1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Informasi dalam laporan keuangan menjadi salah satu informasi yang digunakan oleh stakeholder untuk pengambilan keputusan. Hery 2008 menyatakan
laporan keuangan adalah alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan
perusahaan dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan SAK terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Menurut SAK 2009 tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban stewardship manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan juga
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut Kerangka Konseptual dan Pelaporan
Keuangan SAK, laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yakni dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat dibandingkan.
Belkaoui 1993 dalam Widyaningdyah 2001 menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan
oleh manajer atas sumber daya pemilik. Penyampaian informasi tersebut terkadang
Universitas Kristen Maranatha
tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi information asymetric.
Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih menguasai informasi dibanding pemilik atau pemegang saham Ujiyantho, 2009. Laporan keuangan juga merupakan
salah satu alat yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen perusahaan. Pemegang saham dan pihak eskternal lainnya menilai kinerja manajemen cenderung
fokus pada laba yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Menurut Statement of Financial Accounting Concept SFAC No.1, informasi
laba merupakan indikator untuk mengukur kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam mencapai tujuan operasi yang telah ditetapkan serta membantu
pemilik untuk memperkirakan earnings power perusahaan dimasa yang akan datang. Laba juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan
selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi perhatian pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospeknya di masa depan Boediono, 2005.
Beberapa informasi yang diperoleh di laporan keuangan, biasanya laba menjadi pusat perhatian pihak pemakai Beattie et al 1994 dalam Boediono, 2005. Penggunaan
penilaian dan estimasi dalam akuntansi akrual mengizinkan manajer untuk menggunakan informasi dalam dan pengalaman mereka untuk menambah kegunaan
angka akuntansi. Beberapa manajer mengubah angka akuntansi, terutama laba Wild, Subramanyam, dan Robert, 2008:118. Menyadari pentingnya informasi mengenai
laba dan adanya asimetri antara manajemen dengan pemilik atau pemegang saham,
Universitas Kristen Maranatha
manajemen cenderung terdorong memanfaatkan peluang akuntansi akrual untuk melakukan manajemen laba Widyaningdyah, 2001.
Schipper 1989 dalam Wild, Subramanyam, dan Robert 2008 mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi manajemen dengan sengaja
dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi. Scott 1997 dalam Widyaningdyah 2001 mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan
manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan dan atau nilai pasar perusahaan. Manajer
mempunyai banyak alasan untuk melakukan manajemen laba, termasuk meningkatkan kompensasi manajer yang terkait dengan laba yang dilaporkan,
meningkatkan harga saham, dan usaha mendapatkan subsidi pemerintah Wild, Subramanyam, dan Robert 2008:121.
Manajemen laba dilakukan dengan mempermainkan komponen-komponen akrual dalam laporan keuangan. Akrual merupakan komponen mudah untuk
dipermainkan sesuai dengan keinginan orang yang melakukan pencatatan transaksi dan menyusun laporan keuangan Sulistyanto, 2008. Jumlah akrual yang tercermin
dalam penghitungan laba terdiri dari: 1 bagian akrual yang memang sewajarnya ada dalam proses penyusunan laporan keuangan, disebut normal accruals atau
nondiscretionary accrual NDA, dan 2 bagian akrual yang merupakan manipulasi data akuntansi yang disebut dengan abnormal accrual atau discretionary accruals
DA. Discretionary accruals DA merupakan komponen akrual yang dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan manajerial, sementara nondiscretionary
accrual NDA merupakan komponen akrual yang tidak dapat diukur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan manajemen perusahaan Sulistyanto, 2008.
Universitas Kristen Maranatha
Semakin meluasnya aktivitas manajemen laba memang telah mengakibatkan hancurnya tatanan ekonomi, etika, dan moral, dipertanyakannya kembali kelayakan
prinsip akuntansi serta integritas dan kredibilitas pada pelaku ekonomi dan akuntan publik tidak ada kesepakatan antar pihak terhadap aktivitas kecurangan ini
Sulistyanto, 2008. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan financial reporting
yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi. Menurut beberapa media masa, lebih banyak lagi perusahaan-perusahaan non publik melakukan pelanggaran yang
melibatkan persoalan laporan keuangan Boediono, 2005. Salah satu upaya untuk mengeliminir manajemen laba dalam pengelolaan
dunia usaha adalah dengan mewujudkan good corporate governance. Konsep good corporate governance secara definitif diartikan sebagai sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan agar selalu menciptakan nilai tambah untuk semua stockholder dan stakeholder Sulistyanto, 2008. Chtourou et al 2001 dalam
Sulistyanto 2008 memberikan kesimpulan bahwa penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten dapat menjadi penghambat aktivitas manajemen laba.
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba dan ditemukan hasil yang beragam. Penelitian Muh.
Arief dan Bambang 2007 yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba sedangkan Boediono 2005
menemukan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba adalah lemah. Penelitian Nuryaman 2008 menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Universitas Kristen Maranatha
Penelitian Sylvia dan Siddharta 2005 dan Nuryaman 2008 menemukan bahwa proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Penelitian Boediono 2005 menyimpulkan bahwa
pengaruh komposisi dewan komisaris terhadap manjemen laba adalah sangat lemah. Penelitian Muh. Arief dan
Bambang 2007 menemukan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Berbeda dengan penelitian
Marihot dan Doddy 2007 yang dilakukan pada industri perbankan melaporkan komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Reputasi auditor yang melakukan audit terhadap laporan keuangan suatu perusahaan juga mempengaruhi karena auditor yang mengeluarkan opini untuk
laporan keuangan tersebut. Hasil penelitian Widyaningdyah 2001 yang menyimpulkan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berbeda dengan hasil penelitian Meutia 2004 menemukan bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan hasil penelitian
Nuryaman 2008 kualitas yang dilihat berdasarkan spesialisasi industri KAP menyimpulkan kualitas berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba
yang mengindikasikan KAP besar reputasi auditor tidak menjamin hasil audit yang berkualitas tinggi.
Komite audit merupakan pihak yang mempunyai tugas untuk membantu komisaris dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan dan peningkatan
efektivitas internal dan eksternal audit Sulistyanto, 2008. Penelitian Sylvia dan Siddharta 2005 menghasilkan kesimpulan bahwa keberadaan komite audit tidak
terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap besaran pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan. Penelitian Wedari 2004 dalam Marihot dan Doddy
Universitas Kristen Maranatha
2007 menunjukkan interaksi dewan komisaris dengan komite audit berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hasil penelitian Marihot dan Doddy 2007 tentang
pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan diperoleh hasil bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap laba diskresionari.
Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat kesenjangan penelitian
serta hasil- hasil yang belum konsisten.
Kesenjangan hasil penelitian tersebut mendorong peneliti untuk meneliti kembali pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap manajemen laba.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini diberikan judul
“ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL,
KOMPOSISI DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR, DAN KOMITE AUDIT TERHADAP
MANAJEMEN LABA Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010
”
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba? 2. Apakah proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba?
3. Apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap manajemen laba? 4. Apakah komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba?
Universitas Kristen Maranatha
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian