Metode Ground Check Pengembangan Potensi Wilayah Tertentu Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Mandailing Natal Sumatera Utara

perempuan dari masing masing desa untuk membandingkan pendapat dari laki- laki dan perempuan. Pengelompokan ini dimaksudkan untuk mengetahui peran masing-masing jenis kelamin terhadap pemanfaatan lahan. Analisis data PDM dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan, serta proses yang sedanng berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Untuk melengkapi data PDM dilakukan juga wawancara kuisioner. Responden contoh kuisioner ditentukan secara acak sederhana sebanyak 30 KK dari jumlah warga untuk wawancara semi struktural yang berpedoman pada daftar pertanyaan kuisioner yang telah disiapkan kepada responden. Sampel dalam penelitian ini dipilih secara Purposive Sampling. Teknik ini dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh Arikunto, 2006. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara bebas dilakukan dengan menggunakan draft isianpertanyaan dengan masyarakat desa. Analisis data kuisioner dilakukan dengan menggunakan software SPSS, dengan menginput data masing-masing pertanyaan sehingga menghasilkan data berbentuk persentase dari masing-masing pertanyaan tersebut.

2. Metode Ground Check

Untuk mengetahui potensi zona wilayah tertentu di KPHP Mandailing Natal maka dilakukan metode Ground Checkatau survei langsung. Universitas Sumatera Utara Metode Ground Check adalah metode yang dilakukan untuk memastikan obyek atau data yangperlu dibuktikan kebenarannya dengan mengamati dan mengetahui keadaan atau kebenaran sebenarnya di lapangan sehingga sering disebut dengan ground truth.Pengamatan lapang menggunakan metode ground check dimana hanya lokasi sampel saja yang harus diamati. Langkah- langkah yang digunakan dalam pengamatan ground check adalah sebagai berikut : 1. Penyiapan wilayah kerja area of interest, yaitu dengan menggunakan peta dasar KPHP Mandailing Natal. 2. Penentuan kriteria unit contoh sample, ditentukan wilayah kerja yang akan dilakukan survey. 3. Pembuatan jalur jelajah ground check, menentukan dan menandai plot-plot yang dijadikan sebagai petak contoh penelitian. 4. Pengambilan data lapang, menandai titik awal pemetaan, mencatat koordinat. Data koordinat yang tampak pada GPS tersebut kemudian diterapkan pada peta kerja untuk menentukan posisi pada peta. dicatat potensi sumber daya alam yang dominan, jenis spesies, jumlah, dan ketinggian yang ada di kawasan tersebut . Objek penelitian pada metode ini adalah wilayah hutan yang menjadi wilayah tertentu Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Mandailing Natal sebagai lokasi pengamatan. Sampel dalam metode ini dipilih secara Purposive Samplingyaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Pengamatan ground check menggunakan unit contoh sample sebagai Universitas Sumatera Utara unit pengamatan yang dipilih dari peta primer KPHP Mandailing Natal, dalam penelitian ini adalah blok wilayah tertentu berdasarkan peta primer KPHP Mandailing Natal. Teknik Purposive Sampling ini dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh Arikunto, 2006. Data hasil kegiatan survey lapanganground check yang telah dikumpulkan, dihitung Frekuensi F, frekuensi relatif FR, kerapatan K dan kerapatan relatif KR untuk mengetahui jenis tanaman yang paling dominan dengan rumus: 1. Kerapatan K = contoh petak Luas Individu ∑ 2. Kerapatan Relatif KR = 3. Frekuensi F = 4. Frekuensi Relatif FR = Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel, dan disimpulkan untuk mendapatkan jawaban fungsi hutan serta izin usaha yang cocok dengan kawasan tertentu tersebut dengan menilai seluruh aspek dan potensi sumber daya alam yang ada. 100 jenis seluruh K total jenis suatu K × ∑ ∑ contoh petak sub seluruh spesies suatu ditemukan petak sub 100 jenis seluruh total F jenis suatu F × Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Matriks metodologi yang digunakan dalam penelitian No Tujuan Penelitian Data Kunci Sumber dan Hasil yang Metode diharapkan 1 Menganalisis Observasi lang- - Observasi Diperoleh jenis zona wilayah sung dengan meng- - Survey hutan yang sesuai tertentu KPHP gunakan metode gr- lapangan untuk zona wilayah Mandailing Natal ound check survey tertentu KPHP Mand berdasarkan rencana lapangan, dengan ailing Natal pengelolaan hutan. menilai seluruh po- tensi SDA yang ada. 2 Mengetahui Persepsi Manfaat ekonomi -Wawancara Diperoleh infor- masyarakat mengenai dan sosial yang -Diskusi masi mengenai per Wilayah Tertentu diperoleh dengan -Dokumentasi sepsi masyarakat KPHP dan manfaatnya adanya KPHP, per- -Kuisioner terhadap KPHP dan bagi masyarakat sepsi untuk kawa manfaatnya bagi san, pengelolaan masyarakat dan staf 3 Mengetahui tingkat Masyarakat laki- -Wawancara Diperoleh skoring kepentingan penggu- laki dan perempu- -Diskusi tipe lahan berdasar naan lahan an -Dokumentasi penggunaanya ber- dasarkan kelompok laki-laki dan perem- puan Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi Masyarakat Mengenai Tingkat Kepentingan Dari Tipe-Tipe Penggunaan Lahan Wilayah Tertentu KPHP Mandailing Natal. Data hasil Pebble Distribution MethodPDM berdasarkan kategori penggunaan lahan kelompok laki-laki dan perempuan di Desa Guo Batu dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Matrik tipe lahan berdasarkan kategori penggunaan lahan kelompok laki-laki di Desa Guo Batu Kategori penggunaan lahan Tipe lahan Se mua M ak an an O ba t- ob at an B a ha n ba ng una n P e r al at an P e r k ak as K ayu b ak ar A ny a ma n K e r a nj a ng H ias an ad at r it u al B e nda y a ng bi sa di jua l R ek rea si M as a d e p an T o ta l k e r ik il PLTA 5 5 Tambak ikan 1 10 11 Sawah 1 70 20 10 30 131 Ladang 10 60 20 20 20 130 Pertambangan 20 5 30 10 65 Sungai 1 40 10 51 Kebun 60 25 20 60 100 100 80 100 40 40 625 WisataAir Terjun 2 80 82 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1100 Tabel 3. Matrik tipe lahan berdasarkan kategori penggunaan lahan kelompok perempuan di Desa Guo Batu Kategori penggunaan lahan Tipe lahan Se mua M ak an an O ba t- ob at an B a ha n ba ng una n P e r al at an P e r k ak as K ayu b ak ar A ny a ma n K e r a nj a ng H ias an ad at r it u al B e nda y a ng bi sa di jua l R ek rea si M as a d e p an T o ta l k e r ik il Sawit 1 1 Sawah 20 60 30 15 50 175 Ladang 15 20 40 30 104 PLTA 60 60 Kebun 20 20 50 100 20 100 45 100 50 50 555 Universitas Sumatera Utara Wisata 100 100 Pertambangan 5 80 20 105 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1100 Bagi kelompok laki-laki kebun memiliki nilai kategori guna paling tinggi. Dapat kita lihat dari total kerikil yang diberikan yaitu 625 kerikil, begitu juga dengan kelompok perempuan dengan jumlah kerikil 555 kerikil. Hal ini disebabkan karena masyarakat memandang kebun sebagai tempat untuk memenuhi semua kebutuhan dan mendapatkan semua keperluan. Umumnya masyarakat Guo Batu bergantung kepada kebun karet atau coklat mereka dan memandang kebun sebagai hal utama yang diprioritaskan selain sawah padi. Salah satu faktor pola pikir masyarakat Guo Batu tetap memandang kebun terutama karet sebagai mata pencaharian pokok karena lahan karet diwariskan secara turun temurun dan berlanjut hingga kini. Hal ini disebabkan karena minimnya Sumber Daya Manusia SDM di desa Guo Batu yang menyebabkan masyarakat tidak mempunyai keahlian lain. Pada dasarnya masyarakat menganggap kebun memiliki nilai masa depan baik secara sosial, ekonomi maupun lingkungan. Dari hasil kebun dijual secara langsung ke agen, kemudian hasil penjualan akan digunakan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari. Kemudian pada urutan kedua bagi kelompok laki laki dan perempuan adalah sawah, dilihat dari skor yang diberikan sebanyak 131 kerikil dari kelompok laki-laki dan 175 kerikil dari kelompok perempuan. Hal ini disebabkan karena sawah merupakan salah satu sumber mata pencaharian utama masyarakat Guo Batu selain berkebun. Dari sawah diperoleh makanan pokok berupa padi yang Universitas Sumatera Utara dikonsumsi sendiri oleh masyarakat Guo Batu. Hal itu membuat ketergantungan masyarakat Guo Batu terhadap sawah cukup tinggi. Pada urutan ketiga bagi kelompok laki-laki adalah ladang, dilihat dari skor yang diberikan sebanyak 130 kerikil. Namun bagi kelompok perempuan ladang juga dianggap penting dengan 104 kerikil, tetapi berada pada urutan keempat setelah pertambangan. Meskipun demikian, pada dasarnya dari ladang banyak diperoleh sumber-sumber kehidupan yang diperlukan dalam kehidupan sehari- hari, seperti jagung. Dari ladang dapat diambil hasilnya untuk keperluan sehari- hari. Pertambangan secara umum termasuk tipe lahan yang cukup penting bagi masyarakat dengan skor sebanyak 65 kerikil menempati urutan kelima dari kelompok laki-laki dan menempati urutan ketiga dengan 105 kerikil dari kelompok perempuan. Masyarakat desa Guo Batu menganggap lahan di kawasan hutan khususnya wilayah tertentu memiliki potensi pertambangan emas yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari pekerjaan tambahan kaum remaja desa yaitu menambang emas, dan menganggap pekerjaan ini cukup menjanjikan bagi mereka. Di sekitar kawasan wilayah tertentu juga terdapat perusahaan pertambangan emas bernama PT. Sorik Mas Mining yang sekarang sudah tidak aktif, dan menunjukkan bahwa terdapat potensi emas yang besar di kawasan wilayah tertentu KPHP Mandailing Natal. Hal ini sesuai dengan BPP Badan Pusat dan Pengembangan 2009 yang menyatakan bahwa hutan lindung yang berada di kawasan Pantai Barat umumnya bersifat logam antara lain emas, besi, perak, seng, tembaga, timah, sedangkan di kawasan pantai timur umumnya non logam, sebagian berupa logam. Universitas Sumatera Utara Rangkuman tipe lahan berdasarkan kategori penggunaan : a. Makanan, kebutuhan bahan makanan lebih banyak diperoleh di sawah, ladang, dan kebun. Sawah, ladang dan kebun dijadikan tempat menanam dan berkebun padi, coklat, jagung untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat. Sementara masyarakat menganggap sungai bukan merupakan tempat mencari makanan seperti ikan karena ada beberapa pantangan yang melarang. b. Obat-obatan, kebutuhan obat-obatan masyarakat berasal dari ladang dan kebun. Alasan kemudahan dan kepraktisan menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk menjadikan ladang dan kebun sebagai tempat mendapatkan obat-obatan, karena mereka memanfaatkan tanaman obat seperti daun, kunyit, kayu manis dan tanaman jalar seiring dengan kegiatan berkebun dan berladang. Sementara dari sawah, masih diperoleh tumbuhan obat yaitu dari alang-alang yang tumbuh dari sawah yang mengering. Alang-alang berguna sebagai obat panas dalam dan sariawan. c. Bahan bangunan, secara dominan didapatkan dari kebun, terutama kayu sebagai bahan utama dalam pembuatan gubuk atau pondok tempat istirahat dan rumah di desa Guo Batu yang didominasi oleh rumah panggung. Sedangkan sungai menjadi sumber bahan baku berupa pasir dan batu ketika akan membuat rumah semi permanen. d. Peralatan dan perkakas, masyarakat beranggapan bahwa bahan peralatan atau perkakas banyak diperoleh masyarakat dari kebun dan pertambangan, yang dimanfaatkan dari kebun yaitu dari batang kayu karet yang dipakai untuk gagang cangkul, gagang parang, gagang sabit dan lesung padi. Universitas Sumatera Utara Sementara dari pertambangan masyarakat memanfaatkan tanah liat untuk perabot rumah tangga. e. Kayu Bakar, masyarakat beranggapan bahwa kayu bakar dapat diperoleh masyarakat dari kebun. Dari kebun dapat diperoleh berbagai jenis kayu yang bisa dijadikan kayu bakar, dengan memanfaatkan ranting pohon dan pohon pohon yang telah mati atau tumbang. Masyarakat di desa Guo Batu memanfaatkan kayu bakar untuk memasak. f. Anyaman atau tali-talian, bahan anyaman untuk tepas atau keranjang berupa daun kelapa, rotan dan bambu banyak diperoleh dari kebun, ladang, dan sawah. Masyarakat desa Guo Batu memanfaatkan daun kelapa untuk dijadikan anyaman yang multifungsi, seperti ayakan dan atap rumah. g. Hiasan adat atau ritual, diperoleh dari kebun. Hiasan adat untuk pernikahan dan acara adat rumah baru yang akan ditempati menggunakan hiasan-hiasan yang berasal dari kebun. h. Benda yang bisa dijual, masyarakat menganggap benda yang bisa dijual berasal dari kebun, pertambangan, sawah dan ladang. Getah karet merupakan produk utama yang dianggap masyarakat bersifat komersil selain profesi mereka yang mayoritas menambang emas dompeng dan bertani. Selain itu, dari kebun juga dihasilkan durian, manggis, kayu manis, pisang yang bersifat komersil. Sementara dari ladang, masyarakat menanam petai yang juga memiliki nilai jual di pasaran. i. Rekreasi, masyarakat menganggap bahwa tempat rekreasi yang paling utama adalah air terjun, yang mempunyai potensi wisata menjanjikan dan Universitas Sumatera Utara dapat menjadi objek wisata yang banyak diminati pengunjung dari luar desa atau kota apabila dikelola dengan baik. Sungai dan tambak ikan juga dianggap masyarakat sebagai objek wisata yang cukup diminati. Sungai sebagai tempat pemandian dan tambak dianggap masyarakat sebagai tempat memancing dan menangkap ikan. j. Masa depan, masyarakat memandang kebun, sawah, ladang, dan tambang memiliki nilai masa depan yang tinggi. Terutama sawah dan perkebunan karet yang dianggap sebagai penghasilan utama oleh masyarakat desa Guo Batu. Dari kelompok laki-laki memandang kebun, sawah, ladang dan aktivitas tambang mereka mempunyai nilai masa depan yang cukup menjanjikan. Sedangkan bagi kelompok perempuan menilai hanya sawah dan kebun sebagai aspek yang memiliki masa depan, pertambangan tidak termasuk karena kelompok perempuan tidak terlibat dalam aktivitas menambang dompeng. Untuk memperjelas hasil dari kegiatan skoring dari tipe-tipe penggunaan lahan, maka akan ditampilkan pada Gambar 1. Gambar tersebut menunjukkan nilai rata-rata kepentingan dari setiap tipe lahan berdasarkan responden yang terdiri dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Mereka diminta untuk menilai semua kategori kegunaan tipe-tipe lahan tesebut secara keseluruhan. Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Nilai kepentingan secara keseluruhan dari berbagai tipe lahan nilai rata-rata dalam bentuk persen dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan di Desa Guo Batu. Pada Gambar 1 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa kebun merupakan tipe lahan terpenting untuk masyarakat di Desa Guo Batu dengan kelompok laki- laki yang menginginkan kebun dengan skor sebesar 56,68 dan kelompok perempuan yang menginginkan kebun dengan skor 50,45. Pada Gambar 2 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa kebun merupakan tipe lahan terpenting untuk masyarakat Desa Simanguntong dengan kelompok laki-laki yang menginginkan kebun dengan skor 62,5 dan kelompok perempuan yang menginginkan kebun dengan skor sebesar 49,5. Masyarakat desa dapat memanfaatkan hasil kebun yang didominasi kebun karet sebagai sumber penghasilan utama. Pada masyarakat Desa Guo Batu kelompok perempuan yang menginginkan sawit dengan skor sebesar 0,09 dan wisata dengan skor sebesar 9, namun kelompok laki-laki tidak menginginkan sawit dan wisata karena sebagian besar pada wilayah KPHP Mandailing Natal berada pada ketinggian 500 mdpl, kelompok laki-laki mengerti bahwa sawit tidak dapat tumbuh dengan Universitas Sumatera Utara optimal pada ketinggian 500 mdpl. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lubis 1992 yaitu kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara dan lintang selatan 12° pada ketinggian 0-500 m dari permukaan laut mdpl. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mmtahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Kebutuhan efektif akan curah hujan hanya 1300-1500 mm. Sedangkan data hasil Pebble Distribution MethodPDM berdasarkan kategori penggunaan lahan kelompok laki-laki dan perempuan di Desa Simanguntong dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Matrik tipe lahan berdasarkan kategori penggunaan lahan kelompok laki-laki di Desa Simanguntong Kategori penggunaan lahan Tipe lahan Se mua M ak an an O ba t- ob at an B a ha n ba ng una n P e r al at an P e r k ak as K ayu b ak ar A ny a ma n K e r a nj a ng H ias an ad at r it u al B e nda y a ng bi sa di jua l R ek rea si M as a d e p an T o ta l k e r ik il Kopi 2 10 12 24 Wisata 5 88 10 103 Pertambangan 5 40 13 20 78 Sawit 1 15 17 33 Kebun 80 5 80 45 100 100 100 100 18 60 688 Sawah 5 74 10 10 99 Aren 5 8 13 Palawija 3 16 20 24 63 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1100 Universitas Sumatera Utara Tabel 5. Matrik tipe lahan berdasarkan kategori penggunaan lahan kelompok perempuan di Desa Simanguntong Kategori penggunaan lahan Tipe lahan Se mua M ak an an O ba t- ob at an B a ha n ba ng una n P e r al at an P e r k ak as K ayu b ak ar A ny a ma n K e r a nj a ng H ias an ad at r it u al B e nda y a ng bi sa di jua l R ek rea si M as a d e p an T o ta l k e r ik il Ladang 5 12 20 30 30 20 45 20 182 Sawah 2 13 30 10 55 Kebun 40 45 50 100 70 70 40 55 45 30 545 Pertambangan 3 25 45 73 Sawit 45 5 40 30 120 Wisata 5 10 100 10 125 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1100 Dari tabel dapat dilihat bahwa kelompok laki-laki desa Simanguntong, kebun memiliki nilai kategori guna paling tinggi dengan total kerikil yaitu 688 kerikil, begitu juga dengan kelompok perempuan dengan jumlah kerikil 545 kerikil. Hal ini disebabkan karena masyarakat memandang kebun sebagai tempat untuk memenuhi semua kebutuhan dan mendapatkan semua keperluan. Sebagian besar masyarakat desa Simanguntong bergantung kepada kebun karet memandang kebun sebagai hal utama yang diprioritaskan selain sawah padi dan tambang emas dompeng. Masyarakat desa Simanguntong memandang kebun terutama karet sebagai mata pencaharian pokok karena minimnya Sumber Daya Manusia SDM yang menyebabkan masyarakat tidak mempunyai keahlian lain selain berkebun dan manambang emas dan berwirausaha seperti membuka kedai. Masyarakat Simanguntong juga menganggap kebun memiliki nilai masa depan baik secara sosial, ekonomi maupun lingkungan. Universitas Sumatera Utara Kemudian pada urutan kedua bagi kelompok laki laki dan perempuan adalah wisata, dilihat dari skor yang diberikan sebanyak 103 kerikil .Namun bagi kelompok perempuan ladang juga dianggap penting dengan 125 kerikil dan berada pada urutan ketiga. Hal ini disebabkan karena masyarakat di desa Simanguntong menganggap potensi wisata air terjun di wilayah tertentu memiliki potensi yang cukup menjanjikan dan menambah peluang tenaga kerja. Pada urutan ketiga bagi kelompok laki-laki adalah sawah, dilihat dari skor yang diberikan sebanyak 99 kerikil. Namun bagi kelompok perempuan ladang juga dianggap cukup penting dengan 55 kerikil, tetapi berada pada urutan keempat setelah pertambangan. Meskipun demikian, dari sawah diperoleh makanan pokok berupa padi yang dikonsumsi sendiri oleh masyarakat desa Simanguntong. Hal itu membuat ketergantungan masyarakat Simanguntong terhadap sawah cukup tinggi. Di urutan keempat, kelompok laki-laki menganggap pertambangan secara umum termasuk tipe lahan yang cukup penting bagi masyarakat dengan skor sebanyak 78 kerikil menempati urutan keempat, hal ini disebabkan profesi sampingan masyarakat laki-laki yaitu menambang dengan cara tradisional dan tidak mengacu kepada prosedur keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini sesuai dengan BPP 2009 yang menyatakan bahwa untuk pengembangan bahan galian industri dapat dilaksanakan dengan teknologi yang paling sederhana sampai dengan teknologi tinggi dengan resiko usaha yang relatif rendah. Pada umumnya usaha pertambangan bahan galian tersebut dikembangkan dengan teknologi tradisional dan sederhana yang kerapkali tidak diperhitungkan masalah keamanan teknik penambangannya maupun dampak lingkungannya. Namun pertambangan menempati urutan kelima dari kelompok perempuan dengan 73 kerikil. Hal ini Universitas Sumatera Utara desebabkan kelompok perempuan tidak terlibat langsung dalan kegiatan pertambangan di desa Simanguntong, karena kegiatan pertambangan hanya dilakukan oleh kelompok laki-laki. Sawit secara umum termasuk tipe lahan yang cukup penting bagi masyarakat dengan skor sebanyak 33 kerikil menempati urutan keenam dari kelompok laki-laki dan menempati urutan keempat dengan 120 kerikil dari kelompok perempuan. Masyarakat desa Simanguntong menganggap sebagian lahan di kawasan hutan khususnya wilayah tertentu memiliki potensi sawit yang cukup, hal ini disebabkan karena survey yang dilakukan oleh Bupati Mandailing Natal yang berencana untuk mengkonversi lahan di sekitar wilayah tertentu menjadi lahan sawit. Namun dilihat dari ketinggian, hanya sebagian wilayah tertentu saja yang dapat ditanami sawit. Hal ini karena sebagian besar kawasan wilayah tertentu memiliki ketinggian diatas 500 mdpl. Rangkuman tipe lahan berdasarkan kategori penggunaan : a. Makanan, kebutuhan bahan makanan lebih banyak diperoleh di sawah, ladang, palawija dan kebun. Sawah dijadikan tempat menanam dan berkebun padi, sementara palawija digunakan masyarakat untuk menanam jagung, tomat, timun, dan kacang panjang, kebun untuk menanam coklat untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat. Sementara masyarakat menganggap tempat wisata bukan merupakan tempat mencari makanan karena ada beberapa pantangan yang melarang. b. Obat-obatan, kebutuhan obat-obatan masyarakat berasal dari ladang dan kebun dan sawah. Dari sawah, masih diperoleh tumbuhan obat yaitu dari alang-alang yang tumbuh dari sawah yang mengering, alang-alang Universitas Sumatera Utara berguna sebagai obat panas dalam dan sariawan. Alasan kemudahan dan kepraktisan menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk menjadikan ladang dan kebun sebagai tempat mendapatkan obat-obatan, karena mereka memanfaatkan tanaman obat seperti daun, kunyit seiring dengan kegiatan berkebun dan berladang. c. Bahan bangunan, secara dominan didapatkan dari kebun, terutama kayu sebagai bahan utama dalam pembuatan gubuk atau pondok tempat istirahat dan rumah di desa Guo Batu yang didominasi oleh rumah panggung. Sedangkan pertambangan menjadi sumber bahan baku berupa pasir dan batu ketika akan membuat rumah semi permanen. Sementara dari sawit, masyarakat menganggap daunnya yang mengering berpotensi untuk dijadikan tepas sebagai atap rumah pengganti seng. d. Peralatan dan perkakas, masyarakat beranggapan bahwa bahan peralatan atau perkakas banyak diperoleh masyarakat dari ladang dan kebun dimanfaatkan dari kebun yaitu dari batang kayu karet yang dipakai untuk gagang cangkul , gagang parang, kursi, tongkat dan lesung padi. Sementara dari ladang masyarakat memanfaatkan sekam untuk dijadikan abu gosok sebagai pembersih alat-alat masak. e. Kayu Bakar, masyarakat beranggapan bahwa kayu bakar dapat diperoleh masyarakat dari kebun dan ladang. Dari kebun dapat diperoleh berbagai jenis kayu yang bisa dijadikan kayu bakar, dengan memanfaatkan ranting pohon dan pohon pohon yang telah mati atau tumbang. Sementara dari ladang masyarakat desa Simanguntong memanfaatkan jerami sebagai penyulut api. Universitas Sumatera Utara f. Anyaman atau tali-talian, bahan anyaman untuk tepas atau keranjang berupa rotan dan bambu banyak diperoleh dari kebun, ladang, dan sawit. g. Hiasan adat atau ritual, diperoleh dari kebun dan ladang. Hiasan adat untuk pernikahan menggunakan hiasan-hiasan yang berasal dari kebun. h. Benda yang bisa dijual, masyarakat menganggap benda yang bisa dijual paling besar berasal dari palawija dan kebun, getah karet merupakan produk utama yang dianggap masyarakat bersifat komersil selain durian, manggis dan rambutan. Sementara tanaman palawija seperti jagung, kacang panjang dan timun dianggap sebagai penghasilan tambahan mereka yang berprofesi sebagai petani. Kemudian pertambangan, seiring dengan profesi mayoritas laki-laki di desa Simanguntong mereka yang mayoritas menambang emas dompeng. Sementara dari sawit, masyarakat menganggap sawit mempunyai potensi yang cukup menghasilkan apabila dijadikan tanaman di wilayah tertentu. i. Rekreasi, masyarakat menganggap bahwa tempat rekreasi yang paling utama nantinya adalah tempat wisata, yang banyak diminati pengunjung dari luar desa atau kota apabila dikelola dengan baik. Kebun kopi juga dianggap masyarakat sebagai objek wisata yang cukup berpotensi. j. Masa depan, masyarakat memandang kebun, wisata, sawah, tambang dan ladang memiliki nilai masa depan yang tinggi dan menjanjikan. Terutama sawah dan perkebunan karet yang dianggap sebagai penghasilan utama oleh masyarakat desa Simanguntong. Dari kelompok laki-laki memandang wisata, kebun, sawah dan aktivitas tambang mereka mempunyai nilai masa depan yang cukup menjanjikan. Sedangkan bagi kelompok perempuan Universitas Sumatera Utara menilai hanya wisata, ladang, sawah dan kebun sebagai aspek yang memiliki masa depan, pertambangan tidak termasuk karena kelompok perempuan tidak terlibat dalam aktivitas menambang dompeng di desa Simanguntong, hanya kelompok laki-laki yang terlibat langsung dalam profesi pertambangan. Untuk memperjelas hasil dari kegiatan skoring dari tipe-tipe penggunaan lahan, maka akan ditampilkan pada Gambar 2. Gambar tersebut menunjukkan nilai rata-rata kepentingan dari setiap tipe lahan berdasarkan responden yang terdiri dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Mereka diminta untuk menilai semua kategori kegunaan tipe-tipe lahan tesebut secara keseluruhan. Gambar 2. Nilai kepentingan secara keseluruhan dari berbagai tipe lahan nilai rata-rata dalam bentuk persen dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan di Desa Simanguntong. Pada Gambar 2 masyarakat Desa Simanguntong kelompok perempuan yang menginginkan ladang dengan skor sebesar 16,5, namun kelompok laki-laki tidak menginginkan ladang. Sebaliknya kelompok laki-laki pada Desa Guo Batu menginginkan tambak ikan dengan skor sebesar 1, sungai dengan skor sebesar Universitas Sumatera Utara dan 4,6 dan air terjun dengan skor sebesar 7,4, namun kelompok perempuan tidak menginginkan tambak ikan, sungai dan air terjun. Kelompok laki-laki masyarakat Desa Simanguntong menginginkan kopi dengan skor sebesar 2,1, aren dengan skor sebesar dan 1,1 dan air palawija dengan skor sebesar 5,7, namun kelompok perempuan tidak menginginkan kopi, aren, dan palawija. Persepsi masyarakat yang ada di desa Guo Batu dan desa Simanguntong tidak begitu jauh berbeda. Karena latar belakang budaya yang sama dan jarak tempuh desa yang tidak terlalu jauh. Hal ini sesuai Sandi 2006 yang menyatakan bahwa faktor-faktor dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat, pendidikan, pendapatan, dan kapasitas indra. Sedangkan faktor dari luar diri individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu, dan latar belakang budaya. Perilaku itu sendiri merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Hasil Metode Distribusi Kerikil menunjukkan bahwa di desa Guo Batu terdapat 8 delapan tipe lahan berdasarkan kelompok laki-laki dan terdapat 7 tujuh tipe lahan berdasarkan kelompok perempuan, sementara di Desa Simanguntong terdapat 8 delapan tipe lahan berdasarkan kelompok laki-laki dan terdapat 6 enam tipe lahan berdasarkan kelompok perempuan yang diperbandingkan kepentingannya terhadap 11 sebelas kategori kegunaan. Kebun merupakan tipe lahan tertinggi dari kedua desa tersebut dengan persentase 56,8 untuk kelompok laki-laki dan 50,45 untuk kelompok perempuan di Desa Guo Batu, sementara di Desa Simanguntong kebun memiliki persentase 62,5 untuk kelompok laki-laki dan 49,5 untuk kelompok perempuan. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil analisis kuisioner yang menunjukkan bahwa masyarakat Universitas Sumatera Utara Guo Batu dan Simanguntong juga memilih kebun sebagai lahan yang paling banyak dipilih untuk diterapkan dalam wilayah tertentu. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut : Gambar 3. Perbedaan persepsi masyarakat Desa Guo Batu dan Desa Simanguntongterhadap lahan yang cocok diterapkan dalam wilayah tertentu KPHP Mandailing Natal. Analisis kuisioner menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsimasyarakat Desa Guo Batu dan Desa Simanguntong terhadap lahan yang cocok diterapkan dalam wilayah tertentu KPHP Mandailing Natal.Pada Desa Guo Batu terdapat 6,7 responden yang memilih sawit sebagai lahan yang cocok diterapkan dalam wilayah tertentu, sawah 3,3, perkebunan 65 dan lahan pertanian 25. Sementara pada Desa Simanguntong terdapat 33,3 responden yang memilih sawit sebagai lahan yang cocok diterapkan dalam wilayah tertentu, perkebunan 53,3 dan lahan pertanian 13,3. Hal ini juga membuktikan bahwa menurut persepsi masyarakat zona wilayah tertentu lebih cocok sebagai hutan produksi dibandingkan hutan lindung atau konservasi. Hal ini dapat dilihat pada grafik hasil analisis kuisioner berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 4. Perbedaan persepsi masyarakat Desa Guo Batu dan Desa Simanguntongterhadapjenis hutan yang cocok diterapkan dalam wilayah tertentu KPHP Mandailing Natal. Dari gambar dapat dilihat bahwa pada Desa Guo Batu terdapat 85,00 responden yang memilih hutan produksi sebagai jenis hutan yang cocok diterapkan dalam wilayah tertentu, hutan lindung 15,00, hutan alam dan konservasi 0. Sementara pada Desa Simanguntong terdapat 76,70 responden yang memilih hutan produksi sebagai jenis hutan yang cocok diterapkan dalam wilayah tertentu, hutan lindung 11,70, hutan alam dan konservasi 0 . Maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan persepsi masyarakat, hutan produksi merupakan jenis hutan yang cocok diterapkan dalam wilayah. Universitas Sumatera Utara Data Wilayah Tertentu KPHP Mandailing Natal Metode ground checkyang dilakukan adalah dengan trackingsepanjang 100m dengan membagi 10 m setiap plot, sehingga didapat 10 plot sebagai berikut. Gambar 5. Layout Peta Lokasi Wilayah Tertentu Gambar 6. Layout metode ground check skala 1 : 100.000 Universitas Sumatera Utara Gambar 7. Layout metode ground check skala 1 : 10.000 Tabel 6. Data Hasil Metode Ground Check No. Plot Nama Spesies Jumlah Ketinggian mdpl Koordinat Plot 1 Rotan Cacing Calamus melanoloma 11 533 N 00°4501.5 Rotan Jernang Besar Daemonorops draco 16 E 099°1855.1 Meranti Merah Shorea leprosula 13 Meranti Kuning Shorea macroptera 10 Plot 2 Rotan Cacing Calamus melanoloma 3 541 N 00°4502.3 Rotan Jernang Besar Daemonorops draco 2 E 099°1855.2 Meranti Merah Shorea leprosula 7 Meranti Kuning Shorea macroptera 12 Plot 3 Pasak bumi Eurycoma longifolia 1 548 N 00°4502.6 Meranti Merah Shorea leprosula 11 E 099°1855.2 Plot 4 Rotan Jernang Besar Daemonorops draco 3 557 N 00°4503.4 Meranti Merah Shorea leprosula 5 E 099°1855.2 Meranti Kuning Shorea macroptera 4 Plot 5 Meranti Merah Shorea leprosula 9 566 N 00°4504.1 E 099°1855.4 Plot 6 Meranti Merah Shorea leprosula 9 573 N 00°4505.2 Meranti Kuning Shorea macroptera 7 E 099°1855.8 Plot 7 Meranti Merah Shorea leprosula 11 589 N 00°4506.1 E 099°1856.0 Plot 8 Meranti Merah Shorea leprosula 15 599 N 00°4507.0 Meranti Kuning Shorea macroptera 8 E 099°1856.1 Plot 9 Meranti Merah Shorea leprosula 18 610 N 00°4507.4 E 099°1856.5 Plot10 Meranti Merah Shorea leprosula 13 617 N 00°4508.1 E 099°1856.3 Universitas Sumatera Utara Tabel 7. Data Hasil Analisis Kerapatan dan Frekuensi Metode Ground Check No Nama Species Jumlah Jumlah Plot K KR F FR 1 Rotan Cacing Calamus melanoloma 14 2 0.14 7.44 0.2 9.52 2 Rotan Jernang Besar Daemonorops draco 21 3 0.21 11.17 0.3 14.28 3 Meranti Merah Shorea leprosula 111 10 1.11 59.04 1 47.61 4 Meranti Kuning Shorea macroptera 41 5 0.41 21.8 0.5 23.8 5 Pasak bumi Eurycoma longifolia 1 1 0.01 0.53 0.1 4.76 Total 188 21 1.88 100 2.1 100 Dari tabel dapat dilihat bahwa tanaman yang mendominasi di wilayah tertentu KPHP Mandailing Natal adalah jenis meranti yaitu meranti merah Shorea leprosula dengan frekuensi relatif FR 47,61 dan meranti kuning Shorea macroptera dengan frekuensi relatif FR 23,8. Sementara pasak bumi Eurycoma longifolia dan rotan cacingCalamus melanoloma memiliki frekuensi relatif FR paling rendah yaitu 4,76 untuk pasak bumi dan 9,52 untuk rotan cacing. Rata-rata ketinggian zona wilayah tertentu memiliki ketinggian 600 mdpl. Hal ini sesuai dengan Al Rasyid, dkk 1991 yang menyatakan bahwa sebagian besar jenis-jenis Dipterocarpaceae tumbuh baik pada ketinggian 0-800 mdpl dengan musim kemarau yang pendek dan pada ketinggian diatas 800 mdpl sangat sedikit jumlahnya. Hal ini sesuai dengan hasil kuisioner yang membuktikan bahwa berdasarkan persepsi masyarakat meranti merupakan potensi paling menjanjikan di wilayah tertentu KPHP Mandailing Natal. Hal ini dapat dilihat pada diagram hasil kuisioner berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 8. Perbedaan persepsi masyarakat Desa Guo Batu dan Desa Simanguntongterhadap potensi tertinggi yang terdapat dalam wilayah tertentu KPHP Mandailing Natal. Dari gambar dapat dilihat bahwa pada Desa Guo Batu terdapat 26,70 responden yang memilih rotan sebagai potensi tertinggi dalam wilayah tertentu, meranti 58,30, dan tambang emas 15. Sementara pada Desa Simanguntong terdapat 26,70 responden yang memilih rotan sebagai potensi tertinggi dalam wilayah tertentu, meranti 36,70, dan tambang emas 36,70. Maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan persepsi masyarakat meranti merupakan potensi tertinggi yang terdapat dalam wilayah tertentu. Pada wilayah tertentu juga terdapat beberapa jenis tanaman rotan yaitu rotan cacing Calamus melanolomadan rotan jernang besar Daemonorops draco. Namun semakin tinggi plot yang di survey keberadaan rotan semakin jarang ditemukan. Hal ini sesuai dengan Januminro 2000 yang menyatakan bahwa rotan merupakan tumbuhan khas tropika, terutama tumbuh di kawasan hutan tropika basah yang heterogen. Tempat tumbuh rotan pada umumnya di daerah tanah berawa, tanah kering, hingga tanah pegunungan. Tingkat ketinggian tempat untuk tanaman rotan dapat mencapai 2900m di atas permukaan laut. Semakin tinggi tempat tumbuh semakin jarang dijumpai jenis rotan. Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Persepsi masyarakat berdasarkan metode distribusi kerikil dan metode kuisioner mengenai tipe-tipe penggunaan lahan yang memiliki nilai tertinggi di Desa Guo Batu dan Desa Simanguntong adalah kebun untuk kelompok laki-laki maupun kelompok perempuan. 2. Potensi tertinggi yang terdapat pada wilayah tertentu KPHP Mandailing Natal berdasarkan metode Ground Check adalah jenis meranti yaitu meranti merah Shorea leprosula dengan frekuensi relatif 47,61 dan meranti kuning Shorea macroptera dengan frekuensi relatif 23,8, hal ini sesuai dengan persepsi masyarakat berdasarkan kuisioner yang menyatakan meranti merupakan potensi tertinggi dengan persentase 58,30 untuk Desa Guo Batu dan 36,70 untuk Desa Simanguntong. Saran Perlu dilakukan penyuluhan secara berkesinambungan terhadap masyarakat tentang KPHP Mandailing Natal karena masyarakat sebagian masyarakat belum mengenal tentang KPHP Mandailing Natal, serta perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang strategi pemanfaatan wilayah tertentu KPHP Mandailing Natal. Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S.2006. Prosedur Penelitian. Edisi IV. Penerbit Rineke Cipta. Jakarta. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air, IPB Press, Bogor. Arsyad S.2006. Konversi Tanah dan Air.Bogor.IPB Press. As-syakur, A.R., I.W. Suarna, I.W.S. Adnyana, I.W. Rusna, I.A.A. Laksmiwati, dan I.W. Diara. 2010. “Studi Perubahan Penggunaan Lahan Di DAS Badung”. Jurnal Bumi Lestari, 102. pp. 200-207. CIFOR, 2012, Peliputan tentang MLA. CIFOR Press. Bogor. Erida G. 1999, Persepsi Masyarakat Setempat Terhadap Kelestarian Hutan di Kawasan Pesisir Kabupaten Aceh Timur, Thesis Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Keputusan Menteri Kehutanan No. 230Kpts-II 2003 Tentang : Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi. Liswanti.L dan Manuel B. 2006. Keanekaragaman Hayati Menurut Masyarakat Membrano. CIFOR, Bogor.Jurnal Tropika. 10:1. Peraturan Direktorat Jendral No. 5 Tahun 2012 tentang : Tata Hutan. Peraturan Menteri Kehutanan No : P.47MENHUT-II2013 tentang Pedoman, Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang : Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan. Prahasta, E. 2004. Sistem Informasi Geografis Tutorial Arc View. Penerbit Informatika Bandung. Bandung. Rahmina H., Yanti Sofia, Edy Marbyanto, Ali Mustofa. 2011. Tata Cara dan Prosedur Pengembangan Program Pengelolaan Hutan BerbasisMasyarakatdalam Kerangka Undang-Undang No. 41 Tahun 1999. Buku saku PHBM. Sandi R. 2006. Persepsi Masyarakat Sekitar Hutan Tentang Keberdaan HPHHTI Toba Pulp Lestari di Desa Aek Raja, Kecamatan Parmonangan, Kabupaten Tapanuli Utara. Skripsi Program Sarjana Kehutanan – USU Medan. Universitas Sumatera Utara Sheil, D., R. Puri, I. Basuki, M. van Heist, M. Wan, N. Liswanti, Rukmiyati, M.A.Sardjono, I. Samsoedin, K. Sidiyasa, Chrisandini, E. Permana, M.A. Angi, F.Gatzweiler, B. Johnson, and A. Wijaya, 2002. Exploring Biological Diversity,Environment and Local People’s Perspectives in Forest Landscapes. Center forInternational Forestry Research, Ministry of Forestry and International TropicalTimber Organization, Bogor, Indonesia. Subagyo, P. J. 2005. Hukum Lingkungan - Masalah dan Penanggulangannya. Rineka Cipta. Jakarta. Sitorus, S. 2001. Dampak Perusahaan Terhadap Hasil Hutan dan Masyarakat Disekitarnya. Forest Product and People Programme Center for International Forestry Research. Bogor. Supriadi dan Z. Nasution. Sistim Informasi Geografis. 2007. USU Press. Thoha M. 1998. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Raja Grafindo. Persada. Jakarta. Undang Undang No.41 tahun1999 tentang : Kehutanan. Verburg, P.H., and A. Veldkamp. 2001. The role of spatially explicit models in land-use changeresearch: a case study for cropping patterns in China. Agriculture, Ecosystems andEnvironment, 85. pp. 177-190. Wahyunto, M.Z. Abidin, A. Priyono, dan Sunaryo. 2001. “Studi Perubahan Penggunaan Lahan Di Sub DAS Citarik, Jawa Barat dan DAS Kaligarang, Jawa Tengah”. Prosiding SeminarNasional Multifungsi Lahan Sawah. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Wiboeo, I. 1988. Psikologi Sosial. Universitas Terbuku. Penerbit Karunia. Jakarta. Wolf, paul R and Ghilani, Charles D. 2002. Elementary Surveying : An Introduction to Geomatics. Prentice Hall. New Jersey. Wu, X., Z. Shen, R. Liu, and X. Ding .2008. “Land UseCover Dynamics in Response to Changes in Environmental and Socio-Political Forces in the Upper Reaches of the Yangtze River, China”. Sensors, 8. pp. 8104-8122. Zakaria, Y. 1994. Hutan dan Kesejahteraan Masyarakat. WALHI. Jakarta. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Karakteristik Responden Desa Guo Batu No Nama Jenis Kelamin Suku Pendidikan Terakhir Pekerjaan Umur 1 Anwar Bey Laki-laki Mandailing S1 Petani, Kepala Desa 62 2 M. Dahrun Laki-laki Mandailing SD Petani 35 3 Hendri Laki-laki Mandailing SD Petani 42 4 Nurmawan Laki-laki Mandailing SD Petani 33 5 Nurdiani Perempuan Mandailing SMP Petani 43 6 Tamrin Laki-laki Mandailing SMA Petani 37 7 Lokot Laki-laki Mandailing SD Petani 54 8 Tukut Laki-laki Mandailing SMA Petani 32 9 Amran Laki-laki Mandailing SMP Petani 41 10 Amsar Laki-laki Mandailing SMP Petani 42 11 Sari Tawon Laki-Laki Mandaiing SD Petani 31 12 Juniadi Laki-laki Mandailing SD Petani 40 13 M. Iskandar Laki-laki Mandailing SD Petani 26 14 Rosidah Perempuan Mandailing SD Petani 38 15 Aspan Laki-laki Mandailing SD Petani 33 16 Sulpan Laki-laki Mandailing SMA Petani 29 17 Apner Laki-laki Mandailing SMP Petani 51 18 Eddi Syahbana Laki-laki Mandailing SMP Petani 47 19 Saparuddin Laki-laki Mandailing SMA Petani 33 20 Rahmat Laki-laki Mandailing SD Petani 50 21 Riskiah Laki-laki Mandailing SMP Petani 38 22 Imran Laki-laki Mandailing SMA Petani 42 23 Edia Fikri Laki-laki Mandailing SD Petani 53 24 Dollah Laki-laki Mandailing SD Petani 42 25 Wildan Laki-laki Mandailing SMA Petani 26 26 Ramlan Laki-laki Mandailing SMP Petani 52 27 Ali Sukur Laki-laki Mandailing SMP Petani 36 28 Sarbe Laki-laki Mandailing SMA Petani 43 29 Mirhan Laki-laki Mandailing SD Petani 39 30 Eddi Junaedi Laki-laki Mandailing SMA Petani 41 Universitas Sumatera Utara 31 Imsar Laki-laki Mandailing SMA Petani 43 32 Fajar Laki-laki Mandailing SMP Petani 38 33 Ali Basar Laki-laki Mandailing SD Petani 45 34 Syahdan Laki-laki Mandailing SD Petani 40 35 Asnawi Laki-laki Mandailing SMA Petani 47 36 Faridah Perempuan Mandailing SMA Petani 42 37 Ali Imron Laki-laki Mandailing SMP Petani 49 38 Afnan Laki-laki Mandailing SD Petani 37 39 Sakiruddin Laki-laki Mndailing SD Petani 42 40 Muhiddin Laki-laki Mandailing SMA Petani 33 41 Rambe Laki-laki Mandailing SMA Petani 42 42 Anto Laki-laki Mandailing SMP Petani 44 43 Misran Laki-laki Mandailing SMA Petani 31 44 Miswar Laki-laki Mandailing SD Petani 43 45 Doarni Laki-laki Mandailing SD Petani 46 46 Nainggolan Laki-laki Mandailing SD Petani 48 47 Sahyuddin Laki-laki Mandailing SMA Petani 46 48 Khoirul Laki-laki Mandailing SMA Petani 36 49 Nur Habibah Perempuan Mandailing SMP Petani 32 50 Eri Kuswadi Laki-laki Mandailing SD Petani 39 51 Nikmat Laki-laki Mandailing SD Petani 37 52 Jon Amora Laki-laki Mandailing SMA Petani 51 53 Lubis Laki-laki Mandailing SMA Petani 41 54 M. Siddiq Laki-laki Mandailing SMP Petani 49 55 Kasran Laki-laki Mandailing SD Petani 35 56 Kasron Laki-laki Mandailing SD Petani 47 57 Ardi Laki-laki Mandailing SD Petani 41 58 Erwin Laki-laki Mandailing SMP Petani 53 59 Faisal Laki-laki Mandailing SMA Petani 30 60 Berlin Perempuan Mandailing SMP Petani 33 Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Karakteristik Responden Desa Simanguntong No Nama Jenis Kelamin Suku Pendidikan Pekerjaan Umur 1 Tamba Tua Batubara Laki-laki Mandailing SMA Kepala Desa,Petani 57 2 Masril Laki-laki Mandailing SD Petani 43 3 Nisfaruddin Nasution Laki-laki Mandailing SD Petani 45 4 Minsaruddin Lubis Laki-laki Mandailing SMP Petani 38 5 Mahlil Batubara Laki-laki Mandailing SMA Petani 32 6 Kholil Nasution Laki-laki Mandailing SMA Petani 35 7 Burhanuddin Nasution Laki-laki Mandailing SMP Petani 39 8 Anwar Sanusi Nasution Laki-laki Mandailing SMP Petani 37 9 Kaliasan Batubara Laki-laki Mandailing SD Petani 48 10 Parlin Batubara Laki-laki Mandailing SMP Petani 41 11 Zulfahri Nasution Laki-laki Mandailing SD Petani 52 12 Basaruddin Nasution Laki-laki Mandailing SD Petani 49 13 Marahdoli Lubis Laki-laki Mandailing SMA Petani 31 14 Safril Nasution Laki-laki Mandailing SD Petani 54 15 Zulhamdi Nasution Laki-laki Mandailing SMP Petani 43 16 Kholidin Nasution Laki-laki Mandailing SMP Petani 41 17 Bisman Batubara Laki-laki Mandailing SD Petani 48 18 Ramlan Laki-laki Mandailing SD Petani 51 19 Samsuddin Nasution Laki-laki Mandailing SMA Petani 37 20 Irwan Nasution Laki-laki Mandailing SMP Petani 47 Universitas Sumatera Utara 21 Anoli Siregar Laki-laki Mandailing SMA Petani 45 22 Mukhlis Batubara Laki-laki Mandailing SMA Petani 49 23 Taufik Nasution Laki-laki Mandailing SD Petani 53 24 Mustami Lubis Laki-laki Mandailing SD Petani 46 25 Zulkarnain Nasution Laki-laki Mandailing SMP Petani 45 26 Irsan Hasibuan Laki-laki Mandailing SMP Petani 38 27 Syahrin Nasution Laki-laki Mandailing SD Petani 47 28 Bahluddin Nasution Laki-laki Mandailing SD Petani 48 29 Syabban Nasution Laki-laki Mandailing SMP Petani 50 30 Samuel Hasibuan Laki-laki Mandailing SD Petani 54 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian dengan Metode Ground Check Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian di Desa Guo Batu Pemberian skor bersama kelompok laki-lakiPemberian skor bersama kelompok perempuan Kegiatan wawancara bersama masyarakat Kegiatan wawancara bersama Kepala Desa Kegiatan penandaan lokasi khusus Universitas Sumatera Utara Dokumentasi Sumber Daya Alam di Desa Guo Batu Pembuatan atap rumah dari daun aren Pembuatan atap rumah dari daun aren Pembuatan gula merah dari aren Pembuatan gula merah dari aren Penjemuran biji pinang Penjemuran biji pinang Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian di Desa Simanguntong Pemberian skor bersama kelompok laki-laki Pemberian skor bersama kelompok perempuan Kegiatan wawancara bersama Kepala Desa Kegiatan wawancara bersama masyarakat Kegiatan penandaan lokasi khusus Universitas Sumatera Utara Lampiran 5. Data Deskripsi Lokasi Khusus Desa Guo Batu No. Nama Lokasi Khusus Way Points GPS Deskripsi Lokasi Gambar 1. Balai Desa N 00°4405.5 E 99°1915.3 Tempat perte- muan dan rapat desa serta musyawarah bersama masyarakat desa. 2. Poskamling N 00°4401.6 E 99°1918.5 Tempat masya- rakat ber- kumpul untuk melaksanakan tugas ronda malam. 3. Masjid N 00°4405.2 E 99°1915.6 Tempat ber- ibadah masya- rakat desa Guo Batu yang beragama Islam. 4. Surau N 00°4405.0 E 99°1916.4 Terletak di depan masjid sebagai tempat beribadah khusus untuk masyarakat perempuan. 5. Pos Kesehatan Desa N 00°4401.6 E 99°1918.5 Tempat pengo- batan masya- rakat Guo Batu. Universitas Sumatera Utara 6. Sungai N 00°4407.6 E 99°1913.3 Sumber air yang digunakan untuk meme- nuhi kebutuhan sehari- hari. 7. Sawah N 00°4414.2 E 99°1904.8 Tempat masya- rakat bercocok tanam untuk kebutuhan sehari- hari maupun yang dijual. 8. Jalan N 00°4403.5 E 99°1917.6 Akses keluar masuk masya- rakat Desa Guo Batu. 9. Kebun Cokelat N 00°4414.6 E 99°1904.7 Tempat masya rakat menanam cokelat sebagai mata penca- harian untuk memenuhi ke- butuhan sehari- hari.yang dijual. Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Data Deskripsi Lokasi Khusus Desa Simanguntong No. Nama Lokasi Khusus Way Points GPS Deskripsi Lokasi Gambar 1. Balai Desa N 00°4144.1 E 99°2030.7 Terletak persis di tengah-tengah desa sebagai tempat pertemuan dan rapat desa serta musyawarah bersama masya- rakat desa 2. Mesjid N 00°4143.8 E 99°2029.2 Tempat ber- ibadah masya- rakat desa Simanguntong. 3. SDN 279 N 00°4143.5 E 99°2031.3 Tempat anak anak masyarakat desa Sima - nguntong mem- peroleh pendidi- kan 4. Pos Pelayanan Terpadu N 00°4143.5 E 99°2029.3 Tempat pengobatan masyarakat Desa Simanguntong. 5. Jalan N 00°4148.7 E 99°2025.4 Akses keluar masuk masyarakat Desa Simanguntong. Universitas Sumatera Utara 6. Sungai N 00°4148.9 E 99°2029.5 Sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebu- tuhan sehari-hari. 7. Jembatan N 00°4149.0 E 99°2029.1 Terletak diatas sungai sebagai akses jalan dan penghubung jalan antar Desa Simanguntong. 8. Tambang Emas N 00°4148.8 E 99°2027.1 Terletak di pinggir sungai sebagai tempat masyarakat mendulang emas. 9. Sawah N 00°4148.8 E 99°2026.4 Terletak di sebelah tambang emas sebagai tempat masya- rakat bercocok tanam untuk kebutuhan sehari- hari maupun yang dijual. Universitas Sumatera Utara Lampiran 7. Kuisioner Penelitian Lembar Data: PDM Petunjuk: 1. Diantara tipe-tipe lahan berikut mana yang lebih penting menurut bapakibu? Dengan jumlah kerikil 100 terhadap kartu-kartu yang telah disediakan? 2. Untuk setiap kategori guna berikut makanan, obat-obatan,…masa depan, tipe lahan mana yang paling penting menurut bapakibu? Silahkan bagikan 100 kerikil yang telah disediakan ke dalam kartu-kartu berdasarkan nilai kepentingan dari kategori gunanya Kategori penggunaan lahan Tipe lahan Se mua M ak an an O ba t- ob at an B a ha n ba ng una n P e r al at an P e r k ak as K ayu b ak ar A ny a ma n K e r a nj a ng H ias an ad at r it u al B e nda y a ng bi sa di jua l R ek rea si M as a d e p an T o ta l k e r ik il Total Universitas Sumatera Utara KEADAAN UMUM BIOFISIK DESA 1. Luas : 2. Letak Desa : a. Di luar hutankebun b. di dalam hutankebun c. di dalam enclave d. di............ 3. Batas Desa a. Batas Utara : b. Batas Selatan : c. Batas Barat : d. Batas Timur : 4. Ketinggian : 5. Jenis Tanah : mdpl 6. Curah Hujan : mmtahun 7. Bentang Alam : Pengenalan tempat Dusun Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi Universitas Sumatera Utara IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : 2. Umur : Tahun 3. Jenis Kelamin : 4. Agama : 5. Suku : 6. Pendidikan Terakhir : 7. Lama Menetap : Tahun 8. Pekerjaan Utama : 9. Pekerjaan Tambahan : 10. Penghasilan Per bulan : Rp. 11. Berapa Jumlah anggota keluarga anda termasuk anda?.....orang 12. Berapa jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan ? Anak :..... Istri :....... Indikator Kesejahteraan Keterangan lingkaran jawaban Kepemilikan Rumah a. Milik b. menumpang Dinding Rumah a. Tembok b. Semi permanen b. Papan c. geribik Lantai Rumah a. Tanah b. Semen c. keramik Perabotan elektronik a. Televisi b. Kulkas c. DVDVCD player d. Kipas angin e. Telepon seluler f. Rice cooker Kendaraan a. Tidak punya b. Motor c. Mobil Jumlah anak masuk sekolah a. SD b. SMP b. SMASTMSMK d. kuliah Universitas Sumatera Utara DAFTAR PERTANYAAN 1. Sejak tahun berapa saudara tinggal di desa ini ? a. 1961 b. 1961-1970 c. 1981-1990 d. 1991-2000 2. Apakah kakek nenek saudara berasal dari desa ini? a. Ya b. Tidak 3. Apakah alasan saudara memilih tempat ini sebagai tempat tinggal? a. Sudah turun temurun b. Terdapat peluang besar untuk berusahabekerja 4. Apa status kepemilikan rumah dan tanah yang saudara tempati sekarang? a. Tanah milik c. Tanah waris b. Tanah negara d. Tanah adatulayat 5. Apakah saudara mengetahui jenis macam-macam tumbuhan dan hewan yang disekitar lingkungan saudara? a. Tahu b. Tidak Tahu 6. Apakah fungsi dari tumbuh-tumbuhan bagi kehidupan saudara? a. Konsumsi b. Obat-Obatan c. Anyaman Keranjang Kerajinan 7. Apakah fungsi dari hewan di desa ini bagi kehidupan saudara? a. Konsumsi b. Berburu 8. Apakah ada pantangan untuk menebang dari hutan? a. Ya b. Tidak 9. Apa saja jenis hasil hutan yang saudara manfaatkan? a. Kayu e. Rotan b. Getah f. Tumbuhan Obat c. Kulit Kayu g. Satwa Liar d. Buah-buahan 10. Apakah ada aturan setiap ingin masuk hutan harus melaporijin pada pemerintahan desa? a. Ada b. Tidak 11. Apakah anda memiliki lahan pertanian yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan dikelola KPH? a. Ya b. Tidak 12. Alat pertanianpemanenan apakah yang anda gunakan? tradisionalmodern? a. Tradisional b. Modern c. Tidak bertanimemanen Universitas Sumatera Utara 13. Apakah ada alatperlengkapan rumah tangga, pertanian, berburu yang terbuat dari hasil hutan? a. Ada b. Tidak 14. Apakah bahan untuk perlengkapan tersebut langsung diambil dari hutan? a. Ya b. Tidak 15. Apakah saudarai mengetahui fungsi KPH? a. Ya b. Kurang Mengetahui c. Tidak tahu 16. Pengetahuan tentang KPH, pertama kali tahu dari siapa? a. Keluarga b. Tetangga c. Media 17. Apakah saudarai mengetahui wilayah tertentu KPH? a. Ya b. Kurang c. Tidak Tahu 18. Apakah saudarai menganggap potensi yang ada di Wilayah Tertentu KPH menjanjikan? a. Ya b. Kurang Menjanjikan c. Tidak 19. Menurut saudara, izin usaha apa yang cocok diterapkan dalam wilayah tertentu KPH? a. HPH b. HTI c. Perkebunan d. Pertambangan 20. Menurut saudara, apakah potensi yang tertinggi dalam wilayah tertentu KPH? a. Rotan b. Meranti c. Tambang Emas 21. Menurut saudara, jenis lahan apakah yang cocok diterapkan dalam wilayah tertentu KPH? a. Sawit b. Sawah c. Perkebunan d. Lahan Pertanian 22. Apakah menurut saudara, fungsi KPH sudah diterapkan sesuai dengan pengelolaan hutan lestari? a. Ya b. Tidak Tahu c. Tidak 23. Menurut saudara, jenis hutan apakah yang cocok diterapkan dalam wilayah tertentu KPH? a. Hutan Alam Universitas Sumatera Utara b. Hutan Lindung c. Hutan Produksi d. Hutan Konservasi 24. Apakah anda pernah mengikuti kegiatan yang diselenggarakan KPH? a. Ya b. Tidak Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Hasil Analisis Kuisioner Menggunakan SPSS

1. Desa Guo Batu