Latar Belakang Masalah Penerapan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Studi di POLRES Blitar)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam aktivitasnya setiap hari, manusia mempergunakan jalan raya. Jalan raya yang merupakan jalan dalam bentuk apapun yang terbuka untuk lalu lintas umum, sudah menjadi salah salah satu kebutuhan pokok bagi warga masyarakat. Dengan mempergunakan jalan raya, secara tidak langsung warga masyarakat tersebut terkena peraturan peraturan mengenai lalu lintas maupun angkutan jalan raya. Agar fungsi jalan raya sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat dalam bertransportasi benar benar berfungsi, maka diperlukan peraturan – peraturan tertentu mengenai ketertiban maupun keamanan atau keselamatannya. 1 Membangun kesadaran hukum masyarakat bukan hanya tugas aparat penegak hukum, tetapi menjadi tanggung jawab bersama untuk menuntaskan program pembangunan bangsa yang berkesinambungan. Sebagai negara yang berdasarkan atas hukum, dalam mencapai tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara terutama pencapaian kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan sebagai amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sistem lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peran strategis sebagai sarana memperlancar arus transportasi barang dan jasa. Lalu lintas dan Angkutan Jalan selanjutnya disingkat LLAJ harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, 1 Soerjono Soekanto.1984.Pusat Penelitian dan Pengembangan Fakultas Hukum Universitas Tarumanegara Editor. Jakarta. CV Rajawali. Hal.1. 2 kesejahteraan, ketertiban berlalu lintas dan angkutan jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan negara. Secara filosofis, hukum diundangkan untuk menciptakan keteraturan dan keteraturan akan membawa situasi kehidupan masyarakat yang tertata sesuai dengan beban, hak, dan tanggung jawabnya. Menciptakan keteraturan tidak sesempit yang kita bayangkan selama ini yang sering mengidentikkannya dengan keamanan dan ketertiban. Tetapi lebih dalam lagi, keteraturan adalah berjalannya fungsi – fungsi sosial dari tiap – tiap individu atau komponen yang ada dalam sebuah komunitas yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2 Di sinilah urgensi dari sebuah peraturan perundang – undangan yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan keamanan dan ketertiban, tetapi akan menuntut masyarakat dalam sebuah situasi yang memungkinkan berlangsungnya sistem kehidupan social yang lebih terarah untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Selain diperlukan juga penetapan suatu aturan umum yang bersifat seragam dan berlaku secara nasional serta dengan mengingat ketentuan lalu lintas yang berlaku secara internasional. Maka dari itu dibuatlah UU No. 22 Tahun 2009, undang – undang tersebut dibuat untuk menggantikan undang – undang yang lama yaitu UU No. 14 Tahun 1992 yang dirasa tidak layak dalam menanggulangi berbagai macam pelanggaran yang mungkin dilakukan oleh para pengguna jalan. Diberlakukannya UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Umum pada tahun 2010 lalu merupakan sebuah terobosan yang dilakukan untuk menekan angka pelanggaran lalu lintas di Indonesia. Keberadaan Undang-undang tersebut memungkinkan masyarakat takut untuk melakukan pelanggaran lalu 2 Budiono Sandi. 2007. Menuju Equality Before The Law sebuah catatan kecil. Sumenep. Penerbit Diva Press. Hal 55. 3 lintas, hal ini dikarenakan di dalam Undang-undang tersebut memuat sanksi denda yang cukup mahal dan juga berat bagi pelanggarnya. Sebagai contoh dalam pasal 58 yang berbunyi : “ Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan dilarang memasang perlengkapan yang dapat mengganggu keselamatan berlalu lintas “. Para pelanggarnya dapat dikenakan sanksi seperti yang terdapat di pasal 279 yang berbunyi : “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang dipasangi perlengkapan yang dapat mengganggu keselamatan berlalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 dua bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 lima ratus ribu rupiah. Penerapan undang – undang secara tidak langsung menyebabkan para pengguna jalan kendaraan bermotor lebih berhati hati dalam memasang berbagai macam aksesoris yang ada di kendaraannya. Contohnya saja, pemakaian knalpot free flowbrong serta pemasangan lampu yang menyilaukan pengendara lain. Pelanggaran ini secara tidak langsung akan memecah konsentrasi pengendara lain akibat bunyi berisik yang ditimbulkan knalpot free flowbrong lampu menyilaukan tersebut akan membahayakan keselamatan lalu lintas. Senin 2112 pukul 08.00 wib terjadi kecelakaan lalu lintas di Jl. Umum Gombong – Karangbolong Ds. Gebluk Kec. Buayan Kab. Kebumen antara Sepeda motor Spm SuzukiNo.Pol. AA-3357- FM yang dikendarai FEBRI 17, warga Ds. Adiwarno Kebumen denganPejalan kaki an. ASMA P 70, warga Ds. Gebluk Kebumen. Kronologi kejadian bermula Spm berjalan dari arah utara ke selatan kecepatan tinggi sampai di TKP Spm tetap berjalan lurus dengan kecepatan tinggi bersamaan datang pejalan kaki dari arah barat menyeberang ke timur karena tidak bisa menguasai laju kendaraannya dikarenakan ban roda Spm tidak sesuai spektek ban kecil berakibat Spm menabrak pejalan kaki yang menyeberang tersebut. Akibat kecelakaan ini pejalan kaki meninggal dunia MD karena 4 mengalami cidera kepala yang cukup parah. Sedangkan pengendara Spm mengalami luka-luka LR . Kasus ini sudah ditangani oleh Unit Laka Sat Lantas Kebumen Brigadir M. Khamdun dan Pengendara Spm telah dimintai keterangan oleh petugas. 3 Mengendarai kendaraan bermotor bagi masyarakat terkadang tidak hanya karena kebutuhan alat transportasi, melainkan juga menunjukkan nilai kebanggaan bahkan juga menunjukkan strata ekonomi yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah toko yang menjual berbagai macam aksesoris dan suku cadang kendaraan bermotor yang juga telah mengantongi ijin dari pemerintah, yang pada intinya maksudkan agar kendaraan bermotor tersebut dapat terlihat lebih bagus dan menawan. Apalagi pada era globalisasi seperti sekarang semakin meningkatnya kesejahteraan, kehidupan serta sifat konsumtif masyarakat Indonesia telah pula mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, yang salah satunya adalah kemajuan di bidang sarana transportasi yang menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat disemua lapisan. Hal tersebut diwujudkan dengan membeli berbagai macam jenis kendaraan roda dua maupun roda empat secara terus menerus, menyebabkan kepadatan di jalan raya, disertai dengan berbagai macam peralatan kendaraan yang dipasang dan tidak standard, semakin membahayakan pengendara lain dan potensi terjadinya kecelakaan semakin besar. Hal tersebut tentu saja haruslah diikuti dengan rasa menjunjung tinggi peraturan lalu lintas yang berlaku agar resiko kecelakaan para pengguna jalan raya dapat berkurang serta dapat mewujudkan pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan 3 Satlantas Kebumen. Info Lalu Lintas. http:unitlakakebumen.wordpress.comtaginfo- lakapage5 diakses tanggal 26 Maret 2014 pukul 16.00 WIB 5 Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa dan terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa, serta terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. 4 Agar tujuan tersebut dapat diwujudkan, maka semua semua elemen masyarakat diharapkan untuk bisa turut serta membantu aparat kepolisian dalam mewujudkan tujuan mulia seperti yang dikemukakan diatas. Berdasarkan hal - hal yang diuraikan dalam latar belakang di atas menjadi pendorong bagi penulis untuk melakukan penelitian guna penyusunan skripsi yang berjudul : PENERAPAN PASAL 58 UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Studi di POLRES Blitar

B. Rumusan Permasalahan

Dokumen yang terkait

PENERAPAN PASAL 28 AYAT (1) UNDANG – UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENGENAI KERUSAKAN DAN GANGGUAN FUNGSI JALAN (STUDI DI POLRES MALANG KOTA)

0 23 25

Penerapan Pasal 106 ayat (1) Jo Pasal 283 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

1 36 28

KEBIJAKAN KRIMINAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

0 3 2

Penerapan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Terhadap Pelanggaran Lalu Lintas

2 32 107

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PELANGGARAN PASAL 310 AYAT (4) UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

0 2 17

PENDAHULUAN PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PELANGGARAN PASAL 310 AYAT (4) UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

0 2 9

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU-LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus Kecelakaan Lanjar Sriyanto Dalam Putusan Nomor 249/Pid.B/2009/Pn.Kray

0 2 13

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU-LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus Kecelakaan Lanjar Sriyanto Dalam Putusan Nomor 249/Pid.B/2009/Pn.Kra

0 1 18

undang undang no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan

0 0 107

Efektivitas Penerapan Sanksi Denda E-Tilang Bagi Pelanggar Lalu Lintas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Di Polres Rembang)

0 1 13