Pengaruh Religiusitas Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Guru Muslim

(1)

PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

(OCB) PADA GURU MUSLIM

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

OLEH

ARIEF TRI PRABOWO

101301118

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2013/2014


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Pengaruh Religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Guru Muslim

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 14 Juli 2014

Arief Tri Prabowo 101301118


(3)

Pengaruh Religiusitas Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Guru Muslim

Arief Tri Prabowo dan Ferry Novliadi ABSTRAK

Organizational Citizenship Behavior (OCB) dapat ditingkatkan apabila religiusitas guru tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Sampel penelitian ini adalah guru yang beragama Islam, mengajar disekolah berlandaskan Islam, dan telah bekerja minimal 2 tahun dengan sampel penelitian berjumlah 168 guru. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Alat Ukur yang digunakan berupa skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) berdasarkan teori yang dikemukakan Organ, Padzakoff, Mackenzie (2006) dan skala religiusitas berdasarkan teori yang dikemukakan Fetzer (1999). Hasil analisa data penelitian dengan menggunakan metode regresi sederhana. Hasil penelitian ini diperoleh adanya pengaruh positif religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) (R2 = 0,182, p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa religiusitas berkonstribusi dalam meningkatkan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim.

Kata Kunci : Religiusitas, Organizational Citizenship Behavior (OCB), Guru Muslim


(4)

The Impact of Religiosity Toward Organizational Citizenship Behavior (OCB) Among Moeslem Teachers

Arief Tri Prabowo and Ferry Novliadi ABSTRACT

Organizational Citizenship Behavior (OCB) can be increased if those teachers have high rate of religiosity. This study aims to determine the impact of religiosity toward Organizational Citizenship Behavior (OCB). The subject was Moeslem teacher who teach at Islamic school and have length of service at least 2 years. The subject were 168 teacher and took by purposive sampling. Data were collected through by Organizational Citizenship Behavior (OCB) scale based on the theory from Organ, Padzakoff, Mackenzie (2006) and religiosity scale based on theory by Fetzer (1999). The results of statistically analysis using simple regression showed that there was a positive influence of religiosity toward Organizational Citizenship Behavior (OCB) (R2 = 0.182, p <0.05). These results indicate that religiosity contributed to increasing of Organizational Citizenship Behavior (OCB) among Moeslem teachers.

Keywords: Religiosity, Organizational Citizenship Behavior (OCB), Moeslem Teacher


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas nikmat yang Allah SWT berikan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini yang berjudul ”Pengaruh Religiusitas Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Guru Muslim” merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan ujian sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Medan. Maksud penelitian ini adalah untuk memaparkan bagaimana pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta Sudiyono dan Ibunda tercinta Supeni, serta abang-abang tercinta mas Bayu dan mas Pandu atas dukungan moril dan materil serta doa kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Irmawati, psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Ferry Novliadi S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing yang tetap sabar dalam membimbing peneliti dan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga


(6)

Allah selalu membalas setiap kebaikan Bapak dengan pahala yang melimpah, Amin.

3. Ibu Vivi Gusrini R. Pohan, M.Sc, M.A., psikolog sebagai dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas nasihat dan bimbingan yang Ibu berikan selama penulis kuliah di Fakultas Psikologi USU. Semoga Allah memberikan balasan yang terbaik atas kebaikan Ibu selama ini.

4. Bapak Zulkarnain, Ph.D, psikolog dan Ibu Vivi Gusrini R. Pohan, M.Sc, M.A., Psi selaku dosen penguji. Terima kasih karena telah bersedia meluangkan waktunya untuk menguhi dan memberikan masukan serta saran yang sangat berarti demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayang dan nikmatNya yang tak terbalas. 5. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Fakultas Psikologi USU. Terima kasih

atas segala ilmu yang telah diberikan. Semoga peneliti dapat memanfaatkan ilmu tersebut dengan sebaik-baiknya.

6. Seluruh staf pegawai Fakultas Psikologi USU yang telah memberikan banyak bantuan kepada peneliti khususnya dalam hal administrasi.

7. Pihak sekolah yang telah mengizinkan peneliti untuk meneliti guru di sekolah tersebut. Fityan School Medan, MAN 1 Kota Medan, Al-Fityah Binjai, dan Sekolah Ali Bin Abi Thalib Tanjung Morawa.

8. Guru yang telah bersedia membantu peneliti dalam mengisi skala penelitian sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

9. Keluarga kecil dalam lingkaran penuh cinta yang terus memberikan ilmu dan semangat pada peneliti


(7)

10.Kepada Putra, Fauji, Febri, Ichsan, Rizqa, Fadly, Dea, yang telah mendoakan dan memberikan dukungan kepada peneliti selama kuliah di Fakultas Psikologi USU.

11.Kepada keluarga besar FORMASI Al-Qalb, khususnya pengurus 2013 (Rony, Febri, Sakti, Fitri, Fahmi, Uun, Defi, Rini, Gita, Andre, Hakim, Mia, Andina, Muti, Fauji, Bibah, Yusuf, Afif, Kiki, Ade, Dara, Kak Nisa, Devi, Iqbal, Baim, Putri, Asmia, Dewi, Bibi, Darmik, Arif, Ikhsan, Winda, Hetty, Merindah, Wana, Zahrani, Vika, Nurul, Dika, Ulfa, Tasya, Nadya, Kikin, Nissa, Ajeng, Saif, Denny, Irma, Puspita, Lili, Sulis, dan Bobby). Terima kasih telah menjadi bagian dari potongan coretan hidup peneliti. Insya Allah persaudaran ini akan terus dibawa sampai surga mempersatukan kembali.

12.Kepada teman-teman angkatan 2010 yang sama-sama berjuang di dalam aktifitas perkuliah.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kriteria penelitian yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun peneliti sangat harapkan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliiti khususnya dan umumnya bagi pembaca serta peneliti selajutnya.

Medan, 14 Juli 2014 Peneliti

Arief Tri Prabowo 101301118


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR ………..… iii

DAFTAR ISI ……….…… vi

DAFTAR TABEL ………... ix

DAFTAR LAMPIRAN……….…. xi

BAB I PEDAHULUAN ……….…... 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ……….…...7

C. Tujuan Penelitian ……….……...7

D. Manfaat Penelitian ……….…...8

1. Manfaat Teoritis ……….…...8

2. Manfaat Praktis ………...8

E. Sistematika Penulisan ………...8

BAB II LANDASAN TEORI ………....10

A. Organizational Citizenship Behavior(OCB) ………...10

1. Defenisi Organizational Citizenship Behavior(OCB) ……...10

2. Dimensi-dimensi Organizational Citizenship Behavior (OCB) ………... 11

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior(OCB) ………….………... 13

4. Manfaat Organizational Citizenship Behavior (OCB) terhadap organisasi ………..……… 17


(9)

B. Religiusitas ……….……….... 18

1. Defenisi Religiusitas ………...18

2. Dimensi Religiusitas ………..….. 19

C. Guru Muslim………...25

D. Dinamika Hubungan Religiusitas dan Organizational Citizenship Behavior(OCB) ……… 26

E. Hipotesis Penelitian ………... 28

BAB III METODE PENELITIAN ………. 29

A. Identifikasi Variabel Penelitian ………... 29

B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ………….……… 29

1. Organizational Citizenship Behavior(OCB) ………... 29

2. Religiusitas ……….. 30

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ………... 31

1. Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 31

2. Teknik Pengambilan Sampel ……… 32

D. Metode Pengambilan Data ………. 32

1. Skala Organizational Citizenship Behavior(OCB)………….. 33

2. Skala Religiusitas ………. 35

E. Validitas Uji Daya Beda, dan Reliabilitas Alat Ukur ………...37

1. Validitas Alat Ukur ………... 38

2. Uji Daya Beda Aitem ………... 39 3. Reliabilitas Alat Ukur ………... 39

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur……….40

G. Prosedur Penelitian ……… 44


(10)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN........47

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian...47

B. Hasil Penelitian...50

1. Hasil Uji Asumsi...50

2. Hasil Utama Penelitian...52

C. Pembahasan Hasil Penelitian...58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...62

A. Kesimpulan...62

B. Saran...63

DAFTAR PUSTAKA ………. 65


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Skor Alternative Jawaban Skala ………..………34

Tabel 2 Blue Print Skala Organizational Citizenship Behavior(OCB)…...34

Tabel 3 Skor Alternatif Jawaban Skala ………36

Tabel 4 Blue PrintSkala Religiusitas ………...37

Tabel 5 Distribusi Aitem-aitem Skala Organizational Citizenship Behavior(OCB) Setelah Uji Coba………..……….40

Tabel 6. Distribusi Aitem-aitem Skala Organizational Citizenship Behavior(OCB) Pada saat Penelitian………..……41

Tabel 7 Distribusi Aitem-aitem Skala Religiusitas Setelah Uji Coba………..42

Tabel 8 Distribusi Aitem-aitem Skala Religiusitas Pada Saat Penelitian....….43

Tabel 9 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia………..………..48

Tabel 10 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin………..………..48

Tabel 11 Gambaran Subjek Berdasarkan Status Pernikahan………...49

Tabel 12 Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan………...50

Tabel 13 Hasil Uji Normalitas……….51

Tabel 14 Hasil Uji Linieritas………..…...52

Tabel 15 Hasil Perhitungan Analisis Regresi………..…...52

Tabel 16 Sumbangan Efektif Variable Religiusitas………....53

Tabel 17 Koefisien Regresi………...53

Tabel 18 Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik OCB…...………...55


(12)

Tabel 20 Norma Kategorisasi Data Penelitian………56 Tabel 21 Kategorisasi Skor OCB………57 Tabel 22 Kategorisasi Skor Religiusitas……….58


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Skala Saat Uji Coba………...70

Lampiran 2 Analisa Hasil Validitas Aiken’s V……….81

Lampiran 3 Reliabilitas Skala Saat Uji Coba………..102

Lampiran 4 Skala Saat Penelitian………110


(14)

Pengaruh Religiusitas Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Guru Muslim

Arief Tri Prabowo dan Ferry Novliadi ABSTRAK

Organizational Citizenship Behavior (OCB) dapat ditingkatkan apabila religiusitas guru tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Sampel penelitian ini adalah guru yang beragama Islam, mengajar disekolah berlandaskan Islam, dan telah bekerja minimal 2 tahun dengan sampel penelitian berjumlah 168 guru. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Alat Ukur yang digunakan berupa skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) berdasarkan teori yang dikemukakan Organ, Padzakoff, Mackenzie (2006) dan skala religiusitas berdasarkan teori yang dikemukakan Fetzer (1999). Hasil analisa data penelitian dengan menggunakan metode regresi sederhana. Hasil penelitian ini diperoleh adanya pengaruh positif religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) (R2 = 0,182, p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa religiusitas berkonstribusi dalam meningkatkan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim.

Kata Kunci : Religiusitas, Organizational Citizenship Behavior (OCB), Guru Muslim


(15)

The Impact of Religiosity Toward Organizational Citizenship Behavior (OCB) Among Moeslem Teachers

Arief Tri Prabowo and Ferry Novliadi ABSTRACT

Organizational Citizenship Behavior (OCB) can be increased if those teachers have high rate of religiosity. This study aims to determine the impact of religiosity toward Organizational Citizenship Behavior (OCB). The subject was Moeslem teacher who teach at Islamic school and have length of service at least 2 years. The subject were 168 teacher and took by purposive sampling. Data were collected through by Organizational Citizenship Behavior (OCB) scale based on the theory from Organ, Padzakoff, Mackenzie (2006) and religiosity scale based on theory by Fetzer (1999). The results of statistically analysis using simple regression showed that there was a positive influence of religiosity toward Organizational Citizenship Behavior (OCB) (R2 = 0.182, p <0.05). These results indicate that religiosity contributed to increasing of Organizational Citizenship Behavior (OCB) among Moeslem teachers.

Keywords: Religiosity, Organizational Citizenship Behavior (OCB), Moeslem Teacher


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang baik akan menjadikan organisasi mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cushway, 2002). Pembenahan diri organisasi dapat dilakukan dengan mempersiapkan tenaga kerja yang ulet dan terampil sehingga dicapailah performa kerja yang baik yang akan meningkatkan produktivitas organisasi (Mufunda, 2006). Sehingga setiap job description yang ada akan dikerjakan dengan maksimal.

Namun saat ini, perilaku yang menjadi tuntutan organisasi tidak hanya perilaku yang sesuai dengan job description atau in-role saja, tetapi juga perilaku extra-role yaitu kontribusi peran ekstra untuk menyelesaikan pekerjaan dari perusahaan. Perilaku extra-role ini disebut juga dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB). OCB merupakan perilaku yang berkaitan dengan kontribusi di luar peran formal yang ditampilkan oleh seorang karyawan dan tidak mengharapkan imbalan atau hadiah formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan dan efektivitas organisasi (Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006).

Tidaklah mudah seorang pekerja dapat bertindak extra role dalam pekerjaanya. Kebanyakan memang para pekerja hanya bekerja sesuai dengan role yang telah ditetapkan saja. Namun, terkadang tetap ada orang yang mampu bekerja secara extra-role. Tentu saja hal ini sangat bermanfaat sekali untuk organisasi. Sehingga perilaku tersebut harus mendapatkan perhatian dan


(17)

penghargaan khusus agar anggota dalam organisasi terus terpacu untuk melakukan OCB, misalnya dengan mencatat perilaku OCB sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kinerja karyawan (Newstrom & Davis, 2002; Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006).

Menurut Organ; Podsakoff; dan Mackenzie (2006) bahwa terdapat dimensi-dimensi dalam Organizational Citizenship Behavior (OCB), yaitu : altruism (perilaku membantu), courtesy (perilaku menghormati orang lain), conscientiousness (perilaku melakukan usaha melebihi harapan perusahaan), sportsmanship (perilaku tidak suka protes dan mengeluh), civic virtue (perilaku berpartisipasi aktif dalam perusahaan), cheerleading (rendah hati), peacemaking (perilaku mencari solusi dalam masalah perusahaan). Organ; Podsakoff; dan Mackenzie (2006), berpendapat bahwa dimensi altruism, courtesy, cheerleading, dan peacemaking dapat digabung menjadi satu dimensi yaitu dimensi helping behavior karena berkaitan dengan perilaku menolong orang lain dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada serta menyangkut pekerjaan di organisasi. Oleh karena itu maka pengukuran OCB dapat dilakukan dengan menggunakan empat dimensi saja yaitu helping behavior, conscientiousness, sportsmanship,dan civic virtue.

Di dalam dimensi tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya orang yang melakukan OCB akan berkerja tanpa ada paksaaan, sangat bertanggung jawab, dan giat dalam setiap aktifitas pekerjaan. Menurut Uyun (1998) agama sangat mendorong pemeluknya untuk berperilaku baik dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya serta giat berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi


(18)

lebih baik. Sehingga dengan landasan agama setiap orang didorong untuk berpelikaku OCB dalam bekerja. Ada beberapa istilah lain dari agama, antara lain religi, religion (Inggris), religie (Belanda) , religio (Latin), dan dien (Arab).

Orang yang beragama disebut juga orang yang religius. Makna religiusitas menurut Fetzer (1999) adalah sesuatu yang lebih menitikberatkan pada masalah perilaku, sosial dan merupakan sebuah doktrin dari setiap agama atau golongan. Oleh karena itu doktrin yang dimiliki setiap agama wajib diikuti oleh setiap pengikutnya. Menurut Glock dan Stark (1966) yang dikutip oleh Ancok (1994) religiusitas adalah system symbol, system keyakinan, system nilai, dan perilaku yang terlambangkan yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).

. Menurut Nashori dan Mucharam (2002) religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang muslim, religiusitas dapat diketahui dari seperapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam.

Dari pengertian yang ada, dapat disimpulkan bahwasanya religiusitas merupakan kepercayaan atau keyakinan individu terhadap ajaran agama Islam yang berasal dari hati nurani pribadi seseorang yang diaplikasikan dalam bentuk komitmen ibadah dan pengamalan nilai-nilai hidup sehari-hari. Komitmen ibadah dalam hal ini bukan hanya sebatas solat, puasa, zikir dan ibadah lain yang bersifat ketuhanan, namun pada ibadah yang di aplikasikan dalam kegiatan sehari-hari,


(19)

cohntohnya dalam hal berkerja yang akan menjadi ibadah jika memiliki niat hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT.

Salah satu bentuk komitmen ibadah dan pengalaman nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang ada di dalam teori religiusitas dapat terlihat di dalam perilaku OCB. Di dalam teori OCB terdapat dimensi helping behavior yang didalamnya terdapat perilaku saling tolong-menolong. Menurut Batson dan Brown (2005) bahwa orang yang beragama memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk membantu orang lain, dibanding orang yang tidak mengenal agama. Dalam pandangan religiusitas juga sangat ditekankan perilaku saling tolong-menolong. Dalam agama Islam setiap umatnya diperintahkan untuk saling tolong-menolong kepada orang lain. Hal ini dijelaskan di dalam Al Quran yaitu pada surat Al Maidah :

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Qur’an Surat Al Maidah ayat 2)

Dari ayat tersebut dapat dilihat adanya perintah untuk saling tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari. Menolong orang lain yang tanpa meminta imbalan. Selain itu, agama Islam juga menganjurkan umatnya untuk bekerja dan memiliki etos kerja yang tinggi sehingga para pekerja mampu bekerja secara extra role dan semata-mata hanya untuk mengabdi kepada Tuhannya.


(20)

Allah SWT berfirman:

“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat

pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang yang mu’min,dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu

kerjakan.”(Qur’an Surat At-Taubah ayat 105).

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam merupakan agama yang menyuruh umatnya agar bekerja tanpa mementingkan imbalannya saja. Namun Islam memerintahkan kepada umatnya agar bekerja semata-mata untuk mengabdi kepada Allah SWT sehingga dengan demikian pekerjaan yang dilakukan dapat selesai dengan maksimal, ini sesuai dengan dimensi conscientiousness yang merupakan perilaku menunjukan usaha agar melebihi harapan dari organisasi.

Selain itu religiusitas juga memaparkan akan pengalaman beragama yang kemudian teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja agama yang memerintahkan untuk bersikap sabar, hal ini juga ada di dalam dimensi OCB yaitu sportsmanship yang bentuk pengaplikasiannya adalah perilaku tidak suka mengeluh. Kemudian dimensi courtesy pada OCB yang menunjukkan perilaku menjaga hubungan baik dengan rekan kerja juga berhubungan dengan dimensi forgivness pada religiusitas, dimana dengan saling memaafkan akan terjalin hubungan baik antar sesama manusia.

Dalam OCB juga terdapat dimensi civic virtue yang terlihat dalam perilaku mampu berpartisipasi aktif dalam organisasi, cheerleading dengan mengikuti perayaan jika rekan kerja mendapatkan penghargaan, dan peacemaking yang terlihat jika karyawan mau terlibat aktif dalam membantu penyelesaian masalah


(21)

rekan kerjanya. Semua hal ini juga dapat terlihat di dalam dimensi religious support dalam religiusitas, yaitu terlihat dengan nilai ukhuwah islamiyah yang terjalin.

Salah satu pekerjaan yang didalamnya menuntut seseorang harus berperilaku OCB adalah guru. Tugas guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 52 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Dalam penjelasan Pasal 52 ayat (1) huruf (e), yang dimaksud dengan “tugas tambahan”, misalnya menjadi Pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.

Selain itu menurut Prihatsanti (2010) peran guru dalam lingkungan sekolah adalah mengajar dan mendidik. Guru berperan sebagai orang yang mengajarkan tentang ilmu-ilmu yang harus dimengerti oleh muridnya. Sedangkan dalam peran mendidik guru harus membimbing dan membina anaknya agar menjadi manusia yang cakap, aktif kreatif, dan mandiri. Guru juga harus menjalankan tugas tambahan seperti tugas menjadi “orang tua” untuk anak-anak muridnya. Hal ini terkadang harus menyita waktu dan usaha lebih diluar waktu kerja seorang guru. Sesuai dengan pernyataan Schultz (2006) bahwa OCB melibatkan usaha ekstra yang melebihi persyaratan minimum dari pekerjaan.

Nilai religiusitas sebagai seorang guru juga tidak dapat ditinggalkan karena memegang peranan penting guna meningkatkan kinerja guru, apalagi guru


(22)

pribadi yang memiliki kadar keimanan dan ketaqwaan yang tinggi sehingga menjadikan guru menjadi seorang yang taat beribadah, jujur, amanah dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dalam hal ini mengajar dan mendidik (Amrullah, 2008). Sebenarnya penelitian ini pernah diteliti oleh Wahyudin.,

Pradisti., Sumarsono., & Wulandari (2013) dengan judul “dimensi religiusitas dan pengaruhnya terhadap organizational citizenship behavior (Studi pada Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto) namun dalam penelitian ini tidak didapat adanya pengaruh yang signifikan antara religiusitas dan organizational citizenship behavior. Sehingga peneliti ingin meneliti kembali dengan sampel yang berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu pada guru yang beragama Islam.

Sehingga dari dasar pemikiran inilah peneliti ingin meneliti tentang apakah ada pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka peneliti membuat suatu rumusan masalah yaitu ”Apakah terdapat pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim.


(23)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data-data empiris mengenai pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) dalam ilmu Psikologi Industri dan Organisasi. Selain itu, untuk berbagi dasar pengetahuan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan dengan topik yang sama.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, gambaran dan wacana mengenai pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Sehingga bisa menjadi pertimbangan dalam upaya peningkatan Organizational Citizenship Behavior (OCB).

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Berisikan mengenai latar belakang masalah yang hendak dibahas, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.


(24)

Bab II : Landasan Teori

Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah religiusitas dan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Bab III: Metode Penelitian

Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu identifikasi variabel, definisi operasional, subjek penelitian, instrumen dan alat ukur yang digunakan, metode pengambilan sampel dan metode analisis data.

Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

Berisikan uraian mengenai analisa data dan pembahasan yang dikaitkan dengan teori yang ada.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Berisi uraian kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian yang meliputi saran metodologis dan saran praktis.


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Organizational Citizenship Behavior (OCB)

1. Defenisi Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Bateman dan Organ pada 1983 merupakan tokoh yang pertama kali menggunakan istilah Organizational Citzenship Behavior (OCB) ini untuk menggambarkan konsep perilaku tersebut. Adapun definisi yang diberikan terhadap OCB adalah perilaku bemanfaat yang dilakukan oleh karyawan, secara bebas dari ketentuan atau kewajibannya dengan tujuan untuk membantu orang lain dalam mencapai tujuan organisasi (Bateman & Organ, 1983). OCB merupakan perilaku yang berkaitan dengan kontribusi di luar peran formal yang ditampilkan oleh seorang karyawan dan tidak mengharapkan imbalan atau hadiah formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan dan efektivitas organisasi (Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006).Misalnya menolong teman kerja untuk mengurangi beban kerja mereka, melakukan tugas yang tidak diminta tanpa mengharapkan imbalan, dan membantu menyelesaikan masalah orang lain.

Organ (1988) juga mendefinisikan OCB sebagai perilaku dan sikap yang menguntungkan organisasi yang tidak bisa ditumbuhkan dengan basis kewajiban peran formal maupun dengan bentuk kontrak atau rekompensasi.


(26)

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik pokok pemikiran bahwa Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan:

a. Perilaku yang bersifat sukarela, bukan merupakan tindakan yang terpaksa terhadap hal-hal yang mengedepankan kepentingan organisasi.

b. Perilaku individu yang tidak diperintahkan secara formal.

c. Tidak berkaitan secara langsung dan terang-terangan dengan system reward yang formal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku kontribusi di luar peran formal yang dilakukan secara sukarela yang tidak mengharapkan imbalan dan dapat memberikan keuntungan untuk organisasi.

2. Dimensi-dimensi Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Menurut Organ; Podsakoff; & Mackenzie (2006) bahwa terdapat tujuh dimensi dalam Organizational Citizenship Behavior,yaitu :

a. Altruism

Altruism adalah perilaku karyawan untuk membantu ataupun menolong rekan kerjanya yang mengalami kesulitan dalam situasi yang sedang dihadapi tanpa memikirkan keuntungan pribadi.

b. Courtesy

Memperhatikan dan menghormati orang lain, juga sifat menjaga hubungan baik dengan rekan kerja agar terhindar dari masalah interpersonal, atau membuat langkah-langkah untuk meredakan atau mengurangi suatu masalah.


(27)

c. Conscientiousness

Perilaku yang menunjukkan sebuah usaha agar melebihi harapan dari organisasi. Perilaku sukarela atau yang bukan merupakan kewajiban dari seorang karyawan.

d. Sportsmanship

Menekankan pada aspek-aspek perilaku positif terhadap keadaan yang kurang ideal dalam organisasi tanpa menyampaikan keberatan, seperti tidak suka protes, tidak suka mengeluh walaupun berada dalam situasi yang kurang nyaman, dan tidak membesar-besarkan masalah yang kecil. e. Civic Virtue

Karyawan berpartisipasi aktif dalam memikirkan kehidupan organisasi atau perilaku yang menunjukkan tanggung jawab pada kehidupan organisasi untuk meningkatkan kualitas pekerjaaan yang ditekuni. Contoh perilakunya adalah ketika karyawan mau terlibat dalam permasalahan yang ada di organisasi dan tetap up to date dalam perkembangan organisasi. Karyawan yang bertindak secara proaktif untuk mencegah situasi negatif yang dapat mempengaruhi organisasi maka dapat dikatakan menampilkan civic virtue.

f. Cheerleading

Karyawan terlibat atau mengikuti perayaan prestasi dari rekan kerjanya (rendah hati). Dampaknya yaitu untuk memberikan penguatan positif bagi kontribusi positif, yang pada gilirannya akan membuat kontribusi tersebut


(28)

lebih mungkin terjadi di masa depan (Organ; Podsakoff; & Mackenzie, 2006).

g. Peacemaking

Karyawan menyadari adanya masalah atau konflik yang akan memunculkan perselisihan antara dua atau lebih partisipan. Seorang peacemaker akan masuk kedalam permasalaha, memberikan kesempatan pada orang yang sedang memiliki masalah untuk berpikir jernih, dan membantu mencari solusi dari permasalahan (Organ; Podsakoff; & Mackenzie, 2006).

Organ; Podsakoff; dan Mackenzie (2006), berpendapat bahwa dimensi altruism, courtesy, cheerleading, dan peacemaking dapat digabung menjadi satu dimensi yaitu dimensi helping behavior karena berkaitan dengan perilaku menolong orang lain dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada serta menyangkut pekerjaan di organisasi. Oleh karena itu maka pengukuran OCB dapat dilakukan dengan menggunakan empat dimensi saja yaitu helping behavior, conscientiousness, sportsmanship,dan civic virtue.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Ada beberapa faktor yang melandasi seorang karyawan melakukan OCB, diantaranya :


(29)

a. Kepuasan Kerja

Seorang karyawan yang merasa puas terhadap pekerjaan serta komitmennya kepada organisasi tempatnya bekerja akan cenderung menunjukkan performa kerja yang lebih baik dibandingkan karyawan yang merasa tidak puas terhadap pekerjaan dan organisasinya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada korelasi yang negatif antara OCB dengan perilaku counterproductive karyawan (Robbins & Judge, 2007). OCB hanya dapat dicapai jika didukung oleh faktor dalam organisasi memungkinkan hal itu, dimana yang paling utama adalah adanya kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan selama bekerja dalam organisasi. Dennis Organ sebagai tokoh penting yang mengemukakan OCB, menyatakan bahwa karyawan yang merasa puas akan membalas kenyamanan bekerja yang dirasakannya kepada organisasi yang telah memperlakukan dirinya dengan baik dan memenuhi kebutuhannya selama ini dengan cara melaksanakan tugasnya secara ekstra melebihi standar yang ada. Hal ini ditunjukkan dengan kesediaan karyawan dalam berbagai bentuk perilaku OCB secara sukarela demi kemajuan perusahaannya (George & Jones, 2002).

b. Keadilan

Karyawan harus merasa diperlakukan secara adil oleh organisasi baru ia akan menunjukkan perilaku OCB. Hal ini termasuk juga bahwa karyawan dapat merasakan prosedur kerja dan hasil kerja yang diperolehnya adalah sesuatu yang adil. Sejumlah studi juga menunjukkan bahwa terdapat


(30)

hubungan yang kuat antara keadilan dengan OCB. Tampaknya keadilan procedural berpengaruh pada karyawan, yaitu mempengaruhi dukungan organisasi yang mereka rasakan dan selanjutnya mendorong mereka untuk membalas dengan OCB, yakni melakukan tugas di luar persyaratan kerja tertentu (Luthans, 2006).

c. Motivasi Intrinsik

OCB muncul sebagai perwujudan dari motivasi intrinsik yang ada dalam diri seseorang, misalnya motivasi dari dalam diri dalam bekerja hanya untuk Allah SWT sehingga etos kerja pun meningkat. Harsono dan Santoso (2006) menyatakan etos kerja sebagai semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu, misalnya norma agama.

d. Gaya Kepemimpinan

Dukungan dan gaya kepemimpinan atasan sangat mempengaruhi munculnya OCB pada karyawan, hal ini dapat dipahami melalui proses modeling ataupun vicarious learning yang dilakukan oleh atasan yang kemudian menginspirasi para karyawan untuk melakukan juga OCB, sehingga atasan dapat menjadi agen model OCB. Namun hal ini harus didukung juga dengan kualitas interaksi yang baik antara atasan dan bawahannya. Dengan begitu, atasan akan berpandangan positif terhadap bawahan, sebaliknya bawahan pun akan merasa bahwa atasannya memberi dukungan dan motivasi sehingga mereka akan menunjukkan rasa hormat dan berusaha berbuat lebih bagi organisasinya (Gibson, 2003).


(31)

e. Budaya dan Iklim Organisasi

Iklim organisasi didefinisikan sebagai pendapat karyawan terhadap keseluruhan lingkungan sosial dalam perusahaannya yang dianggap mampu memberikan suasana mendukung bagi karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Istilah ini juga digunakan untuk menggambarkan bagaimana sejumlah subsistem dalam organisasi berinteraksi dengan karyawan lain serta lingkungan eksternalnya. Menurut Organ; Podsakoff; dan Mackenzie (2006) terdapat bukti-bukti kuat yang mengemukakan bahwa budaya organisasi merupakan suatu kondisi yang dapat memunculkan Organizational Citizenship Behavior di kalangan karyawan.

f. Jenis Kelamin

Studi terbaru menunjukkan bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap kinerja OCB. Perilaku kerja seperti menolong orang lain, bersahabat dan bekerja sama lebih menonjol dilakukan oleh wanita daripada pria. Oleh karena itu, perilaku OCB lebih menonjol dilakukan oleh wanita disbanding pria karena mereka merasa bahwa OCB merupakan bagian dari kewajiban pekerjaan dan bukanlah suatu tugas ekstranya (Luthans, 2006).

g. Masa Kerja

Karyawan yang telah lama bekerja di suatu organisasi akan memiliki keterikatan yang lebih mendalam, baik dengan organisasi maupun dengan rekan kerjanya sehingga individu memiliki orientasi kolektif dalam bekerja. Dengan kata lain, mereka akan lebih mengutamakan kepentingan bersama dibanding ambisi pribadinya sehingga mereka lebih cenderung


(32)

bersedia menolong rekan kerjanya dan berbuat lebih terhadap pencapaian organisasi (Konovsky & Pugh, 2002).

h. Persepsi terhadap dukungan organisasional

Karyawan yang mempersikan bahwa mereka didukung oleh organisasi akan memberikan timbal balik terhadap organisasi dengan memunculkan perilaku organizational citizenship (Shore & Wayne, 1993).

4. Manfaat Organizational Citizenship Behavior (OCB) terhadap Organisasi Melalui sejumlah riset, OCB diyakini dan terbukti dapat memberikan manfaat yang besar terhadap organisasi, diantaranya adalah berikut ini, yaitu (Organ ,dkk, 2006) :

a. OCB dapat meningkatkan produktivitas rekan kerja b. OCB juga mampu meningkatkan produktivitas manajer

c. OCB dapat menghemat sumber daya yang dimiliki manajemen dan organisasi secara keseluruhan

d. OCB menjadi sarana yang efektif untuk mengkordinasi kegiatan tim kerja secara efektif

e. OCB meningkatkan kemampuan organisasi untuk merekrut dan mempertahankan karyawan dengan kualitas performa yang baik

f. OCB dapat mempertahankan stabilitas kinerja organisasi

g. OCB membantu kemampuan organisasi untuk bertahan dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.


(33)

B. Religiusitas

1. Definisi Religiusitas

Secara bahasa religiusitas (religiosity) berasal dari kata religios (religious), religius merupakan kata sifat (adjective) dari religion. Menurut kamus Oxford, kata religion memiliki dua definisi, pertama, “belief in and worsip of God or gods.” yaitu sebuah kepercayaan dan peribadatan pada Tuhan atau dewa-dewa. Kedua, “particular system of faith and worship based on such belief.” yaitu bagian dari system kepercayaan dan peribadatan yang berdasarkan keyakinan. Adapun kata religious menurut defenisi kamus Oxford adalah “adjective of religion, (religious) of a person believing in and practicing religion.” yaitu sifat keagamaan yang ada pada seseorang atau keberagaman seseorang dalam meyakini dan mengamalkan agama.

Menurut Fetzer (1999) religiusitas adalah sesuatu yang lebih menitikberatkan pada masalah perilaku, sosial dan merupakan sebuah doktrin dari setiap agama atau golongan. Oleh karena itu doktrin yang dimiliki setiap agama wajib diikuti oleh setiap pengikutnya.

Dalam pengertian Glock dan Stark (1966) yang dikutip oleh Jamaludin Ancok religiusitas adalah system symbol, system keyakinan, system nilai, dan perilaku yang terlambangkan yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).

Mujib (2006) menjelaskan bahwa religiusitas adalah kemampuan individu untuk menjalankan ajaran agama secara benar dan baik dengan landasan


(34)

diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang muslim, religiusitas dapat diketahui dari seperapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam.

Dari beberapa defenisi tersebut diatas, maka religiusitas dalam penelitian ini merupakan suatu keyakinan dan penghayatan akan ajaran agama Islam yang mendorongnya untuk bertingkah laku, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agama Islam.

2. Dimensi Religiusitas

Dalam sebuah laporan yang berjudul Multidimensional Measurement Religiusness, Spiritually For Use in Health Research oleh Fetzer (1999) menjelaskan bahwa terdapat 12 dimensi religiusitas yaitu : pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual experiences), makna beragama (meaning), nilai-nilai beragama (values), keyakinan (beliefs), pengampunan (forgiveness), praktek keberagamaan individual (private religious), pengaruh beragama (religious/spiritual coping), dukungan agama (religious support), riwayat beragama (religious/spiritual history), komitmen beragama (commitment), pengorganisasian agama (organizational religiousness), pilihan terhadap agama (religious preference).

a. Pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual experiences).

Dimensi ini merupakan persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan dengan dampak menjalankan agama (pengalaman spiritual) dalam kehidupan sehari-hari. Secara terperinci dimensi ini berkaitan dengan


(35)

pengalaman-pengalaman, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang yang melihat komunikasi dalam suatu esensi ketuhanan yaitu dengan Allah SWT.

b. Makna Beragama (meaning)

Meaning adalah pencarian makna tentang agama Islam dari kehidupan dan berbicara mengenai pentingnya makna atau tujuan hidup tersebut sebagai bagian dari fungsi penting untuk mengatasi hidup atau unsur kesejahteraan psikologis.

c. Nilai-nilai Beragama (values)

Values adalah pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai hidup, seperti mengerjakan tentang nilai saling menolong, saling melindungi dan sebagainya. Nilai-nilai agama tersebut mengatur tata kehidupan manusia untukmencapai ketentraman, keselamatan dan kebahagiaan.

d. Keyakinan (beliefs)

Konsep belief merupakan sentral dari religiusitas. Dalam bahasa Indonesia disebut keimanan yakni, kebenaran yang diyakini dengan nilai dan diamalkan dengan perbuatan. Keyakinan dan kecintaan kepada agama merupakan karakter dasar dan ciri khas ekspresi kesadaran bawah sadar seseorang yang mengimani ajaran agama tersebut.

e. Pengampunan (forgiveness)

Secara harfiah forgiveness adalah memaafkan, yakni suatu tindakan yang bertujuan unttuk memberi maaf bagi orang yang melakukan kesalahan dan


(36)

berusaha keras untuk melihat orang itu dengan belas kasihan, kebajikan dan cinta.

f. Praktek Keberagamaan Individual (private religious practices)

Menurut Fetzer (1999) private religious practices merupakan perilaku beragama dalam mempelajari agama meliputi ibadah, mempelajari kitab suci, dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan religiusitasnya. Secara mendasar dimensi ini dapat dipahami untuk mengukur tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan ritual agama Islam. Dimensi ini mencakup perilaku beribadah, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untukmenunjukkan komitmen terhadap ajaran agama Islam.

g. Pengaruh Beragama (religious/spiritual coping)

Fetzer (1999) menawarkan pola religious/spiritual coping yang merupakan coping stress guna mengatasi kecemasan, kegelisahan dan stress. Hal ini dilakukan dengan cara berdoa, beribadah untuk menghilangkan stress dan sebagainya. Sehingga Islam benar-benar menjadi cara coping ketika menghadapi masalah.

h. Dukungan Agama (religious support)

Religious support adalah aspek hubungan sosial antar individu dengan pemeluk agama sesamanya. Dalam islam hal semacam ini sering disebut dengan Ukhwah Islamiyah. Agama mengandung otoritas dan kemampuan pengaruh untuk mengatur kembali nilai-nilai dan sasaran yang ingin dicapai masyarakat.


(37)

i. Riwayat Beragama (spiritual religious/spiritual history)

Religious/spiritual history merupakan seberapa jauh individu berpartisipasi untuk agama Islam dalam hidupnya dan seberapa jauh agama mempengaruhi perjalanan hidupnya.

j. Komitmen Beragama (commitment)

Konsep commitment adalah seberapa jauh individu mementingkan agamanya, komitmen, serta berkontribusi kepada agama Islam (Williams,1994;Fetzer,1999).

k. Pengorganisasian Agama (organizationan religiousness)

Organizational religiousness yaitu memandang sejauh mana individu membuat pilihan dan memastikan pilihan agamannya. (Idler,1999; Fetzer, 1999)

l. Pilihan Terhadap Agama (religious preference)

Konsep religious preference bisa diartikan sebagai pijakan untuk menentukan sejauh mana individu membuat pilihan dan memastikan agama yang dianutnya. Contoh dari religious preference bagi umat Islam adalah menjalankan jihad. Kata jihad sering dimaknai sebagai perjuangan dan biasanya digunakan dalam Al-quran sebagai kata kerja: kaum Muslim didorong untuk berjuang dengan sungguh-sungguh di jalan Allah.

Selain itu (Glock dan Stark, 1965;Ancok & Suroso, 1995) membagi dimensi religiusitas menjadi lima dimensi, kelima dimensi tersebut yaitu :


(38)

a. Dimensi keyakinan

Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang yang religious berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya diantara agama-agama, tetapi sering kali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama.

b. Dimensi praktik agama

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting, yaitu :

a) Ritual, mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci yang semua para pemeluk mengharapkan para pemeluk melaksanakan.

b) Ketaatan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas publik, semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relatif spontan, informal, dan khas pribadi.


(39)

c. Dimensi pengalaman

Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir (kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supranatural). Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esesnsi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir, dengan otoritas transedental.

d. Dimensi pengetahuan agama

Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimanya. Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada keyakinan. Lebih jauh, seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa benar-benar memahami agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit.


(40)

e. Dimensi pengamalan atau konsekuensi

Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja” dalam pengertian teologis digunakan disini. Walaupun agama banyak menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas mana konsekuensi-konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau semata-mata berasal dari agama.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan menggunakan dimensi yang dikemukakan oleh Fetzer (1999) dalam melakukan penelitian ini.

C. Guru Muslim

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa guru adalah pendidik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.

Tugas guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 52 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,


(41)

melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Dalam penjelasan Pasal 52 ayat (1) huruf (e), yang

dimaksud dengan “tugas tambahan”, misalnya menjadi Pembina pramuka,

pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket. Sehingga guru muslim adalah guru beragama Islam yang tugasnya merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik.

D. Dinamika Hubungan Religiusitas dan Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku yang berkaitan dengan kontribusi di luar peran formal yang ditampilkan oleh seorang karyawan dan tidak mengharapkan imbalan atau hadiah formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan dan efektivitas organisasi (Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006). Menurut Organ; Podsakoff; dan Mackenzie (2006) bahwa terdapat dimensi-dimensi dalam Organizational Citizenship Behavior, yaitu : helping behavior, conscientiousness, sportsmanship,dan civic virtue.

Di dalam dimensi tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya orang yang melakukan OCB akan berkerja tanpa ada paksaan, bertanggung jawab, dan giat dalam setiap aktifitas pekerjaan. Menurut Uyun (1998) agama sangat mendorong pemeluknya untuk berperilaku baik dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya serta giat berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi lebih baik.


(42)

Orang yang beragama disebut juga orang yang religius. Menurut Fetzer (1999) religiusitas adalah sesuatu yang lebih menitikberatkan pada masalah perilaku, sosial dan merupakan sebuah doktrin dari setiap agama atau golongan. Oleh karena itu doktrin yang dimiliki setiap agama wajib diikuti oleh setiap pengikutnya. Selain itu Mujib (2007) menjelaskan bahwa religiusitas adalah kemampuan individu untuk menjalankan ajaran agama secara benar dan baik dengan landasan keimanan dan ketakwaan. maka religiusitas dalam penelitian ini merupakan suatu keyakinan dan penghayatan akan ajaran agama yang mendorongnya untuk bertingkah laku, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

Beberapa penelitian juga menguji pengaruh religiusitas. Penelitian (Saputro, 2006; Wahyudin dkk, 2013) menguji pengaruh religiusitas mahasiswa terhadap perlaku sukerela (altruis). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa mahasiswa yang religius akan selalu berusaha melakukan perbuatan baik secara sukarela seperti menolong orang lain atau mencintai orang lain. Hal ini juga sesuai dengan penelitian (Benson, 2004;Wahyudin, dkk., 2013) yang menemukan bahwa mahasiswa yang mempunyai komitmen religius yang tinggi menghabiskan waktu kerja sukarela.

Selain itu penelitian Haryati (2013) juga menyebutkan religiusitas memiliki pengaruh terhadap perilaku prososial. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa perawat yang memiliki religiusitas yang tinggi maka akan meningkatkan perilaku prososial yang meliputi peduli terhadap orang lain untuk berbagi, bekerja sama, menolong serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain


(43)

dengan suka rela. Kemudian Bakhri (2011) menyatakan religiusitas berpengaruh terhadap motivasi berprestasi. Religiusitas akan membuat karyawan lebih memiliki motivasi dalam berprestasi karena memang motivasinya hanya tertuju kepada Allah SWT.

Dari beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwasannya religiusitas dapat mempengaruhi perilaku altruism, perilaku kerja secara sukarela, prososial dan motivasi dalam beprestasi. Dimana di dalam dimensi OCB kita dapat menemukan hal tersebut. Artinya, orang-orang yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi akan senantiasa melakukan perilaku altruism, kerja suka rela, prososial, dan termotivasi dalam berprestasi.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim. Sehingga religiusitas berkonstribusi terhadap peningkatan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional. Tujuan metode penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2003). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Adapun variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel tergantung (dependent variabel) : Organizational Citizenship Behavior (OCB)

2. Variabel bebas (independent variabel) : Religiusitas B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel – variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Organizational Citizhenship Behavior (OCB)

Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku menolong guru secara sukarela, memberikan saran yang membangun demi kemajuan organisasi, menghadiri setiap kegiatan yang dilakukan organisasi, datang tepat waktu, mempertimbangkan nasehat atau saran dari guru lain sebelum mengambil


(45)

keputusan, dan tidak mengeluh apabila ada kondisi-kondisi yang kurang ideal yang ada di dalam organisasi.

OCB akan diungkap melalui skala OCB yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi OCB oleh Organ; Podsakoff; Mackenzie (2006) yaitu helping behavior, conscientiousness, sportsmanship, dan civic virtue. Semakin tinggi skor skala OCB, maka semakin tinggi tingkat OCB yang dimiliki seorang individu. Sebaliknya, semakin rendah skor skala OCB, maka semakin rendah tingkat OCB individu.

2. Religiusitas

Religiusitas merupakan suatu keyakinan dan penghayatan akan ajaran agama yang mendorong guru untuk berfikir, bertingkah laku, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agama Islam misalnya meyakini hal-hal yang ada dalam konsep iman yaitu percaya adanya Allah SWT, malaikat, nabi dan rasul, qada dan qodar, juga hari akhir, serta selalu berfikir dan bertindak berdasarkan agama Islam, dan melaksanakan ibadah yang diperintahkan dalam agama Islam, seperti mengerjakan solat, membayar zakat, berhaji, dan membayar zakat. Religiusitas dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan alat ukur berupa skala yang disusun berdasarkan dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Fetzer (1999) yang terdiri atas 12 dimensi religiusitas yaitu : pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual experiences), makna beragama (meaning), nilai-nilai beragama (values), keyakinan (beliefs), pengampunan (forgiveness), praktek keberagamaan individual (private religious), pengaruh beragama


(46)

(religious/spiritual coping), dukungan agama (religious support), riwayat beragama (religious/spiritual history), komitmen beragama (commitment), pengorganisasian agama (organizational religiousness), pilihan terhadap agama (religious preference).

Semakin tinggi skor skala religiusitas, maka semakin tinggi tingkat religiusitas yang dimiliki seorang individu. Sebaliknya, semakin rendah skor skala religiusitas, maka semakin rendah tingkat religiusitas individu.

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini hanya menggunakan sejumlah orang dari populasi untuk dijadikan subjek penelitian yang disebut sebagai sampel. Populasi adalah keseluruhan individu yang akan diselidiki dan mempunyai minimal satu sifat yang sama atau ciri–ciri yang sama. Sampel merupakan sebahagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah guru. Kemudian peneliti ingin menspesifikan pupulasi menjadi sampel pada penelitian ini yaitu guru yang beragama Islam, mengajar pada sekolah yang berlandaskan Islam, dan telah mengajar minimal selama 2 tahun. Sampel guru yang telah mengajar selama 2 tahun dipilih karena di asumsikan sampel sudah beradaptasi dengan lingkungan sehingga dianggap memiliki Organizational Citizenship Behavior (OCB).


(47)

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Poerwanti, 1994).

Teknik sampling yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (Hadi, 2000). Alasan penggunaan purposive sampling ini disebabkan karena penelitian dilakukan terhadap sekelompok subyek berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel dipilih berdasarkan tujuan penelitian.

D. Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2002). Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala. Skala merupakan mekanisme pengumpulan data melalui tulisan-tulisan tentang pertanyaan atau pernyataan untuk mengukur variabel tertentu.

Menurut Azwar (1999) karakteristik dari skala psikologi yaitu stimulus berupa pernyataan ataupun pertanyaan yang dapat mengungkapkan indikator perilaku responden, indikator perilaku diungkapkan melalui aitem-aitem, respon jawaban subjek dapat diterima selama diberikan secara jujur dan


(48)

sungguh-sungguh. Hadi (2000) mengungkapkan skala psikologis dapat mengungkapkan laporan diri (self report). Azwar (2010) juga mengemukakan bahwa metode skala dapat menggambarkan aspek kepribadian individu, dapat merefleksikan diri yang biasanya tidak disadari responden yang bersangkutan, responden tidak menyadari arah jawaban ataupun kesimpulan yang diungkapkan pernyataan atau pertanyaan.

Penelitian ini menggunakan penskalaan model skala likert. Pada model penskalaan ini terdapat dua jenis pernyataan, yaitu favourable dan unfavourable. Pernyataan favourable merupakan pernyataan positif yang mendukung objek sikap yang diungkap, sedangkan pernyataan unfavourable merupakan pernyataan negatif yang tidak mendukung objek sikap yang hendak diungkap (Azwar, 2000). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua skala psikologi, yaitu skala religiusitas dan skala Organizational Citizenship Behavior (OCB).

1. Skala Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Metode skala yang digunakan adalah metode likert (Azwar, 2010). Setiap aitem meliputi lima pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Nilai skala setiap pernyataan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (Favourable) atau tidak mendukung (Unfavourable).


(49)

Tabel 1. Skor alternatif jawaban skala

Favourable Unfavourable

Alternatif jawaban Skor Alternatif jawaban Skor

Sangat setuju 5 Sangat setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Netral 3 Netral 3

Tidak setuju 2 Tidak setuju 4

Sangat tidak setuju 1 Sangat tidak setuju 5

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Organizational Citizenship Behavior yang dibuat berdasarkan konsep Organ, Podsakoff, dan MacKenzie (2006) yaitu helping behavior, conscientiousness, sportsmanship, dan civicvirtue.

Tabel 2. Blue print skala Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Variabel Indikator perilaku

Aitem

Jlh Favourable Unfavourable

Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Helping behavior

1,2,3,4 5 5

Conscientiousness

6,7 8,9 4

Sportsmanship

10,12,13,14 11 5

Civic virtue

15,17,18,19 16 5


(50)

2. Skala Religiusitas

Aitem-aitem skala religiusitas dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek-aspek dari dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Fetzer (1999) yang terdiri atas 12 dimensi religiusitas yaitu pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual experiences), makna beragama (meaning), nilai-nilai beragama (values), keyakinan (beliefs), pengampunan (forgiveness), praktek keberagamaan individual (private religious), pengaruh beragama (religious/spiritual coping), dukungan agama (religious support), riwayat beragama (religious/spiritual history), komitmen beragama (commitment), pengorganisasian agama (organizational religiousness), pilihan terhadap agama (religious preference). Skala religiusitas ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Fetzer (1999) yang kemudian diadaptasi menjadi skala religiusitas oleh Farhah (2011). Selanjutnya peneliti mengadaptasi skala ini kembali dari Farhah (2011).

Skala religiusitas ini menggunakan lima pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Nilai skala setiap pernyataan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (Favourable) atau tidak mendukung (Unfavourable).


(51)

Tabel 3. Skor alternatif jawaban skala

Favourable Unfavourable

Alternatif jawaban Skor Alternatif jawaban Skor

Sangat setuju 5 Sangat setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Netral 3 Netral 3

Tidak setuju 2 Tidak setuju 4


(52)

Tabel 4. Blue print Skala Religiusitas

Variabel Indikator Perilaku

Aitem

Jlh Favourable Unfavourable Religiusitas Daily spiritual

experiences

1,2,3,4,6,7 5 7

Meaning 8,9,10 11,12 5

Values 13,14,15 16 4

Beliefs 17,18 19 3

Forgiveness 20,21,22 23 4

Private religious

practices

24,25,28 26,27 5

Religious/spiritual coping

29,30 31 3

Religious support 32,33,34 - 3

Religious/spiritual history

35,36 37 3

Commitment 38,39 40 3

organizational religiousness

41,42 43 3

religious preference 44,45,46 - 3

Total 46

E. Validitas , Uji Daya Beda, dan Reliabilitas Alat Ukur

Menurut Azwar (2000) tujuan dilakukan uji coba alat ukur adalah untuk melihat seberapa jauh alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan pengukuran.


(53)

1. Validitas Alat Ukur

Menurut Shaughnessy, Zeichmeister, & Zeichmeister (2012) validitas merupakan kebenaran suatu pengukuran, apakah aitem mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan Azwar (2000) mendefinisikan uji validitas alat ukur sebagai sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudnya untuk diukur, artinya mengukur derajat fungsi suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes. Validitas yang digunakan adalah content validity. Content validity merupakan validitas yang menggunakan langkah telaah dan revisi aitem pertanyaan berdasarkan dari pendapat professional (menggunakan professional judgement). Professional judgement pada penelitian ini adalah 4 orang dosen yang ahli dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi, lalu setelah itu di analisa menggunakan analisa aiken’s V dengan memilih hasil validitas aitem di atas 0,3. Penilaian aitem pada formula Aiken’s V dilakukan dengan cara memberikan angka 1 (yaitu sangat tidak mewakili atau sangat tidak relevan) sampai dengan 5 (yaitu sangat mewakili atau sangat relevan) oleh professional judgement. Berikut penggunaan rumus

Aiken’s V:

Keterangan: 1= Angka penilaian terendah

c= Angka penilaian validitas tertinggi (dalam hal ini 5) n= Jumlah professional judgement

s= Jumlah angka yang diberikan professional judgement


(54)

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki atau yang tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2000).

Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu skor total tes itu sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment, yang di analisis dengan bantuan komputerisasi SPSS 17.0 for windows dan Microsoft Office Excel 2007. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitemtotal yang dikenal dengan indeks daya beda aitem(Azwar, 2000). Aitem yang lulus seleksi adalah aitem yang memiliki nilai r ≥ 0,25.

3. Reliabilitas Alat Ukur

Konsep reliabilitas mengacu pada apakah suatu instrumen dapat diinterpretasi secara konsisten dalam suatu pengukuran dan dalam situasi yang berbeda-beda (Shaughnessy, Zeichmeister, & Zeichmeister, 2012). Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2000).


(55)

Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s alpha coeffecient), yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar aaitem atau antar bagian dalam skala.

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) dilakukan pada 60 orang guru yang beragama Islam. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) akan dijelaskan pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Aitem-Aitem Skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) Setelah Uji Coba

Variabel Indikator perilaku

Aitem

Jlh Favourable Unfavourable

Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Helping behavior

1,2,3,4 5 5

Conscientiousness

6,7 8,9 4

Sportsmanship

10,12,13,14 11 5

Civic virtue

15,17,18,19 16 5

Total 19

Keterangan tabel 5: nomor aitem yang dicetak tebal merupakan aitem yang gugur.

Hasil uji coba skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) menunjukkan koefisien reliabilitas r = 0,710 dengan validitas bergerak dari 0,264- 0,452. Jumlah aitem yang diujicobakan adalah 19 aitem. Dari 19 aitem terdapat 11


(56)

aitem yang memiliki daya diskriminasi yang tinggi (r ≥ 0,25). Setelah dilakukan uji coba, maka peneliti melakukan penomoran kembali pada setiap aitem untuk digunakan dalam penelitian seperti tertera pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Aitem-Aitem Skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Saat Penelitian

Variabel Indikator perilaku

Aitem

Jlh Favourable Unfavourable

Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Helping behavior 2(1),3(2),4

(3) - 3

Conscientiousness

- 8(4),9(5) 2

Sportsmanship

10(6),12(8) 11(7) 3

Civic virtue

17(9),18(10)

, 19(11) -

3

Total 11

Selanjutnya uji coba pada skala religiusitas yang dilakukan pada 60 orang guru. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala religiusitas akan dijelaskan pada tabel 7


(57)

Tabel 7. Distribusi Aitem-Aitem Skala Religiusitas Setelah Uji Coba

Variabel Indikator Perilaku

Aitem

Jlh Favourable Unfavourable Religiusitas Daily spiritual

experiences

1,2,3,4,6,7 5 7

Meaning 8,9,10 11,12 5

Values 13,14,15 16 4

Beliefs 17,18 19 3

Forgiveness 20,21,22 23 4

Private religious practices 24,25,28 26,27 5

Religious/spiritual coping 29,30 31 3

Religious support 32,33,34 - 3

Religious/spiritual history 35,36 37 3

Commitment 38,39 40 3

organizational religiousness

41,42 43 3

religious preference 44,45,46 - 3

Total 46

Keterangan tabel 7: nomor aitem yang dicetak tebal merupakan aitem yang gugur.

Hasil uji coba skala religiusitas menunjukkan koefisien reliabilitas r = 0,931 dengan validitas bergerak dari 0,297- 0,701. Jumlah aitem yang diujicobakan adalah 46 aitem. Dari 46 aitem terdapat 33 aitem yang memiliki daya diskriminasi yang tinggi (r ≥ 0,25). Setelah dilakukan uji coba, maka peneliti


(58)

melakukan penomoran kembali pada setiap aitem untuk digunakan dalam penelitian seperti tertera pada tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Aitem-Aitem Skala Religiusitas pada Saat Penelitian

Variabel Indikator Perilaku

Aitem

Jlh Favourable Unfavourable Religiusitas Daily spiritual

experiences

2(1),4(2), 7(3)

- 3

Meaning 8(4),9(5) 11(6),12(7) 4

Values 15(8) 16(9) 2

Beliefs 18(10) 19(11) 2

Forgiveness 20(12),21

(13),22(14)

23(15) 4

Private religious practices 24(16) 26(17),27(18) 3

Religious/spiritual coping 29(19) 31(20) 2

Religious support 32(21),33

(22),34(23)

- 3

Religious/spiritual history 35(24),36 (25)

37(26) 3

Commitment 38(27),39

(28)

40(29) 3

organizational religiousness

41(30) 43(31) 2

religious preference 44(32),45 (33)

- 2


(59)

G. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Adapun persiapan yang dilakukan peneliti antara lain sebagai berikut :

a. Pembuatan alat ukur

Pada tahap ini, peneliti membuat alat ukur berupa skala persepsi dukungan organisasi dan skala kesejahteraan psikologis berdasarkan teori. Peneliti membuat 74 aitem untuk skala religiusitas dan 40 aitem untuk skala Organizational Citizenship Behavior (OCB). Skala dibuat dalam bentuk booklet ukuran kertas A4. Setiap pernyataan memiliki 5 alternatif jawaban. Selanjutnya, skala tersebut ditelaah oleh profesional judgement dengan menggunakan metode Aiken’s V.

b. Permohonan izin

Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti mengurus surat permohonan izin mengambil data ke Fakultas Psikologi USU. Selanjutnya, surat tersebut akan diberikan kepada sekolah-sekolah untuk melakukan pengambilan data kepada guru yang beragama Islam.

c. Uji coba alat ukur

Uji coba alat ukur dilakukan untuk melihat validitas dan reliabilitas skala religiusitas dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada 60 orang guru. Uji coba dilakukan pada tanggal 13 April 2014 sampai tanggal 2 Mei 2014.


(60)

d. Revisi alat ukur

Setelah melakukan uji coba, peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala religiusitas dan skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) dengan menggunakan SPSS versi 17 for windows. Setelah diketahui aitem-aitem mana saja yang memenuhi, maka peneliti melakukan revisi alat ukur. Sehingga di dapat 11 item untuk religiusitas dan 33 aitem untuk Organizational Citizenship Behavior (OCB). Selanjutnya, aitem-aitem tersebut akan digunakan sebagai skala untuk pengambilan data penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah alat ukur diuji cobakan dan direvisi, kemudian peneliti mulai melakukan pengambilan data kepada 168 orang sampel penelitian yaitu guru yang beragama Islam dan telah mengajar minimal 2 tahun. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 19 Mei 2014 sampai pada tanggal 7 Juni 2014 di daerah Medan, Binjai, dan Tanjung Morawa.

3. Pengolahan Data Penelitian

Setelah data semua subjek terkumpul, maka data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17 for windows.

H. Metode Analisa Data

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB), maka metode analisa data yang digunakan adalah analisis regresi. Keseluruhan analisa data dilakukan dengan


(61)

menggunakan fasilitas komputerisasi SPSS 17.0 for windows. Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian bahwa sampel yang dihadapi adalah berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji one sample kolmogorov-smirnov dengan aplikasi SPSS 17.0 for windows

Kaidah normal yang digunakan adalah jika p ≥ 0,05 maka sebarannya dinyatakan normal dan sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak normal (Hadi, 2000).

2. Uji Linearitas

Uji linearitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data distribusi penelitian yaitu variabel bebas (religiusitas) dan variabel tergantung (OCB) memiliki hubungan linier. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan teknik uji F dengan bantuan program komputer SPSS versi 17 for windows. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung adalah jika p < 0,05 maka hubungannya antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan linier, sebaliknya jika p > 0,05 berarti hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan tidak linier (Hadi, 2000).


(62)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran subjek penelitian, kemudian dilanjutkan dengan analisa pada hasil penelitian.

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah guru yang telah mengajar minimal dua tahun, beragama Islam dan mengajar di sekolah yang berlandaskan Islam yang berjumlah 168 orang. Sebelum melakukan analisa data, peneliti akan menguraikan gambaran subjek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan tingkat pendidikan.

1. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, subjek penelitian dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu dewasa awal dan dewasa madya. Menurut Havighurst (Papalia, Olds, & Feldman, 2008) rentang usia 20-40 tahun disebut masa dewasa awal, sedangkan rentang usia 40-60 tahun disebut masa dewasa madya. Deskripsi subjek berdasarkan usia terlihat pada tabel 9 di bawah ini :


(63)

Tabel 9. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia Usia (Tahun) Jumlah (N) Persentase (%)

20 – 40 134 79,8

40 – 60 34 20,2

Total 168 100

Berdasarkan tabel 9 di atas, dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang berusia antara 20 - 40 tahun sebanyak 134 orang (79,8%), sedangkan subjek penelitian yang berusia antara 40 - 60 tahun sebanyak 34 orang (20,2%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah subjek yang berada pada usia dewasa awal lebih banyak daripada jumlah subjek yang berada pada usia dewasa madya.

2. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, subjek penelitian dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu laki-laki dan perempuan. Deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin terlihat pada tabel 10 di bawah ini :

Tabel 10. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)

Laki-laki 63 37,5

Perempuan 105 62,5

Total 168 100

Berdasarkan tabel 10 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada subjek yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat dilihat melalui jumlah subjek berjenis


(64)

kelamin perempuan sebanyak 105 orang (62,5%), sedangkan subjek yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 63 orang (37,5%).

3. Gambaran Subjek Berdasarkan Status Pernikahan

Berdasarkan status pernikahan, subjek penelitian dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu menikah dan belum menikah. Deskripsi subjek berdasarkan status dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini :

Tabel 11. Gambaran Subjek Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Jumlah (N) Persentase (%)

Menikah 123 73,2

Belum Menikah 45 26,8

Total 168 100

Berdasarkan tabel 11 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian yang berstatus menikah lebih banyak daripada subjek yang belum menikah. Hal ini dapat dilihat melalui jumlah subjek yang sudah menikah sebanyak 123 orang (73,2%), sedangkan subjek yang belum menikah sebanyak 45 orang (26,8%).

4. Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, subjek penelitian dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu SMA/sederajat, D3, S1, dan S2. Deskripsi subjek berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini :


(1)

mengatasi

ketidaktenangan hati

20 Saya merasa cemas,

walaupun sudah melaksanakan solat

SS S N TS STS

21 Saya senang

bersilaturahmi dengan rekan kerja

SS S N TS STS

22 Saya mendukung

pekerjaan rekan kerja

SS S N TS STS

23 Ketika saya dalam

situasi yang sulit banyak teman atau kerabat yang memberikan rasa

nyaman untuk saya

SS S N TS STS

24 Saya menonton dan

mendengarkan program keagamaan baik di TV maupun di radio

SS S N TS STS

25 Saya sering mengikuti acara keagamaan

SS S N TS STS

26 Bagi saya mengikuti

kegiatan keagamaan merupakan kegiatan yang membosankan


(2)

27 Saya akan meninggalkan segala aktifitas kalau adzan sudah memanggil

SS S N TS STS

28 Saya rela

menyumbangkan uang saya untuk acara

keagamaan walaupun uang saya tidak banyak

SS S N TS STS

29 Saya rajin beribadah hanya karena untuk dipuji orang lain

SS S N TS STS

30 Saya akan berhenti mengajar bila jadwal solat telah datang

SS S N TS STS

31 Saya malas untuk ikut andil dalam

kepengurusan kegiatan keagamaan

SS S N TS STS

32 Saya akan menggunakan

pakaian yang sesuai syariat Islam walaupun ditentang oleh keluarga atau teman dekat

SS S N TS STS


(3)

ajaran agama Islam

Mohon periksa kembali jawaban Anda, pastikan tidak ada pernyataan yang belum diisi.


(4)

Lampiran 5

Hasil Penelitian


(5)

A. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

OCB religiusitas

N 168 168

Normal Parametersa,,b Mean 46.23 146.19

Std. Deviation 3.531 10.500

Most Extreme Differences

Absolute .099 .074

Positive .088 .056

Negative -.099 -.074

Kolmogorov-Smirnov Z 1.282 .964

Asymp. Sig. (1-tailed) .075 .311

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

B. Hasil Uji Linearitas

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 378.988 1 378.988 36.943 .000a

Residual 1702.958 166 10.259

Total 2081.946 167

a. Predictors: (Constant), religiusitas b. Dependent Variable: OCB


(6)

C. Hasil Utama

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 25.258 3.460 7.301 .000

religiusitas .143 .024 .427 6.078 .000

a. Dependent Variable: OCB

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .427a .182 .177 3.203