Perubahan Kebudayaan secara Paksa

commit to user 19

b. Perubahan Kebudayaan secara Paksa

Selain karena adanya mekanisme kebudayaan perubahan kebudayaan juga bisa terjadi karena adanya perubahan secara paksa. Bentuk – bentuk perubahan kebudayaan secara paksa adalah kolonialisme dan penaklukan; pemberontakan dan revolusi. Kolonialisme dan penaklukan ditandai oleh kemenangan militer negara penjajah atau penakluk dan pemindahtanganan kekuasaan politik tradisional ke tangan kolonial atau penakluk. Kegiatan budaya tradisional dibatasi dan dipaksa untuk diganti dengan kegiatan – kegiatan baru yang cenderung mengisolasi individu dan merusak integrasi sosialnya. Kolonialisme ini adalah perubahan kebudayaan yang dipaksakan dari pihak luar yaitu bangsa penjajah seperti Belanda dan Jepang. Dan di jaman merdeka saat ini tidak mengherankan apabila unsur – unsur kebudayaan mereka masih ditemukan dan bahkan diterapkan seperti bahasa, agama, dan sistem politik. Pemberontakan dan revolusi merupakan bentuk perubahan kebudayaan secara paksa yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri. Hal ini terjadi karena kondisi – kondisi yang dianggap kurang menguntungkan bagi sebagian besar masyarakat. Kondisi yang dimaksudkan berupa ketidakadilan dalam distribusi kekayaan atau material dan kekuasaan, yang memunculkan perasaan bbenci pada kelompok yang dianggap sebagai penindas dan menyebabkan hilangnya kepercayaan penguasa. Haviland dalam pujileksono 2006:265–267 mengungkapkan; “Terdapat lima kondisi sebagai pencetus pemberontakan dan revolusi, yaitu: 1 hilanggnya kewibawaan pejabat – pejabat yang kedudukannya mantap, 2 bahaya terhadap kemajuan ekonomi yang baru dicapai, 3 ketidaktegasan pemerintah, 4 hilangnya dukungan dari kelas cendikiawan, 5 pemimpin atau kelompok pemimpin yang memiliki kharisma cukup besar untuk menggerakkan sebagian besar rakyat, melawan pemerintah”. Kelima kondisi diatas dapat kita lihat dalam analisis perubahan kebudayaan dalam pemberontakan dan revolusi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 – 1998 masa reformasi. Pada masa itu pemerintah kehilangan kewibawaannya karena dianggap gagal membenahi persoalan ekonomi politik yang terjadi. Kalangan cendikiawan dan akdemisi perlahan lahan mencabut dukungannya dan menuntut commit to user 20 untuk segera mundur. Muncul tokoh – tokoh informal kharismatik yang memiliki pengaruh besar untuk menggerakkan rakyat.

c. Modernisasi