Tinjauan Atas Penerapan Pajak Progresif Terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Pada Samsat Kota Pariaman

(1)

24 BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 LANDASAN TEORI 3.1.1 Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 adalah konstribusi kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Secara rinci ada beberapa ahli mengungkapkan pengertian yang relatif sama, antara lain: Andriana dalam Waluyo (2000:1):

“Pajak adalah iuran kepada negara, yang dapat dipaksakan dan terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan dengan tidak mendapatkan kontraprestasi kembali,yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara dalam menyelenggarakan pemerintahan”.

Begitu pula dengan Mardiasmo (2001:1):

“Pajak adalah iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan membayar pengeluaran umum”.

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:

1. Iuran dari rakyat kepada Negara yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).


(2)

2. Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang- undang serta aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

3.1.2 Fungsi Pajak

Sudah menjadi kondisi umum di berbagai negara bahwa pajak digunakan sebagai sumber penerimaan bagi anggaran negara, ditambah penerimaan dari sektor lainnya sesuai dengan karakteristik dan potensi penerimaan pada masing-masing negara tersebut. Pengertian pajak yang telah disampaikan pada sub bab diatas, secara teoritis dan praktis dapat dilihat bahwa pajak memiliki beberapa fungsi, yaitu (Mardiasmo, 2003:1)

1. Fungsi Budgeter

Bahwa pajak merupakan sumber penerimaan negara dalam APBN membiayai tugas-tugas negara. Hal tersebut dapat terlihat dalam struktur penerimaan dalam APBN yang terdiri dari dua pos pokok,yaitu penerimaan negara dan hibah. Pos penerimaan negara atau penerimaan dalam negeri,sumbernya diperoleh dari penerimaan perpajakan yang terdiri dari PPh, PPN, PPnBM, PBB, BPHTB, Cukai, Bea Masuk, Pajak Ekspor, dan Pajak lainnya, serta penerimaan bukan pajak.


(3)

2. Fungsi Regulerend

Pajak mempunyai fungsi regulerend, yang berarti ikut serta dalam proses kebijakan nasional dalam berbagai aspek kegiatan agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh pemerintah. Misalnya membangun atau mengembangkan suatu kawasan tertentu, bisa saja dibutuhkan insentif dibidang perpajakan, sehingga investor bersedia mengucurkan investasinya disana atau mendorong kegiatan ekspor dengan diberikan kemudahan dan keringanan pajak. Meningkatkan daya beli masyarakat bisa dengan menaikkan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Masyarakat yang penghasilannya dibawah PTKP, tidak dikenakan pajak.

3. Fungsi Distribusi

Suatu hal mendasar yang terkadang luput dari pandangan masyarakat adalah adanya fungsi distribusi dari pajak, baik secara teritorial, maupun berdasarkan segmentasi atau kelompok masyarakat. Pajak yang dibayar masyarakat sebagai penerimaan negara, pemanfaatannya dinikmati oleh masyarakat atau oleh kelompoknya, dan oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Ketika seseorang yang tinggal di Jakarta membayar pajak, maka hasilnya tidak hanya dinikmati oleh dirinya atau masyarakat disekitarnya akan tetapi melalui pos pengeluaran dalam APBN pembayaran tersebut akan dinikmati oleh seluruh masyarakat di seluruh Indonesia.


(4)

Sesuai dengan pengertian dan ciri khasnya, pajak ternyata merupakan salah satu perwujudan pelaksanaan demokrasi dalam suatu negara. Pajak berasal dari masyarakat, yaitu dibayar masyarakat sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Peraturan Pajak juga dibuat oleh rakyat melalui wakilnya di parlemen (DPR) dalam bentuk undang-undang perpajakan. Hal ini diamanatkan dalam UUD 1945 dan amandemennya, yakni pada pasal 23 ayat 2. Pasal tersbut menyebutkan bahwa pajak keperluan negara disusun berdasarkan undang-undang. Pajak yang dipungut tersebut digunakan kepentingan seluruh rakyat melalui penyediaan barang dan jasa publik yang dibutuhkan masyarakat.

3.1.3 Pajak Progresif

Pajak progresif adalah pajak yang sistem pemungutannya dengan cara menaikkan prsentase kena pajak yang harus dibayar sesuai dengan kenaikan objek pajak. Dalam perpajakan indonesia,paling tidak terdapat dua jenis pajak yang menerapkan sistem pajak progresif yaitu pajak penghasilan dan pajak kendaraan bermotor. Secara rinci ada beberapa ahli mengungkapkan pengertian yang relatif sama, antara lain: (Koswara (2000:42)

“pajak progresif adalah pajak diterapkan bagi kendaraan pribadi baik roda dua dan roda empat dengan nama pemilik dan alamat tempat tinggal yang sama. Jika nama pemilik dan alamatnya berbeda, maka tidak dikenakan pajak progresif. Pajak progresif ini tidak berlaku untuk kendaraan dinas pemerintahan dan kendaraan angkutan umum. Kendaraan bermotor kepemilikan orang pribadi berdasarkan nama dan/atau Alamat yang sama dikenakan tarif Pajak Progresif pada umumnya sebesar kendaraan pertama 1,5 % (1,5 % x NJKB), kendaraan kedua 2 % (2 % x NJKB), kendaraan ketiga 2,5 % ( 2,5 % x NJKB) dan kendaraan keempat dan seterusnya 4 % ( 4 % x NJKB ).”


(5)

Begitu pula dengan (Mardiasmo (2013:9)

“pajak progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik. Di Indonesia, pajak progresif diterapkan pada pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi.”

Berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Sumatera barat No. 82 Tahun 2011 tentang tata cara penghitungan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor yaitu sebagai berikut. 1. Tata cara perhitungan PKB Pajak progresif untuk kendaraan bermotor

pribadi diuraikan sebagai berikut.

a. Kepemilikan kedua sebesar 2,5% x dasar pengenaan PKB b. Kepemilikan ketiga sebesar 3,5% x dasar pengenaan PKB c. Kepemilikan keempat sebesar 4,5% x dasar pengenaan PKB

d. Kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 5,5% x dasar pengenaan PKB.

2. Kendaraan bermotor angkutan umum sebesar 1% (satu persen).

3. Kendaraan milik badan sosial/keagamaan, Pemerintah/ TNI/POLRI, ambulance dan pemadam kebakaran sebesar 0,5% (nol koma lima persen). 4. Alat-alat berat dan alat-alat besar sebesar 0,2% (nol koma dua persen). 5. .Pajak progresif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku hanya untuk:

a. kendaraan bermotor pribadi atas nama pribadi b. kendaraan roda 4 (empat) keatas

c. kendaraan roda 2(dua) dengan kapasitas 500 cc ke atas

6. Ketentuan teknis pemungutan pajak progresif ditetapkan lebih lanjut dengan keputusan kepala dinas.


(6)

Yang terkait dalm pajak progresif kendaraan bermotor adalah: 1. Objek pajak

Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (“UU No. 28 Tahun 2009”) mengatur bahwa pajak progresif dikenakan terhadap kepemilikan kendaraan bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama. Pajak progresif untuk kepemilikan kedua dan seterusnya dibedakan menjadi kendaraan roda kurang dari 4 (empat) dan kendaraan roda 4 (empat) atau lebih. Sebagai contoh, orang pribadi yang memiliki 1 (satu) kendaraan bermotor roda 2 (dua), 1 (satu) kendaraan bermotor roda 3 (tiga) dan 1 (satu) kendaraan bermotor roda 4 (empat), masing-masing diperlakukan sebagai kepemilikan pertama sehingga tidak dikenakan pajak progresif.

3.1.4 Wajib pajak

Istilah wajib pajak (disingkat WP) dalam perpajakan indonesia merupakan istilah yang sangat popular. Istilah ini secara umum biasa diartikan sebagai orang atau badan yang dikenakan kewajiban pajak. Dalam Undang-Undang KUP lama, istilah wajib pajak didefinisikan sebagai orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu. Dari Definisi ini kita dapat memahami bahwa wajib pajak ini terdiri dari dua jenis yaitu wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan. Berdasarkan ketentuan dalam pajak penghasilan yang disebut wajib pajak itu adalah orang pribadi atau


(7)

badan yang memenuhi definisi sebagai subjek pajak dan menerima atau memeproleh penghasilan yang merupakan objek pajak. Dengan kata lain dua unsur harus dipenuhi untuk menjadi wajib pajak: subjek pajak dan objek pajak. Wajib Pajak sangatlah memegang peranan yang sangat penting bagi kelancaran Sistem dan peraturan perundang-undangan perpajakan. Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) tentang Tata cara perpajakan bahwa yang dimaksud dengan Wajib Pajak (tax payer) adalah sebagai berikut.

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu”.

Begitu pula dengan Suprianto (2011:5)

“wajib pajak harus memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif. Syarat subjektif terpenuhi jika orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia yang disebut sebagai wajib pajak orang pribadi, atau badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia yang disebut sebagai wajib pajak badan. Syarat objektif terpenuhi jika yang berhubungan dengan objek pajak misalnya adanya penghasilan atau penyerahan barang kena pajak. Jika orang pribadi atau badan telah memperoleh objek pajak tersebut maka syarat objektif ini telah dipenuhi dan dapat dianggap sebagai wajib pajak”

3.1.4.1Tarif pajak progresif kendaraan bermotor

a. Tarif pajak Kendaraan Bermotor kepemilikan Pribadi

Kendaraan bermotor kepemilikan orang pribadi berdasarkan nama dan/atau alamat yang sama dikenakan tarif Pajak Progresif Sebesar:


(8)

1. Kendaraan pertama 1,5 % ( 1,5 % x NJKB ), 2. Kendaraan kedua 2 % ( 2 % x NJKB ), 3. Kendaraan ketiga 2,5 % ( 2,5 % x NJKB ),

4. Kendaraan keempat Dan Seterusnya 4 % ( 4 % x NJKB). b. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor untuk

1. TNI / POLRI, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dikenakan tarif Pajak sebesar 0,50 %

2. Angkutan Umum, Ambulans, Mobil jenazah dan Pemadam Kebakaran dikenakan tarif pajak sebesar 0,50 %

3. Sosial Keagamaan, Lembaga Sosial dan Keagamaan dikenakan tarif Pajak sebesar 0,50 %.

3.2 Hasil Pelaksanaan Dan Pembahasan Kerja Praktek 3.2.1 hasil pelaksanaan kerja praktek.

3.2.1.1Prosedur Terkait Dengan Penerapan Pajak Progresif

Prosedur operasi ini untuk mengetahui tata cara penetapan, perhitungan dan pengenaan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor di samsat kota pariaman. Teknik dalam pelaksanaan kerja praktek pada Bidang pajak progresif yang memiliki fungsi,perhitungan, penetapan,pengenaan tarif pajak progresif. Oleh sebab itu dalam pelaksanakan kerja praktek penulis dalam melaksanakan perhitungan pajak progresif. Hal ini dikarenakan sistem pemungutan pajak secara official assessment system. Prosedur-prosedur nys yaitu:


(9)

1.Pendaftaran

Memasuki ruangan kantor pelayanan pada Kantor SAMSAT Kota pariaman terdapat beberapa loket yang tersedia bagi wajib pajak untuk memudahkannya dalam membayar pajak, mulai pada loket 1 untuk penerimaan berkas dan pendaftaran. Pada loket ini yang melayani wajib pajak adalah


(10)

petugas dari instansi kepolisian yang bertugas memeriksa kelengkapan berkas wajib pajak. Adapun kelengkapan berkas yang harus dipenuhi oleh wajib pajak antara lain:

1. fotocopy BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor)

2. fotocopi KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan

3. fotocopy STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan).

Kelengkapan tersebut di atas berlaku bagi wajib pajak yang kendaraan bermotornya sudah terdaftar sebelumnya atau pada kantor SAMSAT di kenal dengan istilah kendaraan ulang. Untuk kendaraan bermotor yang hendak dilakukan pergantian plat (nomor kendaraan), maka selain berkas berupa fotocopy BPKB, fotocopy KTP, dan fotocopy STNK wajib pajak perlu menyertakan bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor yang menyatakan bahwa nomor mesin dan nomor rangka kendaraan tersebut sama dengan yang ada pada Buku Pemilik Kendaraan Bermotor wajib pajak.

2. Penetapan

Pada tahap penetapan yang melayani wajib pajak adalah petugas dari Dinas Pendapatan Daerah Provinsi sumatera barat. Pada tahap ini data wajib pajak yang telah terdaftar akan ditetapkan jumlah besar pajaknya, baik BBNKB maupun PKB nya serta jumlah denda bagi wajib pajak yang telah melewati batas jatuh tempo pembayaran pajak. Kemudian mengenai cara menghitung besarnya PKB dan perhitungan PKB terutang pada SAMSAT Kota pariaman dilakukan dengan cara


(11)

mengalikan tarif pajak dengan pengenaan pajak yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Gubernur berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri.

3. Pembayaran Oleh Wajib Pajak

Kemudian untuk tata cara pembayaran dan penyetoran pajak kendaraan bermotor pada SAMSAT Kota pariaman, PKB dibayar sekaligus dimuka untuk masa 12 (dua belas) bulan, Pembayaran dilakukan 30 (tiga puluh) hari sebelum dan/atau sampai dengan tanggal jatuh tempo, dalam hal jatuh tempo pembayaran jatuh tempo pada hari libur, maka pembayaran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Setelah pembayaran dilakukan maka wajib pajak akan menerima SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) sebagai bukti pembayaran telah dilakukan.

4. Pengesahan atau pencetakan STNK

Pada tahap ini untuk kendaraan baru dan kendaraan yang ganti nomor kendaraan akan dilakukan pencetakan STNK baru. Kemudian untuk kendaraan ulang maka STNK milik wajib pajak akan disahkan berupa stempel pengesahan.

3.2.1.2 hambatan yang terjadi di kantor samsat

Masih banyak wajip yang belum paham tentang pengenaan pajak progresif Pengenaan pajak terhadap kendaraan yang telah dijual oleh pemilik pertama akan tetapi oleh pembeli belum terjadi balik nama sehingga menyebabkan pemilik pertama tersebut dikenakan pajak progresif.

3.2.1.3 Upaya yang dilakuakan oleh kantor samsat kota pariaman

Karena masih banyak wajib pajak yang belum mengetahui tentang pengenaan tarif pajak progresif kantor samsat memberikan arahan tentang


(12)

pengenaan pajak progresif dan untuk meminimalisir berbagai permasalahan yang timbul dalam penerapan pajak progresif agar masyarakat lebih mudah dalam membayarkan pajak kendaraan bermotor dan masalah terkait kendaraan sudah terjual dan belum balik nama kantor samsat kota pariaman melakukan upaya agar Wajib pajak dapat melaporkan kepada samsat untuk melakukan pemblokiran terhadap kendaraan yang telah dijual.

3.2.2 pembahasan kerja praktek

3.2.2.1 Prosedur Terkait Dengan Penerapan Pajak Progresif

Prosedur pemungutan pajak kendaraan bermotor pada SAMSAT Kota pariaman memiliki ketentuan pemungutan mulai dari tahap pendaftaran, penetapan,sampai pada tahap pembayaran dan penyetoran. Prosedur pemungutan kendaraan bermotor dalam dilihat dibawah ini:

1. Mekanisme Administrasi Pajak Kendaraan Bermotor

Pelaksanaan penarikan pajak kendaraan sendiri dilakukan oleh Kantor Bersama SAMSAT (KB SAMSAT) yang diberikan kewenangan oleh Dinas Pendapatan Daerah di masing-masing daerah. Untuk wilayah Kota pariaman, penarikan pajak kendaraan bermotor dilaksanakan oleh Kantor Bersama SAMSAT pariaman Kota. Pajak kendaraan bermotor ditetapkan berdasarkan perkalian dari dua unsur pokok, yaitu Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) dan Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor. Pajak kendaraan bermotor ditetapkan berdasarkan perkalian dari dua unsur pokok,yaitu Nilai Jual Kendaraan Bermotor


(13)

(NJKB) dan Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor.

Proses penghitungan penetapan pajak kendaraan bermotor ini biasanya terjadi jika wajib pajak mendaftarkan kendaraan baru yang dimiliki atau dikuasainya. Untuk proses pendaftaran kendaraan baru, wajib pajak harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Syarat-syarat pendaftaran kendaraan baru tersebut yaitu menunjukkan KTP dan SIM asli beserta fotocopy (untuk perorangan),menyerahkan salinan akta pendirian, ket domisili, SK bermaterai yang ditandatangani oleh pimpinan dan cap badan hukum yang bersangkutan (Badan Hukum), faktur dari dealer, sertifikat uji tipe, Form.A (kendaraan Build-up),kendaraan yang berubah bentuk harus melampirkan SK dari karoseri yang telah mendapatkan ijin, dan SK bagi kendaraan umum yang telah memenuhi syarat. Setelah memenuhi syarat-syarat tersebut, wajib pajak harus mengikuti alur yang sesuai untuk mendapatkan penetapan dan pengesahan pajak. Demi mendapatkan pengesahan atau penetapan pajak, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh wajib pajak. Bagi wajib pajak perorangan, syarat tersebut yaitu menunjukkan KTP asli, BPKB asli, STNK asli, melakukan cek fisik, menunjukkan kwitansi pembelian materai dan Surat Keterangan (SK) dari Bank/Dealar/KOP/Gadai. Untuk wajib pajak yang berbentuk badan hukum, syarat yang dikenakan sama seperti wajib pajak perorangan namun ditambah dengan surat kuasa


(14)

bermaterai yang ditandatangani oleh pimpinan dan cap badan hukum yang bersangkutan.

2. Penetapan Urutan Kepemilikan Kendaraan Bermotor

Sejak Januari 2011, pajak progresif kendaraan bermotor memang telah diberlakukan tetapi sifatnya masih sosialisasi saja. Pada September 2011 hingga Desember 2011, wajib pajak diberi 5 Data sekunder dari Kantor Bersama Samsat pariaman Kota yang didapat pada tanggal 21 Juni 2012 6 Ibid 10 kesempatan untuk mengatur urutan kepemilikan kendaraan bermotornya. 7 Hal ini merupakan salah satu cara yang diberikan oleh Kantor Bersama Samsat pariaman Kota untuk meringankan beban yang dikenakan bagi wajib pajak yang memang telah lebih dulu memiliki kendaraan lebih dari satu unit. Setelah periode yang ditentukan di atas, pajak progresif kendaraan bermotor berjalan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Wajib pajak sudah tidak bisa mengatur urutan kepemilikan kendaraan bermotornya. Kepemilikan kendaraan bermotor itu sendiri ditetapkan berdasarkan tanggal wajib pajak memiliki kendaraan tersebut.

3. Pemberian Sanksi Terhadap Keterlambatan Pembayaran

Denda yang dikenakan karena keterlambatan pembayaran pajak yaitu denda atas Pajak Kendaraan Bermotor dan denda atas SWDKLLJ. Kedua hal tersebut yang sebenarnya harus wajib pajak bayar tiap tahun. Apabila terlambat membayar 2 kategori pajak tersebut maka akan dikenakan denda yang cara perhitungannya sebagai berikut:


(15)

1. Denda atas PKB, denda PKB adalah 25% dalam 1 tahun, apabila motor/mobil wajib pajak terlambat baru dalam 3 bulan maka cara perhitungannya: PKB x 25% x (3/12), kalau 6 bulan, PKB x 25% x (6/12), dan seterusnya.

2. Denda atas SWDKLLJ ini akan terlihat sama antara terlambat 3 hari atau 1 tahun. Untuk Mobil ditetapkan dendanya sebesar 100.000,- sedangkan Motor dendanya sebesar 32.000. Dengan catatan, denda PKB dihitung per tahun dan bulan tidak ditotalkan menjadi berapa bulan, sedangkan untuk sanksi SWDKLLJ dihitung per tahun.

3.2.2.2 Hambatan yang terjadi di lapangan (tempat kerja praktek) sesuai dengan pengenaan pajak progresif

Dalam setiap pelaksanaan peraturan baru tentu ada beberapa kendala yang di hadapi. Tidak terkecuali dalam penerapan pajak progresif ini ada beberapa kendala yang di hadapi baik dari pihak SAMSAT maupun Wajib pajak. Hambatan Bagi petugas melakukan pendataan kendaraan bermotor pada saat petugas mendata ke setiap rumah wajib pajak namun wajib pajak tersebut tidak ada dirumah. Hal ini menyebabkan petugas mengambil alternatif bertanya kepada tetangga dengan analisis dianggap mengetahui terhadap wajib pajak yang dimaksud oleh petugas. Metode ini tidak sedikit menimbulkan permaslahan, terutama jika kendaran yang dimaksud oleh petugas yang mendata menurut tetangganya kendaraan tersebut sudah tidak pernah ada di rumah wajib pajak sehingga ditafsirkan bahwa kendaraan tersebut telah dijual oleh pemiliknya dan akhirnya dilakukan pemblokiran


(16)

nomor kendaraan oleh petugas. faktor yang menjadi penghambat lainnya dalam penerapan pembayaran kendaran bermotor yaitu tidak semua wajib pajak dapat membayarkan pajak kendaraan bermotornya pada saat jam kerja kantor samsat kota pariaman karena mereka juga bekerja pada jam yang sama. Pengenaan pajak terhadap kendaraan yang telah dijual oleh pemilik pertama akan tetapi oleh pembeli belum terjadi balik nama sehingga menyebabkan pemilik pertama tersebut dikenakan pajak progresif.

3.2.2.3 upaya yang dilakuakan oleh kantor samsat kota pariaman

Upaya yang dilakuakn oleh kantor samsat kota pariaman sudah efektif,agar wajib pajak mau memenuhi kewajiban untuk membayar pajak kantor bersama samsat kota pariaman yang berwenang mengurus segala hal yang terkait pajak kendaraan bermotor termasuk di dalamnya pajak progresif tentu saja telah menyiapkan berbagai cara untuk meminimalisir berbagai permasalahan yang timbul dalam penerapan pajak progresif agar masyarakat lebih mudah dalam membayarkan pajak kendaraan bermotor dan masalah terkait kendaraan sudah terjual dan belum balik nama kantor samsat kota pariaman melakukan upaya yaitu:

1. Memberikan pelayanan berupa samsat corner, samsat drive thru dan samsat keliling.

2. Wajib pajak dapat melaporkan kepada samsat untuk melakukan pemblokiran terhadap kendaraan yang telah dijual.


(17)

3. Sedangkan untuk petugas lapangan belum ada upaya yang efektif untuk melakukan pendataan selain dengan yang dilakukan seperti sebelumnya.


(18)

41 4.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasaan pelaksanaan Kerja Praktek tersebut dan setelah penulis menganalisa, memahami, dan mempelajari serta menguraikan masalah tentang prosedur pengenaan pajak progresif maka penulis mencoba menyimpulkan beberapa hasil kegiatan Kerja Praktek yang dilakukan di Kantor SAMSAT kota pariaman, tahapan penerapan pajak progresif yaitu

1. Prosedur pemungutan pajak kendaraan bermotor pada SAMSAT Kota pariaman memiliki ketentuan pemungutan mulai dari tahap pendaftaran, penetapan, sampai pada tahap pembayaran dan penyetoran yang di dasarkan pada Peraturan Daerah Provinsi sumatera barat Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah dan Retribusi yang pada pelaksanaannya mengacu pada ketentuan Peraturan Gubernur sumatera barat Nomor 82 Tahun 2011 tentang Pemungutan Pajak Progresif.

2. Hambatan yang terjadi dengan Penerapan Pajak Progresif terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor, masih banyak masyarakat yang membeli kendaraan bermotor, baik mobil maupun sepeda motor, belum melakukan balik nama kendaraan bermotor sehingga pemilik kendaraan sebelumnya dikenai pajak progresif terhadap kendaraan bermotor yang tidak dimilikinya lagi.


(19)

3. Upaya yang dilakukan kantor samsat pariaman sudah efektif karena Kantor Bersama Samsat Pariaman Kota mempermudah wajib pajak yang melakukan Lapor Jual terhadap kendaraan bermotor yang telah dijualnya agar wajib pajak tersebut tidak terkena pajak progresif. pelayanan Lapor Jual ini bebas biaya atau gratis dan dengan waktu yang tidak lama

faktor penghambat yang terjadi dalam penerapan pajak progresif terhadap wajib pajak kendaran bermortor antara lain:

a. Faktor penghambat bagi petugas lapangan b. Faktor sarana dan prasarana

Solusi yang diberikan untuk mengatasi faktor penghambat tersebut yaitu:

a. Menambah sarana dan prasarana berupa samsat corner yang mempermudah wajib pajak untuk melaksanakan kewajibannya membayar pajak kendaraan bermotornya.

b. Samsat melakukan samsat keliling agar wajib pajak yang terkendala waktu tetap dapat membayar pajak kendaraan bermotornya tepat waktu.

4.2Saran

1. Berkaitan dengan penerapan pajak progresif terhadap wajib pajak kendaraan bermotor, diharapkan masyarakat yang membeli kendaraan bermotor, baik motor maupun sepeda motor, untuk segera melakukan balik nama kendaraan bermotor agar pemilik kendaraan sebelumnya tidak


(20)

dikenai pajak progresif terhadap kendaraan bermotor yang tidak dimiliknya lagi.

2. Berkaitan dengan faktor penghambat yang terjadi dalam pelaksanaan pajak progresif kendaraan bermotor, kantor samsat pariaman kota dapat melakukan kegiatan jemput bola dengan samsat keliling secara rutin dan terjadwal dan diharapkan penempatan armada di lokasi-lokasi strategis yang mudah dijumpai oleh wajib ypajak yang ingin membayar pajak kendaraan bermotornya.

3. Berkaitan dengan upaya yang menjadi penghambat pajak progresif seharusnya kantor Samsat pariaman kota juga mempermudah wajib pajak yang melakukan lapor jual terhadap kendaraan bermotor yang telah dijualnya agar wajib pajak tersebut tidak terkena pajak progresif. pelayanan lapor jual beli ini bebas biaya atau gratis dan dengan waktu yang tidak lama.


(21)

1 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Di indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat penting adalah pajak. Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung untuk membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang tidak mendapat imbalan secara langsung. Pengenaan pajak kendaraan bermotor adalah penggunaan jalan raya yang merupakan barang publik oleh masyarakat. Penggunaan jalan raya dikenakan biaya langsung dan tidak langsung.. (sumber:http://dokumen.tips/docu ments/analisis-pengenaan-tarif-pajak-progresif-pada-pajak-kendaraan-bermotor-berdasarkan.html.

Saat ini konsumen sudah cukup dibebani berbagai jenis pajak saat pembelian kendaraan baru. Mulai dari pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang mewah (PPNBM),pajak kendaraan bermotor(PKB). Kini dalam UU no.28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan pajak restribusi daerah tarif pajak kendarann bermotor dikenakan secara progresif yakni 2% terhadap nilai jual untuk pembelian kendaraan bermotor pertama dan 2-10% terhadap kedua dan seterusnya. Berbagai cara yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan peran masyarakat dalam bidang perpajakan adalah melakukan pembaharuan pajak atau lebih dikenal dengan reformasi perpajakan. Melalui reformasi perpajakan diharapkan mampu meningkatkan peranan masyarakat dalam bidang perpajakan. Dengan adanya sistem pemungutan pajak yang baru yaitu


(22)

selft assesment system. Pemerintah mengharapkan penerimaan pemerintah dari sektor pajak bisa meningkat melalui peningkatan kepatuhan wajib pajak. ( sumber:http://dokumen.tips/documents/analisis-pengenaan-tarif-pajak-progresif-pada-pajak-kendaraan-bermotor-berdasarkan.html)

Berlakunya penerapan pajak progresif atas pajak kendaraan bermotor menimbulkan dampak bagi masyarakat, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari diberlakukannya pajak progresif kendaraan bermotor ini diantaranya berkurangnya jumlah kendaraan bermotor. Sedangkan bagi pemerintah daerah, dengan berlakunya pajak progresif untuk kendaraan bermotor menyebabkan bertambahnya jumlah pendapatan daerah dari sektor pajak daerah. Dampak negatif yang terjadi dalam masyarakat yaitu masyarakat sebagai wajib pajak melakukan penyelundupan hukum untuk menghindari pembayaran pajak kendaraan bermotor yang lebih besar. Artinya seseorang yang memiliki kendaraan lebih dari satu dapat mengatasnamakan keluarganya ataupun pihak lain agar terhindar dari pajak progresif (Nugraha, 2012).

Era otonomi daerah secara resmi berlaku di indonesia sejak 1 januari 2007 sehingga daerah dituntuk mencari berbagai alternatif sumber penrimaan yang dapat digunakan membiayai pengeluaran atau belanja daerah. Pemberian kewenangan kepada daerah diperlukan adanya landasan hukum yang merupakan landasan hukum pungutan pajak. Daerah dan retribusi daerah yaitu undang- undang no. 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana yang telah di ubah menjadi undang-undang tahun 2009 yang berlaku sejak januari 2010.(waluyo 2011:235). Peranan pajak dirasa sangat penting,sehingga setiap tahun target penerimaannya harus ditingkatkan.


(23)

Dengan perubahan undang-undang pajak daerah dan pajak retribusi daerah tahun 2009 memberikan kewenangan kepada daerah untuk memungut 11 jenis pajak yaitu 4 jenis pajak untuk provinsi dan 7 jenis pajak untuk tingkat kota/kabupaten.

Jika mengacu pada pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kepemilikan kendaraan bermotor di dasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama. Akan tetapi dalam Undang-Undang tersebut tidak ada penjelasan terhadap “penguasaan” yang dimaksud dalam definisi pajak kendaraan bermotor. Tidak jarang ada yang menafsirkan bahwa yang di maksud menguasai kendaraan bermotor adalah orang atau badan yang memiliki kendaraan bermotor tersebut. Akan tetapi tidak sedikit yang menafsirkan bahwa yang dimaksud menguasai di lihat dari Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Hal ini tidak akan menimbulkan masalah jika saja pemerintah dapat melakukan sosialisasi dengan baik kepada masyarakat. Pemerintah harus berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan tersebut dan mempertimbangkan apakah kebijakan ini sudah sesuai dengan asas-asas pemungutan pajak (Fajariani, 2013)

Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota juga diberikan kewenangan menetapkan pajak restribusi selain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Telah disampaikan bahwaundang-undang pajak daerah dan pajak restribusi daerah diadakan perubahan. Adapun atas perubahan undang-undang dengan dasar pertimbangan: (Waluyo 2010 : 236).


(24)

1. Hasil penerimaan pajak dan restribusi belum memadai dan masih memiliki peran yang relatif kecil terhadap anggaran pendapatan belanja daerah (APBD).

2. Pungutan baru yang ditetapkan di daerah memberikan dampak negatif terhadap iklim investasi, sehingga menimbulkan ekonomi biaya tinggi sebagai akibat tumpang tindihnya dengan pungutan pusat yang menghalangi arus barang dan jasa antar daerah.

3. Pemberian peluang untuk penganaan pungtan baru yang diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah dan kriteria yang ditertapkan oleh undang-undang hampir tidak ada jenis pungutan pajak dan restribusi baru yang dapat dipungut di daerah. 4. Tidak ada kewenangan provinsi,sehinggan provinsi tidak dapat

menyesuaikan penerimaan pajaknya,shingga menimbulkan ketergantungan provinsi yang tinggi terhadap dana alokasi pusat yang pungutan retribusi baru yang bertentangan dengan undang-undang pajak daerah dan retribusi daerah.

Pajak sebagai suatu perwujudan kenegaraan,ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat seperti pajak,retribusi dan lain-lain,harus ditetapkan dengan undang-undang. Pendapatan asli daerah yang antara lain berupa pajak daerah dan retribusi daerah,menjadi salah satu sumber pembiayaan dan penyelenggaraan pemereintah dan pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi,yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Pajak daerah dan pajak


(25)

nasionanl,merupakan sistem perpajakan indonesia,yang pada dasarnya merupakan beban masyarakat sehingga perlu dijaga agar kebijaksanaan tersebut agar dapat memberikan beban yang adil bagi seluruh masyarakat. Sejalan dengan sistem perpajakan nasional,pembinaan pajak daerah dan retribusi daerah dilakukan seacara terpadu dengan pajak nasional,terutama mengenai objek dan tarif pajak,sehinggan antara pajak nasional dengan pajak daerah dan retribusi daerah saling melengkapi.

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor, yaitu kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang bergerak. Menurut Saidi (2010:51) Pajak Kendaraan Bermotor atau yang disingkat PKB merupakan salah satu jenis pajak daerah provinsi.Pengertian pajak kendaraan bermotor menurut Pasal 1 angka 12 Undang-Undang PDRD adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.Dalam arti pajak kendaraan bermotor merupakan pajak yang bersifat objektif, bergantung pada objek yang dikenakan pajak dan berada dalam kepemilikan dan/atau penguasaan wajib pajak. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Saidi, 2010:181) Pemungutan pajak yang hendak dilakukan agar tidak polemik hukum dikalangan wajib pajak dengan pejabat pajak, terlebih dahulu diketahui dan dipahami mengenai dasar hukum mengapa negara berkehendak memungut pajak kepada warganya. Pemungutan pajak oleh negara tanpa memiliki dasar hukum yang sah, berarti negara melalui pejabat pajak melakukan perampasan dan bahkan merupakan perampokan bagi kekayaan


(26)

warganya sebagai wajib pajak. Sebenarnya pemungutan pajak tidak boleh dilakukan oleh negara sebelum ada hukum yang mengaturnya karena negara indonesi adalah negara hukum.

Memahami kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak terutama pada pajak kendaraan bermotor sebagai akibat adanya pemberlakuan tarif pajak progresif setelah dikeluarkannya Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah atas dasar kewenangan Menteri Dalam Negeri yang memberlakukan kebijakan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor dimana tujuan dari kebijakan tersebut diarahkan untuk mengurangi tingkat kemacetan didaerah perkotaan dengan memberikan kewenangan daerah untuk menerapkan tarif pajak progresif untuk kendaraan kedua dan seterusnya. Seperti yang kita ketahui bahwa kepatuhan pajak berhubungan dengan ketaatan, tunduk, dan patuh dalam melakukan ketentuan perpajakan, kepatuhan pajak merupakan salah satu agenda yang penting baik dinegara maju maupun dinegara berkembang seperti halnya Indonesia dalam meningkatkan pendapatan dari pajak, sehingga dengan adanya kepatuhan maka wajib pajak dapat memenuhi semua kewajiban perpajakannya dengan baik dan tepat waktu dalam membayar pajak.

Berkaitan dengan pemberian kewenangan ini dalam penetapan tarif untuk menghindari penetapan tarif pajak yang tinggi yang dapat menambah beban bagi masyarakat secara berlebihan, maka daerah hanya diberi kewenangan untuk menetapkan tarif pajak dalam batas maksimum yang ditetapkan oleh undang-undang ini, selain itu untuk menghindari perang tarif dalam pajak kendaraan bermotor maka undang-undang ini juga menetapkan tarif minimum untuk pajak kendaraan bermotor. Pada dasarnya


(27)

pengaturan tarif yang demikian ini juga diperkirakan untuk memberikan peluang bagi masyarakat untuk memindahkan kendaraannya ke daerah lain yang beban pajaknya lebih rendah. Oleh karena itu, dalam undang-undang ini Nilai jual Kendaraan Bermotor sebagai dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor masih ditetapkan seragam secara nasional.

Hambatan yang sering terjadi adalah jika ada masyarakat yang telah menjual kendaraan bermotor mereka tetapi belum terjadi balik nama nya oleh pembelinya sehingga penjual tetap terdaftar sebagai pemilik dari kendaraan bermotor sehingga tetap dikenai pajak. Namum dalam hambatan ini upaya yang dilakukan kantor samsat kota pariaman dengan melakukan lapor jual sehingga terjadi pemblokiran nomor tehdap kepemilikan sebeumnya. Akan tetapi tidak sedikit masyarakat yang tidak mengerti terhadap pelayanan ini sehingga ia tidak mengerti tehadap pelayanan ini sehingga ia tidak jadi membayar pajak kendaraannya ketika mengetahui ia terkena pajak progresif sehingga ia dikenai denda akibat keterlambatan untuk membayar pajaknya. Untuk mengatasi permasalahan ini,diadakan keringanan dan pemberian insentif terhadap denda kendaraan bermotor.

Namun, sejalan dengan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang lebih baik sesuai dengan beban pajak yang ditanggungnya dan berdasarkan pertimbangan tertentu, maka dengan ini Menteri Dalam Negeri dapat menyerahkan kewenangan pada penetapan Nilai Jual Kendaraam Bermotor ke Daerah. Tidak hanya itu, kebijakan tarif pajak kendaraan bermotor juga diarahkan dalam mengurangi tingkat kemacetan didaerah perkotaan dengan memberikan kewenangan Daerah untuk menetapkan tarif pajak progresif untuk kepemilikan kendaraan kedua seterusnya. Berkaitan dengan


(28)

adanya kebijakan tarif yang ditetapkan secara progresif bagi kendaraan bermotor yang ditetapkan pemerintah memunculkan sebuah isu yang menarik untuk dibahas dimana kebijakan tarif pajak progresif yang pada awalnya ditujukan dalam mengurangi volume kendaraan juga dimaksudkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam pemungutan pajak kendaraan bermotor, sehingga beberapa propinsi di Indonesia pun akhirnya menetapkan tarif progresif bagi kendaraan bermotor. Setiap propinsi di Indonesia yang menerapkan tarif progresif bagi kendaraan bermotor memiliki kriteria yang berbeda-beda dalam menerapkan tarif tergantung atas kewenangan daerah tersebut, namun tetap mengacu pada Undang-Undang No 28 PDRD dimana penetapan tarif pajak kendaraan bermotor tertuang dalam pasal 6 UU NO 28 Tahun 2009 Tentang PDRD yakni pada ayat (1), (2), dan (5):

1) tarif pajak kendaraan bermotor pribadi ditetapkan:

a. untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% dan paling tinggi 2%.

b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% dan paling tinggi 10%.

2) Untuk kepemilikan kendaraan bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama.

3) Tarif pajak kendaraan bermotor ditetapkan dengan peraturan daerah.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui tentang penerapan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor di SAMSAT KOTA


(29)

PARIAMAN maka penulis mengambil judul “TINJAUAN ATAS PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP WAJIB PAJAK

KENDARAAN BERMOTOR PADA SAMSAT KOTA PARIAMAN”

1.2 Maksud dan tujuan kerja praktek

Mahasiswa Diharapkan dapat mencari pengalaman dan menambah ilmu pengetahuan mengenai perpajakan khususnya pada pengenaan tarif pajak progresi terhadap kendaraan bermotor pada saat Kerja Praktek berlangsung dan mahasiswa diharapkan pula agar dapat menerapkan ilmu yang sudah didapatnya selama perkuliahan. Adapun maksud dan tujuan kerja praktek sebagai berikut :

1.2.1 Maksud kerja praktek

Secara umum maksud dari Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur untuk mengetahui penerapan pajak progresif terhadap wajib pajak kendaraan bermotor di Kota pariaman

1.2.2 Tujuan kerja praktek

Adapun maksud tujuan kerja praktek ini adalah:

1. Untuk mengetahui prosedur penerapan pajak progresif terhadap wajib pajak di kota pariaman

2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi pada penerapan pajak progresif terhadap wajibdi samsat kota pariaman.


(30)

3. Untuk mengetahui Upaya yang telah dilakukan oleh kantor Samsat kota pariaman dalam mengatasi hambatan yang terjadi pada penerapan pajak progresif terhadap wajib pajak kendaraan bermotor.

1.3 Kegunaan kerja praktek

Informasi yang didapatkan penulis diharapkan dapat berguna bagi penulis, perusahaan, maupun bagi umum.

1.2.2 Kegunaan Praktis

Dapat memperoleh gambaran dunia kerja yang nantinya berguna bagi mahasiswa yang bersangkutan apabila telah menyelesaikan perkuliahan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan dunia kerja.Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh pada mata kuliah dan sekalian menambah wawasan dan pengalaman.

1.3.1 Kegunaan akademis

Bagi perguruan tinggi, hasil proposal penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademiik yang berguna untuk dijadikan acuan bagi sivitas akademik, serta dapat digunakan sebagai bahan masukan dan perbandingan yang dapat menambah wawasan dan ilmu pengentahuan serta menjadi informasi dasar yang memadai penerapan pajak progresif.

1.4 Waktu pelaksanaan kerja praktek

a. Tempat

Pelaksanaan kuliah kerja praktek dilaksanakan pada samsat kota pariaman yang berlokasi Jln.sentot ali basa Jati Hilir kota pariaman.


(31)

b. Waktu

Penulis melaksanakan kuliah kerja praktek selama 1 (satu) bulan waktu yang dimulai pada tanggal 31 juli sampai dengan 31 agustus.


(32)

Tabel Waktu Penelitian

No KEGIATAN

WAKTU 31 juli-6 agust

6-10 Agustus

10 – 14 Agustus

14-20 Agustus

20 – 31 Agustus 1 Membuat surat peringatan pajak

kendaraan bermotor kepada wajip pajak

2 Membuat laporan daftar kendaraan bermotor

3 Membuat laporan quik respoun

4 Melayani penerimaan pembayaran pajak kendaraan bermotor wajip pajak

5 Membuat surat pemberitahuan kepada wajib pajak

6 Ikut melayani samsat keliling

7 Mengikiti kegiatan razia

8 Perpisahaan bersama seluruh Dinas SAMSAT kota pariaman


(33)

Laporan Kerja Praktek

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Dalam menempuh Jenjang S1

Oleh :

Tryanisa Rizki Putri Nastasia

21112245

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(34)

ii

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ………...i

DAFTAR ISI ……….……… ii

DAFTAR LAMPIRAN ………...... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek ………... 1

1.2 Tujuan Kerja Praktek ……….. 9

1.3 Kegunaan Kerja Praktek ………... 10

1.4 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek ……… 11

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat samsat ……… 14

2.2 Struktur Organisasi samsat ………16

2.3 Deskripsi Jabatan ……… 17

2.4 Aspek Kegiatan samsat ………... 20

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek ……….. 24

3.2 Hasil pembahasan Kerja Praktek ……….... 31

3.2.1 prosedur yang terjadi pada samsat kota pariaman ... 31

3.2.2 Hambatan yang terjadi pada samsat kota pariaman……… 34


(35)

iii

……… 35

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ……… 41 4.2 Saran ………... 42

DAFTAR PUSTAKA ……….. 43 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman


(36)

(37)

Adi Tomo, Rahadianingtyas. 2012. Penerapan Pajak Progresif Kendaraan

Bermotor Dalam Upaya Meningkatakan Pendapatan Asli Daerah. Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Admin. 2013 Pengertian Pajak Progresif, (online) (http://pajakonline.net/pengertia n-pajak-progresif/, di akses 6 November 2014).

Antara News. 25 November, 2011. Rancangan PAD Sulsel 2012 Rp2.30

Triliun, (Online), (http://www.antara sulawesiselatan.com/berita/34132/ rancangan -pad-sulsel-2012-rp230-triliun, diakses Desember 2014).

Anwar J, Khairil. 2012. Analisis Kontribusi dan Potensi Pajak Kendaraan

Bermotor Terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi. Makassar: Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.

Daniel. 2012. Sulawesi Terapkan Pajak Progresif Kendaraan,

(online) (http://makassar.antaranews.com/berita/35227/sulsel-terapkan-pajak-progresif-kendaraan, di akses 7 November 2014).


(38)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : Tryanisa Rizki Putri Nastasia FAKULTAS : Ekonomi

JURUSAN : akuntansi

ALAMAT : JL.NASYARUDDIN NO.15C No. HP : 0812662021810

Dilahirkan pada tanggal 24 DESESMBER 1994 di pariaman dari kelurga Bapak nasrul zayadi dan Ibu rita masri, anak ketiga dari tiga bersaudara.

 Lulus dari Sekolah Dasar Negeri 09 pauh pariaman 2006.

 Lulus dari sekolah menengah pertama negri 1 pariaman pada tahun 2009.  Lulus dari sekolah menengah atas negri 1 pariaman pada tahun 2012.  Mencatatkan diri sebagai mahasiswa pada Fakultas Ekonomi Jurusan


(39)

i

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatu

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan baik .

Laporan kerja praktek yang berjudul“tinjauan atas penerapan pajak progresif terhadap wajib pajak kendaraan bermotor pda samsat kota pariaman.” Laporan kerja praktek ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Kerja Praktek Jenjang Studi Strata 1 Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna baik dalam teknik penulisan maupun penyajian materi dan pembahasannya. Hal ini tidak lain karena keterbatasan pengetahuan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai upaya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, khususnya bagi penulis.

Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat, dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr.Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.


(40)

ii

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic,selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE.,M.Ak.,CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas KomputerIndonesia.

4. Lilis Puspitawati, SE.,M.Si, Ak.,CA selaku Dosen Wali dan selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan dan meluangkan waktunya memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan penulis sehingga Laporan Kerja Praktek ini dapat terselesaikan.

5. Dra. DENI GUSTIAWATI selaku kepala UPTD SAMSAT kota pariaman 6. Ibu Misuharti, SE selaku pembimbing Kerja Praktek di UPTD SAMSAT

kota pariaman yang telah membimbing selama pelaksanaan Kerja Praktek. 7. Seluruh staf UPTD SAMSAT kota pariaman, terimakasih atas dukungan

dan bimbingannya.

8. Keluarga tercinta terutama kedua orang tua yang telah memberikan dorongan dan dukungan baik secara moril maupun materil serta perhatian dan curahan kasih sayang yang dapat memberikan semangat kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat tercinta dan seluruh teman-teman ak-6 dan angkatan 2012 10.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara langsung ataupun tidak langsung yang turut membantu penyelesaian laporan kerja praktek ini.

Akhir kata, semoga Alloh SWT,membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam


(41)

iii

menyelesailan Laporan kerja Praktek ini, dan semoga bermanfaat dan memberikan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya kepada pihakpihak yang membutuhkannya .Amin

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Bandung desember 2015

Tryanisa Rizki Putri Nastasia 21112245


(42)

(43)

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : Tryanisa Rizki Putri Nastasia FAKULTAS : Ekonomi

JURUSAN : akuntansi

ALAMAT : JL.NASYARUDDIN NO.15C No. HP : 0812662021810

Dilahirkan pada tanggal 24 DESESMBER 1994 di pariaman dari kelurga Bapak nasrul zayadi dan Ibu rita masri, anak ketiga dari tiga bersaudara.

 Lulus dari Sekolah Dasar Negeri 09 pauh pariaman 2006.

 Lulus dari sekolah menengah pertama negri 1 pariaman pada tahun 2009.  Lulus dari sekolah menengah atas negri 1 pariaman pada tahun 2012.  Mencatatkan diri sebagai mahasiswa pada Fakultas Ekonomi Jurusan


(2)

i

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatu

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan baik .

Laporan kerja praktek yang berjudul“tinjauan atas penerapan pajak progresif terhadap wajib pajak kendaraan bermotor pda samsat kota pariaman.” Laporan kerja praktek ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Kerja Praktek Jenjang Studi Strata 1 Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna baik dalam teknik penulisan maupun penyajian materi dan pembahasannya. Hal ini tidak lain karena keterbatasan pengetahuan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai upaya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, khususnya bagi penulis.

Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat, dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr.Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.


(3)

ii

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic,selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE.,M.Ak.,CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas KomputerIndonesia.

4. Lilis Puspitawati, SE.,M.Si, Ak.,CA selaku Dosen Wali dan selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan dan meluangkan waktunya memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan penulis sehingga Laporan Kerja Praktek ini dapat terselesaikan.

5. Dra. DENI GUSTIAWATI selaku kepala UPTD SAMSAT kota pariaman 6. Ibu Misuharti, SE selaku pembimbing Kerja Praktek di UPTD SAMSAT

kota pariaman yang telah membimbing selama pelaksanaan Kerja Praktek. 7. Seluruh staf UPTD SAMSAT kota pariaman, terimakasih atas dukungan

dan bimbingannya.

8. Keluarga tercinta terutama kedua orang tua yang telah memberikan dorongan dan dukungan baik secara moril maupun materil serta perhatian dan curahan kasih sayang yang dapat memberikan semangat kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat tercinta dan seluruh teman-teman ak-6 dan angkatan 2012 10.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara langsung ataupun tidak langsung yang turut membantu penyelesaian laporan kerja praktek ini.

Akhir kata, semoga Alloh SWT,membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam


(4)

iii

menyelesailan Laporan kerja Praktek ini, dan semoga bermanfaat dan memberikan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya kepada pihakpihak yang membutuhkannya .Amin

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Bandung desember 2015

Tryanisa Rizki Putri Nastasia 21112245


(5)

(6)