tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya
adalah konsumen, karyawan, pemegangsaham, komunitasdan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek
pendidikan, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu CSR berhubungan erat dengan pembangunan
berkelanjutan, yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata
berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan
lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut,
CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak minimisasi
dampak negatif dan maksimisasi dampak positif terhadap seluruh pemangku kepentingannya.
22
4. Sejarah Corporate Social Responsibility
Di Indonesia, istilah CSR dikenal pada tahun 1980-an. Namun semakin populer digunakan sejak tahun 1990an. Istilah CSR muncul
ketika kegiatan CSR sebenarnya telah terjadi. Di Indonesia, kegiatan CSR
22
https:id.wikipedia.orgwikiTanggung_jawab_sosial_perusahaan di akses pada 21-11-
2016.
ini sebenarnya sudah dilakukan perusahaan bertahun-tahun lamanya. Namun pada saat itu kegiatan CSR Indonesia dikenal dengan nama CSA
Corporate Social Activity atau “aktivitas sosial perusahaan”. Kegiatan
CSA ini dapat dikatakan sama dengan CSR karena konsep dan pola pikir yang digunakan hampir sama.
Layaknya CSR, CSA ini juga berusaha merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial
dan lingkungan.misalnya, bantuan bencana alam, pendidikan, kesehatan, sosial, pembagian Tunjangan Hari Raya THR, beasiswa dll. Melalui
konsep investasi sosial perusahaan “seat belt”, yang dibangun pada tahun 2000an. sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga
pemerintah yang selalu aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Dalam hal ini
departemen sosial merupakan pelaku awal kegiatan CSR di Indonesia. Selang beberapa waktu setelah itu pemerintah menghimbau kepada
pemilik perusahaan untuk memperhatikan lingkungan sekitarnya.Namun, ini hanya sebatas imbauan karena belum ada peraturan yang mengikat.
Sejatinya pemerintah menegaskan bahwa yang perlu diperhatikan perusahaan bukan hanya sebatas stakeholders atau para pemegang saham.
Melainkan stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan.Stakeholders dapat mencakup karyawan dan
keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan,
lembaga-lembaga swadaya masyarakat, lingkungan, media massa dan pemerintah.
Setelah tahun 2007 tepatnya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang kewajiban Perseroan Terbatas keluar, hampir semua
perusahaan Indonesia telah melakukan program CSR, meski lagi-lagi kegiatan itu masih berlangsung pada tahap cari popularitas dan
keterikatan peraturan pemerintah. Misalnya, masih banyak perusahaan yang jika memberikan bantuan maka sang penerima bantuan harus
menempel poster perusahaan ditempatnya sebagai tanda bahwa ia telah menerima bantuan dari perusahaan tersebut. Jika sebuah perusahaan
membantu masyarat secara ikhlas maka penempelan poster-poster itu terasa berlebihan.
23
5. Jenis –jenis Corporate Social Responsibility