alm) dan Ibu Idayati Lubis. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 173551 Laguboti, Sumatera Utara pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Balige, Sumatera Utara pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Balige, Sumatera Utara pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri di Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian.
Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Hutan Pendidikan TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Karo pada tahun 2013. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 10 hari. Penulis juga melaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi pada tahun 2015 selama satu bulan. Penulis melakukan penelitian di Kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Tobasa dengan judul “Pemetaan Potensi Hasil Hutan Non Kayu Kelompok Palmae dan Bambu Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Lumban Julu KPHL Model Unit XIV, Tobasa”.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemetaan Potensi Hasil Hutan Non Kayu Kelompok Palmae dan Bambu Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Lumban Julu KPHL Model Unit XIV, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Tobasa” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Orang tua penulis ibu Idayati Lubis beserta abang dan kakak terkasih
Pangeran Andrew Hutapea, Christ PM Hutapea, dan Purnama Rimelda Hutapea yang telah memberi dukungan, semangat, dana, beserta doa. 2. Ibu Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D dan ibu Irawati Azhar, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan membimbing penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. 3. Ibu Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D selaku Ketua Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara beserta para dosen pengajar. 4. Bapak Harry Panjaitan selaku Kepala Tata Usaha KPHL Model Unit XIV Tobasa, Bapak Pangaribuan dan Bapak Siregar selaku Polisi Kehutanan dan pembimbing lapangan selama melakukan penelitian. 5. Teman-teman selaku tim penelitian KPHL Tobasa Desrina Manalu, Julita Pratidini L, Esra Barus, Adeputri Harahap, Dea Kartika Pinem dan Sanfrans Manik yang telah banyak membantu dan bekerjasama selama melaksanakan penelitian di lapangan.
6. Evan Kharogi S, Monalia Hutauruk, Ceriati M Simanjuntak, serta rekanrekan Kehutanan 2011 atas semangat dan bantuannya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Medan, Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT.......................................................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................ 1 Tujuan Penelitian..................................................................................... 3 Manfaat Penelitian................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) ............................................................. 5 Palmae ..................................................................................................... 7 Morfologi Famili Arecaceae ...................................................................11 Bambu ..................................................................................................... 7 Morfologi Famili Poaceae ......................................................................11 Masyarakat Sekitar Hutan ......................................................................13 Sistem Informasi Geografis.....................................................................13 Pemantauan Potensi HHBK ...................................................................15
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................16 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................16 Alat dan Bahan ........................................................................................17 Prosedur Penelitian..................................................................................18 Teknik pengumpulan data..............................................................18 Penentuan sampel responden .........................................................19 Teknik pengumpulan sampel ........................................................19 Identifikasi jenis.............................................................................21 Analisis data...................................................................................21 Pemetaan Sebaran ..........................................................................22
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Jenis Palmae dan Bambu......................................................26 Pemetaan Sebaran ...................................................................................45 Keanekaragaman Jenis ............................................................................50
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .............................................................................................57 Saran .......................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................58
LAMPIRAN .......................................................................................................62
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Peta Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Tobasa ................... 16
2. Petak Contoh Transek ............................................................................... 20
3. Bagan Alir Pemetaan Sebaran Vegetasi Hasil Hutan Non Kayu Kelompok Palmae dan Bambu.................................................................. 24
4. Persentase Jumlah Jenis Palmae dan Bambu di Kecamatan Lumban Julu Pada Kawasan KPHL Model Unit XIV, Toba Samosir .................... 27
5. Aren (Arenga Pinnata Merr.): (a) Perawakan, (b) Buah .......................... 28
6. Bulu Bolon (Dendrocalamus asper Backer): (a) Batang, (b) Daun ......... 30
7. Perawakan Bambu Kuning (Bambusa vulgaris Schrad.).......................... 32
8. Hotang Mallo (Khortalasia echinometra Becc.): (a) Batang, (b) Daun ... 33
9. Rotan Cacing (Calamus javensis Blume): (a) Batang, (b) Daun .............. 34
10. Rotan Manau (Calamus manan Miquel): (a) Batang, (b) Daun Muda, (c) Perawakan............................................................................................ 36
11. Hotang Sulfi (Calamus ornatus Blume): (a) Perawakan, (b) Batang, (c) Daun .................................................................................................... 37
12. Hotang Buar-Buar (Calamus scipionum Loureiro): (a) Perawakan, (b) Batang, (c) Daun, (d) Buah ................................................................ 38
13. Salak (Salacca zalacca Gaertn.): (a) Perawakan, (b) Daun...................... 40
14. Peta Titik Sebaran Palmae dan Bambu Pada Kawasan KPHL Model Unit XIV, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir............... 46
15. Peta Titik Sebaran (a) aren (Arenga), (b) bambu (Dendrocalamus dan Bambusa), (c) rotan (Khortalasia dan Calamus), dan (d) salak (Salacca) di Kecamatan Lumban Julu yang terdapat di Kawasan KPHL Model Unit XIV, Tobasa ............................................................... 48
DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Spesies Palmae dan Bambu di Kecamatan Lumban Julu Pada
Kawasan KPHL Model Unit XIV, Tobasa .................................................26
2. Nama Lokal yang Digunakan Masyarakat di Sekitar Kecamatan Lumban Julu pada Kawasan KPHL Model Unit XIV, Tobasa....................42
3. Jenis Palmae dan Bambu dalam Penggunaan dan Pemanfaatan Oleh Masyarakat di Kecamatan Lumban Julu yang terdapat pada Kawasan KPHL Model Unit XIV, Tobasa ..................................................................43
4. Data Penyebaran Palmae dan Bambu di KPHL Model Unit XIV Kecamatan Lumban Julu Toba Samosir ......................................................45
5. Kerapatan Relatif (%) spesies palmae dan bambu di 2 ketinggian tempat...........................................................................................................51
6. Frekuensi Relatif (%) spesies palmae dan bambu di 2 ketinggian tempat...........................................................................................................53
7. Indeks Nilai Penting (%) spesies palmae dan bambu di 2 ketinggian tempat...........................................................................................................54
8. Indeks Keanekaragaman (H') spesies palmae dan bambu di 2 ketinggian tempat ........................................................................................55
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman 1. Titik Koordinat Palmae di KPHL Model Unit XIV Kecamatan
Lumban Julu Toba Samosir ......................................................................... 63
2. Kuisioner Penelitian Pemanfaatan Jenis Palmae (Arecaceae) dan Bambu (Poaceace) di Kawasan KPHL Model Unit XIV, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Tobasa................................................................. 72
3. Karakteristik Interview Guide di Kawasan KPHL Model Unit XIV, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir .................................. 74
4. Analisis Data dan Jenis Palmae Pada Ketinggian 1300 Mdpl ..................... 75
5. Analisis Data dan Jenis Palmae Pada Ketinggian 1400 Mdpl ..................... 76
ABSTRAK
TARIDA OLIVIA A HUTAPEA: Pemetaan Potensi Hasil Hutan Non Kayu Kelompok Palmae dan Bambu Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Lumban Julu KPHL Model Unit XIV Tobasa. Dibawah bimbingan RAHMAWATY dan IRAWATI.
Palmae tergolong famili Arecaceae pada umumnya berupa pohon atau semak. Sementara bambu merupakan famili Poaceae jenis rumput-rumputan yang tumbuh berumpun dan beruas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan sebaran HHNK kelompok palmae dan bambu beserta potensi tegakannya dalam pemanfaatan HHNK oleh masyarakat. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Mei 2015. Metode yang digunakan adalah systematic sampling with ramdom start dengan intensitas sampling 0,5% kemudian menggunakan software ArcView GIS 3.3. Hasil eksplorasi dan identifikasi spesies-spesies palmae dengan luas plot contoh 19 ha atau 475 plot terdapat 777 batang palmae dan bambu yang terdiri dari 4 sub famili dengan 6. Dijumpai sebanyak 9 spesies palmae berdasarkan nama lokal, 8 spesies tumbuh berumpun dan 1 spesies tumbuh tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies yang paling dominan persebarannya adalah hotang buar-buar (Calamus scipionum Loureiro) pada ketinggian 1300 mdpl dan bagot (Arenga pinnata) pada ketinggian 1400 mdpl dengan INP = 64,68 %; dan INP = 92 %. Nilai indeks keanekaragaman spesies tertinggi dan terendah terdapat pada ketinggian 1300 mdpl (0,3672) dengan 230 jumlah individu dan nilai terendah (0,0243) dengan 3 jumlah individu.
Kata kunci: Palmae, Potensi, Sebaran, SIG
ABSTRACT
TARIDA OLIVIA A HUTAPEA: Mapping Potential of Non Timber Forest Products Group Palmae and Bamboo Based System Information Geographic (SIG) in the KPHL Model Unit XIV, Lumban Julu District, Tobasa. Supervised By RAHMAWATY and IRAWATI AZHAR.
Belonging to the family Arecaceae generally Palmae is in the form of trees or shrubs. While bamboo is a family Poaceae types of grasses that grow clump and segmented. The purpose of this study was to identify and map the distribution of HHNK group palmae and bamboo along with its standing in the utilization of the potential of HHNK by the community. This study was conducted from March to May 2015. The method used is systematic sampling with ramdom start with 0.5% of sampling intensity then using software ArcView GIS 3.3. Exploration results and the identification of palmae spesies from 19 Ha of sample plots or 475 plots contained 777 palmae rod and bamboo consisting of 4 sub-families and 9 species. Based on vernacular name, 8 clumped species was found and 1 solitaire was found. The results showed that the most dominant species spreading is Hotang buar-buar (Calamus scipionum Loureiro) at an altitude of 1300 mdpl and Bagot (Arenga pinnata) at 1400 mdpl with INP = 64.68%; and INP = 92%. The highest species diversity index value and the lowest at an altitude of 1300 mdpl (0.3672) to 230 the number of individuals and the lowest value is (0.0243) with 3 number of with individuals.
Keyword: Palmae, Potency, Distribution, GIS
PENDAHULUAN
Latar Belakang Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) merupakan salah satu hasil hutan yang
memiliki keunggulan dan paling bersinggungan dengan masyarakat sekitar hutan. Secara ekonomis HHNK memiliki nilai tinggi dan berpeluang untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Kementerian Kehutanan (2013) menyebutkan bahwa HHNK yang diproduksi di Provinsi Sumatera Utara sampai dengan tahun 2011 terdiri dari getah pinus, getah karet, rotan dll. Diketahui bahwa total produksi HHNK pada tahun 2011 adalah 47.374.250,21 kg dan 185.015 batang. Potensi HHNK di Provinsi Sumatera Utara cukup tinggi antara lain berupa kulit kayu, minyak atsiri, arang, getah-getahan maupun kelompok palmae yang dapat dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan aspek kelestariannya (Sasmuko, 2003).
Pengembangan usaha dan pemanfaatannya HHNK saat ini belum dilakukan secara intensif sehingga belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Baplan dalam Eksekutif Data Strategis Kehutanan (2007) mengemukakan hasil riset menunjukkan bahwa hasil hutan kayu dari ekosistem hutan hanya sebesar 10 % sedangkan sebagian besar 90 % hasil lain berupa HHNK yang selama ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu HHNK yang dikenal masyarakat di sekitar hutan adalah kelompok palmae dan bambu sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu.
Jenis-jenis Palmae di Indonesia secara umum dikenal dengan nama palem. Palmae sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena tumbuhan ini mempunyai potensi ekonomi yang tinggi antara lain sebagai sumber makanan, buah-buahan, bahan baku minyak, bahan baku perabot rumah tangga, sumber serat untuk tekstil serta obat-obatan. Namun potensi kelompok palmae belum diketahui manfaatnya secara keseluruhan bagi masyarakat sekitar hutan (Siregar, 2005).
Penelitian ini dilakukan di kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Tobasa, Sumatera Utara. KPHL ini terbentuk sejak tahun 2013. Disekitar wilayah KPHL Tobasa terdapat 95 desa dan masyarakat disekitarnya kemungkinan memanfaatkan HHNK di kawasan hutan. Interaksi dengan HHNK di kawasan hutan KPHL Tobasa telah lama dilakukan oleh masyarakat yang berada disekitar wilayah tersebut sebagai pemenuhan kebutuhan keseharian, namun data-data informasi tentang jenis-jenis HHNK yang dimanfaatkan oleh masyarakat belum tersedia.
Mengingat pentingnya peranan tumbuhan palmae dan bambu ini secara ekonomi maka perlu diidentifikasi kekayaan jenisnya. Di Sumatera, data dan informasi tentang kekayaan jenis palmae masih sangat kurang begitu pula dengan bambu sehingga dilakukan penelitian tentang identifikasi sebaran dan potensi keanekaragaman yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat serta bagaimana masyarakat mampu menjaga HHNK di kawasan hutan KPHL Tobasa. Penelitian ini dilakukan dengan cara identifikasi jenis di lapangan dan pemetaan dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG).
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi jenis-jenis HHNK kelompok palmae dan bambu di kawasan hutan Kecamatan Lumban Julu yang terdapat pada KPHL Model Unit XIV, Tobasa.
2. Memetakan sebaran HHNK kelompok palmae dan bambu beserta potensi tegakannya dalam pemanfaatan HHNK oleh masyarakat yang terdapat di kawasan hutan Kecamatan Lumban Julu yang terdapat pada KPHL Model Unit XIV, Tobasa.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pihak
pengelola KPHL Model Unit XIV, Tobasa dalam rangka upaya mengidentifikasi sebaran dan potensi tegakan HHNK kelompok palmae dan bambu serta pemanfaatannya oleh masyarakat di desa-desa sekitarnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) Hutan tidak hanya menghasilkan kayu, tetapi hutan juga menghasilkan
aneka ragam benda hayati lainnya berupa HHNK antara lain bambu, rotan, buahbuahan, rumput-rumputan, jamur-jamuran, tumbuhan obat, getah-getahan, madu, satwa liar, satwa, serta sumber plasma nuftah. Selain itu hutan juga menghasilkan jasa lingkungan berupa pengatur hidrologis, pembersih udara, jasa wisata, jasa keindahan dan keunikan serta jasa perburuan (Supriadi 2003).
Secara ekologis HHNK tidak memiliki perbedaan fungsi dengan hasil hutan kayu, karena sebagian besar HHNK merupakan bagian dari pohon. Menurut UU Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, disebutkan bahwa HHNK adalah hasil hutan hayati maupun non-hayati. Menurut FAO (2000) adalah barang (goods) yang dihasilkan benda hayati selain kayu yang berasal dari hutan atau lahan sejenis. HHNK yang terdapat di Indonesia terbagi menjadi HHBK nabati dan HHBK hewani dan masing-masing kelompok dibagi lagi, seperti yang diuraikan berikut ini: 1. Hasil hutan non kayu (HHNK) nabati, yaitu meliputi semua hasil non kayu
dan turunannya yang berasal dari tumbuhan dan tanaman dan yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain: a. Kelompok resin, antara lain damar, gaharu, kemenyan, pinus, kapur barus. b. Kelompok minyak atsiri, antara lain cendana, kayu putih, kenanga. c. Kelompok minyak lemak, pati dan buah-buahan, antara lain buah merah,
rebung bambu, durian.
d. Kelompok tannin, bahan pewarna dan getah, antara lain kayu kuning, jelutung, perca.
e. Kelompok tumbuhan obat-obatan dan tanaman hias, antara lain akar wangi, brotowali, anggrek hutan.
f. Kelompok palmae dan bambu, antara lain rotan manau, rotan tohit, dll. g. Kelompok alkaloid antara lain kina. h. Kelompok lainnya, antara lain nipah, pandan, purun 2. Hasil hutan non kayu (HHNK) hewani, yaitu meliputi semua hasil bukan kayu dan turunannya yang berasal dari hewan dan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: a. Kelompok hewan buru (babi hutan, kelinci, kancil, rusa, buaya). b. Kelompok hewan hasil penangkaran (arwana, kupu-kupu, rusa, buaya). c. Kelompok hasil hewan (sarang burung walet, kutu lak, lilin lebah, ulat
sutera, lebah madu). Pemanfaatan HHNK adalah pemanfaatan melalui pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dengan menerapkan prinsip kelestarian dan tetap memperhatikan fungsi hutan. Teknologi yang digunakan untuk memanfaatkan dan mengolah HHNK adalah teknologi sederhana sampai menengah. Dengan demikian pemanfaatan HHNK tidak menimbulkan kerusakan ekosistem hutan (Dephut, 2009). Hasil hutan hon kayu sebenarnya sudah cukup lama mendapat perhatian dari berbagai kalangan baik pemerintah, LSM, perguruan tinggi maupun masyarakat. Sementara itu pemerintah telah memberi perhatian terhadap HHNK, ditunjukkan oleh adanya peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan seperti:
Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan dimana pada Pasal 28 menyebutkan tentang pemanfaatan HHNK pada hutan produksi. Selain itu pada PP Nomor 6 Tahun 2007, Pasal 28 tentang upaya optimalisasi HHNK yang didalamnya menyebutkan mengenai Pemungutan HHNK pada Hutan Lindung, Pasal 43 Pemanfaatan HHNK dalam hutan tanaman pada hutan produksi. Serta pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007 tentang jenis-jenis HHNK yang menjadi urusan Departemen Kehutanan yang didalamnya terdapat 9 kelompok HHNK serta sedang disusunnya grand strategy pengembangan HHNK tahun 2009 - 2014 (Suharisno, 2008).
Palmae Tumbuhan Palmae terdiri dari 200 marga dan sekitar 4000 jenis. Famili ini
mempunyai penyebaran yang luas yaitu meliputi daerah tropik Asia, Malesia, Australia, Afrika, dan Amerika serta daerah subtropik dan daerah beriklim sedang baik belahan bumi utara maupun belahan bumi selatan. Di kawasan Malesia sendiri, tumbuhan Palmae diperkirakan terdiri dari 52 marga dan lebih dari 900 jenis (Rustiami, 2002).
Palmae merupakan tumbuhan monokotil (berkeping satu) yang berbatang tunggal maupun berumpun. Tinggi batangnya sangat bervariasi dan ada yang mencapai 10 meter. Berdasarkan tinggi batang, kelompok palmae dapat digolongkan sebagai palem yang berupa pohon tinggi lebih dari 100 meter, pohon sedang 2-10 meter maupun semak kerang dari 2 meter. Batang dari jenis palmae ada yang tumbuh tegak ada pula yang merambat pada pohon lain. Familia Arecaceae dalam pengklasifikasian mempunyai genus yang jumlahnya sangat banyak. Oleh karena jenisnya begitu banyak, belum semua tumbuhan tergolong
kedalam familia Arecaceae yang tumbuh di Indonesia ini diketahui namanya. Hal
ini disebabkan banyak jenis tumbuhan ini tumbuh tersebar di hutan-hutan
Indonesia. Berikut ini Sistematika Botani Arecaceae :
Regnum
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta (Angiospermae)
Classis
: Liliopsida (Monocotyledoneae)
Ordo
: Arecales
Famili
: Arecaceae
(Van Stenis, 2005).
Aren
Aren (Arenga pinata) adalah salah satu keluarga palmae yang memiliki
potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di Indonesia. Tanaman
aren dapat tumbuh di segala jenis tanah di Indonesia, dan akan tumbuh subur terutama yang berada di atas ketinggian 1200 mdpl, dengan suhu rata–rata 250 C.
Diluar itu, pohon aren masih dapat tumbuh namun kurang optimal dalam
berproduksi (Bank Indonesia, 2009). Menurut Burhanuddin (2005) setiap pohon
aren berpotensi bisa menghasilkan 10–15 liter air nira tiap harinya, dan proses
penampungan ini dapat dilakukan setiap harinya selama tiga bulan, pada pagi dan
sore hari. Air nira hasil sadapan ini setelah dikurangi kadar airnya dan menjadi
padat inilah yang menjadi gula aren.
Rotan
Rotan (Calamus spp.) merupakan satu komoditi yang mulai dapat
diandalkan sebagai komoditi perdagangan HHNK yang cukup penting bagi
Indonesia (Erwinsyah, 1999). HHNK umumnya dikelola oleh masyarakat yang
bermukim di sekitar hutan. Oleh karena itu, selain menjadi sumber devisa negara, HHNK seperti rotan, daging binatang, madu, damar, gaharu, getah, berbagai macam minyak tumbuhan, bahan obat-obatan, dan lain sebagainya merupakan sumber penghidupan bagi jutaan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan. Taksiran potensi produksi rotan yang dihasilkan di Provinsi Sumatera Utara mencapai 672.620 ton per tahun. Diantaranya Kabupaten Samosir, Tapanuli Tengah, Langkat dan Mandailing Natal. Luas yang ditumbuhi rotan diperkirakan seluas 482.000 hektar (Dishut Provinsi Sumatera Utara, 2008).
Pengelompokan jenis-jenis rotan lazimnya didasarkan atas persamaan ciriciri karakteristik morfologi organ tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga, buah, dan alat-alat tambahan. Penentuan jenis rotan dapat dilakukan dengan mengamati jumlah batang pada setiap rumpun, sistem perakaran, bentuk dan jenis alat pemanjat, serta bentuk dan perkembangan daun, bunga dan buah (Dransfield, 1974). Salak
Salak termasuk famili palmae, serumpun dengan kelapa, kelapa sawit, aren (enau), palem, pakis yang bercabang rendah dan tegak. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri. Dari batang yang berduri itu tumbuh tunas baru yang dapat menjadi anakan atau tunas bunga buah salak dalam jumlah yang banyak (Moch, 2001).
Tanaman salak akan menunjukkan penampilan tanaman yang sesuai dengan keadaan faktor lingkungan, faktor iklim, tanah dan topografi saling berkaitan mempengaruhi fungsi fisiologi dan morfologi. Salak akan tetap berusaha mendapatkan kebutuhan khususnya selama hidup, walaupun faktor-
faktor yang diinginkannya ini tidak mendukung. Oleh karena itu, usaha untuk medapatkan kebutuhan khususnya ini sulit dalam lingkungan yang tidak sesuai, maka akan terjadi beberapa perubahan morfologi dan fisiologi pada tanaman salak walaupun dalam jenis yang sama dalam lingkungan yang berbeda penampilan salak dapat berbeda pula (TKTM, 2010).
Morfologi Famili Arecaceae Akar (radix)
Akar Familia Arecaceae adalah akar serabut kaku keras dan cukup besar seperti tambang (Garsinia dan Ira, 2008 ). Batang (caulis)
Palmae berbatang tunggal dan tingginya bisa mencapai 30 m yang batangnya kokoh ramping. Merupakan tumbuhan monokotil atau berkeping satu yang berbatang tunggal. Tinggi pohon bisa mencapai 30 m yang batangnya kokoh ramping memanjat. Tinggi batanggnya (caulis) sangat beragam dan ada yang mencapai 100 meter. Berdasarkan tinggi batang, famili Arecaceae dapat digolongkan berupa pohon tinggi lebih dari 10 meter, pohon sedang (2-10 meter) maupun kurang dari 2 meter. Batang famili Arecaceae ada yang tumbuh tegak ada pula yang merambat pada pohon lain sebagai liana, bentuk yang seperti ini terutama dari spesies-spesies Hypaena dan Dypsis (Shukla dan Mirsa, 2002). Daun (folium)
Daun-daunnya bertulang menyirip (penninervis) atau bentuknya seperti kipas, dengan pelepah daun (vagina) atau tangkai daun (petiolus) yang melebar. Familia Arecaceae umumnya berdaun majemuk. Daun palmately dan pinnately,
membentuk tajuk dari batang kokoh yang tidak bercabang, dasar petiole luas, berpelepah dan berserat (Bandini, 1996). Bunga (flos)
Karangan bunga (tongkol bunga) kerap kali pada ketiak daun (axilaris), kadang-kadang terminal, yang mudah kerapkali keseluruhannya dikelilingi oleh satu seludang daun atau lebih, atau (daun) tangkai dan cabang samping mempunyai seludang kecil. Bunga (flos) duduk pada cabang yang berdaging tebal atau kerapkali tenggelam di dalamnya, berkelamin 1 (unisexualis), jarang berkelamin 2 atau bunga banci (hermaphroditus). Tenda bunga (perigonium) dalam lingkaran dengan jumlah masing-masing 3, bebas atau bersatu dengan yang lain dan umumnya tebal. Benang sari (stamen) 6 sampai 9 buah atau lebih, jarang berjumlah 3 buah, daun buah berjumlah 3, bebas atau bersatu, bakal buah beruang 1 (unilocularis) sampai beruang 3 (trilocularis), tiap ruang 1 bakal biji (ovulum) (Bandini, 1996). Buah (fructus)
Buah buni (bacca) atau buah batu (drupa), kadang-kadang tiap-tiap daun buah tumbuh terpisah menjadi sebuah yang berbiji 1. Buah berry, drupe atau nut, biji dengan embrio kecil dan endosperm (Uhl and Dransfiel, 1987).
Bambu Bambu merupakan jenis rumput-rumputan yang berumpun dan beruas.
Bambu merupakan anggota famili Poaceae, hal ini berarti bahwa ketika bambu dipanen, bambu akan tumbuh kembali dengan cepat tanpa mengganggu ekosistem. Tidak seperti pohon, batang bambu muncul dari permukaan dengan diameter penuh dan tumbuh hingga mencapai tinggi maksimum dalam satu musim
tumbuh (sekitar 3 sampai 4 bulan). Bambu termasuk jenis tanaman yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang 60 cm dalam sehari. Bambu banyak digunakan oleh masyarakat pedesaan secara luas karena memiliki batang yang kuat, lentur, lurus dan ringan sehingga mudah diolah untuk berbagai produk. Dalam kehidupan modern, bambu dapat dimanfaatkan mulai dari akar hingga daun dan dapat digunakan untuk produk-produk dekoratif, alat rumah tangga, bahan bangunan, bahan alat kesenian, dan lain-lain. Bambu juga digunakan dalam upaya konservasi tanah dan air, karena memiliki sistem perakaran yang banyak sehingga menghasilkan rumpun yang rapat dan mampu mencegah erosi tanah (Dahlan, 1994 dalam Widjaja, dkk., 1994).
Di dunia terdapat sekitar 1200-1300 jenis bambu sedangkan menurut data lapangan dan laboratorium bahwa bambu di Indonesia diketahui terdiri atas 143 jenis. Berdasarkan data dapat dipastikan bahwa bambu merupakan sumber daya yang sangat melimpah dan memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi. Namun, kenyataan yang terjadi adalah tidak semua jenis bambu dikenal oleh masyarakat dengan baik (Widjaja, 2001).
Morfologi Famili Poaceae Akar (radix)
Akar sering dengan rambut-rambut akar tetapi juga sering dengan endomikorhiza, memiliki pelepah daun (Gibson, 2009).
Batang (caulis) Poaceae adalah tumbuhan perennial dan herba, bentuk seperti pohon tetapi
tanpa penebalan sekunder, dinding sel, dan memiliki epidermis kuat. Batang beruas-ruas biasanya silinder dengan ruas kosong (internodus) (Gibson, 2009). Daun (folium)
Berdaun tunggal dan berpelepah, biasanya daun berbentuk pita (Gibson, 2009). Bunga (flos)
Famili rumput (Poaceae) adalah famili terbesar keempat tanaman berbunga di dunia dan berjumlah sekitar 11.000 spesies dengan 800 marga. Bunga tak bermahkota. Ciri-ciri yang paling penting dari famili ini adalah biji yaitu kulit biji menyatu dengan dinding buah yang dikenal sebagai kariopsis. Endosperm kaya akan pati, walaupun juga terdiri dari protein dan lipid. Embrio terletak pada bagian basal dari caryopsis dan mengandung lebih banyak protein, lemak, dan vitamin (Peterson dan Soreng, 2007). Buah (fructus)
Penyerbukan bunga biasanya dengan bantuan angin, dan biasanya biseksual (Gibson, 2009).
Masyarakat Sekitar Hutan Soedjarwo (2003) mengemukakan bahwa masyarakat di sekitar kawasan
lindung adalah sekumpulan individu, keluarga, dan komunitas tradisional atau modern yang bertempat tinggal terus menerus pada suatu areal yang berada di dalam atau berbatasan dengan suatu kawasan lindung yang telah diusulkan sebagai kawasan lindung.
Menurut Arief (2001) masyarakat hutan adalah penduduk yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan yang mata pencaharian dan lingkungan hidupnya sebagian besar bergantung pada eksistensi hutan dan kegiatan perhutanan. Dephut (2007) menyatakan bahwa masyarakat hutan umumnya bebas memungut dan memanfaatkan HHNK baik di dalam hutan produksi maupun hutan lindung, kecuali di dalam Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Hal itu terjadi karena mengingat pemungutannya tidak memerlukan perizinan yang rumit sebagaimana dalam pemungutan hasil hutan kayu.
Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information Sistem (GIS)
merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial. Sistem ini meng-capture, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi. Teknologi GIS mengintegrasikan operasi umum database, seperti query dan analisis statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisis yang unik yang dimiliki oleh pemetaan (Aini, 2007).
Kegunaan dasar dari program GIS adalah untuk mengelola informasi ruang/tempat dalam membuat kebijakan. GIS memiliki beberapa langkah, yaitu : input, manipulasi, managemen, analisis dan visualisasi. Proses GIS mempunyai tiga prinsip dasar, yaitu input data, manipulasi data, dan output data. Selanjutnya adalah diskripsi laporan singkat dari proses dasar GIS : (1) input data meliputi semua aspek transformasi perolehan data ke dalam bentuk peta. Pengamatan lapangan, jangkauan kedalam bentuk kesesuaian digital (2) penyimpanan data,
data yang disimpan dan disusun berdasarkan posisi, topology, dan elemen geografi (titik, garis, objek) yang mewakili tempat pada permukaan bumi (3) manipulasi data dan analisis, analisis meliputi pembuatan variabel gabungan yang melalui proses dua kegiatan langsung spatial dan non spatial pada kesatuan sistim (4) output data mempunyai tiga tipe yaitu; hardcopy, softcopy dan elektronik. Hardcopy adalah tampilan permanen, peta dan tabel. Softcopy digunakan untuk menyediakan interaksi operator untuk meninjau data sebelum final. Hasil analisis dapat ditunjukkan dalam bentuk peta, tabel grafik dalam variasi untuk kesesuaian bagi pengguna (Rahmawaty, 2011).
Penggunaan teknologi berbasis komputer untuk mendukung perencanaan pertanian mutlak diperlukan untuk menganalisis, memanipulasi dan menyajikan informasi dalam bentuk tabel dan keruangan. Salah satu teknologi tersebut adalah GIS yang memiliki kemampuan membuat model yang memberikan gambaran, penjelasan dan perkiraan dari suatu kondisi faktual. GIS dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis sebaran vegetasi (Samsuri, 2004).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1994 menyatakan bahwa potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tersebut perlu dikembangkan dan dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat melalui upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari. Dengan adanya aplikasi SIG, letak persebaran hutan yang berpotensi sebagai HHNK dapat diketahui dan memudahkan batas letak wilayah hutan lindung yang ada di KPHL Tobasa. Puntodewo, dkk (2003) mengemukakan bahwa GIS sangat bermanfaat dalam perencanaan dan pengelolaan SDA, antara
lain untuk aplikasi inventarisasi dan monotoring hutan, kebakaran hutan, perencanaan penebangan hutan, rehabilitasi hutan, konservasi DAS dan konservasi keanekaragaman hayati.
Pemantauan Potensi HHNK Ritung, dkk (2007) meyatakan bahwa kebutuhan teknologi saat ini
menggunakan Sistem informasi Geografi (SIG) untuk tujuan identifikasi sebaran, pemantauan dan penilaian sangat penting terutama bila dikaitkan dengan pengumpulan data yang cepat dan akurat. Pemantauan dan penilaian (monitoring dan evaluasi) potensi merupakan kegiatan untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi mengenai perkembangan atas potensi dan kekayaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berserta lingkungannya, yang lebih menekankan pada aspek perkembangan dan perubahan yang terjadi. Kegiatan ini umumnya dilakukan setelah ketersediaan data dan informasi dasar (base line data) telah terbangun dan tersedia.
Peningkatan pertambahan penduduk yang cukup pesat berdampak pada meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pangan, energi dan obat, sementara produk yang dihasilkan dari tanaman HHNK selama ini belum dapat memenuhi baik kebutuhan sehari-hari maupun penambahan pendapatan masyarakat sekitar hutan. Pengelolaan HHNK yang tepat merupakan suatu sistem perencanaan hutan yang memberikan arahan untuk kegiatan pemanfaatan/pemungutan, rehabilitasi dan konservasi, kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, sehingga diharapkan selain berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan juga akan berdampak pula pada pemenuhan bahan baku (kuantitas dan kualitas) bagi industri pangan dan energi pedesaan.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa Pasar Lumban Julu dan desa Lintong
Julu, Kecamatan Lumban Julu pada kawasan KPHL Model Unit XIV, Tobasa. Survey lokasi dilaksanakan pada bulan Oktober 2014. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015. Identifikasi jenis dan pengolahan data dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Lokasi penelitian
Gambar 1. Peta Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Tobasa Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dari website KPH, KPHL Model Unit XIV Toba Samosir, terletak pada 98o54’25’’- 99o40’33’’ Bujur Timur dan antara
2o39’04’’ – 2o0’14’’ Lintang Utara. Luas Kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara sesuai SK Menhut No.44/Menhut-II/2005 tanggal 16 Februari 2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sumatera Utara adalah seluas 3.742.120 ha. Kawasan hutan tersebut meliputi :
1. Hutan Konservasi seluas 477.070 ha 2. Hutan Lindung seluas 1.297.330 ha 3. Hutan Produksi Terbatas seluas 879.270 ha 4. Hutan Produksi Tetap seluas 1.035.690 ha 5. Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha
Penetapan KPHL Model Unit XIV Toba Samosir yang terletak di Kabupaten Toba Samosir sesuai SK Menhut No.867/Menhut-II/2013 tanggal 5 Desember 2013 seluas 87.247 Ha, yang terdiri dari hutan lindung (HL) seluas 75.762 Ha, hutan produksi terbatas (HPT) seluas 6.294 Ha, dan hutan produksi (HP) seluas 5.191 Ha. Pada tanggal 24 Juni 2014 Menteri Kehutanan RI mengeluarkan SK Menhut No.579/Menhut-II/2014 mengenai kawasan hutan di Sumatera Utara. Dengan demikian maka luas KPHL Model Unit XIV mengikuti SK terbaru dengan perubahan luas sebesar 56.521 Ha. Kawasan hutan tersebut meliputi :
1. Hutan Lindung seluas 43.412 ha 2. Hutan Produksi seluas 11.243 ha 3. Hutan Produksi Terbatas seluas 1.957 ha 4. Hutan Suaka Alam seluas ± 9 ha
Kecamatan Lumban Julu tidak semua masuk ke dalam kawasan KPHL Model Unit XIV, Tobasa. Luas Kecamatan Lumban sebesar 9146 Ha yaitu
16,25 % dari total luas KPHL Model Unit XIV, Tobasa dan untuk luas kawasan berhutan sebesar 3761 Ha. Penelitian ini dilakukan di 2 desa dari 30 total desa yang terdapat di Kecamatan Lumban Julu yaitu desa Lintong Julu dan Pasar Lumban Julu. Berdasarkan data yang di dapat dari KPHL, kedua desa tersebut memiliki potensi palmae dan bambu yang cukup tinggi dibandingkan dengan desa-desa lain yang terdapat di Kecamatan Lumban Julu.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System
(GPS), parang, perangkat keras (hardware) yaitu PC (Personal Computer), perangkat lunak (software) yaitu ArcView GIS 3.3 dan Departement of Natural Resources (DNR) Garmin, pita meteran, kamera digital, kalkulator, kertas label, kantong plastik dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah Peta Administrasi KPHL Tobasa, buku identifikasi HHNK, dan tally sheet.
Prosedur Penelitian Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. a. Data Primer
Data primer diperoleh melalui eksplorasi yaitu pengamatan secara langsung di lapangan. Selain pengumpulan data dengan cara pengamatan, maka dapat diperoleh dengan mengadakan interview atau wawancara. Dalam hal ini informasi atau keterangan diperoleh langsung dari responden atau informan dengan cara tatap muka dan bercakap-cakap (Nazir, 2011). Wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). b. Data Sekunder
Data sekunder yang mendukung penelitian ini diperoleh dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah I Sumatera Utara, yaitu Peta Administrasi KPHL Tobasa. Selain itu, data HHNK yang diperoleh dari pengelola KPHL Tobasa serta melalui studi pustaka tentang keberadaan jenis HHNK di Sumatera Utara.
Penentuan Sampel Responden Penentuan responden dibagi menjadi 2 bagian yaitu responden umum dan
responden kunci. - Responden umum pada penelitian ini adalah masyarakat dikawasan KPHL
Model Unit XIV, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Tobasa yang mengetahui jenis-jenis palmae dan bambu serta memanfaatkannya. - Responden kunci adalah kepala kampung, kepala suku, mantri, tokoh agama dan tokoh masyarakat lainnya. Penentuan responden kunci dilakukan dengan menggunakan metode purpossive sampling yang disesuaikan dengan tujuan penelitian melalui wawancara dan kuisioner secara langsung kepada masyarakat.
Menurut Arikunto (1998) dalam Harahap (2007) apabila jumlah kepala keluarga >100 KK, maka yang diwawancarai adalah 10-15% dari jumlah KK tersebut. Apabila jumlah kepala keluarga 3, keanekaragaman tergolong tinggi
Pemetaan Sebaran Palmae
Metode dilapangan dilakukan dengan pengambilan titik plot vegetasi
dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) untuk mengetahui
sebaran vegetasi. Pemetaan keanekaragaman vegetasi HHNK dilakukan dengan
Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan software ArcView GIS 3.3.
Pembuatan peta penyebaran HHNK kelompok palmae dilakukan dengan
melakukan overlay antara peta dasar kawasan KPHL Tobasa dengan data titik
yang diambil di lapangan dengan menggunakan GPS. Proses pengolahan data titik
koordinat yang diperoleh dari lapangan