Mekanisme Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Medan Utara

(1)

(2)

rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa tugas akhir Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang berjudul “Mekanisme Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Medan Utara”. Tak lupa juga shalawat beriring salam penulis panjatkan kepada Junjungan Nabi Besar SAW yang telah memberikan syafaatnya sehingga membawa kita semua ke dunia yang kaya akan pengetahuan ini.

Pada kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, maupun semangat kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini, yaitu :

1. Kedua orang tua tercinta Ismawan dan S. Deliana yang telah memberikan seluruh tenaga, materi dan moril kepada saya, yang tak akan bisa saya balas. 2. Bapak Prof.Dr.Badaruddin,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs.Alwi Hashim Batubara,M.Si dan Ibu Arlina SH,M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

4. Bapak Dra. Elita Dewi M.SP selaku Dosen Pembimbing saya dalam proses penyusunan tugas akhir ini yang telah memberikan arahan serta masukan yang sangat membangun sampai selesainya tugas akhir ini.


(3)

Perpajakan yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani kuliah. 7. Seluruh staf pegawai di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan sampai dengan selesainya tugas akhir ini.

8. Kepada Bapak Ibrahim Ichsan Harahap yang telah banyak membantu penulis dalam pengambilan data..

9. Kepada seluruh Mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU khususnya Tax B 2010, terima kasih atas kegilaan yang kalian berikan selama perkuliahan ini.

Tentunya dalam melakukan penulisan ini terdapat banyak kekurangan dari penulis, sehingga penulis mengharapkan kritikan dan saran yang mebangun dari pembaca. Dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis dan pembaca. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Medan, September 2014

Penulis


(4)

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1 B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 3 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri 3 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 4

2.1 Bagi Mahasiswa 4

2.2 Bagi Kantor SAMSAT Medan Utara 4

2.3 Bagi Program Studi 5

C. Uraian Teoritis 5

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri 13 E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri 13 F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri 15 BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI 16 A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara 16 B. Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Medan Utara 21 C. Uraian Tugas Dan Fungsi Dari Tiap-tiap Bagian Di Kantor SAMSAT Medan

Utara 24


(5)

D. Gambaran Pegawai Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara UPTD Medan

Utara 26

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK KENDARAAN BERMOTOR 27 A. Pengertian Pajak Daerah Dan Dasar Hukum Pemungutan Pajak Daerah 27

B. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 31

C. Pajak Kendaraan Bermotor 32

1. Cara Menghitung Pajak Kendaraan Bermotor 33

2. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor 35

3. Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor 36 4. Saat Terutang Pajak, Masa Pajak, dan Wilayah Pemungutan Pajak

Kendaraan Bermotor 36

5. Sanksi-sanksi Bagi Wajib Pajak Kendaraan Bermotor 37

BAB IV EVALUASI DAN ANALISIS 39

A. Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Sebagai Unit Pemungut Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB) 39

B. Tata Cara Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 39 C. Prosedur Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 41 D. Hambatan Yang Timbul Dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan


(6)

B. Saran 49 DAFTAR PUSTAKA


(7)

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktik di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima di bangku perkuliahan. Sehingga secara langsung dapat memperkenalkan dunia kerja yang akan di hadapi dalam suatu instansi atau lembaga. Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri inilah diharapkan akan terbentuk orang-orang yang memiliki keahlian dan pemahaman baik atas bidang yang digelutinya yang dapat berkontribusi dalam pembangunan nasional.

Pembangunan Nasional merupakan suatu kegiatan atau proses yang dilakukan oleh manusia secara sadar dan terus-menerus untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Untuk mewujudkan pembangunan nasional tersebut diperlukan pembiayaan bangunan, yang diperoleh dari sumber dana dalam negeri berupa pajak.

Dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 yang menjadi pajak daerah provinsi dan pajak daerah kabupaten/kota dengan pembagian sebagai berikut :

1. Pajak Daerah Provinsi terdiri dari : Pajak Kendaraan bermotor (PKB) dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air,


(8)

Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air bawah Tanah dan Air Permukaan.

2. Pajak Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C dan Pajak Parkir.

Mardiasmo (2006 : 98) menyatakan pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan daerah dan pembangunan daerah. Untuk jenis-jenis pajak yang dipungut sebagai pajak daerah disesuaikan dengan keadaan daerah tersebut yang diatur berdasarkan peraturan daerah tersebut. Salah satu pajak daerah provinsi yang sangat menarik dan primadona dalam sumbangsihnya terhadap penerimaan dalam kas daerah adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang dapat menambah serta menunjang pemasukan anggaran rumah tangga daerah.

Objek dari Pajak Kendaraan Bermotor ini adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah kendaraan bermotor beserta gandengannya, yang dioperasikan disemua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (Lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (Tujuh Groos Tonnage). Dari definisi objek Pajak Kendaraan Bermotor ini tentu kita dapat mengetahui bahwa kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor tersebutlah yang dipungut oleh aparatur pajak.


(9)

Dimana Pajak Kendaraan Bermotor ini berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 2011 yang sebelumnya telah dirubah beberapa kali. Yang ditugaskan pemerintah provinsi Sumatera Utara untuk memungut PKB adalah Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara. Dinas Pendapatan Sumatera Utara membentuk Unit Pelaksanaan Tekhnis (UPT) ditiap-tiap kabupaten kota yang bertugas memungut langsung PKB dari wajib pajak dengan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT). Instansi yang terkait dalam SAMSAT adalah DISPENDASU yang bertugas memungut pajak. Kepolisian RI yang bertugas mengidentifikasi dan meregister kendaraan bermotor dan PT Asuransi JASARAHARJA adalah yang mengurus atau yang memungut sumbangan wajib asuransi kecelakaan lalulintas jalan.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengangkat judul “Mekanisme Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Medan Utara” dalam laporan praktik kerja lapangan mandiri ini.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah:

1.1 Untuk mengetahui bagaimana Mekanisme Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara.


(10)

1.2 Untuk mengetahui apakah peraturan pemerintah khususnya mengenai pajak kendaraan bermotor telah dilaksanakan sesuai prosedur oleh Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Manfaat dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah: 2.1 Bagi mahasiswa

a. Menambah wawasan di bidang perpajakan khususnya tentang Mekanisme Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara. b. Agar dapat mempraktikan teori-teori yang telah diperoleh selama

perkuliahan dalam kegiatan selama pelaksanaan praktik kerja lapangan mandiri.

c. Agar dapat meningkatkan keahlian dan keterampilan dalam bidang perpajakan maupun ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.2 Bagi Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara

a. Sebagai bahan acuan implementasi peraturan perpajakan.

b. Memperoleh masukan dalam peningkatan, perencanaan dan pembangunan.

c. Dapat mengetahui tingkat perkembangan ilmu perpajakan di lingkungan perguruan tinggi khususnya di Program Studi Diploma III


(11)

Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2.3 Bagi Program Studi Diploma Administrasi Perpajakan FISIP USU a. Menjalin kerjasama antara Universitas dengan Kantor Sistem

Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara, khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. b. Dapat membuka peluang terhadap mahsiswa yang berkompeten di

Universitas Sumatera Utara, khususnya mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

c. Mendapatkan masukan ide atau saran untuk penyempurnaan kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

Rochmat Soemitro dalam Siti Resmi (2008 : 1) menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pengertian tersebut kemudian disempurnakan menjadi, pajak adalah peralihan


(12)

kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin yang digunakan untuk simpanan publik (public saving) yang merupakan sumber utama untuk membiayai investasi publik (public investment). Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.

Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 disebutkan, “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Dari definisi pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat dengan pengertian pajak yaitu:

1.1 Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaan.

1.2 Tanpa jasa timbal balik dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

1.3 Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

1.4 Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk


(13)

membiayai public investment yaitu pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2. Jenis pajak

Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya (Suandy, 2002 : 10).

2.1 Menurut golongan pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak langsung adalah pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan dapat dilimpahkan atau dibebankan pada pihak lain.

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.

2.2 Menurut sifat pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya.

b. Pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang


(14)

mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak.

2.3 Menurut lembaga pemungut pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Pajak negara (pajak pusat) adalah pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Pajak pusat terdiri dari : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), Bea Materai, Bea Masuk dan Cukai.

3. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten atau kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Pajak Daerah Provinsi terdiri dari : Pajak Kendaraan bermotor (PKB) dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air bawah Tanah dan Air Permukaan. Sedangkan Pajak Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan Jalan, dan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C.


(15)

3. Fungsi Pajak

Pajak yang telah dipungut dari masyarakat ke kas negara memiliki fungsi yaitu fungsi budgetair dan fungsi regularend.

3.1 Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan pajak.

3.2 Fungsi Regularend (Pengatur)

Artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan.

4. Tata Cara Pemungutan Pajak

Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, asas pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak (Suandy, 2002 : 11).

4.1 Stelsel Pajak, pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel, yaitu:

a. Stelsel nyata (rill), menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada objek yang sesungguhnya terjadi (untuk PPh


(16)

maka objeknya adalah penghasilan). Oleh karena itu pemungutan pajak baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan dalam satu tahun pajak diketahui.

b. Stelsel anggapan (fictieve), menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Sebagai contoh penghasilan satu tahun dianggap sama dengan penghasilan tahun sebelumnya sehingga pajak yang terutang pada satu tahun sama dengan tahun sebelumnya. Dengan stelsel ini berarti besarnya pajak yang terutang pada tahun berjalan sudah dapat ditetapkan atau diketahui pada awal tahun yang bersangkutan.

c. Stelsel campuran, menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuiakan dengan penghasilan yang sebenarnya.

4.2 Asas Pemungutan Pajak, terdiri atas tiga azas, yaitu:

a. Asas domisili, menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negri.


(17)

b. Asas sumber, menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

c. Asas kebangsaan, menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk wajib pajak luar negeri.

4.3 Sistem Pemungutan Pajak antara lain:

a. Official assessment system, adalah sistem yang memberi

kewenangan aparatur pepajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Self assessment system, adalah sistem yang memberi kewenangan

kepada wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. With holding system, adalah sistem yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(18)

5. Pajak Kendaraan Bermotor

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak hak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, berserta masuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air. Dasar hukum pajak kendaraan bermotor adalah Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Bagian kedua Pajak Kendaraan Bermotor pasal 3, objek kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Dikecualikan dari pengertian kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah:

5.1 Kereta api.

5.2 Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan.

5.3 Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, dan lembaga-lembaga Internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah.


(19)

5.4 Objek pajak lainnya yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

Pasal 4 ayat (1) subjek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pada laporan praktik kerja lapangan mandiri ini, pembahasan yang dikemukakan penulis antara lain:

1. Mekanisme pemungutan pajak kendaraan bermotor pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara.

2. Hambatan yang timbul dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor.

3. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi hambatan yang timbul.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi adalah: 1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), kemudian mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal yang dibimbing oleh Dosen Pembimbing.


(20)

Merupakan dasar teori yang mendukung laporan ini menyangkut masalah yang dibahas yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan perpajakan, artikel ilmiah, catatan-catatan maupun bahasa tertulis yang berhubungan dengan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan dan pengamatan langsung di Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara.

4. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data yang diperlukan untuk penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

5. Analisis dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data dan kemudian akan dipresentasikan secara objektif, jelas dan sistematis.


(21)

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data yang digunakan ialah sebagai berikut:

1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pegawai di Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara yang menangani hal-hal yang berkaitan dengan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

2. Data Observasi (Observation Guide)

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang akan dilakukan dalam pencatatan terhadap masalah yang menjadi objek yang dibahas.

3. Daftar Dokumentasi (Optional)

Yaitu dengan mengumpulkan berbagai dokumen administrasi, peraturan atau dasar hukum yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(22)

A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara pada awalnya mengurusi pengelolaan pajak dan pendapatan daerah dibawah naungan Biro Keuangan pada sekretariat Wilayah Tingkat I Sumatera Utara. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara tentang Susunan dan Tata Cara Sekretariat Wilayah Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Utara, maka Biro Keuangan ditingkatkan menjadi Direktorat Keuangan.

Dengan demikian, tentu bagian pajak pendapatan daerah berubah menjadi Sub Direktorat Keuangan Pendapatan Daerah pada Direktorat Keuangan. Dengan terbentuknya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara pada tanggal 21 Maret 1975, maka Sub Direktorat Keuangan Pendapatan Daerah ditingkatkan menjadi Direktorat Pendapatan Daerah. Pada tanggal 1 September 1975, keluarlah surat Menteri Dalam Negeri Nomor KUPD 3/12/43 tentang pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I dan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II, yang sebelumnya dibawah naungan Direktorat Pendapatan Daerah, yang namanya diubah menjadi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.

Pembetukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Sumatera Utara berdasarkan Surat Keputusan Daerah Tingkat I Sumatera Utara tanggal 31 Maret 1976 No.


(23)

143/GSU dengan persetujuan Dewan Perwakilan Daerah Sumatera Utara (DPRDSU). Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 4 Tahun 1976.

Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan tugas serta pelayanan kepada masyarakat, maka diperlukan pengemabnagn organisasi Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I dengan membentuk cabang-cabang dinas. Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Tingkat I Sumatera Utara terdapat di kabupaten/ kotamadya Tingkat II di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri KUPD 7/7/39-26 pada tanggal 31 Maret 1978, dibentuklah cabang Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara di seluruh kabupaten/ kotamdya Tingkat II di Sumatera Utara.

Kemudian berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri No. 061/2743/S tanggal 22 November 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka terhitung sejak tanggal keluarnya surat tersebut, nama Dinas Pendaptan Daerah Tingkat I Sumatera Utara diubah menjadi “Cabang Dinas Pendapatan Daerah tingkat I Sumatera Utara”, diubah menjadi “Cabang Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.

Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pemilik kendaraan bermotor, maka pemerintah membentuk penyelenggarakaan sistem baru pendaftaran kendaraan bermotor yang disebut “Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap” atau selanjutnya disinkat menjadi SAMSAT.

Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap adalah gabungan dari tiga instansi yang mempunyai objek pajak kendaraan bermotor yang berdomisili di Sumatera Utara. Ketiga instansi tersebut adalah :


(24)

1. Kepolisian Daerah Sumater Utara yaitu DITLANTAS POLDASU, yang mempunyai tugas menerbitkan dan memperpanjang Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).

2. Pemerintah Daerah Sumatera Utara yaitu Dinas Pendapatan Sumatera Utara (DISPENDASU), yang mempunyai tugas memungut Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

3. Departemen Keuangan yaitu PT. Jasa Raharja cabang utama Medan, yang mempunyai tugas memungut asuransi kecelakaan.

Pembentukan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) ini bertujuan untuk :

1. Meningkatkan pendapatan daerah Sumater Utara melalui pemungutan Pajak Kendaraan Bemotor (PKB) dari penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB), khususnya didaerah Sumatera Utara. 2. Meningkatkan pendapatan daerah Sumatera Utara melalui penerimaan

dari sektor Pajak Kendaraan Bermotor da penerimaan dari sektor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

Dalam pengembangan dan optimalisasi pelayanan yang lebih luas kepada wajib pajak, Dinas Pendapatan Sumatera Utara sampai saat ini telah membentuk 32 (tiga puluh dua) cabang daerah (kabupaten/ kota) di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang tertera didalam tabel 2.1 berikut.


(25)

Tabel 2.1 UTPD Provinsi Sumatera Utara

NO UNIT WILAYAH KERJA

1 UTPD Medan Utara

Medan Barat, Medan Baru, Medan Helvetia, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Labuhan, Medan Belawan

2 UTPD Medan Selatan

Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Kota, Medan Amplas, Medan Selayang

3 UTPD Kota Binjai Kota Binjai dan Sebahagian Kabupaten Langkat 4 UTPD Pematang Siantar Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun 5 UTPD Kisaran Kabupaten Asahan

6 UTPD Rantau Prapat Labuhan Batu

7 UTPD Padang Sidempuan

Kota Padang Sidempuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan

8 UTPD Tebing Tinggi

Kota Tebing Tinggi dan Kabupaten Serdang Bedagai

9 UTPD Kabanjahe Kabupaten Tanah Karo

10 UTPD Sibolga

Kabupaten Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah

11 UTPD Sidikalang Kabupten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat

12 UTPD Gunung Sitoli

Kota Gunung Sitoli, Kabupaten Nias Utara dan Nias Selatan


(26)

13 UTPD Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan

14 UTPD Balige Kabupaten Toba Samosir 15 UTPD Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal 16 UTPD Tanjung Balai Kota Tanjung Balai

17 UTPD Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang 18 UTPD Stabat Kabupaten Langkat

19 UTPD Sei Rampah

Kabupaten Serdang Bedagai Sekarang Berdudukan di Sei Rampah

20 UTPD Perdagangan

Kecamatan Bandar, Pematang Bandar, Bosar Maligas, Ujung Panjang, Bandar Haluan dan Kabupaten Simalungun Berkedudukan di Perdagangan

21 UTPD Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 22 UTPD Aek-Kanopan Kabupaten Labuhan Batu 23 UTPD Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu 24 UTPD Salak Kabupaten Pakpak Barat

25 UTPD Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara 26 UTPD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas Utara

27 UTPD Natal

Kecamatan Batang Natal, Linnga Bayu, Natal, Muara Batang Gadis, Batahan Dan Kecamatan


(27)

Ranto Baek

28 UPTD Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan 29 UTPD Pangururah Kabupaten Samosir

30 UTPD Barus Dan Pandan

Kecamatan Manduamas, Sosor Gadung, Sorandorang, Andam Dewi, Barus, Barus Utara, Sorkam Dan Kecamatan Sorkam Barat

31 UTPD Teluk Dalam

Kecamatan Teluk Dalam, Lahusa, Lolomatua, Amandaraya, Gomo, Pulau-Pulau Batu Dan Kecamatan Hibala

32 UTPD Pangkalan Brandan Meliputi Sebahagian Kabupaten Langkat Sumber data : UPT Medan Utara/ Dinas pendapatan Sumatera Utara

B. Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Medan Utara

Struktur organisasi dapat diartikan sebagai serangkaian hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok. Struktur ini kemudian digambarkan dalam organisasi atau diagram. Diagram ini akan memperlihatkan garis-garis besar hubungan fungsi-fungsi dalam organisasi, arus tanggung jawab dan wewenang. Dalam pengertian luas, dapat diartikan bahwa struktur oragnisasi itu tergantung pada tugas-tugas yang dilaksanakan dan wewenang yang dipergunakan oleh individu dari kelompok, dalam mencapai tujuan yang telah dilaksanakan. Kantor UPT Medan Utara menerapkan struktur lini dan staf. UPT Medan Utara dipimpin oleh seorang


(28)

(29)

(30)

C. Uraian Tugas dan Fungsi dari Tiap-tiap Bagian di Kantor SAMSAT Medan Utara

1. Kepala Unit Pelaksana Teknis

Tugas dan fungsi dari kepala UPT yaitu :

1.1.Melaksanakan koordinasi, kerja sama dengan pihak terkait, pembinaan pengendalian teknis dan evaluasi penggalian potensi, pemberdayaan potensi dan pemungutan Sumber Pendapatan Daerah sesuai ketentuan yang berlaku.

1.2.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya masing-masing. 1.3.Menyampaikan konsep standar pendapatan kompetensi,

pengadministrasian dan pengutipan dan pelaporan hasil pajak kendaraan bermotor, pajak kendaraan di atas air, pajak ABT/ APU, retribusi dan pendapatan lain-lain.

2. Seksi Sub Bagian Tata Usaha

Seksi ini mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :

2.1.Menyimpan surat-surat yang berhubungan dengan sub bagian tata usaha dan surat-surat dari seksi lainnya yang telah selesai diproses.

2.2.Mencatat dalam pembukuan pemasukan yang telah ditentukan dan Alat Tulis Kantor (ATK).


(31)

3. Seksi Pajak Kendaraan Bermotor Tugas dan fungsi dari seksi ini yaitu :

3.1.Menghubungi penunggak Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) dengan surat pemberitahuan kepada wajib pajak untuk mengingatkan bahwa pajaknya telah jatuh tempo.

3.2.Membuta laporan penyusuna daftar jumlah tagihan, tunggakan dan dena pajak sesuai sengan ketentuan yang telah ditetapkan.

3.3.Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Unit sesuai dengan bidangnya.

4. Seksi Retribusi & Pendapatan Lain-lain Tugas dan fungsi seksi ini yaitu :

4.1.Menerima laporan bulanan dari seksi yang mengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan melaporkannya kepada Unit Pelayanan Teknis (UPT). 4.2.Menerima, menyalurkan dan mempertanggungjawabkan Surat

Pemberitahuan (SPT) dan Materai Leges jalur SAMSAT.

4.3.Menyelenggarakan koordinasi dan optimalisasi pendapatan lain-lain dan setoran laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN).


(32)

D. Gambaran Pegawai Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara UPTD Medan Utara

Secara umum gambaran pegawai Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 2.4 Gambaran Pegawai Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara (UTPD Medan Utara)

No

Jabatan

Jumlah

1

Kepala UTPD

1 Orang

2

Kasubbag Tata Usaha

1 Orang

3

Staf Tata Usaha

18 Orang

4

Kepala Seksi PKB

1 Orang

5

Staf Seksi PKB

71 Orang

6

Kepala Seksi Retribusi & Pll

1 Orang

7

Staf Seksi Retribusi & Pll

5 Orang

Jumlah

99 Orang


(33)

Dalam UUD RI 1945 yaitu pasal 23A menyatakan bahwa “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-undang”, pasal tersebut menunjukkan bahwa pengaturan bidang perpajakan bukan hanya sekedar hak, tetapi merupakan kewajiban yang harus dilakukan Negara, sekaligus bentuk intimidasi dalam pengaturan bidang perpajakan.

Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,SH, ”Pajak adalah iuran kas kepada Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kompensasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Suandy, 2002 : 11).

Menurut Prof.Dr.M.J.H.Smeet, “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditujukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah (Suandy, 2002 : 10).

A. Pengertian Pajak Daerah Dan Dasar Hukum Pemungutan Pajak Daerah Menurut UU RI No. 28 Tahun 2009, pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan


(34)

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Dalam Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2011, tentang Pajak Daerah Kota Medan :

3.1.Daerah adalah Kota Medan.

3.2.Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan. 3.3.Kepala Daerah adalah Walikota Medan.

3.4.Dinas adalah Dinas Pendapatan Kota Medan.

3.5.Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3.6.Badan adalah sekumpulan orang/ atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Sosial Politik atau organisasi lainnya, Lembaga dan bentuk badan lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif dan Bentuk Usaha Tetap.

3.7.Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara


(35)

langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

3.8. Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dikenakan pajak.

3.9. Wajib Pajak adalah oerang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai denagn ketentuan perundang-undangan perpajakan daerah. 3.10. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dalam Peraturan Kepala Daerah paling lama 2 (dua) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang.

3.11. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender, kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

3.12. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Perpajakan daerah.

3.13. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.


(36)

3.14. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

3.15. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

3.16. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

Dalam pasal 2 ayat 1 Undang-undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang No. 18 tahun 1977 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, disebutkan bahwa jenis-jenis pajak provinsi terdiri dari :

a. Pajak Kendaraan Bermotor Dan Kendaraan Diatas Air

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Dan Kendaraan Diatas Air c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Dan Air Permukanaan


(37)

a. undang No. 25 tahun 1999 yang telah diubah menjadi Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah

b. undang No. 22 tahun 1999 yang telah diubah menjadi Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

c. Undang-undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

d. Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah

e. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 1 tahun 2001 tentang Pajak Kendaraan Bermotor.

B. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah maka pemerintah memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri melalui sistem otonomi daerah, yang berguna dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber yang ada di daerah dan wilayah negara ini. Ciri utama yang menunjukan suatu daerah otonom maupun berotonomi yaitu terletak pada kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengolah dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerahnya. Ketergantungan kepada bantuan pemerintah pusat harus seminimal


(38)

mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya pajak dan retribusi daerah harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Sumber pendapatan yang dimaksud terdiri atas : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah (Mustaqiem, 2008 : 4).

C. Pajak Kendaraan Bermotor

Pengertian pajak kendaraan bermotor menurut sebagai mana tertera dalam Peraturan Pemerintah Daerah tentang Pajak Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah :

a. Pajak kendaraan bermotor yang selanjutnya disebut PKB adalah pajak atas kepemilikan dan/ atau penguasaan atas kendaraan bermotor.

b. Objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan/ atau penguasaan kendaraan bermotor.

c. Subjek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang mewakili dan atau menguasai kendaraan bermotor.

d. Wajib pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki pajak kendaraan bermotor.

e. Yang dikecualikan dari pemungutan pajak kendaraan bermotor yaitu : kereta api; kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan Negara, kendaraan bermotor yang dimiliki dan/ atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan Negara asing dengan asas


(39)

timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah; kendaraan bermotor yang dioperasikan di atas air.

1. Cara Menghitung Pajak Kendaraan Bermotor

Dasar pengenaan pajak adalah ukuran atau pengakuan nilai tertentu yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak. Nilai yang menjadi dasar pajak tersebut harus dapat diukur. Ukuran nilai objektif adalah nilai penyerahan barang, sehingga karena berkaitan dengan pajak kendaraan bermotor, maka nilainya penyerahan dapat berupa nilai jual beli, nilai tukar menukar, dan lain sebagainya.

Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor dihutang sebagai perkalian dari dua unsur pokok :

a. Nilai jual kendaraan bemotor, dan

b. Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/ atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.

Dalam hal harga pasaran umum suatu kendaraan bermotor tidak diketahui, nilai jual kendaraan bermotor dapat ditentukan berdasarkan sebagian atau seluruh faktor-faktor :

a. Harga kendaraan bermotor dengan isi silinder b. Penggunaan kendaraan bermotor.

c. Jenis kendaraan bermotor. d. Merek kendaraan bermotor.


(40)

f. Berat total kendaraan bermotor dan banyaknya penumpang yang diijinkan.

g. Dokumen impor untuk jenis kendaraan tertentu.

Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor tersebut akan selalu ditinjau kembali setiap tahunnya, yakni dapat dilihat melalui :

a. Tahun pembuatan adalah tahun perakitan kendaraan bermotor.

b. Nilai jual kendaraan bermotor ditetapkan berdasarkan harga pasaran umum suatu kendaraan bermotor.

c. Bobot ditetapkan untuk kendaraan sebagai berikut, yaitu sedan, jeep, station wagon, sepeda motor, dan sejenisnya sebesar 1,00.

d. Mobil barang/ beban, sebesar 1,30.

e. Alat-alat Besar dan Alat-alat berat sebesar 1,00

Sedangkan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) ditetapkan oleh Kepala Daerah yaitu :

a. Dasar pengenaan PKB untuk kendaraan umum ditetapkan sebesar 60% (enam puluh persen) dari dasar pengenaan PKB.

b. Dasar pengenaan PKB kendaraan baru untuk alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan sebesar 40% (empat puluh persen) dari nilai jual kendaraan bermotor.

c. Dasar pengenaan BBN-KB khusus penyerahan pertama untuk kendaraan alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan sebesar 40% (empat puluh persen) dari NJKB.


(41)

d. Dasar pengenaan PKB/ BBN-KB untuk kendaraan alat berat dan alat-alat besar selain kendaraan baru ditetapkan sebesar 60% (enam puluh persen).

2. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

Berdasarkan pokok pajak kendaraan bermotor yang terutang, dihitung dengan cara mengalikan tarif dasar pengenaan pajak. Adapun tarif pajak kendaraan bermotor (PKB) dalam pasal 8 Perda Provinsi Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2011 dikenakan sebesar :

a. 1,75% (satu koma tujuh puluh lima persen) untuk kendaraan bermotor bukan umum.

b. 1% (satu persen) untuk kendaraan bermotor umum.

c. 0,2% (nol koma dua persen) untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.

d. 0,5% (nol koma lima persen) untuk kendaraan ambulance, pemadam kebakaran, lembaga sosial dan keagamaan, pemerintah, TNI atau POLRI dan Pemerintah Daerah.

Berikut ini adalah contoh perhitungan pajak kendaraan bermotor dengan jenis (merek) kendaraan bermotor adalah : YAMAHA XJ 600 VIRAGO, dengan tahun pembuatan adalah tahun 1988. Dasar pengenaan pajak menurut SK Mendagri Nomor 11 Tahun 2002, dikenakan Rp 62.600.000,-. Maka, besarnya pajak yang dikenakan adalah: 1,5 % x Rp 62.600.000,- = Rp


(42)

939.000,-3. Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor

Dalam Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor yang mana perhitungannya berdasarkan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (DP PKB), dihitung sebagai perkalian dua unsur pokok yaitu Nilai Jual dikali besarnya Bobot yang dikenakan, bagi orang yang memiliki kendaraan bermotor.

Dasar Pengenaan = Nilai Jual Kendaraan Bermotor x Bobot PKB Terutang = Dasar Pengenaan x Tarif

atau

PKB Terutang = Nilai Jual Kendaraan Bermotor x Tarif

4. Saat Terutang Pajak, Masa Pajak, dan Wilayah Pemugutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Pajak yang terutang merupakan PKB yang harus dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, atau dalam tahun pajak menurut ketentuan peraturan daerah tentang pajak kendaraan bermotor yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi setempat, saat pajak terutang dalam masa pajak, terjadi pada saat pendaftaran kendaraan bermotor.

Pada Pajak Kendaraan Bermotor, pajak terutang dikenakan untuk masa pajak selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut terhitung mulai saat pendaftaran kendaraan bermotor. Pemungutan pajak kendaraan bermotor merupakan satu kesatuan dengan pengurusan administrasi kendaraan bermotor lainnya. Pajak kendaraan bermotor dibayar sekaligus dimuka untuk masa pajak 12 bulan ke depan. Kewajiban pajak yang


(43)

berakhir sebelum 12 bulan karena sesuatu hal, maka hal tersebut berarti pajak kendaraan bermotor yang karena suatu dan lain hal jika masa pajaknya tidak sampai 12 bulan, maka dapat dilakukan restitusi. Pengertian suatu dan lain hal dimaksud antara lain jika kendaraan bermotor didaftarkan di daerah lain (mutasi daerah tempat pendaftaran kendaraan bermotor) atau kendaraan bermotor yang rusak dan tidak dapat digunakan lagi karena fource majeure. Pajak kendaraan bermotor yang terutang di wilayah provinsi tempat kendaraan bermotor terdaftar. Hal ini terkait dengan kewenangan pemerintah provinsi yang hanya terbatas atas kendaraan bermotor yang terdaftar dalam lingkup wilayah administrasinya.

5. Sanksi-sanksi Bagi Wajib Pajak Kendaraan Bermotor 5.1. Sanksi Bunga

Kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang, terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung saat terutangnya pajak.

5.2. Sanksi Denda

Dikenakan administrasi berupa kenaikan 25% dari pojok pajak ditambah sanksi administrasi berupa 2% sbulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar unutk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak saat terutangnya pajak.


(44)

5.3. Sanksi Pidana

Apabila wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan STPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidanakan dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak dua kali jumlah pajak yang terutang.


(45)

A. Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Sebagai Unit Pemungut Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan unit pelayanan teknis daerah (UTPD) yang dipimpin oleh seorang kepala UPTD yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Dasar pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang dilakukan oleh Unit Pelayanan Teknis (UPT) adalah peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 21 tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Provinsi Sumatera Utara.

B. Tata Cara Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Pemungutan adalah suatu rangkaian yang dilakukan dari penghimpun data dari subjek pajak dan objek pajak, mengetahui besarnya pajak terutang wajib pajak dan melakukan penagihan kepada wajib pajak dan lain-lain.

Pemungutan pajak daerah pada umumnya tidak dapat diborongkan atau tidak bisa diberikan kepada pihak ketiga. Pajak daerah dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah atau dengan kata lain dibayar sendiri oleh wajib pajak. Wajib pajak


(46)

membayar pajak dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk.

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) terdiri dari 5 (lima) lembar antara lain :

a. Lembar 1 : Wajib pajak

b. Lembar 2 : Dispenda Provinsi Sumatera Utara c. Lembar 3 : Jasa Raharja

d. Lembar 4 : Bendaharawan Khusus Penerima

e. Lembar 5 : Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap

Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajibannya harus menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SKPD). Setelah itu kepada wajib pajak yang telah mendapat Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dapat dikeluarkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). Gubernur dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah apabila :

a. Pajak dalam tahun pajak berjalan tidak atau kurang bayar

b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan akibat salah hitung c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda Apabila WP tidak membayar pajak terutang sampai dengan jatuh tempo (selama 30 hari), maka Surat Tagihan Pajak (STP) yang disampaikan kepada Kepala Daerah akan ditambah sanksi berupa bunga sebesar 2% perbulan, berlaku selama 15 bulan sejak terutangnya pajak dan bila WP sudah mendapat Surat Tagihan Pajak


(47)

(STP) tidak juga membayar pajaknya, maka Kepala Daerah dapat mengeluarkan Surat Tagihan Pajak (STP), atau dengan penagihan pajak dengan surat paksa dilaksanakan berdarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Prosedur Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor

Proses pemungutan pajak kendaraan bermotor dapat diartikan sebagai kegiatan, mulai dari penghimpunan data subjek dan objek PKB, penentuan besarnya pajak terutang sampai dengan pemungutan serta pengawasan pajak kendaraan bermotor.

1. Loket I

1.1.PENDAFTARAN

1.1.1. Pelaksana : a. POLRI b. DISPENDA 1.1.2. Kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Pengambilan formulir SPT

b. Pengisian formulir SPT/Permohonan STNK c. Berkas

d. Menyampaikan berkas pada pengurus penelitian berkas Keterangan:

a. Jika WP ingin mengurus Pengesahan untuk 1 (satu) tahun Kendaraan Bermotornya, maka berkas yang harus dilengkapi adalah :


(48)

2. STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) 3. BPKP (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor) 4. SPT (Surat Pemberitahuan)

b. Jika WP ingin mengurus Ganti STNK/ Teliti Ulang 5 (lima) tahun Kendaraan Bermotornya, maka berkas yang harus dilengkapi adalah : 1. KTP

2. STNK

3. BPKP (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor) 4. SPT

5. FORMULIR 6. CEK FISIK 2. LOKET II

2.1.PENELITIAN BERKAS 2.1.1. Pelaksana: POLRI

2.1.2. Kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Check persyaratan dan kelengkapan berkas

b. Pendataan (Entry)

c. Penyampaian berkas pada penguras checking 2.2.PENETAPAN PAJAK

2.2.1. Pelaksana: a) DISPENDA b) JASA RAHARJA


(49)

Tugas dan fungsi Dipenda dalam penetepan pajak : a) Membuat perhitungan dan penetapan pajak. b) Membuat nomor kohir.

c) Mengisi data Notice pajak.

d) Menyampaikan berkas kepada kasir.

Tugas dan fungsi Jasa Raharja dalam penetapan pajak :

a) Membuat laporan cek rekapitulasi penerimaan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya (SWDKLLJ) dari bendaharawan SAMSAT.

b) Membuat bukti setoran uang ke Bank SUMUT. c) Membuat laporan ke Cabang Utama Jasa Raharja. 2.3.KOREKTOR

2.3.1. Pelaksana: DISPENDA Tugas Dan Fungsi:

a) Final Checking Yaitu meneliti benar atau tidaknya pengenaan

pajak kendaraan bermotor.

b) Meneliti data pajak dalam ketentuan pajak sementara. c) Menyampaikan berkas ke kasir.

2.4.PEMBAYARAN

2.4.1. Pelaksana: DISPENDA

Kegiatan yang dilakukan dalam pembayaran: a) Menerima pembayaran dari WP.


(50)

b) Membukukan hasil penerimaan.

c) Mencetak SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah). d) Menyampaikan SKPD pada loket pencetak STNK. e) Menyampaikan berkas pada petugas arsip.

f) Menyetor hasil penerimaan ke kasir pada bendahara,

g) Menghimpun berkas yang belum dibayar ke petugas penagihan. 3. Loket III

Pencetak STNK, peran dan tugas : POLRI

3.1.Melaksanakan Pencetakan STNK (Embossing).

3.2.Menyampaikan SKPD / STNK ke loket pengembalian.

3.3.Penyerahan SKPD / STNK dan Plat Nomor Polisi kepada Wajib Pajak. Dalam gambar 3.1 berikut, dapat dilihat Prosedur Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor pada UPT Medan Utara, yang tertera dalam bagan di bawah ini.


(51)

Gambar 4.1

Prosedur Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada Unit Pelayanan Teknis (UPT) Medan Utara

L O K E T I PENDAFTARAN

1. Pengambilan formulir SPT/ permohonan STNK formulir khusus pengesahan 2. Pengisian formulir SPT

3. Berkas

4. Menyampaikan berkas pada pengurus checking DISPENDA/ POLRI L O K E T II PENELITIAN BERKAS

1. Check persyaratan kelengkapan berkas 2. Pendataan (entry)

3. Menyampaikan berkas ke penetapan

PENETAPAN

1. Membuat perhitungan penetapan WP 2. Membuat nomor kohir

3. Mengisi data notice pajak

4. Menyampaikan berkas kepada kasir

PENELITIAN BERKAS

1. Meneliti kebenaran dan penetapan kepada WP

2. Meneliti data pajak dalam ketentuan sementara

POLRI

DISPENDA JASA RAHARJA DISPENDA JASA RAHARJA


(52)

Sumber Data : UPTD Medan Utara / Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara PEMBAYARAN

1. Menerima pembayaran dari wajib pajak 2. Membuka hasil penerimaan

3. Mencetak STPD

4. Menyampaikan SKPD pada loket emboling/ pencetak STNK

5. Menyampaikan berkas pada petugas kartu box (arsip)

6. Menyetor hasil penerimaan kasir kepada bendahara ( validasi)

7. Menyampaikan berkas yang belum bayar ke petugas penagihan

8. Menghimpun berkas yang belum bayar.

EMBOSSING/ PENCETAK STNK 1. Melaksanakan embossing/ pencetakan

STNK

2. Menyampaikan SKPD/ STNK ke loket pengambilan STNK/ plat motor

Penyerahan SKPD/ STNK dan plat motor L O K E T III

DISPENDA

POLRI


(53)

D. Hambatan yang Timbul Dalam Pelaksaanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor

Dalam melaksanakan pemungutan pajak kendaraan bermotor tidak lepas dari adanya hambatan yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan. Adapun hambatan yang timbul dalam melaksanakan pemungutan pajak kendaraan bermotor adalah :

1. Terdapat wajib pajak pajak kendaraan bermotor yang masih belum membayar pajak terutangnya.

2. Adanya kendaraan bermotor yang ditarik oleh leasing akibat kredit macet. 3. Masih banyak terdapat kendaraan bermotor diluar plat BK yang beroperasi

di Sumatera Utara dan enggan untuk mem-Bea Balik Nama Kendaraan Bermotornya.

E. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Adapun upaya yang ditempuh sebagai berikut :

1. Upaya menghimbau secara berkesinambungan melakukan penyuluhan kepada wajib pajak untuk senantiasa membayar pajak kendaraan bermotor tepat pada waktunya.

2. Melakukan razia terhadap wajib pajak kendaraan bermotor dengan sasaran wajib pajak yang masih menunggak pajak kendaraan bermotor. 3. Bekerja sama dengan kantor pos menyampaikan surat peringatan kepada


(54)

4. Meningkatkan dan mengembangkan sistem pelayanan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada.

Semua upaya yang dilakukan UPTD Medan Utara sangatlah wajar dilakukan, hal tersebut berkaitan dengan besarnya potensi pajak kendaraan bermotor dalam mendukung penerimaan pendapatan asli daerah.


(55)

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian keseluruhan isi diatas, maka pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan. Selanjutnya penulis akan memberikan saran-saran yang konstruktif pada kantor SAMSAT Medan Utara.

1. Pajak Daerah Khususnya Pajak Kendaraan bermotor adalah jenis pajak provinsi yang memberikan kontribusi cukup besar dalam rangka meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) Provinsi Sumatera Utara. 2. Faktor-Faktor pendukung Pajak Kendaraan Bermotor seperti kerja sama yang

baik dan pemanfaatan teknologi modern dan sebagainya sangat berpengaruh dalam peningkatan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor di UPTD Medan Utara.

3. Upaya peningkatan yang telah dilakukan UPTD Medan Utara telah maksimal dan dapat dilihat dalam peningkatan penerimaan pajak kendaraan bermotor setiap tahunnya.

B. Saran

1. UPTD Medan Utara dapat lebih meningkatkan kesadaran masyarakat dengan mengadakan publikasi dan sosialisasi tentang Pajak Kendaraan Bermotor serta peran dan fungsi Pajak Kendaraan Bermotor dalam menunjang peningkatan pendapatan asli daerah.


(56)

2. Setiap kantor SAMSAT hendaknya melakukan peningkatan sarana dan prasarana agar masyarakat merasa puas dan tidak merasa rugi dalam membayar pajak, misalnya ruang tunggu yang memadai dengan sistem informasi dan teknologi yang memadai pula.

3. Hendaknya UPTD Medan Utara mempermudah prosedur pemungutan pajak kendaraan bermotor supaya peningkatan penerimaan pajak ini dapat tercapai sesuai target setiap tahunnya.


(57)

Mustaqiem, 2008, Pajak Daerah, FH UII PRESS, Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan, Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta. Suandy, Early, 2002, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

UNDANG-UNDANG

Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2008, Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2003, Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

PERATURAN PEMERINTAH dan DAERAH

Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001, Tentang Pajak Daerah.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 1 Tahun 2011, Tentang Pajak

Kendaaran Bermotor.

WEBSITE


(1)

46

Sumber Data : UPTD Medan Utara / Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara PEMBAYARAN

1. Menerima pembayaran dari wajib pajak 2. Membuka hasil penerimaan

3. Mencetak STPD

4. Menyampaikan SKPD pada loket emboling/ pencetak STNK

5. Menyampaikan berkas pada petugas kartu box (arsip)

6. Menyetor hasil penerimaan kasir kepada bendahara ( validasi)

7. Menyampaikan berkas yang belum bayar ke petugas penagihan

8. Menghimpun berkas yang belum bayar.

EMBOSSING/ PENCETAK STNK 1. Melaksanakan embossing/ pencetakan

STNK

2. Menyampaikan SKPD/ STNK ke loket pengambilan STNK/ plat motor

Penyerahan SKPD/ STNK dan plat motor L O K E T III

DISPENDA

POLRI


(2)

D. Hambatan yang Timbul Dalam Pelaksaanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor

Dalam melaksanakan pemungutan pajak kendaraan bermotor tidak lepas dari adanya hambatan yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan. Adapun hambatan yang timbul dalam melaksanakan pemungutan pajak kendaraan bermotor adalah :

1. Terdapat wajib pajak pajak kendaraan bermotor yang masih belum membayar pajak terutangnya.

2. Adanya kendaraan bermotor yang ditarik oleh leasing akibat kredit macet. 3. Masih banyak terdapat kendaraan bermotor diluar plat BK yang beroperasi

di Sumatera Utara dan enggan untuk mem-Bea Balik Nama Kendaraan Bermotornya.

E. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Adapun upaya yang ditempuh sebagai berikut :

1. Upaya menghimbau secara berkesinambungan melakukan penyuluhan kepada wajib pajak untuk senantiasa membayar pajak kendaraan bermotor tepat pada waktunya.

2. Melakukan razia terhadap wajib pajak kendaraan bermotor dengan sasaran wajib pajak yang masih menunggak pajak kendaraan bermotor.


(3)

48

4. Meningkatkan dan mengembangkan sistem pelayanan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada.

Semua upaya yang dilakukan UPTD Medan Utara sangatlah wajar dilakukan, hal tersebut berkaitan dengan besarnya potensi pajak kendaraan bermotor dalam mendukung penerimaan pendapatan asli daerah.


(4)

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian keseluruhan isi diatas, maka pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan. Selanjutnya penulis akan memberikan saran-saran yang konstruktif pada kantor SAMSAT Medan Utara.

1. Pajak Daerah Khususnya Pajak Kendaraan bermotor adalah jenis pajak provinsi yang memberikan kontribusi cukup besar dalam rangka meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) Provinsi Sumatera Utara. 2. Faktor-Faktor pendukung Pajak Kendaraan Bermotor seperti kerja sama yang

baik dan pemanfaatan teknologi modern dan sebagainya sangat berpengaruh dalam peningkatan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor di UPTD Medan Utara.

3. Upaya peningkatan yang telah dilakukan UPTD Medan Utara telah maksimal dan dapat dilihat dalam peningkatan penerimaan pajak kendaraan bermotor setiap tahunnya.

B. Saran


(5)

50

2. Setiap kantor SAMSAT hendaknya melakukan peningkatan sarana dan prasarana agar masyarakat merasa puas dan tidak merasa rugi dalam membayar pajak, misalnya ruang tunggu yang memadai dengan sistem informasi dan teknologi yang memadai pula.

3. Hendaknya UPTD Medan Utara mempermudah prosedur pemungutan pajak kendaraan bermotor supaya peningkatan penerimaan pajak ini dapat tercapai sesuai target setiap tahunnya.


(6)

Mustaqiem, 2008, Pajak Daerah, FH UII PRESS, Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan, Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta. Suandy, Early, 2002, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

UNDANG-UNDANG

Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2008, Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2003, Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

PERATURAN PEMERINTAH dan DAERAH

Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001, Tentang Pajak Daerah.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 1 Tahun 2011, Tentang Pajak Kendaaran Bermotor.