Laporan hasil penelitian Historigrafi

Fitri Apriliyanti, 2014 Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah 1937-1942 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bab IV merupakan isi atau bagian utama dari tulisan sebagai jawaban dari pembahasan atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Dalam bab ini peneliti membahas mengenai peranan K.H Mas Mansur dalam Perkembangan Muhammadiyah 1937-1942. Bab V mengemukakan kesimpulan yang merupakan jawaban dan analisis peneliti terhadap masalah-masalah secara keseluruhan. Hasil dari temuan akhir ini merupakan pandangan peneliti tentang inti dari pembahasan penelitian. Dan dapat memuat saran yang intinya memberikan rekomendasi terhadap pembelajaran sejarah di sekolah dan kerangka berfikir untuk penelitian selanjutnya. Fitri Apriliyanti, 2014 Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah 1937-1942 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Gottschlak. 1986. Mengerti Sejarah. Penerjemah Nugroho Notosusanto. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara WacanaYogya. Fitri Apriliyanti, 2014 Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah 1937-1942 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pada bab ini merupakan kesimpulan hasil pembahasan sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji yaitu mengenai peranan K.H Mas Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah tahun 1937-1942 sebagaimana yang telah dikaji pada bab IV. Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Awal pergerakan organisasi muhammadiyah pada pertengahan abad ke-19 diawali dengan munculnya suatu gerakan pembaharuan ide-ide pemurnian ajaran Islam dan kesadaran politik umat Islam melalui pemikiran dan aktivitas para tokoh pembaharu Islam guna mengatasi krisis sosial, politik, dan ilmu pengetahuan akibat kolonialisme Barat. Sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Gerakan pembaharuan yang terjadi di dunia Islam tersebut, seperti berdirinya organisasi-organisasi pembaharuan. Organisasi-organisasi pembaharuan tersebut diantaranya adalah Al-Irsyad, Persatuan Islam Persis, Muhammadiyah dan sebagainya. Muhammadiyah adalah salah satu organisasi pembaharuan terbesar di Indonesia yang didirikan pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H Ahmad Dahlan di Kampung Kauman, Yogyakarta. Muhammadiyah didirikan bertujuan mengembalikan kemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur lokal yang mempengaruhinya dan kembali kepada Al- Qur’an dan Hadits. Kepeloporan pembaharuan Kyai Ahmad Dahlan yang menjadi tonggak berdirinya Muhammadiyah juga ditunjukkan dengan merintis gerakan perempuan Aisyiyah tahun 1917, yang ide dasarnya dari pandangan Kyai Ahmad Dahlan agar perempuan muslim tidak hanya berada di dalam rumah, tetapi harus giat di masyarakat dan secara khusus menanamkan ajaran Islam serta memajukan kehidupan kaum perempuan. Langkah-langkah pembaharuan ini yang Fitri Apriliyanti, 2014 Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah 1937-1942 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu membedakan Kyai Ahmad Dahlan dari pembaharuan Islam lain, yang tidak dilakukan oleh Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Ahmad Khan. Perintisan ini menunjukan sikap dan visi misi Islam yang luas dari Kyai Ahmad Dahlan mengenai posisi dan peran perempuan yang lahir dari pemahamannya yang cerdas dan bersemangat tajdid, padahal Kyai dari Kauman ini tidak bersentuhan dengan ide atau gerakan “feminisme” seperti berkembang pada saat ini. Artinya betapa maju nya pemikiran K.H Ahmad Dahlan yang kemudian melahirkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam murni yang berkemajuan Latar belakang K.H Mas Mansur untuk turut serta dalam perjuangan bangsa melawan penjajahan Belanda terutama perjuangan memajukan umat Islam Indonesia. Setibanya di tanah air, K.H Mas Mansur menggabungkan diri dalam Sarikat Islam karena organisasi yang terkemuka adalah Sarekat Islam yang dipimpin oleh Umar Said Cokroaminoto yang dikenal sebagai organisasi radikal berasaskan Islam. Peran Pucuk Pimpinan Muhammadiyah membuat Muhammadiyah berkembang, selain K.H Ahmad Dahlan sebagai pendiri ada K.H Ibrohim, K.H Hisyam, K.H Mas Mansur merupakan pucuk pimpinan Muhammadiyah yang ikut serta menyumbangkan tenaga dan pemikirannya. Awal pengangkatan K.H Mas Mansur sebagai Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tahun 1937-1942 karena terjadi suatu krisis kepemimpinan di kalangan pengurus Besar Muhammadiyah dengan ketidakpuasan kalangan angkatan muda terhadap kebijakan-kebijakan angkatan tua. Dengan demikian hadirnya K.H Mas Mansur tampil dengan kharisma nya sehingga dipilih dan diajukan oleh beberapa tokoh lainnya seperti Kibagus Hadikusumo yang mendorong agar K.H Mas Mansur memimpin Muhammadiyah dan akhirnya benarlah K.H Mas Mansur terpilih walau sempat menolaknya. Usaha-usaha yang dilakukan K.H Mas Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah ada beberapa usaha yang diperjuangkan untuk umat Islam di Indonesia dalam menghadapi pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Usaha itu adalah Ordonansi Perkawinan Tercatat, Ordonansi Guru, dan Perangko Amal Fitri Apriliyanti, 2014 Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah 1937-1942 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Muhammadiyah. Pada perkawinan tercatat secara tidak langusng merugikan umat Islam karena bertentangan dengan aturan hukun agama Islam seperti hak istri, melarang poligami, pengaturan rujuk, cerai dan sebagainya. Dengan aturan itu maka ancaman dari pihak-pihak umat Islam dan termasuk Muhamamdiyah yang menentang ordonansi tersebut. Dalam ordonansi guru pun sama pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan suatu ordonansi yang mengatur pengajaran agama Islam yang sudah tentu bertujuan ingin menghambat proses pendidikan agama Islam di kalangan Umat Islam. K.H Mas Mansur tentu merasa keberatan dan menentang ordonansi ini karena merugikan umat Islam dalam mendidik pengajaran agama Islam. Namun berbeda terhadap Perangko Amal Muhamamdiyah, jika dengan ordonansi guru dan ordonansi perkawinan tercatat K.H Mas Mansur menentang pemerintah kolonial Hindia Belanda maka berbeda Perangko Amal Muhammadiyah, karena kebijakan mengeluarkan Perangko amal Muhammadiyah diizinkan oleh pemerintah. Perangko amal Muhammadiyah merupakan perangko amal pertama bagi umat Islam. Pada tahun sebelumnya kesempatan hanya diberikan pada missionaris dan Zending, maka pada K.H Mas Mansur inilah awal organisasi Islam selaku Pimpinan Muhammadiyah mendapat izin mengeluarkan perangko amal Muhammadiyah. Maka dengan usaha-usaha di atas K.H Mas Mansur dapat bertanggung jawab dengan amanah sebagai Pimpinan Besar di Muhammadiyah. Dampak aktivitas dari usaha-usaha yang dilakukan K.H Mas Mansur ada kegiatan diluar yaitu pada politik. K.H Mas Mansur aktif dalam organisasi seperti MIAI, PII dan PUTERA pada masa perjalanan karirnya. Pendirian partai politik tersebut merupakan usulan dari K.H Mas Mansur sendiri Pengangkatan K.H Mas Mansur dari Muhammadiyah menjadi salah seorang dari Empat Serangkai merupakan perkembangan dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia dan juga adanya pengakuan pentingkan kedudukan Islam dalam politik. Sehingga Keterlibatan K.H Mas Mansur di organisasi politik yang ia dirikan memberikan dampak terhadap organisasi Muhammadiyah menuju kesadaran bagi