Analisis pengaruh penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP wilayah Jakarta Selatan

(1)

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SENSUS PAJAK, SOSIALISASI PAJAK DAN PERSEPSI EFEKTIFITAS SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PADA KPP WILAYAH JAKARTA SELATAN SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh: Zulfakhry Nashby NIM: 207082000702

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.Data Pribadi

1. Nama : Zulfakhry Nashby

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Januari 1990

3. Alamat : Jl. Pos Giro III No. 21 RT. 02/03 Serpong, Tangerang Selatan, Banten

4. Agama : Islam

5. Nama Ayah : Drs. HM. Nasharuddin Syarbini, MA 6. Nama Ibu : Hj. Nazah Ma’mun (alm)

7. Nomor Telepon : 0812 8719 7642

8. E-mail : ary_nashby@yahoo.com

B.Data Pendidikan Formal

1. 1993 - 1995 : TK. Puspa Indah, Pamulang 2. 1995 - 2000 : MI Al-Istiqomah Tangerang 3. 2000 - 2001 : SDN 6 Serpong, Tangerang 4. 2001 - 2004 : SMPN 1 Serpong, Tangerang 5. 2004 - 2007 : SMAN 1 Cisauk, Tangerang

6. 2007 - 2014 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (Perpajakan).


(7)

ANALYZE EFFECT VARIABLE APPLICATION OF TAX CENCUS, TAX SOCIALIZATION, AND PERCEPTION OF EFFECTIVENESS ON TAX SYSTEM TO THE LEVEL OF AN INDIVIDUAL TAXPAYER COMPLIANCE

IN TAX OFFICE SOUTH JAKARTA

ABSTRACT

This study has two main objectives. First, to analyze effect variable application of tax cencus, tax socialization, and perceptions of effectiveness on tax system to the level of an individual taxpayer compliance. Second analyzed (the application of tax cencus, tax socialization, and perceptions the effectiveness on tax system) the most dominant effect on dependent variable (the level of an individual taxpayers compliance), this study has done at taxpayer's tax office in South Jakarta. The sample method used convenience sampling. The hypothesis test used multiple regression. The result showed that the application of tax cencus, tax socialization, and perceptions of effectiveness on system and significant positive effect on the level of an individual taxpayer compliance. The result of this research was found that the most dominant variable is application of tax cencus, based on the beta value of 0,464.

Keywords: the application of tax cencus, tax socialization, and perceptions of effectiveness on tax system, individual taxpayer compliance


(8)

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SENSUS PAJAK, SOSIALISASI PAJAK DAN PERSEPSI EFEKTIFITAS SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PADA KPP WILAYAH JAKARTA SELATAN

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki dua tujuan utama; yaitu pertama, menganalisis pengaruh penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi , kedua menganalisis variabel independen (penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak, dan persepsi efektifitas sistem perpajakan) yang paling dominan mempengaruhi variabel dependen (kepatuhan wajib pajak orang pribadi), Penelitian ini dilakukan pada wajib pajak pada kantor pajak di wilayah Jakarta Selatan. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan tekhnik convenience sampling. Uji yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak, dan persepsi efektifitas sistem perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda ditemukan bahwa variabel yang paling dominan adalah variabel penerapan sensus pajak, berdasarkan nilai beta sebesar 0,464.

Kata kunci: penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak, dan persepsi efektifitas sistem perpajakan, kepatuhan wajib pajak orang pribadi


(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah

SWT atas nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan Allah SWT serta tetap menuntun peneliti dijalan yang benar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Penerapan Sensus Pajak, Sosialisasi Pajak dan Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Wilayah Jakarta Selatan”. Shalawat beserta salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Peneliti sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Almarhumah Ibunda tercinta Hj. Nazah Ma’mun yang telah memberikan do’a, semangat, perhatian, nasihat dan kasih sayangnya yang tulus semasa hidupnya. Suatu anugerah mempunyai Ibunda seperti beliau, terima kasih banyak.

2. Ayahanda Drs. H.M. Nasharuddin Syarbini, M.Ag., dan Ibunda dr. Hj. Yumelda Ismawir yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian,

dan do’a yang tak pernah putus-putusnya untuk penulis, serta kakak-kakakku, Zulfan Nashby, S.H., M.Kn beserta isteri, Shofa Mayasari Safitri, S.E., dan Dzulfadli Nashby, S.E, Sy beserta isteri, Anggraeni Wahyu Ikasari S.Kom., dan adik-adikku Naila Yaumagina, Haikal Azma Gunawan, dan Zulfa Cintya Nashby, dan seluruh keluarga yang telah menyemangati, memberikan


(10)

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan.

4. Ibu Fitri Damayanti, SE.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada peneliti selama perkuliahan.

6. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.

7. Teman-teman seperjuangan khususnya Indra Syahputra yang memberikan banyak bantuan dan tenaga untuk penulis, juga untuk M. Ash Shiddiq, Yulia Rahmah, Ririn Risnawati, dan Nadia Dessarlin, yang sama-sama berjuang dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas akhir kuliah. Seluruh sahabat terbaik terima kasih atas bantuan, semangat dan do’anya.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat peneliti harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 06 Juli 2014


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstract ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 13

C.Tujuan Penelitian ... 13

D.Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A.Landasan Teori ... 15

1. Pajak ... 15

a. Pengertian Pajak ... 15

b. Fungsi Pajak ... 18

c. Jenis Pajak ... 18

d. Tata Cara Pemungutan Pajak ... 19


(12)

b. Hak-hak Wajib Pajak ... 23

3. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 25

4. Kepatuhan Wajib Pajak ... 26

a. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak ... 26

b. Jenis-jenis Kepatuhan Wajib Pajak ... 29

5. Sensus Pajak Nasional (SPN) ... 30

6. Sosialisasi Pajak ... 36

a. Pengertian Sosialisasi Pajak ... 36

b. Bentuk Sosialisasi Perpajakan ... 38

7. Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan ... 39

B. Penelitian Terdahulu ... 42

C. Keterkaitan Penerapan Sensus Pajak, Sosialisasi Pajak dan Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ... 45

1. Pengaruh Penerapan Sensus Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ... 45

2. Pengaruh Sosialisasi Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ... 47

3. Pengaruh Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ... 48

D. Kerangka Pemikiran ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 52

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 52

B. Metode Penentuan Sampel ... 52

C. Metode Pengumpulan Data ... 53

D. Metode Analisis Data ... 54

1. Statistik Deskriptif ... 54

2. Uji Kualitas Data ... 54

3. Uji Asumsi Klasik ... 56


(13)

a. Persamaan Regresi Linier Berganda ... 58

b. Uji Koefisien Determinasi ... 59

5. Pengujian Hipotesis ... 60

a. Uji Parsial (Uji t) ... 60

b. Uji Simultan (Uji F) ... 61

E. Definisi Operasional Variabel ... 62

1. Variabel Independen ... 62

2. Variabel Dependen ... 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 67

A.Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 67

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 67

2. Karakteristik Responden ... 69

B. Hasil Dan Pembahasan ... 71

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 71

2. Hasil Uji Kualitas data ... 72

a. Hasil Uji Validitas ... 72

b. Uji Reliabilitas ... 74

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 75

a. Hasil Uji Normalitas Data ... 75

b. Hasil Uji Multikolinieritas ... 78

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 79

4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 80

a. Hasil Uji Determinasi(Adjusted R2) ... 80

b. Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda ... 81

5. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 82

a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ... 82

b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A.Kesimpulan ... 89


(14)

C. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN ... 95


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Realisasi Penerimaan Negara Periode 2007 - 2012 ... 5

2.1 Penelitian Terdahulu ... 42

2.2 Kerangka Pemikiran ... 51

3.1 Metode Skala Dan Pengukurannya ... 55

3.2 Operasional Variabel Penelitian ... 65

4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 68

4.2 Deskripsi Penyebaran Kuesioner Yang Diterima Dan Dapat Diolah ... 69

4.3 Distribusi Kuesioner ... 69

4.4 Data Statistik Responden ... 70

4.5 Statistik Deskriptif ... 71

4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Sensus Pajak ... 72

4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Sosialisasi Pajak ... 73

4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan ... 73

4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak ... 74

4.10 Hasil Uji Reliabilitas ... 74

4.11 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik ... 78

4.12 Hasil Uji Multikolonieritas ... 78

4.13 Hasil Uji Determinasi (Adjusted R2) ... 80

4.14 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 81

4.15 Hasil Uji F (Simultan) ... 83


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 51 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik ... 77 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 79


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 95

2 Data Mentah Jawaban Responden ... 100

3 Hasil Pengolahan Data SPSS 20.0 ... 108


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak sebagai salah satu sumber pembiayaan yang masih dimungkinkan dan terbuka luas, didasarkan pada jumlah pembayaran pajak dari tahun ke tahun yang diharapkan semakin banyak seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat. Pajak merupakan iuran wajib bagi seluruh rakyat yang harus dibayarkan kepada kas negara menurut ketentuan undang-undang yang belaku sehingga dapat dipaksakan dan tanpa adanya imbal jasa (kontraprestasi) secara langsung, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum Negara (Soemitro, 2003:1).

Pajak memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi budgetair dan fungsi mengatur. Dalam fungsinya yang budgetair pajak lebih berkaitan dengan fungsinya sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang nantinya akan digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan administrasi pemerintahan, sedang dalam fungsinya yang mengatur (regulerend) pajak lebih berkaitan dengan upaya pemerintah untuk mengatur: perekonomian, alokasi sumber-sumber ekonomi, redistribusi pendapatan dan konsumsi. Dalam rangka membiayai pelaksanaan pembangunan nasional, Pemerintah terus berusaha meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri khususnya sektor non migas. Dari sektor ini, Pemerintah terus meningkatkan penerimaan Negara dimana


(19)

yang menjadi andalan adalah penerimaan dari sektor pajak. Oleh karena itu, semua rakyat yang menurut undang-undang termasuk sebagai wajib pajak harus membayar pajak sesuai dengan kewajibannya (Suminarsasi, 2011:1).

Ciri-ciri yang yang melekat pada pengertian pajak adalah: 1) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaan yang sifatnya dapat dipaksakan; 2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah; 3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah; 4) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment dan; 5) Pajak mempunyai tujuan selain budgetair, yaitu mengatur (Waluyo, 2010:5).

Fungsi mengatur pajak ini akan semakin nampak dengan semakin majunya perekonomian suatu negara. Semakain kompleks perekonomian suatu negara, pajak akan semakin diperlukan sebagai salah satu kebijakan fiskal yang dapat digunakan untuk mengatur irama perekonomian. Kepatuhan wajib pajak merupakan faktor utama mempengaruhi realisasi penerimaan pajak (Dewi, 2011:19). Dalam upaya meningkatkan kualitas kepatuhan pajak masyarakat, saat ini Ditjen Pajak bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) mengadakan program Sensus Pajak Nasional. Sensus Pajak Nasional (SPN) merupakan kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka penggalian potensi Wajib Pajak. Selain itu, SPN memiliki tugas yang berat yaitu mengamankan target penerimaan pajak dan penerimaan Negara. Tugas ini tidaklah mudah karena adanya kemungkinan hambatan atau masalah


(20)

seperti respon negatif dari responden dengan menghindari petugas sensus, menjawab pertanyaan dengan asal, tidak bersedia menandatangani formulir sampai dengan tindakan konfrontatif terhadap petugas sensus (www.pajak.go.id). Jika kondisi ini terjadi Ditjen Pajak akan sangat dirugikan karena tidak akan memperoleh data yang diperlukan (Dewinta, 2012:6).

Disamping dapat dipergunakan untuk mengatur irama perekonomian, pajak dapat juga digunakan untuk mengatur alokasi sumber-sumber ekonomi ke arah yang dikehendaki. Pemberian fasilitas perpajakan pada daerah-daerah atau sektor-sektor tertentu dapat mendorong alokasi sumber-sumber ekonomi pada daerah-daerah atau sektor-sektor tersebut. Demikian juga sebaliknya pengenaan pajak yang tinggi terhadap hasil yang diperoleh oleh suatu daerah atau sektor akan cenderung menimbulkan relokasi sumber dari sektor tersebut ke arah sektor lain. Sektor pajak merupakan pilihan yang tepat untuk mencari alternatif sumber penerimaan negara dari sektor non migas, karena pajak relatif lebih stabil terhadap perubahan kondisi perekonomian dunia, disamping sebagai wujud nyata partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat, untuk meningkatkan kemandirian dalam pembiayaan nasional (Dewinta, 2012:11).

Dengan adanya landasan tersebut diharapkan pajak dapat dijadikan sebagai perwujudan dari kemampuan sendiri dalam membiayai kegiatan pembangunan dari seluruh komponen bangsa. Hal ini sesuai dengan program pemerintah untuk dapat lebih mandiri dalam membiayai pembangunan, mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri dan penjualan


(21)

minyak bumi yang rentan terhadap faktor-faktor eksternal. Sebagai upaya untuk meningkatkan penerimaan didalam negeri khususnya dibidang penerimaan pajak, maka mulai tahun 1983 pemerintah telah mengadakan Tax Perform/pembaharuan di bidang perpajakan, yaitu dengan dikeluarkannya tiga undang-undang (UU) Pajak baru, yang masing-masing adalah:

1. Undang-undang Nomor 6 tahun 1983, tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;

2. Undang-undang Nomor 7 tahun 1983, tentang pajak penghasilan. Keduanya berlaku pada tanggal 1 Januari 1984, dan

3. Undang-undang Nomor 8 tahun 1983, tentang Pajak Pertambahan Nilai dan pajak Penjualan Atas Barang Mewah, yang mulai berlaku 1 April 1985.

Kemudian dalam tahun 1985 dikeluarkan lagi dua Undang-undang Pajak baru, yaitu Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, dan Undang-undang Nomor 13 tahun 1985, tentang Bea Materai yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 1986.

Pajak merupakan pendapatan negara yang semakin hari semakin penting karena pajak tidak akan pernah habis, berbeda dengan minyak dan gas bumi yang mempunyai keterbatasan. Oleh karena itu pemerintah selalu berusaha untuk terus-menerus meningkatkan pendapatan negaranya dari sektor pajak. Berikut data penerimaan negara dari sektor pajak dapat dilihat dari tabel 1.1 dibawah ini.


(22)

Tabel 1.1

Realisasi Penerimaan Negara Periode 2007 – 2012 (Milyaran Rupiah)

Sumber: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2014)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penerimaan negara yang bersumber dari sektor pajak hampir setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dalam sensus tersebut, pemerintah menggabungkan pendalaman dan penyisiran potensi-potensi pajak yang ada di seluruh Indonesia. Sensus pajak bersifat nasional atau dilakukan di seluruh Indonesia. Tujuannya tak lain memperluas basis data (database) perpajakan. Saat ini penyetor surat pemberitahuan tahunan (SPT) pajak di Indonesia berjumlah 9 juta wajib pajak atau meningkat 1,3 juta wajib pajak dari tahun lalu. Tetapi, jumlah 9 juta SPT itu kecil sekali dibandingkan dengan potensi Indonesia. Terlebih jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang kini mencapai 237,6 juta jiwa. Belum lagi di tambah jumlah perusahaan yang mempunyai tempat usaha terdaftar, jumlah pengusaha, ataupun orang yang bekerja di Indonesia. Maka itu, pemerintah akan memulai sensus pada kuartal ketiga tahun ini bekerjasama pula dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Nantinya, Ditjen Pajak akan mengerahkan seluruh 300 kantor pelayanan pajak guna melakukan


(23)

penyisiran wajib pajak, baik itu di daerah perkotaan maupun pemukiman, pusat perbelanjaan, perkantoran, apartemen, dan sentra-sentra ekonomi. Dengan harapan setelah sensus, jumlah nomor pokok wajib pajak (NPWP) segera meningkat. Dengan demikian, penerimaan negara dari pajak akan lebih besar di tahun mendatang.

Adanya oknum yang melakukan tindakan pelanggaran pajak membuat Wajib Pajak enggan untuk membayar pajak yang akan mengakibatkan berkurangnya penerimaan pajak. Maka perlu adanya penanggulangan bagi pemerintah dalam memberantas pelanggaran pajak, sehingga kemauan Wajib Pajak dalam membayar pajak semakin meningkat. Kemauan membayar pajak yang timbul pada Wajib Pajak juga sangat diperlukan, sampai sejauh mana Wajib pajak akan mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Kemauan membayar merupakan suatu nilai dimana seseorang rela untuk membayar, mengorbankan atau menukarkan sesuatu untuk memperoleh barang atau jasa (Widaningrum, 2007:22). Pada sebagian besar rakyat di seluruh Negara tidak akan pernah menikmati kewajibannya membayar pajak sehingga memenuhinya tidak ada yang tanpa menggerutu, sedikit saja yang merasa benar-benar rela dan merasa ikut bertanggungjawab membiayai pemerintahan suatu Negara (Devano dan Rahayu, 2006:113), maka tanpa adanya rasa kemauan dalam diri Wajib Pajak untuk rela membayar pajak, usaha untuk memaksimalkan pendapatan pada sektor pajak tidak dapat tercapai sempurna. Menurut Sanjaya dalam Tatiana dan Priyo (2009:4) menjelaskan bahwa kemauan membayar pajak dipengaruhi oleh pengetahuan tentang pajak,


(24)

persepsi terhadap sanksi pajak, kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, persepsi terhadap para petugas pajak, dan persepsi terhadap kemudahaan dalam pelaksanaan sistem pajak.

Menurut Nurmantu (2003:148) kepatuhan pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Data yang dimiliki Dirjen Pajak tahun 2010 menunjukkan bahwa dari 240 juta penduduk Indonesia, sekitar 110 juta orang dianggap potensial membayar pajak. Tetapi fakta menunjukkan dari jumlah itu, hanya 8,5 juta orang atau sekitar 7,73% yang memenuhi kewajiban perpajakannya dengan melaporkan SPT Tahunan (www.kontan.co.id). Dari data tersebut terlihat bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance) dalam memenuhi kewajiban perpajakan masih sangat rendah. Database yang lengkap dan akurat berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan penegakan hukum dan juga kepatuhan Wajib Pajak yang berdampak pada penerimaan pajak (Sofia, 2013:2).

Menyadari hal tersebut, Dirjen Pajak membuat kebijakan baru yaitu, Sensus Pajak Nasional yang dikeluarkan dalam rangka memperluas basis pajak berupa kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan, menggali potensi pajak yang dianggap potensial dan melindungi penerimaan negara dengan mendatangi subjek pajak (Orang Pribadi atau Badan) di seluruh wilayah Indonesia yang dilakukan secara serentak dan bertahap. Pendataan ulang semua Wajib Pajak potensial ini akan mulai berjalan pada kuartal ketiga 2011 atau sekitar bulan September. “Kementerian Keuangan bersama dengan


(25)

Ditjen Pajak akan melakukan yang kami sebut sebagai sensus perpajakan

nasional,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Agus Martowardojo, Kamis

(30/7) (www.kompas.com).

Keberhasilan program Sensus Pajak Nasional tidak lepas dari persepsi masyarakat yang positif. Untuk mengatasi respon yang kurang baik dari para responden, selain teknik komunikasi yang baik petugas SPN juga diperlukan dukungan semua pihak terkait. Persepsi positif masyarakat terhadap SPN dan kesadaran perpajakan akan mendorong pada kepatuhan sukarela (Dewinta, 2012:2).

Sensus Pajak Nasional adalah kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak, pencapaian target penerimaan perpajakan dan pengamanan penerimaan negara dengan mendatangi subjek pajak di seluruh Indonesia, yang dilakukan oleh Dirjen Pajak bekerjasama dengan pihak lain (Sumarsan, 2012:1).

Seluruh kantor yang ada di Indonesia sedang menggalangkan yang namanya Sensus Pajak Nasional guna upaya peningkatan penerimaan disektor perpajakan. Karena kegiatan Sensus Pajak Nasional sangatlah berpengaruh terhadap upaya peningkatan penerimaan pajak dan meningkatkan kepatuhan

wajib pajak,” Ujar Bpk. Sony selaku staff Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung semua itu dikarenakan penerimaan disektor pajak mengalami penurunan. Kalau semua pengusaha dan instansi pemerintah memberikan data perpajakannya, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak optimistis, langkah ini bisa mendongkrak penerimaan pajak tahun ini. Semestinya, tak ada alasan buat


(26)

pengusaha dan instansi pemerintah untuk tidak menyerahkan data pajaknya. Sebab, ini merupakan perintah Peraturan Pemerintah (PP) No. 31/2012. Direktur Penyuluhan Pelayanan dan Humas Ditjen Pajak Dedi Rudaedi mengatakan, jika semua data itu terkumpul, lembaganya bisa menekan angka kerugian penerimaan pajak akibat ada selisih dari ketidaksesuaian data. Jadi, "Langkah ini bisa meningkatkan penerimaan pajak,” katanya, Rabu (28/3). Seoalnya, sistem self assessment dalam pelaporan pajak selama ini membuat pemerintah tidak bisa mengetahui secara pasti, apakah pajak yang disetorkan sudah sesuai dengan ketentuan. Menurut Dedi, PP No. 31/2012 merupakan petunjuk pelaksanaan dari Pasal 35A Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang mengatur kewajiban wajib pajak dalam memberikan keterangan atau bukti terkait perpajakan (Surya, 2012:3).

Pemerintah akan mulai mensosialisasikan aturan turunan itu dalam waktu dekat. Darussalam, pengamat perpajakan, menilai langkah pemerintah yang mewajibkan pengusaha melaporkan data perpajakannya adalah tepat, guna mengefektifkan pendapatan dari sektor ini. Kendati demikian, agar berjalan efektif, program ini harus mendapat dukungan dari semua pihak terkait dan kesadaran dalam membayar pajak (Surya, 2012:4).

Kebijakan ini telah diamanatkan dalam Pidato Presiden pada tanggal 16 Agustus 2011 dalam penyampaian Nota Keuangan dan Rancangan UndangUndang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran 2012. Sensus Pajak Nasional pada dasarnya merupakan kegiatan ekstensifikasi yang proaktif yakni dengan mendatangi subjek pajak secara


(27)

langsung di lokasi tempat usaha dan tempat tinggal mereka. Sasaran dari Sensus Pajak Nasional adalah Wajib Pajak (Orang Pribadi dan Badan) yang tergolong sebagai (Sofia, 2012:4):

1. Wajib Pajak yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 2. Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP tetapi belum memiliki kesadaran

untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak

3. Wajib Pajak yang memiliki tunggakan atau utang pajak kepada negara 4. Wajib Pajak yang belum optimal membayar pajak sesuai dengan ketentuan

dan sistem yang berlaku.

Dalam upaya meningkatkan kualitas kepatuhan pajak masyarakat, saat ini Ditjen Pajak bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) mengadakan program Sensus Pajak Nasional. Sensus Pajak Nasional (SPN) merupakan kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka penggalian potensi Wajib Pajak. Selain itu, SPN memiliki tugas yang berat yaitu mengamankan target penerimaan pajak dan penerimaan Negara. Tugas ini tidaklah mudah karena adanya kemungkinan hambatan atau masalah seperti respon negatif dari responden dengan menghindari petugas sensus, menjawab pertanyaan dengan asal, tidak bersedia menandatangani formulir sampai dengan tindakan konfrontatif terhadap petugas sensus. Jika kondisi ini terjadi Ditjen Pajak akan sangat dirugikan karena tidak akan memperoleh data yang diperlukan.

Untuk melakukan sensus pajak diperlukan suatu sosialisasi kepada wajib pajak, sehingga wajib pajak tidak merasa terganggu dalam pelaksanaan


(28)

sensus pajak. Masalah yang terjadi dalam perpajakan adalah kurangnya sosialisasi dari pemerintah kepada masyarakat, sehingga menyebabkan masyarakat masih awam dengan perpajakan, kurangnya minat masyarakat dalam membayar pajak, keterbatasan pengetahuan masyarakat akan pentingnya membayar pajak dan keterbatasan pengetahuan masyarakat akan manfaat dari pajak yang dibayarkan. Kebanyakan masih ada yang belum tahu akan pentingnya prosedur perpajakan dalam membayar pajak. Jika Wajib Pajak tidak tahu akan prosedur, tentunya akan mengalami kesulitan dalam alur pembayaran perpajakan dan hal ini akan berdampak pada penerimaan pendapatan (Nur, 2013:41).

Sosialisasi perpajakan akan mudah dilaksanakan dengan sistem perpajakan yang efektif kepercayaan akan efektifitas perpajakan ditentukan berdasarkan persepsi wajib pajak. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan membayar pajak, maka diperlukan perubahan atau penyempurnaan dan perbaikan dalam sistem administrasi modern yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Intansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengenai peningkatan ketertiban administrasi, efektivitas dan kinerja organisasi instansi vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup semua lini operasi organisasi secara nasional (Setyonugroho, 2012:6).

Berdasarkan hal tersebut diharapakan sistem perpajakan yang sekarang sudah ada seperti e-SPT, e-filling, e-NPWP, e-registration,e-banking dan drop box dan lain-lain dapat lebih sempurna serta memberikan kemudahan kepada


(29)

Wajib Pajak dalam membayar atau melaporkan kewajiban perpajakan dan dapat memberikan pencitraan atau persepsi yang baik kepada hal yang terkait dengan pajak terutama pada sistem perpajakan (Setyonugroho, 2012:7).

Penelitian mengenai sensus pajak terhadap kepatuhan wajib pajak telah dilakukan oleh Dewinta (2012) dalam penelitianya menghasilkan penelitian bahwa persepsi pelaksanaan Sensus Pajak Nasional dan kesadaran perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi Wajib Pajak tentang pelaksanaan Sensus Pajak Nasional dan semakin tinggi kesadaran perpajakan maka semakin tinggi pula kepatuhan Wajib Pajak.

Penelitian mengenai sosialisasi pajak dilakukan oleh Nur (2013) dalam penelitianya menghasilkan penelitian bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, pemahaman prosedur perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dan sosialisasi perpajakan dan pemahaman prosedur perpajakan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Penelitian lain mengenai persepsi efektifitas sistem perpajakan dilakukan oleh Setyonugroho (2013) dalam penelitianya menghasilkan penelitian bahwa kesadaran membayar pajak tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak.


(30)

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa besar pajak dapat dipengaruhi oleh kepatuhan Wajib Pajak dalam kewajiban perpajakannya dan dipengaruhi pula oleh pelaksanaan pajak. Hal tersebut menyebabkan ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Penerapan Sensus Pajak, Sosialisasi Pajak dan Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Wilayah Jakarta Selatan”.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan maka penulis memberikan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh positif secara parsial pada variabel penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak ?

2. Apakah terdapat pengaruh positif secara simultan pada variabel penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak ?

3. Manakah variabel independen (penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan) yang paling mempengaruhi variabel dependen (tingkat kepatuhan wajib pajak) ?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang di ajukan dalam penelitian ini maka tujuan penelitian adalah:


(31)

1. Untuk menganalisis pengaruh positif secara parsial pada variabel penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak

2. Untuk menganalisis pengaruh positif secara simultan pada variabel penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak

3. Untuk menganalisis variabel independen (penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan) manakah yang paling mempengaruhi variabel dependen (tingkat kepatuhan wajib pajak)

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan bermanfaat kepada beberapa pihak dimana manfaatnya adalah sebagai berikut :

1. Manfaat penelitian bagi pemerintah, diharapkan nantinya pemerintah tahu bagaimana cara melakukan sensus pajak yang efektif sehingga apa yang menjadi tujuan sensus pajak dapat tercapai secara maksimal.

2. Manfaat penelitian bagi pendidikan, diharapkan penelitian ini bisa menjadi acuan dan untuk melakukan penelitian yang lebih spesifik dan dengan variabel-variabel berbeda, sehingga diperoleh pemahaman baru yang baik bagi pengetahuan mahasiswa.

3. Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah, untuk mengetahui pengaruh sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak serta masalah dalam sensus pajak. Selain itu penelitian ini juga sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori 1. Pajak

a. Pengertian Pajak

Sejak jaman dahulu sebelum perkembangan masyarakat seperti sekarang ini, telah dikenal adanya pemungutan pajak. Dimana dalam masyarakat yang sangat sederhana tersebut, penyelenggaraan kepentingan bersama diurus dan diatur oleh orang yang sangat dituakan dalam masyarakat disebut kepala kelompok/suku/marga. Dalam pembiayaan penyelenggaraan kepentingan bersama anggota kelompok memberikan sebagian waktu, tenaga, dan sebagian harta miliknya kepada ketua kelompok. Pemberian dalam bentuk natura ini dapat dianggap sebagai pajak dalam bentuk yang sangat sederhana. Sektor pajak merupakan pilihan yang tepat untuk mencari alternatif sumber penerimaan negara dari sektor non migas, karena pajak relatif lebih stabil terhadap perubahan kondisi perekonomian dunia, disamping sebagai wujud nyata partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat, untuk meningkatkan kemandirian dalam pembiayaan nasional (Rahayu, 2010:139).


(33)

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran umum. Karena pajak merupakan prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Pajak juga didefinisikan sebagai iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Pajak juga dikatakan sebagai suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proposional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan (Waluyo, 2010:3).

Pajak juga didefinisikan sebagai iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang


(34)

berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang berlangsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum Soemitro (2007:1).

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum (Resmi, 2009:1). Soemitro (2003:54) mengemukakan tentang Pajak sebagai berikut: “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public invesment”. Dari definisi di atas terlihat ada beberapa hal pokok yang bisa disimpulkan, yaitu:

1) Pajak dipungut dari rakyat untuk membiayai program pemerintah. 2) Pajak dipungut secara paksa (compulsory), bukan secara sukarela

(voluntary).

3) Tidak mendapatkan kontraprestasi, jadi rakyat yang membayar pajak tidak merasakan manfaatnya secara langsung. Manfaat yang diterima masyarakat adalah berupa pelayanan yang diberikan pemerintah secara umum ataupun menikmati hasil pembangunan yang dilakukan


(35)

b. Fungsi Pajak

Terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi regulerend (mengatur) dalam Resmi (2009:3), yaitu:

1) Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak mempunyai fungi budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

2) Fungsi Regulerend (Mengatur)

Pajak mempunyai fungsi regulerend artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.

c. Jenis Pajak

Dalam Resmi (2009:7), di Indonesia pajak dikelompokkan menurut beberapa kategori, yaitu menurut golongannya, menurut sifatnya, dan menurut lembaga pemungutannya.

1) Menurut Golongannya

a) Pajak Langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wjib Pajak dan tidak dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.

b) Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.


(36)

2) Menurut Sifatnya

a) Pajak Subjektif, adalah pajak yang penggenaannya memperhatikan pada keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya.

b) Pajak Objektif, adalah pajak yang pengenaanya memperhatikan pada objeknya baik pada berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan subjek pajak maupun tempat tinggal.

3) Menurut Lembaga Pemungutannya

a) Pajak Negara (Pajak Pusat), adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

b) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah daerah baik Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah tanggan daerah masing-masing.

d. Tata Cara Pemungutan Pajak 1) Asas-asas Pemungutan Pajak

Dalam Waluyo (2010:13) terdapat empat asas-asas pemungutan pajak yang dikemukan oleh Adam Smith yaitu: Equality, Certainty, Convenience dan Economy.


(37)

a) Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau abilityto pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta. b) Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus bayar, serta batas waktu pembayaran.

c) Convenience

Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak. Sistem pemungutan ini disebut Pay as You Earn.

d) Economy

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.

2) Sistem Pemungutan Pajak

Dalam Resmi (2009:11) dikemukakan beberapa sistem pemungutan pajak, yaitu antara lain:


(38)

a) Official Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

b) Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

c) With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

2. Wajib Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemungut pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.


(39)

Sebagaimana telah diketahui banyak Wajib Pajak terdaftar yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu ada beberapa istilah seperti Wajib Pajak Efektif dan Wajib Pajak Non Efektif. Adapun pengertian Wajib Pajak Efektif adalah Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakannya, berupa memenuhi kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan atau Tahunan sebagaimana mestinya. Sedangkan Wajib Pajak Non Efektif adalah Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Berdasarkan Surat Edaran SE-01/PJ.9/20 tentang Pengawasan Penyampaian SPT Tahunan disebutkan bahwa Jumlah Wajib Pajak efektif adalah selisih antara jumlah Wajib Pajak terdaftar dengan jumlah Wajib Pajak non efektif.

a. Kewajiban Wajib Pajak:

Menurut Resmi (2009:24) berdasarkan Undang-Undang No 28 Tahun 2007, kewajiban wajib pajak yaitu:

1) Mendaftarkan diri dan meminta Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) apabila belum mempunyai NPWP.

2) Mengambil sendiri blangko Surat Pemberitahuan (SPT) dan blangko perpajakan lainnya di tempat-tempat yang ditentukan oleh DJP.

3) Mengisi dengan lengkap, jelas dan benar dan menandatangani sendiri SPT dan kemudian mengembalikan SPT itu kepada kantor inspeksi pajak dilengkapi dengan lampiran-lampiran.

4) Melakukan pelunasan dan melakukan pembayaran pajak yang ditentukan oleh Undang-Undang.


(40)

5) Menghitung sendiri, menetapkan besarnya jumlah dan membayar pajak dalam tahun yang sedang berjalan, sesuai dengan pajak dari tahun terakhir atau sesuai dengan SKP yang dikeluarkan oleh DJP. 6) Menghitung dan menetapkan sendiri pajak yang terutang menurut cara

yang ditentukan.

7) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan-pencatatan. 8) Dalam hal terjadi pemeriksaan pajak, Wajib Pajak wajib:

a) Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak atau objek yang terutang pajak. b) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang

dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

c) Memberikan keterangan yang diperlukan.

9) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.

b. Hak-hak Wajib Pajak

Menurut Resmi (2009:24) berdasarkan Undang-Undang No 28 Tahun 2007, adapun hak-hak dari wajib pajak adalah sebagai berikut:


(41)

1) Menerima tanda bukti pemasukan SPT.

2) Mengajukan permohonan dan penundaan penyampaian SPT.

3) Melakukan pembetulan sendiri SPT yang telah dimasukkan ke KPP. 4) Mengajukan permohonan penundaan dan pengangsuran pembayaran

pajak sesuai dengan kemampuannya.

5) Mengajukan permohonan perhitungan atau pengembalian kelebihan pembayaran pajak serta berhak memperoleh kepastian terbitnya surat keputusan kelebihan pembayaran pajak, surat keputusan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

6) Mendapatkan kepastian batas ketetapan pajak yang terutang dan penerbitan Surat Pemberitaan.

7) Mengajukan permohonan pembetulan salah tulis atau salah hitung atau kekeliruan yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak (SKP) dalam penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan.

8) Mengajukan surat keberatan dan mohon kepastian terbitnya surat keputusan atas surat keberatannya.

9) Mengajukan permohonan banding atas surat keputusan keberatan yang diterbitkan oleh DJP.

10) Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan pengenaan sanksi perpajakan serta pembetulan ketetapan pajak yang salah atau keliru.

11) Memberikan kuasa khusus kepada orang yang dipercaya untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.


(42)

3. Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang digunakan oleh pemotong untuk melaporkan pemotongan, perhitungan, dan Penyetoran Pajak atas penghasilan orang pribadi sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan. Surat Pemberitahuan (SPT) diterima adalah SPT yang dilaporkan setiap tahunnya dan diterima oleh KPP setempat. Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau objek bukan pajak dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan (Waluyo, 2011:31).

Menurut Mardiasmo (2011:29) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban yang terhutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Penciptaan iklim kepatuhan dan kesadaran membayar utang pajak tercermin dari keadaan:

a. WP Paham atau berusaha untuk memahami Undang-undang pajak; b. Mengisi formulir pajak dengan tepat;

c. Menghitung pajak dengan jumlah benar; d. Membayar pajak tepat pada waktunya.

Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Pajak yang dimaksud Wajib Pajak patuh adalah:


(43)

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperleh ijin mengangsur atau menunda pembayaran pajak;

c. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau Lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan

d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

4. Kepatuhan Wajib Pajak

a. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Adanya sanksi administrasi maupun sanksi hukum pidana bagi wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dilakukan supaya masyarakat selaku wajib pajak mau memenuhi kewajibannya. Hal ini terkait dengan ikhwal kepatuhan perpajakan atau tax compliance. Kepatuhan adalah ketaatan atau berdisiplin, dalam hal ini kepatuhan pajak diartikan secara bebas adalah ketaatan dalam menjalankan semua peraturan perpajakan. Menurut Nurmantu yang dikutip oleh Rahayu (2009:148) kepatuhan pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan juga perilaku yang taat hukum. Secara konsep, kepatuhan diartikan dengan adanya usaha dalam mematuhi peraturan hukum oleh seseorang atau organisasi.


(44)

Menurut Surjoputro dan Widodo (2004:117-130), tingkat kepatuhan wajib pajak biasanya diukur dengan tingkat ketidakpatuhan yang pada umumnya diukur dengan menggunakan tax gap yaitu perbedaan antara pajak yang diterima berdasarkan pelaporan wajib pajak secara sukarela dengan jumlah yang ditentukan oleh pemeriksa pajak.

Menurut Surjoputro dan Widodo (2004:41-45), pada hakikatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem pelayanan (tax services) dan sistem penegakan hukum (tax enforcement). Langkah-langkah perbaikan pelayanan dan penegakan hukum diharapkan dapat mendorong meningkatnya kepatuhan wajib pajak. Pelayanan (tax service) yang prima akan mendorong wajib pajak untuk secara sukarela memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya. Disisi lain, penegakan hukum (tax enforcement) yang berwibawa akan membuat Wajib Pajak berpikir bahwa mereka akan mendapat sanksi yang berat jika pajak yang tidak mereka laporkan terdeteksi oleh sistem informasi dan administrasi perpajakan serta kemampuan untuk crosschecking informasi dengan instansi lain.

Pengertian kepatuhan Wajib Pajak menurut Nasucha yang dikutip oleh Rahayu (2010:139), menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat didefinisikan dari:

1) Kewajiban wajib pajak dalam mendaftarkan diri;

2) Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat pemberitahuan; 3) Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang; dan


(45)

4) Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 dalam Devano dan Rahayu (2006:112), menyatakan bahwa kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara. Pengertian wajib pajak menurut Resmi (2009:21) dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007, menjelaskan bahwa badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan usaha yang meliputi: perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak merupakan suatu tindakan patuh dan sadar terhadap ketertiban pembayaran dan pelaporan kewajiban perpajakan masa dan tahunan dari wajib pajak yang berbentuk sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan usaha sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.


(46)

b. Jenis-Jenis Kepatuhan Wajib Pajak

Adapun jenis-jenis kepatuhan wajib pajak menurut Devano dan Rahayu (2006:110) adalah:

1) Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang perpajakan, seperti ketepatan waktu pembayaran pajak. Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila wajib pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Tahunan sebelum atau pada tanggal 31 Maret maka wajib pajak telah memenuhi ketentuan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi ketentuan material, yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak secara subtantive memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.

2) Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantive / hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa Undang - undang pajak kepatuhan material juga dapat meliputi kepatuhan formal. Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan formal. wajib pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah wajib pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap dan benar Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai ketentuan, tidak memiliki tunggakan, tidak pernah di pidana.


(47)

5. Sensus Pajak Nasional (SPN)

Sensus Pajak Nasional (SPN) telah resmi digelar pada Tanggal 30 September 2011 lalu oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Rencananya program yang digagas oleh Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) Fuad Rahmany ini akan dilaksanakan sampai akhir Tahun 2012. Sensus pajak ini merupakan kegiatan penyisiran dan pencacahan terhadap potensi pajak (wajib pajak dan objek pajak) yang dilakukan oleh DJP dalam rangka ekstensifikasi (menjaring wajib pajak yang belum terdaftar dan objek pajak yang belum dipajaki) serta intensifikasi (optimalisasi pemajakan atas objek pajak yang belum sepenuhnya dipajaki) pada tahun 2011 s.d 2012. Kegiatan sensus pajak ini merupakan perluasan/pengembangan ke arah yang lebih komprehensif dari kegiatan canvassing pajak yang telah dilakukan DJP selama ini. Hal yang melatarbelakangi kegiatan SPN adalah dikarenakannya tingkat kepatuhan masyarakat Indonesia (wajib pajak orang pribadi maupun badan) yang melaporkan SPT masih sangat rendah bila dibandingkan dengan populasi orang pribadi maupun badan usaha.

DJP sendiri menargetkan hasil yang akan dicapai dari pelaksanaan SPN ini berupa: pertama, perluasan basis pajak (WP dan objek pajak). Kedua, peningkatan penerimaan pajak. ketiga, peningkatan jumlah pelaporan SPT Tahunan PPh dan SPT Masa. Keempat, pemutakhiran dan pertukaran data WP. Ada beberapa hal yang menjadi sasaran SPN, yaitu yang belum ber-NPWP, diberikan NPWP. Yang belum menyerahkan SPT, dihimbau untuk menyerahkan SPT (membayar pajak). Yang sudah


(48)

membayar namun belum optimal, agar membayar sesuai dengan ketentuan. Tentunya yang utama adalah memperluas basis pemajakan (semua lapisan kelompok dan bidang usaha).

Kepatuhan mendaftarkan diri sebagai WP, melaporkan jumlah pajak yang terhutang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan membayar pajak yang seharusnya terhutang secara tepat waktu, sebenarnya tidak hanya tergantung kepada masalah-masalah teknis saja yang menyangkut metode-metode pemungutan, tata cara pemeriksaan/perhitungan dan sebagainya sebagai perwujudan pelaksanaan Undang-undang pajak dan peraturan-peraturan pelaksanaannya, akan tetapi terutama tergantung dalam sanubari masing-masing WP sampai sejauh mana ia mematuhi Undang-undang pajak.

Kepatuhan sukarela dalam membayar pajak perlu diwujudkan antara lain dengan melakukan proses pemungutan pajak yang mudah, penggunaan atau alokasi penerimaan pajak yang transparan, sehingga diperlukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai UU dan peraturan yang terkait, kinerja aparat pajak, agar timbul kepercayaan dari wajib pajak.

Dalam kaitannya dengan upaya menciptakan kepatuhan wajib pajak maka pemerintah diantaranya telah megeluarkan suatu kebijakan yang disebut dengan Sensus Pajak Nasional, yaitu suatu kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak (orang pribadi atau badan) diseluruh wilayah Indonesia yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.


(49)

Sebagai kegiatan pemerintah dalam pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan merupakan sesuatu yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan, yang ditetapkan secara jelas dalam peraturan perudang-undangan dan bagaimana tindakan-tindakan tersebut akan dilakukan. Kebijakan perpajakan merupakan sesuatu yang akan dituju, sedangkan Undang-undang perpajakan sebagai sarana untuk mencapai sarana tersebut, dan administrasi perpajakan merupakan sarana mengimplementasikan kebijakan perpajakan dalam bentuk Undang-undang. Oleh karena itu kebijakan tersebut selanjutnya harus ditetapkan dalam bentuk Undang-undang. Adapun dasar hukum Sensus Pajak Nasional antara lain:

a. Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang Nomor 16 tahun 2009.

b. Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang nomor 36 tahun 2008.

c. Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang nomor 42 tahun 2009. d. Pasal 19 ayat (3) Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang pajak

bumi dan bangunan sebagaimana diubah dengan undang-undnag Nomor 12 tahun 1994.

e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 tanggal 12 September 2011 tentang Pajak Nasional.


(50)

Sensus pajak dilakukan berdasarkan peraturan menteri keuangan sebagai peraturan dalam pelaksanaan sensus pajak, dalam peraturan tersebut ditentukan mengenai pelaksanaan dan tata cara pelaksanaannya. Peraturan yang dibuat menteri keuangan mengenai sensus pajak diatur dalam peraturan mentri keuangan no 149/PMK.03/2011 tanggal 12 september 2011 tentang pajak nasional. Adapun Peraturan Menteri Keuangan tentang Sensus Pajak Nasional tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pasal 1

1) Sensus pajak nasional diselenggarakan melalui kegiatan pendataan objek pajak dalam rangka pengumpulan data perpajakan.

2) Sensus pajak nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan salah satu program penggalian potensi perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak, pencapaian target penerimaan perpajakan dan pengamanan penerimaan negara.

3) Penyelenggaraan sensus pajak nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan dapat bekerja sama dengan pihak lain.

b. Pasal 2

1) Penyelenggaraan sensus pajak nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dilakukan dengan cara mendatangi subjek pajak di lokasi subjek pajak.

2) Subjek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi dan badan.


(51)

3) Lokasi subjek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah domisili, tempat tinggal, tempat usaha, atau tempat kedudukan dari subjek pajak.

4) Penyelenggaraan sensus pajak nasional dilakukan di seluruh wilayah Indonesia yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.

c. Pasal 3

1) Dalam rangka penyelenggaraan sensus pajak nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, Menteri Keuangan membentuk tim sensus pajak nasional yang terdiri dari:

a) Tim pada tingkat pusat,

b) Tim pada tingkat kantor wilayah,

c) Tim pada tingkat kantor pelayanan pajak.

2) Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur Jenderal Pajak dapat menggunakan tenaga non Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak untuk jangka waktu tertentu.

d. Pasal 4

Data perpajakan yang diperoleh dari hasil penyelenggaraan sensus pajak nasional, ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

e. Pasal 5

Ketentuan mengenai pedoman teknis dalam rangka penyelenggaraan sensus pajak nasional diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.


(52)

f. Pasal 6

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2012. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Berdasarkan peraturan perpajakan Dewinta (2012:23) menyatakan bahwa terdapat proses penerapan sensus pajak berdasarkan peraturan mentri keuangan no 149/PMK.03/2011 tanggal 12 september 2011 tentang pajak nasional yaitu:

a. Kegiatan Pendataan Wajib Pajak

Kegiatan pendataan wajib pajak dilakukan oleh pegawai pajak, adapun proses pendataan bagi wajib pajak adalah sebagai berikut:

1) Petugas ramah dalam melakukan pendataan 2) Petugas teliti dalam melakukan pendataan

3) Petugas memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan pendataan 4) Pendataan mengingatkan dalam pembayaran pajak

5) Informasi peraturan pajak 6) Informasi manfaat pajak 7) Informasi penghasilan 8) Informasi laporan keuangan b. Penggalian Potensi

Penggalian potensi perpajakan pada kegiatan sensus pajak yang dilakukan pegawai pajak adalah sebagai berikut:


(53)

6. Sosialisasi Pajak

a. Pengertian Sosialisasi Pajak

Kegiatan penyuluhan pajak memiliki andil besar dalam mensukseskan sosialisasi pajak keseluruh wajib pajak. Berbagai media diharapkan mampu menggugah kesadaran masyarakat untuk patuh terhadap pajak dan membawa pesan moral terhadap pentingnya pajak bagi negara.

Sedangkan Basamalah (2004:196) “Sosialisasi adalah sebagai suatu proses dimana orang-orang mempelajari sistem nilai, norma dan pola perilaku yang diharapkan oleh kelompok sebagai bentuk transformasi dari orang tersebut sebagai orang luar menjadi organisasi

yang efektif”. Menurut Samudera (2004:6) bahwa dalam melakukan

sosialisasi perlu adanya strategi dan metode yang tepat yang dapat diaplikasikan dengan baik yaitu: publikasi, kegiatan, pemberitahuan, keterlibatan komunitas, pencantuman identitas, dan pendekatan pribadi. 1) Publikasi

Adalah aktivitas publikasi yang dilakukan melalui media komunikasi, baik media cetak melalui surat kabar, majalah maupun media audiovisual seperti radio ataupun televisi.

2) Kegiatan

Institusi pajak dapat melibatkan diri pada penyelenggaraan aktifitas-aktifitas tertentu yang dihubungkan dengan program peningkatan kesadaran masyarakat akan perpajakan pada


(54)

momen-momen tertentu. Misalnya: kegiatan olahraga, hari-hari libur nasional, dan lain sebagainya.

3) Pemberitaan

Pemberitaan dalam hal ini mempunyai pengertian khusus yaitu menjadi bahan berita dalam arti positif, sehingga menjadi sarana promosi yang efektif. Pajak dapat disosialisasikan dalam bentuk berita kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih cepat menerima informasi tentang pajak.

4) Keterlibatan komunitas

Melibatkan komunitas pada dasarnya adalah cara untuk mendekatkan institusi pajak dengan masyarakat, dimana iklim budaya Indonesia masih menghendaki adat ketimuran untuk bersilaturrahmi dengan tokoh-tokoh setempat sebelum sebelum istitusi pajak dibuka. 5) Pencantuman identitas

Berkaitan dengan pancantuman logo otoritas pajak pada berbagai media yang ditujukan sebagai sarana promosi.

6) Pendekatan pribadi

Pengertian lobbying adalah pendekatan pribadi yang dilakukan secara informal untuk mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sosialisasi perpajakan merupakan suatu upaya dari Dirjen Pajak untuk memberikan pengertian, informasi, dan pembinaan kepada masyarakat pada


(55)

umumnya dan wajib pajak pada khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perpajakan dan perundang-undangan.

b. Bentuk Sosialisasi Perpajakan

Kegiatan penyuluhan dan pelayanan pajak memegang peran penting dalam upaya memasyarakatkan pajak sebagai bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara dalam hal ini memberikan mandat kepada pemerintah untuk menjalankan kewajiban pemungutan pajak kepada masyarakat. Namun proses pemungutan pajak ini tidak mudah tanpa kesadaran dari masyarakat akan pentingnya pajak bagi pembiayaan negara khususnya pembangunan sarana publik. Salah satu faktor yang bisa ditekankan oleh aparat dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pajak adalah dengan cara mensosialisasikan peraturan pajak baik itu melalui penyuluhan, seruan moral baik dengan media billboard, baliho, maupun membuka situs peraturan pajak yang setiap saat bisa diakses oleh wajib pajak (Witono, 2008:197).

Program-program yang telah dilakukan Direktorat Jenderal Pajak berkaitan dengan kegiatan penyuluhan tersebut antara lain dengan mengadakanvseminar-seminar ke berbagai profesi, dan pelatihan baik untuk pemerintah maupun swasta, memasang spanduk yang bertemakan pajak, memasang iklan layanan masyarakat di berbagai stasiun televisi, mengadakan acara tax goes to campus yang diisi dengan berbagai acara yang menarik mulai dari debat pajak sampai dengan seminar pajak dimana acara tersebut bertujuan guna menimbulkan pemahaman tentang


(56)

pajak ke mahasiswa yang dinilai sangat kritis, selain mahasiswa pelajar juga perlu dibekali tentang dasar-dasar pajak melalui acara tax aducation road show, serta memberikan penghargaan terhadap wajib pajak patuh pada setiap Kantor Pelayanan Pajak. Berbagai program tersebut juga ditunjang dengan sarana-sarana yang mengakomodasi harapan masyarakat agar merasa mudah, cepat, dan benar dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Sosialisasi perpajakan merupakan upaya dari Dirjen Pajak khususnya KPP untuk memberikan pengertian, informasi, dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan wajib pajak pada khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan dan perundangundangan perpajakan (Hendarsyah, 2009:19).

7. Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan membayar pajak, maka diperlukan perubahan atau penyempurnaan dan perbaikan dalam sistem administrasi modern yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Intansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengenai peningkatan ketertiban administrasi, efektivitas, dan kinerja organisasi instansi vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup semua lini operasi organisasi secara nasional.

Berdasarkan hal tersebut diharapakan sistem perpajakan yang sekarang sudah ada seperti SPT, filling, NPWP, registration, e-banking dan dropbox, dan lain-lain dapat lebih sempurna serta memberikan


(57)

kemudahan kepada wajib pajak dalam membayar atau melaporkan kewajiban perpajakan dan dapat memberikan pencitraan atau persepsi yang baik kepada hal yang terkait dengan pajak terutama pada sistem perpajakan. Menurut Widayati dan Nurlis (2010:24) hal-hal yang mengindikasikan efektifitas sistem perpajakan yang saat ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain : (1) Adanya sistem pelaporan melalui e-SPT dan e-filling. Wajib pajak dapat melaporkan pajak secara lebih mudah dan cepat. 2) Pembayaran melalui e-banking yang memudahkan wajib pajak dapat melakukan pembayaran dimana saja dan kapan saja. 3) Penyampaian SPT melalui drop box yang dapat dilakukan di berbagai tempat, tidak harus di KPP tempat wajib pajak terdaftar. 4) Peraturan perpajakan dapat diakses secara lebih cepat melalui internet, tanpa harus menunggu adanya pemberitahuan dari KPP tempat wajib pajak terdatar. 5) Pendaftaran NPWP yang dapat dilakukan secara online melalui e-registration dari website pajak. Hal ini akan memudahkan wajib pajak untuk memperoleh NPWP secara lebih cepat. Persepsi wajib pajak terhadap sistem perpajakan di Indonesia berkaitan dengan media yang digunakan dalam membayar pajak. Jika wajib pajak merasa bahwa sistem parpajakan yang ada adalah terpercaya, handal dan akurat, maka wajib pajak akan memiliki pandangan yang positif untuk sadar membayar pajak. Namun jika sistem perpajakan yang ada tidak memuaskan bagi wajib pajak, maka hal itu dapat turut mempengaruhi kesadaran wajib pajak.


(58)

Persepsi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengorganisasian, penginteprestasian terhadap stimulus oleh organisasi atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktifitas integrated dalam diri individu. Sedangkan efektifitas memiliki pengertian suatu pengukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah tercapai. Persepsi wajib pajak terhadap kinerja penerimaan pajak dilakukan oleh Karanta,et,al (2000 dalam Suryadi 2006:17).

Hal-hal yang mengindikasikan efektifitas sistem perpajakan dan saat ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain (Rahmawati, 2011:5) adalah sebagai berikut:

a. Adanya sistem pelaporan melalui e-SPT dan e-filling wajib pajak dapat melaporkan pajak secara lebih mudah dan cepat.

b. Pembayaran melalui e-banking yang memudahkan wajib pajak dalam melakukan pembayaran dimana dan kapan saja.

c. Penyampaian SPT melalui drop box yang dapat dilakukan di berbagai tempat, tidak harus di KPP tempat wajib pajak terdaftar.

d. Peraturan perpajakan dapat diakses dengan lebih cepat melalui internet tanpa harus menunggu adanya pemberitahuan dari KPP.

e. Pendaftaran NPWP yang dapat dilakukan secara online melalui e-registration dari website pajak untuk memudahkan wajib pajak memperoleh NPWP.


(59)

B.Penelitian Terdahulu

Dalam sebuah penelitian bertujuan melakukan suatu analisa berdasarkan teori dan aturan serta penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu sebagai pertimbangan dan perbandingan dalam suatu analisis yang akan dilakukan, adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian

1. Hutagaol, et, al (2007) Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Regresi Linier Berganda Berdasarkan hasil penelitian terdapat variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak yaitu besarnya

penghasilan, sanksi perpajakan, persepsi penggunaan uang pajak secara transparan dan akuntabilitas, perlakuan perpajakan yang adil, penegakan hukum, dart Database. Selanjutnya, kepatuhan wajib pajak berpengaruh atas penerimaan negara dari sektor pajak.

2 Adiyati (2009) Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Lama Regresi Linier Berganda

Dari hasil perhitungan SPSS pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Fhitung 64,781 > nilai Ftable 2,52 dengan tingkat signifikan 0,000 maka Ho ditolak. Ini berarti bahwa variabel sosialisasi mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.


(60)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Nama Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian

3 Setyonugroho (2012)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan untuk membayar pajak pada wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Surabaya Tegal Sari Regresi Linier Berganda Kesadaran Membayar Pajak tidak berpengaruh terhadap Kemauan Membayar Pajak. Pengetahuan dan Pemahaman tentang Peraturan Pajak berpengaruh terhadap Kemauan Membayar Pajak. Persepsi yang Baik atas Efektifitas Sistem Perpajakan berpengaruh terhadap Kemauan Membayar Pajak. Kualitas Pelayanan berpengaruh terhadap Kemauan Membayar Pajak. 4 Handayani

(2012)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan

Membayar Pajak Wajib pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas Regresi Linier Berganda Kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan dan tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum secara simultan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak 5 Dewinta

(2012) Pengaruh Persepsi Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta Regresi Linier Berganda Hasil penelitian menyatakan bahwa Persepsi Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Dan Kesadaran

Perpajakan berpengaruh positif terhadap


(61)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Nama Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian

6 Putri (2012) Apakah Sosialisasi Perpajakan, Sanksi Pajak, Dan Keadilan Pajak Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Regresi Linier Berganda Hasil penelitian menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bangkalan.

7 Shofia (2013) Pengaruh Program Sensus Pajak Nasional Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kota Malang Regresi Linier Berganda Hasil penelitian menyatakan bahwa sensus pajak terdapat pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

8 Nur (2013) Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Dan Pemahaman Prosedur Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak PBB Regresi Linier Berganda

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sosialisasi Perpajakan berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak,

Pemahaman Prosedur Perpajakan berpengaruh positif terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan dan Pemahaman Prosedur Perpajakansecara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

9 Puspitasari (2013) Analisis Sosialisasi Peraturan Perpajakan Dalam Upaya Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak Analisis Deskriptif Hasil penelitian menyatakan bahwa sosialisasi peraturan perpajakan dapat meningkatkan

kepatuhan wajib pajak


(62)

C.Keterkaitan Penerapan Sensus Pajak, Sosialisasi Pajak dan Persepsi efektifitas sistem perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak 1. Pengaruh Penerapan Sensus Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib

Pajak

Kesadaran dan kepatuhan yang tinggi dari wajib pajak merupakan faktor terpenting dari pelaksanaan sistem tersebut. Dianutnya sistem self assessment membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance) Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung sistem self assessment. Wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajak tersebut.

Dengan di terapkannya sistem perpajakan tersebut di harapkan kepatuhan wajib pajak dapat meningkat sehingga pendapatan pajak negara dapat meningkat juga. Oleh karena itu agar pendapatan pajak meningkat wajib pajak harus patuh akan kewajibannya. Seperti yang dinyatakan oleh Summers et. Al dalam Nasucha (2004) bahwa dalam sistem selfassessment, administrasi perpajakan adalah untuk mengawasi kepatuhan dan meyakinkan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam pendaftaran wajib pajak, penilaian, menjalankan prosedur pemungutan dan pembayaran dengan tidak melakukan penghindaran dan penggelapan pajak.


(63)

Untuk mendukung dan mengevaluasi fungsi administrasi perpajakan, pemerintah mengadakan sensus pajak. Sensus pajak Menurut buku panduan sensus pajak yang dikeluarkan Kemeneterian Keuangan RI, Direktorat

Jenderal Pajak, adalah “kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas wajib pajak dengan mendatangi subjek pajak baik perorangan maupun badan hukum, di seluruh wilayah Indonesia yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak”. Kepatuhan wajib pajak merupakan faktor utama mempengaruhi realisasi penerimaan pajak (Dewi, 2011:23).

Dalam upaya meningkatkan kualitas kepatuhan pajak masyarakat, saat ini Ditjen Pajak bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) mengadakan program Sensus Pajak Nasional. Sensus Pajak Nasional (SPN) merupakan kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka penggalian potensi wajib pajak. Selain itu, SPN memiliki tugas yang berat yaitu mengamankan target penerimaan pajak dan penerimaan negara. Tugas ini tidaklah mudah karena adanya kemungkinan hambatan atau masalah seperti respon negatif dari responden dengan menghindari petugas sensus, menjawab pertanyaan dengan asal, tidak bersedia menandatangani formulir sampai dengan tindakan konfrontatif terhadap petugas sensus (www.pajak.go.id). Jika kondisi ini terjadi Ditjen Pajak akan sangat dirugikan karena tidak akan memperoleh data yang diperlukan (Dewinta, 2012:2).


(64)

Dalam peroses pengukuran kepatuhan pajak ini pemerintah melakukan sensus untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak dan pengaruh sensus tersebut terhadap kepatuhan pajak itu sendiri. Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah membahas variabel bebas sensus pajak dan variabel terikat yaitu kepatuhan pajak serta hubungan dari kedua variabel tersebut.

H1 : Penerapan Sensus Pajak berpengaruh positif terhadap Tingkat

Kepatuhan Wajib Pajak

2. Pengaruh Sosialisasi Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Salah satu faktor yang bisa ditekankan oleh aparat dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pajak adalah dengan cara mensosialisasikan peraturan pajak baik itu melalui penyuluhan, seruan moral baik dengan media billboard, baliho, maupun membuka situs peraturan pajak yang setiap saat bisa diakses oleh wajib pajak (Witono, 2008:197).

Sosialisasi perpajakan merupakan suatu upaya dari Dirjen Pajak untuk memberikan pengertian, penjelasan, informasi terbaru, serta pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat pada umumnya dan wajib pajak pada khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan dan perundang-undangan perpajakan maupun sistem pelayanan pajak yang baru. Kita dapat memperoleh informasi tersebut melalui media cetak seperti Koran, bulletin, majalah berita pajak, surat edaran, jurnal dan lain sebagainya. Juga melalui media elektronik seperti televisi, radio, dan


(65)

dapat mengakses melalui browsing melalui internet dengan melihat dari berbagai situs pajak seperti: www.pajak.go.id, www.klikpajak.com, www.layananpajak.com, www.infopajak.com, www.pajakku.com dan lain-lain. Sosialisasi perpajakan merupakan upaya dari Dirjen Pajak khususnya KPP untuk memberikan pengertian, informasi, dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan wajib pajak pada khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan dan perundangundangan perpajakan (Hendarsyah, 2009:19)

Upaya sosialisasi pajak ini dapat berpengaruh untuk menambah jumlah wajib pajak dan dapat menimbulkan kepatuhan dari wajib pajak sehingga secara otomatis penerimaan pajak juga akan meningkat.

H2 : Sosialisai Pajak berpengaruh positif terhadap Tingkat Kepatuhan

Wajib Pajak

3. Pengaruh Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Persepsi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengorganisasian, penginteprestasian terhadap stimulus oleh organisasi atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktifitas integrated dalam diri individu. Sedangkan efektifitas memiliki pengertian suatu pengukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah tercapai (Hardiningsih, 2011:5).

Persepsi Wajib Pajak terhadap kinerja penerimaan pajak dilakukan oleh Maria Karanta,et al (2000 dalam Suryadi 2006:17) menyatakan bahwa persepsi masyarakat terhadap kinerja Badan Perpajakan Nasional Swedia,


(1)

Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan (X

3

)

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 87 100.0

Excludeda 0 .0

Total 87 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.858 8

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

PES1 4.08 .669 87

PES2 4.17 .719 87

PES3 4.18 .691 87

PES4 4.03 .706 87

PES5 4.15 .638 87

PES6 4.11 .599 87

PES7 4.09 .640 87

PES8 4.11 .637 87

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

PES1 28.86 10.609 .710 .829

PES2 28.77 10.714 .620 .839

PES3 28.76 11.022 .577 .844

PES4 28.91 10.457 .699 .829

PES5 28.79 11.329 .561 .846

PES6 28.83 11.261 .629 .839

PES7 28.85 11.338 .557 .847

PES8 28.83 11.679 .474 .855

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(2)

Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 87 100.0

Excludeda 0 .0

Total 87 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.826 5

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

KWP1 4.08 .669 87

KWP2 4.17 .719 87

KWP3 4.18 .691 87

KWP4 4.03 .706 87

KWP5 4.15 .638 87

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

KWP1 16.54 4.437 .720 .762

KWP2 16.45 4.529 .610 .794

KWP3 16.44 4.621 .611 .794

KWP4 16.59 4.385 .686 .771

KWP5 16.47 5.113 .482 .827

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(3)

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PSP 87 3.00 5.00 4.1152 .48179

SP 87 3.00 5.00 4.0152 .53470

PES 87 3.00 5.00 4.1202 .47037

KWP 87 3.00 5.00 4.0989 .50474

Valid N (listwise) 87

Correlations

KWP PSP SP PES

Pearson Correlation

KWP 1.000 .821 .743 .707

PSP .821 1.000 .759 .710

SP .743 .759 1.000 .585

PES .707 .710 .585 1.000

Sig. (1-tailed)

KWP . .000 .000 .000

PSP .000 . .000 .000

SP .000 .000 . .000

PES .000 .000 .000 .

N

KWP 87 87 87 87

PSP 87 87 87 87

SP 87 87 87 87

PES 87 87 87 87

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 .856a .732 .723 .26574 2.246

a. Predictors: (Constant), PES, SP, PSP b. Dependent Variable: KWP

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 16.049 3 5.350 75.757 .000b

Residual 5.861 83 .071

Total 21.910 86

a. Dependent Variable: KWP

b. Predictors: (Constant), PES, SP, PSP

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF


(4)

(5)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PSP SP PES KWP

N 87 87 87 87

Normal Parametersa,b Mean 4.1152 4.0152 4.1202 4.0989

Std. Deviation .48179 .53470 .47037 .50474

Most Extreme Differences

Absolute .141 .116 .149 .095

Positive .084 .116 .093 .095

Negative -.141 -.087 -.149 -.081

Kolmogorov-Smirnov Z 1.317 1.082 1.389 .885

Asymp. Sig. (2-tailed) .062 .192 .042 .414

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Hukum Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Bandung Tegallega)

0 18 44

Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Atas Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Bandung Cibeunying

4 45 141

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Soreang)

0 14 36

PENGARUH PERSEPSI PELAKSANAAN SENSUS PAJAK NASIONAL DAN KESADARAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA SEMARANG BARAT.

0 2 8

PENGARUH SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN, SOSIALISASI PERPAJAKAN DAN KEWAJIBAN MORAL TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Sleman)

6 30 171

PENGARUH PENERAPAN MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PENGARUH PENERAPAN MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI USAHAWAN PADA KPP PRATAMA YOGYAKARTA.

0 4 14

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN DAN SENSUS PAJAK Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dan Sensus Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Survey Terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali).

0 1 14

PENDAHULUAN Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dan Sensus Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Survey Terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali).

0 1 6

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN DAN SENSUS PAJAK Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dan Sensus Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Survey Terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali).

0 1 22

ANALISIS PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK, KESADARAN, DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK TENTANG SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP KOTA TEGAL

0 4 17