tertentu dan tujuannya, dan berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tersebut. Robbins memandang komitmen terhadap organisasi merupakan
sebuah sikap kerja. Karena ia merefleksikan perasaan seseorang suka atau tidak suka di dalam organisasi dimana mereka bekerja. Robbins
mendefinisikannya sebagai suatu orientasi individu terhadap organisasi yang mencakup loyalitas, identifikasi dan keterlibatan. Adapun Luthans 1998: 148
mendefinisikan komitmen organisasional sebagai sikap yang berkaitan dengan loyalitas pekerjaan terhadap organisasi dan merupakan proses yang
berkelanjutan pada anggota organisasi untuk mengungkapkan perhatiannya pada organisasi dan hal tersebut berlanjut pada kesesuaian dan kesejahteraan.
Menurut Porter et al. dalam Elci et al. 2007, komitmen organisasional dapat didefinisikan sebagai :
a. Sebuah kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai- nilai organisasi
b. Sebuah keinginan untuk mengeluarkan segenap usaha bagi kemajuan perusahaan
c. Sebuah keinginan yang kuat untuk tetap menjadi bagian dari organisasi
1. Jenis-jenis Komitmen Organisasional
Menurut Meyer dan Allen dalam Aube, 2007, komitmen dilihat organisasional dari komponennya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Komitmen afektif Merupakan wujud dari afeksi kasih sayang terhadap organisasi,
menunjukkan tingkat keinginan yang kuat untuk diidentifikasikan dengan organisasi secara khusus. Meliputi keterikatan emosional,
identifikasi dan keterlibatan karyawan pada suatu organisasi. Dalam komitmen ini, perasaan ikut memiliki perusahaan pada diri karyawan
sangat tinggi. Secara emosional karyawan merasa sebagai bagian dari perusahaan dan sangat senang bekerja pada perusahaan tersebut.
b. Komitmen berkelanjutan Merupakan hasil dari suatu keputusan untuk tetap bekerja dalam
organisasi karena personal investment keuntungan pensiun, senioritas
dan sebagainya sebagai hasil yang diperoleh selama bekerja bertahun- tahun dalam organisasi.
c. Komitmen normatif Merefleksikan nilai kesetiaan individu secara umum sebagai hasil dari
sosialisasi utama dalam suatu kebudayaan yang ditegaskan oleh kesetiaan pada perusahaan, termasuk pekerjaan-pekerjaan dalam
organisasi. Pada komitmen ini, karyawan merasa berkewajiban untuk tetap tinggal dalam organisasi, meskipun kesempatan untuk
memperoleh pekerjaan yang lebih baik tersedia di mana-mana. Karyawan dengan komitmen normatif mungkin akan terikat untuk
bekerja dalam organisasi untuk waktu yang sangat lama
2. Konsekuensi Komitmen Organisasional
Menurut Luthans 1998 hasil dari komitmen organisasional adalah kinerja, absensi dan turnover. Pengaruh komimen organisasional terhadap
kinerja, absensi dan turnover dapat terjadi dikarenakan individu dengan komitmen organisasional yang tinggi akan menunjukkan sikap yang positif
terhadap organisasi, memberikan apa yang terbik yang dimiliki, mau berkorban dan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap organisasi serta
mempunyai keinginan untuk tetap bertahan di dalam organisasi. Ini berarti individu dengan tingkat komimen organisasional yang tinggi selalu
berusaha untuk menunjukkan prestasi yang lebih baik kinerja tinggi, disiplin kerja yang tinggi tingkat absensi rendah dan menghilangkan
keinginan untuk keluar dari organisasi tingkat turnover rendah. Sebaliknya individu yang memiliki komimen organisasional yang rendah
cenderung menunjukkan sikap acuh tak acuh dan tidak bertanggungjawab terhadap penyelesaian pekerjaan kinerja rendah, sering mangkir tingkat
absensi tinggi dan berkeinginan untuk keluar dari organisasi Astuty, 2004.
E. Organizational Citizenship Behavior OCB