Kepribadian guru dan korelasinya dengan motivasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Nasy'atul Khair Cimanggis Depok

t/83 Pf/I i

KEPRIBADIAN GURU DAN KORELASINYA DENGAN
!VIOTIVASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH ALIYAH
NASY' ATUL KHAffi CllVIANGGIS DEPOK

Oleh:

RUSJVIIYA TI

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH IAIN SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
1421 HI 2001 M

KEPRIBADIAN GURU DAN KORELASINYA DENGAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA DI .MADRASAH ALIYAH
NASY' ATUL KHAIR Cll\!IANGGIS DEPOK

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah untuk

Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Tarbiyah

Oleh

RUSJ\'IIYATI
NIM: 1961112226

Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I,

Drs. H. Abd.Rahman Ghazaly, l\'1.Ag.
NIP. 150 063 509

Pem imb·

Dra. Hj. Eri Rossatria, M.Ag.
NIP. 150 007 315

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH IAIN "SYARIF HIDAYATULLAH"
JAKARTA
1421 HI 2000 l\'1

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang bei:iudul KEPRIBADIAN GURU DAN KORELASINYA

DENGAN

MOTIVASI

BELAJAR

SISWA

DI

MADRASAH


ALIYAH

NASY' ATUL KHAIR CIMANGGIS DEPOK telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29
Januari 2001, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Program Strata 1 (S 1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 29 Januari 2001
Sidang Munaqasah
Pembantu Dekan f/
Sekretaris Merangkap Anggota

l

fod:oh Sm ,;, MS;

NIP.150.215.283

Anggota
Penguji II


Ors. A Syafi'i
NIP. 150.268.584

skripsi ini; terutama kepada Bapak Drs. H. Abd. Rahman Ghazaly, M.Ag., sebagai
Pembimbing I, dan Thu Dra.Hj. Eri Rossatria, M.Ag., sebagai Pembimbing II, yang
telah mengarahkan dan memberikan bimbingan yang sangat berharga kepada penulis.
Selanjutnya, ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan pula
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi MA., selaku dekan Fakultas

Tarbiyah dan Thu Dra. Hj. Fadhilah Suralaga M.Si., pembantu dekan I
Fakultas Tarbiyah IAIN SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. H. Abd.Rahman Ghazaly M.Ag., ketua iurusan Pendidikan

Agama Islam dan Bapak Drs. Ahmad Syafi'i, sekretaris jurusan.
3. Bapak Drs. E. Kusnadi selaku dosen penasehat Akademik, yang telah
memberikan bantuannya selama masa perkuliahan.
4. Para Bapak/lbu Dosen Fakultas Tarbiyah yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

5. Kepala sekolah MA Nasy'atul Khair Cimanggis - Depok, Bapak H.M Ghazali
Le., atas bantuan dan kesediaannya memberikan data dalam penelitian ini.
Para pegawai administratif dan edukatif MA N asy' atul Khair yang tel ah
bersedia membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian di sekolah.
6. Pegawai perpustakaan IAIN, perpustakaan DKI Jakarta dan Iman Jama', yang
telah membantu melengkapi literatur yang diperlukan dalam penyelesaian
skripsi ini.

v

7. Ayahanda Ranim dan Ibunda Nanih, atas kesabaran dan keikhlasan memberi
do' a, biaya, dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
pendidikan di IAIN Jakarta.
8. Kak Agus, Kak Iyus, Adik Heni dan Arif, atas bantuan dan dorongan yang
telah diberikan. Dan keluarga Ibu Kika atas Do' a dan bantuannya.
9. Teman-teman di kelas A jurusan Pendidikan agama Islam angkatan 1996,
terutama Ithah, Ijah, Nita, Nunna dan EQ, teman-teman seperjalanan dan
seperjuangan (Uci, Nia, Tuti, Edah, Yeyeh, Moyie dan Ana) atas motivasi
yang diberikan dan semoga persahabatan yang kita jalani akan berarti.
10. Para staf pengelola jasa rental komputer "Compstar 77" atas bantuan dan ilmu

yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini. Serta pihak lain yang telah
membantu penulis, baik langsung maupun tidak hingga terselesaikannya
skripsi ini.
Akhimya dengan segala keterbatasan penulis hanya dapat mengembalikan
segalanya kepada Allah SWT. untuk membalas kebaikan mereka. Semoga skripsi ini
bennanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amiin.
Jakarta, Desember 2000

Penulis

V1

DAFTARISI

KATA PENGANTAR........................................................................................

IV

DAFTARISI .....................................................................................................


Vl1

DAFTAR TABEL .............................................................................................

ix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................. ... ................ .... ....

1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................

7

C. Metode Pembahasan dan Teknik Penulisan ..................................


7

D. Sistematika Penulisan .... ....... ....... ... ........... .... .... ... .... .. ....... .. ........

8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kepribadian Guru
1. Pengertian Kepribadian Guru .......... ..... ....... .... .............. ...... .. 10

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Guru ............

13

3. Sikap dan Perilaku Guru yang Ideal........................................

18

4. Upaya Meningkatkan Kepribadian Guru ................................ 21

B. Motivasi Belajar

. . .............................................................. 23
. Mot1vas1
1. Pengerttan
2. Macam-macam Motivasi Belajar ........ ....... ....... ...... ..... .......... 25
3. Fungsi Motivasi Dalam Proses Belajar Mengajar ................... 28
4. Upaya Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar .... ....... 29
C. Hubungan Kepribadian Guru dengan Motivasi Belajar Siswa ...... 31
D. Pengajuan Hipotesis .................................................................... 32

Vll

BAB ill

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan dan Manfaat Penelitian .. ....... ... ... ... ... ... ...... ... ... ............ .. ...

33


B. Wak-tu dan Tempat Penelitian ....................................................... 34
C. Populasi dan Sampel .... ... ....... ... ... ....... ... ... ... ... .. ... .. ..... ... ... ...... ..... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 35
E. Pengolahan dan Analisis Data ........... ... .... .. ......... ...... ... ............ ..... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MA Nasy'atul Khair Cimanggis - Depok .........

38

B. Deskripsi Data.............................................................................. 39
C. Analisis dan Interpretasi Data....................................................... 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................. ...... ....... ............ ..... ............. .... .. .... 63

B. Saran-saran................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Vlll


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sifat dan Prilaku Guru yang ideal (yang disukai) siswa ...........................

40

Tabel 2 Sifat dan Prilaku Guru yang tidak disukai siswa .....................................

42

Tabel 3 Penampilan Guru dalam Mengajar.. ......................................................

43

Tabel 4 Profesi sebagai Guru............................................................................

45

Tabel 5 Pengaruh Kepribadian Guru Terhadap Minat Belajar Siswa ...................

46

Tabel 6 Motivasi Intrinsik pada siswa ................................................................

47

Tabel 7 Upaya-upaya Guru dalam Membangkitkan Motivasi Belajar...................

49

Tabel 8 Motivasi belajar yang diberikan orang tua..............................................

52

Tabel 9 Rekapitulasi basil angket kepribadian Guru yang ideal menurut
pandangan siswa MA Nasy'atul Khair ...............................................

54

Tabel 10 Rekapitulasi hasil angket motivasi belajar siswa lvf.A Nasy'atul
Khair ...............................................................................................

55

Tabel 11 Uji Korelasi antara Kepribadian Guru dengan Motivasi Belajar
Siswa di MA Nasy'atul Khair ............................................................

58

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan

sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang

Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 pada bab II, pasal 4 dinyatakan babwa
"Pendidikan

Nasional

bertujuan

mencerdaskan

kehidupan

bangsa

dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetabuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan" .1
Tujuan tersebut merupakan cita-cita bangsa Indonesia yang hams direalisasikan
dalam kehidupan.
Setiap manusia dituntut agar mempunyai cita-cita yang tinggi sebab manusia
yang menghargai arti dan tujuan sebuab cita-cita adalab makhluk yang sedang
merencanakan dunia dan masa depan. Untuk mencapai cita-cita tentu diperlukan
tenaga pendorong yang ada dalam diri manusia agar dapat berbuat sesuatu. Daya
dorong atau keinginan

yang timbul dari dalam diri manusia yang sedemikian kuat

itulab yang disebut dengan motivasi. Motivasi yang ada dalam diri manusia itu

'UU RI No. Th. 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaanny'!,
(Jakarta: Sinar Grafika Offset, 1995, Cet. ke-1, h. 4

1

2

menyebabkan ia berupaya dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang
ingin dicapai.
Selanjutnya, dalam hubungannya dengan pendidikan motivasi sangatlah
menentukan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan dan sangat berguna

bagi

kelangsungan hidup manusia khususnya dalam upaya pendewasaan anak. Hal ini
seperti dikemukakan oleh Jumhur dan Muhammad Surya bahwa "Sekolah sebagai
salah satu pendidikan formal mempunyai peranan yang amat penting dalam upaya
mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berguna.
Maka untuk tujuan tersebut, sekolah menyelenggarakan

kegiatannya melalui

kegiatan belajar mengajar. "2
Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi merupakan faktor yang sangat
penting, karena dengan adanya motivasi dapat menumbuhkan rninat belajar siswa.
Bagi siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai

energi untuk

melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sehingga boleh jadi siswa yang merniliki
intelegensi yang cukup tinggi menjadi gaga! karena kekurangan motivasi,

sebab

basil belajar itu akan optimal bila terdapat motivasi yang tepat. Karenanya bila
siswa mengalami kegagalan dalam belajar, ha! itu bukanlah semata-mata kesalahan
siswa, tetapi mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu
membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk belajar. Dengan dernikian guru

2
I. セオュィイ@
clan Moh.Surya, Bimbingan clan Penyu!uhan di Sekolah
Counseling), (Bandung : CV. Ilmu, tt.), Cet. ke-17, h. 7

(Guidance &

3

diharapkan dapat memberikan

dorongan kepada siswanya agar tumbuh motivasi

dalam diri mereka.
Faktor guru sebagai tenaga pendidik sangat dominan

dalam menentukan

keberhasilan pendidikan, guru memiliki banyak fungsi di antaranya sebagai pendidik,
pengajar dan pemimpin siswa di lingkungan sekolahnya. Guru bukan berfungsi
sebagai pemegang kekuasaan, tukang perintah, melarang dan menghukum anak-anak;
sehingga dapat dipahami bahwa seorang guru harus siap sedia memenuhi kebutuhan
jasmani dan rohani anak

dalam perkembangannya, seperti

dikemukakan

oleh

Muhibbin Syah bahwa "Pada asasnya, fungsi dan peranan penting guru dalam proses
belajar mengajar sebagai directur of learning (direktur belajar). Artinya setiap guru
diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai
keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
sasaran proses belajar mengajar" .3
Terlepas dari fungsi guru yang telah dikemukakan di atas, faktor terpenting
dari seorang guru adalah kepribadiannya. Sikap dan kepribadian seorang guru sangat
besar peranannya dan turut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar pada
umumnya dan pencapaian tujuan pengajaran pada khususnya. Sikap dan kepribadian
yang ia perlihatkan melalui tingkah lakunya sehari-hari baik di dalam kelas maupun
di Inar kelas merupakan awal perhatian anak yang meajadi sumber motivasi

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Suatu Pendekatan Bani>, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1996), Cet ke-3, h. 251

4

belajarnya. Dari sinilah diharapkan anak

mulai menunjukkan sikap terbuka atau

tertutup untuk mengikuti pelajaran.
Selanjutnya,

dalam interaksi antara guru dengan siswa pada saat proses

belajar mengajar dapat ditemukan perubahan sikap anak pada waktu pergantian guru
atau pada saat pergantian pelajaran.Terkadang suasana belajar dengan guru tertentu
tidak memberikan respon terhadap pelajaran

yang

diajarkannya dan ada pula

keadaan sebaliknya yaitu memberi respon yang positif. Sehingga dapat disimpulkan
kepribadian guru merupakan syarat utama untuk menjadi guru yang efektif dan
efisien. Mengenai hal ini, Zakiah Daradjat menegaskan bahwa "Kepribadian itulah
yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak
didiknya atau akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik,
terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang
sedang mengalami kegoncanganjiwa (tingkat menengah)." 4
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pada
bab VI pasal 28 ayat 2 dinyatakan bahwa "untuk dapat diangkat sebagai tenaga
pengajar tenaga pendidik yang bersangkutan harus beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan YME, berwawasan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, memiliki
kualifikasi sebagai tenaga pengajar". 5
Kaitannya dengan motivasi belajar siswa, guru dituntut untuk mampu
menampilkan sikap dan kepribadian yang baik dan menarik dihadapan anak dengan

4

Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. ke-3, h. 16

5

UU Rl No. 2 Th. 1989, op. ci!, Cet. ke-1, h. 13

5

harapan dapat memotivasi belajar anak yang akhimya tercipta suasana siap belajar
mengajar. Penulis berpendapat babwa lingkungan kelas itu harus diatur sedemikian
rupa agar dapat memberi penguatan (reinforce) tingkab laku sebagai indikasi
motivasi, dalam artian seorang guru sebagai pencipta kondisi (kondisioner) emosi
bagi para siswa.
Memang jika kita kembali kepada kodrat manusia maka dalam diri seorang
guru akan terlibat aspek-aspek kemanusiaan apa yang dialami guru di luar sekolab
terkadang terbawa ke sekolab dan yang dilakukan guru di luar konteks belajar
mengajar seringkali mempengaruhi proses belajar mengajar. Oleh karena itu kodrati
kemanusiaan yang dimiliki harus bisa diseleksi dan dikaji oleh dirinya sendiri
sehingga terbentuk pribadi yang utuh.
Namun kenyataan yang ada, masih saJa senng dijumpai pada prakteknya
secara tidak disadari guru melampiaskan emosinya terhadap siswa. Misalnya di
sekolab ditemukan kediktatoran yaitu figur guru yang mempunyai sifat pemarab atau
keras yang bisa menimbulkan sifat

benci pada anak dan siksaan perasaan takut

karena ha! tersebut, situasi-situasi yang memalukan yang menimpa siswa sehingga
menyakitkan hatinya. Terkadang juga ditemukan sikap

guru yang hanya sekedar

memberi perintab atau memberi tugas-tugas sekolab akan tetapi tidak suka memberi
pertolongan bila siswa mengalami kesulitan, dalam berinteraksi dengan siswa sering
terjadi berat sebelab (pilih kasih). Selain sifat-sifat di atas, cara guru berpakaian,
berbicara, bergaul dan berjalan juga merupakan cerminan dari kepribadiannya yang
sangat berpengaruh terhadap anak didik dalam kegiatan belajar mengajar.

6

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dikaitkan dengan kenyataan yang
ada, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dan menuliskannya dalam
bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul: " KEPRIBADIAN GURU DAN
KORELASINYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH
ALIYAH NASY' ATUL KHAIR CIMANGGIS - DEPOK "·

Adapun judul seperti yang telah di tulis di atas, dipilih berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Keberadaan guru di sekolah merupakan figur sentral bagi siswa dalam proses
belajar mengajar dan di tangan para gurulah terletak kemungkinan berhasil atau
tidaknya tujuan pendidikan.
2. Sikap dan kepribadian guru yang ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari di
sekolah akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar mengajar.
3. Guru dituntut untuk dapat memahami motif-motif yang ada pada diri anak dan
mampu membangkitkan motivasi

belajar siswa dalam upaya menciptakan

suasana belajar yang kondusif.
4. Madrasah Aliyah Nasy'atul Khair Cimanggis - Depok sebagai obyek dalam
penelitian

ini merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam. Penulis merasa

tertarik untuk mengetahui tentang kepribadian guru yang ditampilkan dalam
proses belajar mengajar apakah berhubungan dengan upaya membangkitkan
motivasi belajar siswa.

7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.

Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi

ID1

terarah, maka masalah yang akan dibahas

dibatasi pada:
a.

Kepribadian guru dan korelasinya dengan motivasi belajar siswa.

b. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Nasy'atul khair Cimanggis
Depok. Subjek penelitian difokuskan kepada siswa MA Nasy'atul Khair
Cimanggis Depok pada tahun ajaran 2000-2001.
2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang

diajukan sebagai berikut:
a. Adakah korelasi antara kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa di
Madrasah Aliyah Nasy'atul Khair Cimanggis - Depok?
b. Bagaimanakah kepribadian guru dalam proses belajar mengajar?
c. Bagaimanakah motivasi siswa dalarn belajar ?

C. Metode Pembahasan dan Teknik Penulisan
Metode yang digunakan dalarn penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif
analisis yaitu menganalisa keterkaitan antara variabel-variabel dalarn suatu fenomena
yang diteliti dan menguraikan data-data yang ada untuk kemudian disimpulkan. Dan
metode analisis yang digunakan adalah studi korelasional yaitu dengan penelaahan
hubungan antara variabel-variabel pada satu situasi atau kelompok subjek yang

8

dilakukan untuk melihat hubungan antara fenomena atau hubungan suatu variabel
dengan variabel lain. Dalam hal ini penulis mendeskripsikan skripsi ini sehingga
dapat diketahui apakah terdapat korelasi yang positif antara kepribadian guru dengan
motivasi belajar siswa.
Adapun sifat dari penelitian ini adalah:
1. Library Research yaitu dengan cara membaca buku-buku yang ada hubungan
dengan permasalahan ini.
2. Field Research yaitu dengan cara meneliti langsung ke obyeknya.
· Teknik penulisan skripsi

ini berpedoman kepada buku pedoman penulisan

skripsi, Tesis dan Disertasi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh
PT. Hikmat Syahid Jakarta tahun 1994.

D. Sistematika Penulisau

Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab dan setiap bab
dirinci ke dalam beberapa sub bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I adalah pendahuluan. Uraian dalam bab ini mencakup latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalab, metode pembahasan, teknik penulisan
dan sistematika penulisan.
Bab II adalah landasan teori .Uraian dalam bab ini tentang kepribadian guru,
motivasi belajar, hubungan kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa dan
pengajuan hipotesis. Kepribadian guru mencakup pengertian kepribadian guru,
faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian guru, Sikap dan prilaku guru yang

9

ideal, cara meningkatkan kepribadian guru. Sedangkan motivasi belajar mencakup
pengertian motivasi, macam-macam motivasi belajar, fungsi motivasi dalam proses
belajar mengajar dan upaya guru dalam membangkitkan motivasi belajar.
Bab Ill adalah metodologi penelitian, mencakup tujuan dan manfaat
penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan
data, pengolahan dan analisis data.
Bab IV adalah hasil penelitian. Uraian dalam bab ini mencakup gambaran
umum Madrasah Aliyah Nasy'atul Khair Cimanggis - Depok, Deskripsi data, analisis
data dan Interpretasi data.
Bab V adalah penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kep1ibadian Guru
1. Pengertian Kepribadian Guru.

Istilah "kepribadian" sering dijumpai dalam beberapa literatur dengan
berbagai ragam makna dan pendekatan. Sebagian psikolog ada yang menyebutnya
dengan personality (kepribadian), character (watak atau perangai) dan type
(tipe). 1Namun istilah tersebut yang dipakai adalah istilah kepribadian.
Kata kepribadian berasal

dari kata "personality" (bahasa Inggris) yang

berasal dari kata "persona" (bahasa latin) yang berarti kedok atau topeng, yaitu tutup
muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk
menggambarkan peril;tku, watak atau pribadi seseorang. 2 Hal ini dilakukan oleh
karena terdapat ciri-ciri yang khas yang hanya dimiliki oleli seseorang, baik dalam
arti kepribadian yang baik atau yang

buruk. Dengan demikian secara bahasa

kepribadian adalah keadaan manusia sebagai perseorangan atau keseluruhan sifat
yang merupakan watak seseorang.

1

Sumadi Suzyabrata, Psikologi Keoribadian, (Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 1998), Cet.

ke-8, h. I
2

Agus Sujanto, et al., Psilmlogi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, !997), Cet. ke-7, h. I

10

11

Sedangkan pengertian kepribadian dari sudut tenninologi dalam kamus besar
bahasa Indonesia dinyatakan bahwa kepribadian adalah sifat mendasar yang
tercennin dari perilaku seseorang, yang membedakan dirinya dengan orang lain.

3

Kepribadian secara tenninologi ini memiliki banyak definisi, disebabkan oleh
beberapa faktor . Misalnya sudut pandang, dasar pemikiran, cara dan pendekatan dan
aliran yang dianut. Untuk itu penulis sengaja dalam memberikan definisi ini akan
mengutip beberapa definisi kepribadian yang dikemukakan oleh psikolog ternama,
meskipun beberapa diantaranya sederhana, namun mampu mencerminkan hakikat
kepribadian yang sesungguhnya. Adapun beberapa definisi istilah kepribadian
diantaranya:
Menurut Ahmad D. Marimba secara tenninologis, kepribadian meliputi
kualitas keseluruhan dari seseorang yang akan tampak dalam cara-caranya
mengeluarkan pendapat, sikapnya, minatnya, filsafat hidupnya serta kepercayaannya. 4
Menurut G.W Allport yang dikutip oleh Agus Sujanto, kepribadian adalah
organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri atas sistem psikopisik yang
menentukan penyesuaian dirinya yang khas terhadap lingkungannya. 5
Selanjutnya Sigmund Freud mengemukakan sebagaimana dikutip oleh
Sumadi Suryabrata, definisi kepribadian adalah Integrasi dari Id, ego dan super ego. 6
'Feter Salim dan Y enny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemoorer, (Jakarta:
Modern English, 1991 ), b. 1190
4

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Isli!fil, (Bandung: PT. AL-Ma'arif,
1989), Cet. ke-8, ii. 67
5
6

Agus Sujanto, o0. cit., ii. 11

Sumadi Smyabrata, op. cit., b. 124

12

Meskipun ketiga aspek itu masing-masing mempunyai fungsi, sifat, komponen,
prinsip kerja, dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya saling bekerja sama seperti
suatu tim, Id sebagai komponen kepribadian biologis, ego sebagai komponen
kepribadian psikologis dan super ego sebagai komponen kepribadian sosiologis.
A.E Traxler berpendapat yang dikutip oleh Abdul Mujib bahwa kepribadian
adalah:"jumlah keseluruhan tingkah laku individu dalam berbagai situasi. Pengertian
tingkah laku disini meliputi perbuatan-perbuatan yang tampak dari luar dan getaran
perasaan yang timbul di dalam diri yang dihasilkan oleh situasi, sebagaimana ha! itu
dapat diinterpretasi oleh individu melalui introspeksi". 7
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa rumusan kepribadian
mengandung prinsip-prinsip pokok yang dikemukakan

oleh Abdul

Mujib,

diantaranya:
a.
Kepribadian selalu ditimbulkan dari struktur yang terorgarus1r.
Struktur yang dimaksud berupa konstitusi fisik dan psikis atau aspek-aspek
dalam kepribadian, seperti aspek biologis, psikologis, sosiologis dan sebagainya.
b. Kepribadian seseorang bersifat dinamis, artinya tingkah laku itu terintegrasi,
yang menggambarkan suatu interaksi antara potensi yang diperoleh dari warisan,
keturunan dan pengaruh lingkungan.
c. Kepribadian seseorang memiliki ciri-ciri dan kualitas khas, karena setiap
individu memiliki kepribadian yang unik dan berbeda dengan kepribadian
individu yang lain.
d. Keunikan kepribadian seseorang disebabkan oleh faktor dalam dirinya dan
faktor luar dirinya.
e. Kepribadian merupakan hakikat manusia sesungguhnya dan mencerminkan
karakteristik dalam diri individu. 8

7

Abdul Mujib, Fittah dan Kepribadian Islam (Sebuah Peudekatau Psikologis), (Jakarta: Darul
Falah, 1999, Cet. ke-1,h. 80
8

Ibid., h. 82

13

Dengan demikian yang dimaksud kepribadian adalah kesatuan antara aspek
perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral
(perbuatan nyata) yang berkaitan secara fungsional dalam diri seorang individu,
sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap.
Pengertian guru itu sendiri adalah orang yang pekerjaannya mendidik,
mengajar dan mengasuh. 9 Hal senada ditegaskan dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa "Tenaga pendidik (guru) adalah anggota masyarakat
yang bertugas membimbing, mengajar dan atau melatih peserta didik". 10
Berdasarkan pengertian kepribadian dan pengertian guru di atas, maka yang
dimaksud dengan kepribadian guru adalah kepribadian guru secara menyeluruh yang
dilihat dari segi sikap, perilaku, keadaan emosi serta penampilan yang diperlihatkan
selama berlangsungnya proses belajar mengajar maupun di luar proses belajar
mengaJar.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian guru

Setiap orang yang akan melaksanakan tugas sebagai guru harus mempunyai
kepribadian, karena kepribadian yang dimiliki guru sangat erat hubungannya dengan
pengelolaan proses pembelajaran di kelas. Sementara kita ketahui kepribadian ini
dapat berubah, ha! ini menunjukkan bahwa kepribadian itu mudah atau dapat
dipengaruhi sesuatu. Karena itu ada usaha mendidik pribadi atau membentuk pribadi.
9

Peter Salim dan Yenny Salim, op. cit., h. 494

10

ke-2, h. 9

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasion!!!, (Jakarta: PT. Kreasi Jaya Utama, I 989), Cet

14

Semua orang dapat dikatakan memiliki spesifikasi sikap dan prilaku yang unik,
begitu pun guru, maka tidak jarang ditemukan adanya sikap dan perilaku guru-guru
yang berbeda.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku pada masingmasing individu guru, di antaranya :
a. Faktor-faktor yang ada di dalam diri guru, yang mencakup keadaan dan kondisi
tubuh (fisik), keadaan psikis.
b. Faktor-faktor yang ada di luar diri guru, yang mencakup subjek didik (siswa),
pimpinan sekolah, teman sejawat, pegawai tata usaha dan orang tua siswa serta
situasi lingkungan.

11

a. Faktor-faktor yang ada di dalam diri guru
1) Keadaan dan kondisi tubuh (fisik)
Sebagai calon guru, syarat kesehatan merupakan syarat yang tidak dapat
diabaikan. Seorang guru yang berpenyakit menular akan membahayakan kesehatan
anak-anak dan membawa akibat yang tidak baik dalam tugasnya sebagai pengajar dan
pendidik. Jika seorang guru merasakan bahwa dirinya normal, maka di mata siswa
sikap dan prilakunya akan mantap. Dengan demikian, kesehatan merupakan syarat
utama bagi guru, sebagai orang yang setiap hari bekerja dan bergaul di antara anakanak.
11

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1990), h. 254

15

2) Keadaan psikis.
Keadaan psikis guru yang kurang baik akan berpengaruh terhadap sikap dan
perilakunya di dalam menghadapi siswa. Apabila ia penggugup, kurang sabar, kurang
teliti, pendendam, tidak adil dan lain-lain sifut negatif, akan dapat mengganggu arus
komunikasi belajar mengajar dengan siswa Akibatnya sudah dengan mudah dapat
ditebak, kualitas pembelajaran tidak akan dapat seperti yang diharapkan. Satu faktor
psikis yang paling penting adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru.
b. Faktor-fuktor yang ada di luar diri guru
Lingkungan di luar guru cukup luas. Namun demikian dapat diidentifikasi
faktor-faktor yang sekiranya memang dekat sekali dengan guru yang sangat
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku guru, khususnya dalam rangka menciptakan
proses belajar mengajar. Faktor-faktor tersebut, diantaranya adalah:
1) Subjek didik (siswa)
Guru adalah manusia biasa yang tidak lepas (sama sekali) dari berbagai
perasaan simpati, empati dan antipati kepada orang lain. Bagaimana seorang guru
bersikap dan berperilaku kepada siswa ditentukan oleh keadaan siswa sendiri, guru
dan interaksi antara keduanya. Keadaan subjek didik itu sendiri bergeser dari waktu
ke waktu. Siswa yang biasanya menyenangkan, mungkin saja pada suatu saat
menjengkelkan atau mungkin sebaliknya. Dengan keadaannya itulah siswa dapat
menjadi penyebab sikap dan perilaku guru di dalam maupun di luarkelas. Tentu saja
sikap dan prilaku negatif sebaliknya ditekan oleh guru sampai pada tingkat frekuensi
yang paling minim.

16

Oleh Good dan Brophy sebagaimana dikutip Suharsimi Arikunto, ia
menyatakan bahwa sikap dan perilaku guru terhadap siswa sebaiknya didasarkan atas
apa yang diistilahkan dengan "self -:fulfilling prophecy" (pancingan prilaku) yang
digarnbarkan sebagai suatu situasi-situasi harapan guru terhadap prilaku s1swa
sehingga guru berprilaku yang mengarah pada self-folfilling prophecy. 12
Dalarn ha! ini pihak gurulah yang memulai berperilaku (memberikan umpan
pancing), kemudian siswa berperilaku sebagai akibat adanya umpan. Urutan
pancingan perilaku tersebut adalah sebagai berikut: 13
a) Guru mempunyai harapan siswa berperilaku tertentu
b) Guru sendiri berperilaku sebagai pancingan prilaku harapan dari siswa
c) Siswa berprilaku sesuai prilaku guru dan sesuai dengan harapan guru pula
Dan dalam tulisannya Tausch yang dikutip oleh Kurt Singer mengemukakan:
"Bahwa guru yang memperlihatkan sikap mengharap yang positif akan lebih
cenderung untuk memantapkan kecerdasan si murid, artinya jika guru lebih
mencurahkannya kepada murid serta tidak selalu mengkritik kesalahan yang
dilakukan si murid, mungk:in para murid dapat turut melaksanakan optimisme
guru yang membimbing mereka, kemudian rasa takut mereka pun berkurang,
sehingga mereka dapat menekuni pelajaran dengan kecenderungan yang lebih
ditingkatkan" .14
2) Pimpinan sekolah
Pimpinan sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan wakil-wakilnya, secara
langsung maupun tidak merupakan "motor penggerak" bagi guru untuk bersikap dan

14

Kurt Singer, Membina Hasrat Di Sekolah, (Bandung: Remaja Karya CV, 1987), h. 132

17

berprilaku. Jika pimpinan sekolah bersikap baik kepada guru, memberikan dorongan
atau motivasi untuk hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan tugas mengajar dan
tugas-tugas lain di sekolah, maka guru yang bersangkutan akan melaksanakan tugastugasnya dengan mantap. Sebaliknya jika pimpinan sekolah knrang memberikan
motivasi atau bahkan tidak menyetujui apa yang sedang dan akan dilaksanakan oleh
guru, maka pelaksanaan tugasnya tidak akan mantap, apa lagi bergairah. Telah
dijelaskan di atas kemantapan kerja guru akan berpengaruh terhadap knalitas proses
pembelajaran.
3) Teman sejawat
Teman sejawat guru merupakan lingknngan yang menyebabkan guru
merasakan hidup dalam "satu korps" yang keberadaannya akan memantapkan hal-hal
yang dilaknkannya. Kesetiakawanan antar guru, selain dapat memberikan dorongan
atau motivasi kerja, terutama dalam menyiapkan dan menciptakan proses belajar
mengajar yang diinginkan.
4) Pegawai tata usaha
Untuk memenuhi kebutuhan pengajaran, guru mungkin berhubungan dengan
pegawai tata usaha untuk meminta atau meminjam alat-alat pelajaran, bukn pegangan
atau media pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan pribadinya mungkin guru
berhubungan dengan pegawai tata usaha, untuk mengambil gaji dan sebagainya.
Apabila tidak atau kurang keharmonisan dalam hubungannya tersebut, tidak mustahil
bahwa guru menjadi kecewa, murung atau diliputi perasaan negatif lain. Semua

18

perasaan negatif tersebut akan dapat menghasilkan dampak negatif pula, yaitu
menurunkan kualitas kerja guru.
5) Orang tua siswa
Tidak

jarang

terjadi,

meskipun

sebetulnya

mesti

dihindari,

guru

memperlakukan siswa dengan tidak sewajarnya disebabkan hubungan guru dengan
orang tua siswa kurang serasi. Sikap dan perilaku yang kurang baik ini dapat bersifat
sementara maupun menetap, tergantung dari bagaimana hubungan antara dua pihak
yang bersangkutan.
6) Situasi lingkungan
Situasi lingkungan yang kurang mendukung seperti letak geografis,
kebersihan, keamanan, keeratan dan keserasian dengan masyarakat sekitar, akan
mempunyai pengaruh langsung bagi pandangan guru terhadap lingkungan tersebut.

3. Sikap dan perilaku guru yang ideal
Telah dikemukakan bahwa kepribadian guru yang meliputi sikap dan perilaku
yang diperlihatkannya sehari-hari, baik kbususnya di dalam kelas maupun di
lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Hal ini
mengingat bahwa guru mempunyai multi peran di dalam proses belajar mengajar,
selain sebagai pendidik ia juga sebagai pengajar, yang diharapkan mempunyai sikap
yang baik.
Sikap guru, sesuatu yang merupakan "jiwa" dari kegiatan pendidikan, sangat
erat kaitannya dtmgan nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diakui baik dan
dianut oleh individu guru itu sendiri. Di dalam sebuah kelas mungkin siswa merasa

19

tenteram dan tenang menghadapi gurunya seperti menghadapi orang tuanya sendiri.
Apabila demikian suasananya, para siswa akan merasa betah untuk belajar.
Sebaliknya mungkin di kelas lain siswa merasakan kehidupan di kelas seperti
layaknya tempat hukuman, sehingga tidak henti-hentinya siswa mengamati jam untuk
mengetahui kapan pertemuan dengan guru akan berakhir.
Salah satu daya tarik agar siswa menyukai kehidupan di kelas adalah keunikan
atau kecakapan guru. Semua ini dapat dilihat dari penampilan guru yang
bersangkutan. Ditinjau dari pandangan kejiwaan, siswa yang sedang belajar di
sekolah selalu dalam proses identifikasi, mencari tokoh ideal yang akan dicontoh
untuk dirinya. Guru yang berkepribadian yang baik dapat dijadikan sebagai "tokoh
ideal" yang akan ditiru, dijadikan pola untuk dicontoh. Tidak mustahil bahwa di
dalam kelas, guru yang dijadikan contoh tersebut dapat memikat hati para siswa, dan
apa yang diberikan akan didengarnya baik-baik. Dengan demikian bagaimanakah
seharusnya sikap dan perilaku guru yang ideal? Good dan Brophy berpendapat
sebagaimana dikutip oleh Suharsimi Arikunto bahwa sikap dan perilaku yang baik
akan terlihat pada tiga ha!, yaitu:
a. Sikap terhadap diri, yang dapat dilihat dari indikator:
1) Tampak menyukai dirinya (mau bersolek, tidak acuh terhadap dirinya).
2) Merasakan keberhasilan diri dan kemanfaatan dirinya bagi orang lain.
3) Memiliki perhatian yang bervariasi, menyukai banyak ha!, misalnya:
kesenian, sastra, teknik dan lain-lain.
b. Sikap terhadap profesi, pekerjaan guru yang dipilih dan menyenangi kawan
sejawatnya, yang terlihat dari indikator:
1) Merasakan bahwa yang dilakukan mempunyai manfaat bagi pendidikan anakanak.
2) Menikmati, merasakan puas akan pekerjaan yang telah dimilki seakan-akan
tidak ingin pekerjaan lain

20

3) Merasakan bahwa apa yang dilakukan sudah merupakan alternatif terbaik
karena sudah mengerahkan semua kemampuan yang dimilikinya.
4) Tidak enggan menerima saran dari teman sejawat dan bila perlu tidak enggan
pula bertanya kepada temat sejawat tanpa pandang derajat, pangkat sosio
ekonomi dan juga usia.
c. Sikap terhadap siswa, yang ditandai oleh indikator antara lain:
I) Menyadari bahwa tiap-tiap siswa merupakan individu yang unik sehingga
perlu perhatian serta pelayanan yang khusus pula.
2) Mengenali paling sedikit satu macam keistimewaan pada diri masing-masing
siswa, sehingga tidak akan meremehkan siswa.
3) Bersedia mendorong setiap siswa tanpa mengenal pilih kasih
4) Mengenal "ada di mana" siswa berada sehingga guru dapat dengan tepat
menempatkan diri untuk mengajak siswa untuk maju belajar. 15
Bagaimana guru memandang dan menyikapi dirinya, profesinya dan siswa,
akan sangat menentukan keberhasilannya dalam mengelola proses pembelajaran,
karena pandangan tentang apa yang dijalani akan menentukan bagaimana yang
menjalani tersebut bersikap, berperilaku dalam proses belajar mengajarnya itu.
Dengan kata lain, pandangan guru saja belum cukup menunjukkan secara langsung
keberhasilan kerjanya, tetapi sikap yang dilandasi oleh pandangan itulah yang dapat
dikaitkan dengan keberhasilan proses pembelajaran.
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru, Balnadi Sufadipura
mengemukakan sebagai berikut:

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

1. Kooperatif, sikap demokratis
Ramah dan menghormati perorangan
Sabar
Perhatian yang luas
Penampilan yang sopan dan mengindahkan tatakrama
Jujur dan tidak berat sebelah
Memiliki sense of humor
Perangai dan tingkah laku yang baik
15

Suharsimi Arikunto, Ibid.. h. 270-271

21

9.
10.
11.
12.

Menaruh perhatian terhadap persoalan anak didiknya
Luwes dalam tindakan
Mempergunakan penghargaan dan pujian
Menguasai keterampilan mengajar yang luar biasa mengenai suatu mata
pelajaran tertentu. 16

4. Upaya meningkatkan kepribadian guru

Kemantapan kepribadian seorang guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar

akan

berpengaruh

terhadap

situasi

belajar

mengaJar

yang

diselenggarakannya. Mengapa demikian? Karena dengan kepribadian yang mantap
dan mempunyai integritas yang tinggi, setiap permasalahan yang dihadapi bisa
terpecahkan dan ha! ini akan berpengaruh terhadap ketenangan proses belajar
mengajar. Kemantapan dan integritas pribadi harus dimiliki oleh setiap guru demi
tercapainya tujuan pendidikan dan mutu pendidikan. Untuk itu perlu adanya upaya
agar kepribadian guru (sikap dan perilaku) yang dimiliki sesuai harapan. Hal ini
seperti

dikemukakan

oleh

Oemar

Hamalik

"Kemantapannya (guru) dalam bekerja,

yang

dikutip

Cece

Wijaya:

hendaknya merupakan karakteristik

pribadinya sehingga pola hidup seperti ini terhayati pula oleh siswa sebagai pendidik.
Kemantapan dan integritas pribadi ini tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan
tumbuh melalui suatu proses belajar yang sengaja diciptakan" .17
Upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan kepribadiaannya adalah
sebagai berikut:
1

6Balnadi Sufadipura, Aneka Problema Kegurnan (Bandung: Angkasa, 1983), h.123

17

Cece Wijaya, A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar
Menagajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. ke-2, h. 14

22

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Mengkaji ajaran-ajaran agama yang dianut
Mengamalkan ajaran-ajaran agama yang dianut
Menghayati peristiwa yang mencerminkan sikap saling menghargai antar
umat beragama.
b. Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa pancasila
- Mengkaji berbagai ciri manusia Pancasila
- Mengkaji sifat-sifat kepatriotan bangsa Indonesia
- Menghayati urunan para paatriot dalam merebut, mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan
Membiasakan diri menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
- Mengkaji hubungan manusia dengan lingkungan alamiah dan buatan
Membiasakan diri menghargai dan memelihara mutu lingkungan hidup
c. Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan guru
Mengkaji sifat-sifat terpuji yang hams dimiliki oleh guru
Membiasakan diri menerapkan sifat-sifat sabar, demokratis, menghargai
pendapat orang lain, sopan santun dan tanggap terhadap pembaharuan 18
Sedangkan menurut Peter Lauster dalam bukunya yang berjudul Personality
yang dikutip oleh Agus Sujanto, beberapa aspek psikis yang dapat dipergunakan
untuk meningkatkan kepribadian adalah sebagai berikut:

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
1.

a. Kepercayaan pada diri sendiri
Sikap optimis
Sikap berhati hati
Sikap tidak tergantung kepada orang lain
Sikap tidak mementingkan diri sendiri
Ketahanan menghadapi cobaan
Toleransi
Ambisi
Kepekaan sosial (empati) 19

"Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profosional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997),
Cet ke-8, h. 16
19

Agus Sujanto, op. cit, h. 159

23

B. Motivasi Belajar
1. Penge11ian motivasi belajar

Dalam psikologi istilah motivasi sering dikenal dengan istilah motif. Kata
"motif itu sendiri diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. 20 Atau seperti yang dikatakan oleh Sartain dalam bukunya

Psycology Understanding of Human Behavior yang dikutip M. Ngalim Purwanto:
"motif adalah suatu pemyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang."21
Sedangkan pengertian motivasi yang tercantum dalam kamus besar bahasa
Indonesia kontemporer adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri
seseorang, baik secara sadar maupun tidak sadar, untuk melakukan sesuatu perbuatan
dengan tujuan tertentu. 22Definisi motivasi ini banyak dikemukakan oleh beberapa
ahli, diantaranya:
Menurut W.S Winkel, motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi
aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, bila kebutuhan untuk mencapai
tujuan sangat dirasakan atau dihayati. 23
2-0Sardiman AM, lnteraksi dan Motivasi Helajar Meogajar, (Jakarta: CV. r。ェキャセ@
ke-6, h. 73
21

1996), Cet.

Ngalim Purwanto, Psikologj Peodidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 1995),

Cet ke-10, h. 60
"Peter Salim dan Yenny Salim, op. cit., h. 997
23

W.S Winkel, Psikologj Peodidikan dan Evaluasi Helajar , (Jakarta: PT. Gramedia, 1986),

Cet ke-3,h. 27

24

Selanjutnya M Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa motivasi adalah
"pendorongan"; suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu.

24

Menurut Mc. Donald sebagaimana dikutip oleh Sardiman AM, motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
"feeling' dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. 25

Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam istilah motivasi memiliki tiga
unsur penting, yaitu :
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan . Jadi motivasi dalam ha! ini
sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan26
Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar demi mencapai tujuan yang dikehendaki.
24

Ngulim Purwanlo, op.oil, h. 71

25

Sardiman AM, Loe.cit.,

26

lbid.,h. 73-74

25

2. l\llacam-macam motivasi belajar.
Berbicara tentang macam-macam motivasi atau jenis-jenis motivasi ini dapat
dilihat dari berbagai sudut pandang.

Para ahli psikologi berusaha untuk

menggolongkan motif-motif yang ada dalam diri manusia atau suatu organisme, ke
dalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing. Diantaranya
menurut Woodworth & Marquis sebagaimana dikutip oleh Ngalim Purwanto,
macam-macam motivasi yaitu motif atau kebutuhan-kebutuhan organis, motif-motif
darurat dan motif obyektif 27
Frandsen sebagaimana dikutip oleh Sardiman AM mengemukakan jenis-jenis
motivasi dilihat dari dasar pembentukannya yaitu: motifbawaan (motif physiological
drives) dan motif-motif yang dipelajari (Affiliative needs). 28
Selanjutnya Sartain membagi motif-motif itu menjadi dua golongan, yaitu:
phsyiological drive dan sosial motives. Phsyiological drive adalah dorongandorongan yang bersifat fisiologis/jasmaniah, seperti lapar, haus dan sebagainya.
Social motives adalah dorongan yang ada hubungannya dengan manusia lain dalam
masyarakat seperti dorongan ingin selalu berbuat baik. 29
Sedangkan motivasi belajar di sekolah dapat dibedakan menjadi dua bentuk


ya1tu:

30

27

Ngalim Purwanto, op.cit., h. 64

28
2

Sardi.man, op.cit., h. 86

"Ngalim Purwanto, op. cit, h. 62

"'Tadjab, Ilnm Jiwa Pendi@glt!, (Surabaya: Karya Abitama, 1994), Cet ke-1, h. 103

26

a. Motivasi Intrinsik.
b. Motivasi Ekstrinsik.
Motivasi lntrinsik adalah ha! atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. 31 Menurut W.S
Winkel motivasi intrinsik adalah bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar. 32 Misalnya siswa belajar karena ingin mengetahui selukbeluk suatu masalah dengan lengkap, atau ingin menjadi seorang yang ahli dalam
bidang studi tertentu dan sebagainya. Dari contoh ini dapat dipahami bahwa hal-hal
yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik ini diantaranya ialah:
I) Adanya kebutuhan .
2) Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri.
3) Adanya cita-cita atau aspirasi. 33
Adapun motivasi ekstrinsik adalah ha! atau keadaan yang datang dari luar
individu siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. 34 Bentuk
motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar. Misalnya siswa rajin untuk memperoleh hadiah yang telah
31

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Suatu Pendekatan Barul. (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1996), Cet. ke-3, h. 75

"w.s Winkel, o0.cit., h. 28
33

Akyas Azhari, Psikologi Pendi!!i!gm, (Semarang : Dina Utama Semarang, 1996), Cet. ke-1,

34

Mubibbin Syah, Loe. cit.,

h. 75

27

dijanjikan oleh orang tuanya. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah,
suri tauladan orang tua, guru dan lain-Iain merupakan contoh konkrit dari motivasi
ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar.
Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah
motivasi intrinsik, karena lebih murni dan langgeng serta tidak tergantung pada
dorongan atau pengaruh orang lain. Namun perlu ditegaskan bukan berarti bahwa
motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar
tetap penting, sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah,
dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang
kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Kekurangan atau
ketiadaan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik dalam diri siswa akan
menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses belajar
mengajar baik di sekolah maupun di rumah.
Pada siswa yang tingkat motivasinya rendah, justru motivasi ekstrinsik ini
sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik yang diberikan secara tepat, maka secara
perlahan dapat mencangkokkan motivasi intrinsik untuk belajar, manakala yang
direkayasa dengan motivasi ekstrinsik tersebut telah menjadi kebiasaan.
Adalah suatu kenyataan, bahwa setiap siswa itu tidak sama motivasi
belajamya oleh karenanya ketidaksamaan dalam motivasi intrinsik dapat dikurangi
dengan memberikan motivasi ekstrinsik.

28

3. Fungsi motivasi daJam proses belajar mengajar.

Dalam belajar diperlukan adanya motivasi "Motivation is an essential

condition of learning". 35 Hasil belajar banyak ditentukan oleh motivasi. Makin tepat
motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan
senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut, S. Nasution mengemukakan tiga fungsi
motivasi, yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai motor penggerak yang
melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang hams
dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan mengenyampingkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu. Seorang siswa yang
akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan
kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu,
atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan. 36
Di samping itu, ada juga fungsi lain. "Motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi, karena secara konseptual motivasi
berkaitan dengan prestasi dan hasil belajar. Banyak riset yang membuktikan bahwa
tingginya motivasi dalam belajar berhubungan erat dengan tingginya prestasi
belajar". 37 Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang
baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutarna didasari
adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi
35

S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 1995), Cetke-4, h. 76

4bid., h. 76-77
37

Ali hnran, Belajar dan Pembelaj'fill!], (Jakarta: Dina Pustaka Jaya, 1996), Cet Ke-I, IL 89.

29

yang baik. Intensitas motivasi siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian
prestasi belajamya.
4. Upaya guru dalam membangkitkan motivasi belajar.

Dalam pembahasan di atas telah dijelaskan bahwa motivasi merupakan faktor
yang mempunyai arti penting bagi siswa . Apalah artinya seorang siswa yang pergi ke
sekolah tanpa mempunyai motivasi belajar.
Sungguhpun demikian, seorang guru tidak menutup mata bahwa diantara
sebagian siswanya ada yang mempunyai motivasi untuk belajar, ada sebagian lain
yang belum termotivasi untuk belajar. Ketika seorang guru melihat prilaku siswa
seperti itu, maka perlu diambil langkah-langkah yang dapat menimbulkan motivasi
untuk belajar.
Membangkitkan motivasi belajar tidak.lah mudah, dalam ha! ini guru harus
dapat menggunakan berbagai macam cara untuk membangkitkan motivasi belajar
siswa. Diantara cara membangkitkan motivasi belajar itu adalah sebagai berikut:
a. Menjelaskan kepada siswa, alasan suatu bidang studi dimasukkan dalam
kurikulum dan kegunaannya untuk kehidupannya kelak
b. Mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa di luar lingkungan
sekolah
c. Menunjukkan antusias dalam mengajar bidang studi yang dipegang.
d. Mendorong siswa untuk memandang belajar di sekolah sabagai suatu tugas yang
tidak harus serba menekan, sehingga siswa mempunyai intensitas untuk belajar
dan menyelesaikan tugasnya dengan sebaik mungkin

30

e. Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhan siswa
f.

Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin

g. Partisipasi dalam kegiatan ekstra kurikuler, untuk meningkatkan hubungan antara
guru dengan siswa
h.