PENGARUH SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN, SOSIALISASI PERPAJAKAN DAN KEWAJIBAN MORAL TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Sleman)

(1)

THE INFLUENCE OF MODERN TAX ADMINISTRATION SYSTEM, TAX SOCIALIZATION AND MORAL OBLIGATION

TO THE TAX COMPLIANCE

(Empirical Study on Individual Taxpayers in KPP Pratama Sleman)

Disusun Oleh : ULFAH FAUZIYAH

20130420393

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

PENGARUH SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN, SOSIALISASI PERPAJAKAN DAN KEWAJIBAN MORAL

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Sleman)

THE INFLUENCE OF MODERN TAX ADMINISTRATION SYSTEM, TAX SOCIALIZATION AND MORAL OBLIGATION

TO THE TAX COMPLIANCE

(Empirical Study on Individual Taxpayers in KPP Pratama Sleman) Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

SKRIPSI

Disusun Oleh : ULFAH FAUZIYAH

20130420393

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

iv Nama : Ulfah Fauziyah Nomor Mahasiswa : 20130420393

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern, Sosialisasi Perpajakan Dan Kewajiban Moral Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Sleman), adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan judul tersebut belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan, dimuat dan dipublikasikan atau diteliti oleh orang lain.

Semua sumber dan data informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas apa adanya dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dikemudian hari diketahui pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 1 Desember 2016


(4)

v MOTTO

 Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk merubah dunia (Nelson Mandela)

 Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat (Q.S Al-Mujadalah 11)

 Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) (Q.S Al-Insyirah 6-7)

 Laa tahzan Innallaha ma’ana artinya janganlah bersedih sesungguhnya Allah bersama kita (Q.S At-Taubah 40)

 Innallaha ma’ashobirin artinya sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar

(Q.S Al-Baqarah 153)

 Semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan hasil yang terbaik jika kita mempunyai keinginan, kemauan dan kepercayaan dalam proses penyelesaian pekerjaan.

 Membantu dan memberi tidak akan mengurangi rezeki dan waktu kita tetapi akan memberikan kemudahan rezeki dan waktu bagi kehidupan kita.


(5)

vi

Terimakasih untuk kemudahan yang telah Engkau berikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

2. Kedua Orang Tua

Terimakasih untuk kedua orang tua saya Bapak Daroni S.H dan Ibu Dra. Siti Maesaroh yang selalu memberikan kasih sayang, nasihat, motivasi, dukungan dan doa dari orang tua untuk keselamatan, kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi. Sebagai tanda rasa terimakasih kupersembahkan karya ini kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan kasih sayang, nasihat, motivasi, dukungan dan doa. Terimakasih Bapak dan terimakasih Ibu.

3. Kakak kakakku

Untuk kakakku Aziz Imam Machmudi S.E., dr. Wahyu Budhi Handayani, Bripda Windy Prasetyo, Zuhrotul Laeliyah S.ST.,M.M., dan Irfan Affandi terimakasih telah memberikan dukungan dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih telah banyak membantu untuk menyelesaikan studi saya, saya akan berusaha menjadi yang terbaik untuk kalian.

4. Dosen Pembimbing Skripsi dan Dosen FE UMY

Terimakasih Bapak Drs. Afrizal Tahar, S.H., M.Acc., CA., Ak yang telah memberikan nasihat, saran dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Sebelum saya mengerjakan skripsi, saya mempunyai keinginan untuk menjadi salah satu mahasiswi yang di bimbing oleh Bapak Afrizal Tahar dan


(6)

vii

Alhamdulillah saya menjadi salah satu mahasiswi yang di bimbing oleh Bapak Afrizal Tahar serta hal tersebut membuat saya semangat dan percaya dapat menyelesaikan skripsi sesuai target. Terimakasih Bapak telah membantu selama proses pengerjaan skripsi. Terimakasih kepada Dosen FE UMY yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman, dan membantu dalam menyelesaikan studi ini.

5. Teman-temanku

Agustin Mahardika Sari, Vivi Anggiya Murni, Ihda Nisa Handita, Putri Dwi Aprilia N.K., Alfat Aji Artika, Lutfi Rohmah Aini, Ima Miska N., Bunga Fitriana K.W., serta teman-teman akuntansi angkatan 2013 terimakasih untuk semangat dan bantuannya menyelesaikan skripsi, terimakasih untuk kebersamaan diantara kita, semoga kita semua bisa mencapai kesuksesan dan tidak melupakan kebersamaan kita.


(7)

viii

dan kewajiban moral terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Sleman. Objek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman. Kuesioner disebarkan sebanyak 100 kuesioner untuk 100 Wajib Pajak Orang Pribadi yang kembali sebanyak 98 dan kuesioner yang dapat diolah sebanyak 96 kuesioner. Penelitian ini menggunakan metode convenience sampling.

Metode yang digunakan dalam menganalisis data yaitu regresi berganda dengan menggunakan SPSS 17.00. Teknik analisis data menggunakan uji asumsi klasik: uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: sistem administrasi perpajakan modern, sosialisasi perpajakan dan kewajiban moral berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Kata Kunci: Sistem Administrasi Perpajakan Modern, Sosialisasi Perpajakan, Kewajiban moral, Kepatuhan Wajib Pajak.


(8)

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, rahmat dan hidayah-Nya dalam penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern, Sosialisasi Perpajakan Dan Kewajiban Moral Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Sleman)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua yang selalu mendoakan, memberi dukungan serta motivasi kepada penulis.

2. Kakak-kakak yang selalu mendukung akan kesuksesan penulis.

3. Drs. Afrizal Tahar, S.H., M.Acc., CA., Ak., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi.

4. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(9)

xi

Akademik Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.

8. Saudara, sahabat, teman-teman, dan semua pihak yang telah memberikan doa, dukungan, dan bantuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam skripsi, sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 1 Desember 2016


(10)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………..……… i

HALAMAN PENGESAHAN ………..………... ii

HALAMAN PERNYATAAN ………. iv

HALAMAN MOTTO ……….. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. vi

INTISARI ……… viii

ABSTRACT ……….. ix

KATA PENGANTAR ………. x

DAFTAR ISI ………... xii

DAFTAR TABEL ………... xv

DAFTAR GAMBAR ………... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………... 1

B. Batasan Masalah Penelitian ……….. 10

C. Rumusan Masalah ………. 10

D. Tujuan Penelitian ……….. 10

E. Manfaat Penelitian ……… 11

BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ………... 13

1. Theory of Planned Behavior ………... 13


(11)

xiii

6. Kewajiban Moral ………... 29

7. Kepatuhan Wajib Pajak ………... 30

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis ………… 34

C. Model Penelitian ………... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek atau Subyek Penelitian ……... 39

B. Jenis Data ………... 39

C. Teknik Pengambilan Sampel ……… 40

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 41

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………. 41

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ……... 46

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ……… 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian ... 52

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ……... 55

C. Uji Hipotesis ……… 62

D. Pembahasan ………... 65

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Simpulan ……….. 69


(12)

xiv

B. Saran ……….... 69

C. Keterbatasan Penelitian ………... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

xv

4.1 Sampel dan Tingkat Pengembalian ………. 52

4.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ………... 53

4.3 Karakteristik Berdasarkan Usia ……….. 54

4.4 Karakteristik Berdasarkan Pengetahuan Pajak ………... 54

4.5 Hasil Uji Statistik Deskriptif ……….. 55

4.6 Hasil Uji Validitas ……….. 56

4.7 Hasil Uji Realibilitas ………... 59

4.8 Hasil Uji Normalitas ………... 60

4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ……….. 61

4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas ……….. 62

4.11 Hasil Uji Nilai T ………. 62

4.12 Hasil Uji Nilai F ……….. 64


(14)

xvi

DAFTAR GAMBAR


(15)

(16)

(17)

ix

influence of modern tax administration system, tax socialization and moral obligation to the tax compliance on individual taxpayers in KPP Pratama Sleman. The objects of this research is individual taxpayers in KPP Pratama Sleman. Questionnaires are given in as much as 100 questionnaires to 100 individual taxpayers as many as 98 returned questionnaires and questionnaires can be processed as much as 96 questionnaire. This study used convenience sampling method.

The methodology used in analyzing the research was multiple regression with SPSS 17.00. Data gathered was analyzed using classic assumption test: normality test, multicollinearity test, and heteroscedasticity test. This research indicates that: modern tax administration system, tax socialization and moral obligation positive effect to the tax compliance.

Keywords: modern tax administration system, tax socialization, moral obligation, tax compliance.


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah Indonesia melakukan pembangunan dalam berbagai sektor bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat (Rohmawati dkk., 2013). Pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan baik apabila tersedia sumber dana yang diperoleh dari dalam maupun luar negeri, baik sektor swasta maupun pemerintah. Sumber dana yang diperoleh dari dalam negeri merupakan sumber dana utama untuk pembiayaan pembangunan dan peningkatan kemandirian pembangunan negara (Budileksmana, 2001). Sumber penerimaan negara diantaranya berasal dari sektor pajak. Sektor pajak merupakan sumber penerimaan terbesar negara, sehingga pemerintah melakukan upaya peningkatan penerimaan pajak setiap tahun (Sanjaya, 2014). Penerimaan pajak sangat membutuhkan peran dari warga negara melalui pemenuhan kewajiban perpajakannya yang memberikan pengaruh besar pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa pajak merupakan iuran wajib bagi warga negara tanpa jasa timbal balik yang dirasakan secara langsung oleh Wajib Pajak. Wajib Pajak terdiri dari orang pribadi dan badan yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Al-Qur’an menerangkan tentang


(19)

kewajiban melaksanakan perpajakan dalam surat At-Taubah Ayat 29. Wajib Pajak diwajibkan untuk membayar pajak sesuai dengan kewajiban perpajakannya, hal tersebut merupakan tanda bagi setiap Wajib Pajak yang mematuhi sebagai orang beriman (Surat At-Taubah Ayat 29). Kepatuhan membayar pajak merupakan bentuk kepercayaan terhadap perintah Allah SWT untuk melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan yang harus dimiliki pemerintah dan rakyat sebagaimana Allah SWT menurunkan surat at-taubah ayat 29. Kewajiban dan hak perpajakan pemerintah yaitu mengatur penerimaan dan pengeluaran serta pemungutan pajak. Rakyat mempunyai kewajiban membayar pajak dan berhak untuk mengawasi penggunaan pembayaran pajak (Tahar dan Rachman, 2014).

Undang-Undang (UU) No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan telah beberapa kali diubah, yaitu UU No.7 Tahun 1991, UU No.10 Tahun 1994, UU No.17 Tahun 2000, dan yang terakhir UU No.36 Tahun 2008. Perubahan UU PPh sebagai bentuk reformasi dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip perpajakan secara umum, yaitu keadilan, kemudahan atau efisiensi administrasi dan produktivitas penerimaan negara. Perubahan UU PPh bertujuan untuk meningkatkan keadilan pengenaan pajak, memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak dan mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam meningkatkan investasi langsung di Indonesia.

Reformasi perpajakan ditunjukkan dengan penerapan self assessment system. Sejak tahun 1983 Indonesia menerapkan self assessment system yaitu memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk menghitung,


(20)

3

menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang (Mardiasmo, 2011). Peranan sistem tersebut merupakan upaya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam intensifikasi pemungutan pajak dan ekstensifikasi kemampuan pemungutan pajak. Peningkatan sosialisasi dan pelayanan terhadap penerapan sistem diperlukan bagi peningkatan peranan sistem (Budileksmana, 2001). Ekstensifikasi mengutamakan program peningkatan jumlah Wajib Pajak terdaftar, sedangkan intensifikasi pajak mengutamakan perluasan objek pajak (Murtin dan Amaliyah, 2010). Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3, yaitu: self assessment system, official assessment system dan with holding system. Self assessment system memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Official assessment system memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. With holding system memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Pemerintah (fiskus) mempunyai fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai penyelenggara perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan berdasarkan penerapan self assessment system. DJP secara struktural berada di bawah Kementerian Keuangan mempunyai misi fiskal, yaitu melakukan pemungutan pajak untuk penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah


(21)

berdasarkan Undang-undang Perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi (Setiana dkk., 2010).

Peranan pajak terhadap pendapatan negara sangat penting pada masa sekarang. Hal ini terjadi karena pajak merupakan sumber yang pasti dalam memberikan peranan dana kepada negara dan merupakan gambaran dari semangat gotong royong dalam pembangunan negara maka Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menyediakan fasilitas yang dapat digunakan oleh Wajib Pajak, seperti sistem administrasi perpajakan dengan penggunaan teknologi (Fasmi dan Misra, 2012). DJP memberikan informasi dan pemahaman tentang sistem administrasi perpajakan modern serta pemahaman tentang hak dan kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak. Rendahnya tingkat kepatuhan pajak merupakan hambatan dalam pemungutan pajak, sosialisasi perlu dilakukan kepada masyarakat untuk lebih memahami hak dan kewajiban perpajakan (Rohmawati dkk., 2013). Perilaku Wajib Pajak sebagai bentuk pemahaman tentang hak dan kewajiban perpajakan dengan melakukan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya diharapkan berasal dari dalam diri Wajib Pajak (Pranata dan Setiawan, 2015).

Direktorat Jenderal Pajak melakukan upaya dalam peningkatan sektor pajak dengan menerapkan modernisasi administrasi perpajakan modern. Salah satu modernisasi administrasi perpajakan dengan peningkatan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak (Tahar dan Sandy, 2012). Konsep modernisasi administrasi perpajakan merupakan perubahan pada sistem


(22)

5

administrasi perpajakan yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku aparat serta tata nilai organisasi, sehingga Direktorat Jenderal Pajak menjadi suatu institusi yang profesional dengan citra yang baik di masyarakat (Irmayani dan Mildawati, 2015). Modernisasi administrasi perpajakan dilakukan dengan perbaikan struktur organisasi, prosedur organisasi, strategi organisasi dan budaya organisasi. Modernisasi perpajakan dengan penerapan teknologi informasi, sehingga sistem perpajakan dilakukan secara online melalui e-System untuk meningkatkan pelayanan dan penerimaan pajak (Obid, 2014). e-System merupakan sistem administrasi perpajakan berdasarkan teknologi yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Penggunaan e-System bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi Wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya (Adeyemi, 2013). Salah satu produk e-System, yaitu e-filing. e-Filing merupakan cara penyampaian SPT secara elektronik yang dapat dilakukan melalui Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id). Pemberian informasi dan pemahaman tentang e-System dan hak serta kewajiban Wajib Pajak dilakukan dengan sosialisasi perpajakan secara langsung dan tidak langsung. Pemberian sosialisasi diharapkan meningkatkan pengetahuan Wajib Pajak, sehingga kepatuhan pajak semakin meningkat (Andreas dan Savitri, 2015). Perilaku Wajib Pajak dipengaruhi oleh moral Wajib Pajak, etika dan norma sosial. Moral Wajib Pajak berhubungan dengan etika, perasaan bersalah, prinsip hidup dan kesesuaian peraturan (Sanjaya, 2014).


(23)

Kehidupan sosial dan ekonomi negara serta masyarakat membawa dampak ketidakpastian penerimaan pajak. Peningkatan penerimaan, perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan menjadi alasan dilakukannya reformasi perpajakan terkait penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan, sehingga diharapkan penerimaan pajak maksimal dan meningkatkan pelayanan (Setiana dkk., 2010). Pendapat Setiana dkk (2010) sejalan dengan Fasmi dan Misra (2012) bahwa tuntutan akan peningkatan penerimaan, peningkatan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak serta perbaikan dan perubahan dalam segala aspek perpajakan menjadi alasan dilakukannya reformasi perpajakan. Rendahnya penerimaan pajak berhubungan dengan tingkat kepatuhan Wajib Pajak, semakin rendah tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan maka semakin rendah jumlah penerimaan pajak (Anbiya, 2014).

Penerimaan negara dari sumber pajak dinilai masih rendah berdasarkan rendahnya rasio pajak (tax ratio), hal tersebut menunjukkan bahwa kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pajak. Direktur Jenderal Pajak mengatakan bahwa tax ratio Indonesia sebesar 11% masih rendah dibawah negara tetangga seperti Filipina, Malaysia dan Singapura (Dewi, 2015). Tax Ratio didasarkan pada perbandingan antara jumlah penerimaan pajak dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu negara dalam periode tertentu menggunakan PDB. Produk Domestik


(24)

7

Bruto merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (www.bps.go.id).

Kasus korupsi yang melibatkan pegawai pajak mempengaruhi perilaku Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya (Antonakkas, 2014). Salah satu kasus korupsi di Indonesia yang melibatkan pegawai pajak, yaitu Kasus Pargono Riyadi tahun 2013 sebagai pegawai pajak yang bertugas menjadi penyidik Wajib Pajak di Kantor Wilayah Jakarta Pusat. Pargono Riyadi meminta uang kepada pengusaha Asep Hendro sebagai pemilik PT Asep Hendro Racing Sport (PT AHRS) terkait permasalahan faktur pajak. Permasalahan tersebut sebenarnya sudah diselesaikan oleh pengusaha Asep Hendro di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut tetapi Pargono Riyadi melakukan penyalahgunaan wewenang dengan memberitahukan bahwa kasus tersebut belum selesai. Pargono Riyadi divonis hukuman 4,5 tahun karena melakukan permintaan uang secara memaksa dengan menyalahgunakan wewenangnya kepada pengusaha Asep Hendro (Reviyanto, 2013). Berbagai masalah perpajakan terutama tentang perilaku korupsi yang melibatkan pegawai pajak juga menyebabkan masyarakat tidak mau membayar pajak yang berdampak pada moral pajak (Cahyonowati, 2013).

Moral Pajak berasal dari diri Wajib Pajak itu sendiri, sehingga Wajib Pajak diharapkan memahami bahwa pembayaran pajak merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan (Sipos, 2015). Semakin tinggi tingkat


(25)

moral Wajib Pajak, maka semakin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak (Sanjaya, 2014). Sebelum penerapan sistem administrasi perpajakan dengan teknologi, Direktorat Jenderal Pajak menerapkan sistem administrasi perpajakan secara manual. Sistem perpajakan secara manual menyebabkan penumpukan Wajib Pajak yang melakukan kegiatan perpajakan mulai dari mendaftarkan diri, melaporkan sampai membayar pajak yang terutang. Pelayanan yang diberikan di Kantor Pelayanan Pajak menggunakan waktu tertentu sehingga kegaiatan perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak tidak bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja (Noor, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Fasmi dan Misra (2012) pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati dkk (2013) pengaruh sosialisasi dan pengetahuan perpajakan terhadap tingkat kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh negatif terhadap tingkat kesadaran Wajib Pajak, pengetahuan perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kesadaran Wajib Pajak, sosialisasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak, pengetahuan perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak, kesadaran Wajib Pajak tidak


(26)

9

berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak, sosialisasi dan pengetahuan perpajakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap kesadaran Wajib Pajak serta sosialisasi, pengetahuan dan kesadaran Wajib Pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Pranata dan Setiawan (2015) pengaruh sanksi perpajakan, kualitas pelayanan dan kewajiban moral terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak, kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dan kewajiban moral berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perpajakan yang berjudul “PENGARUH SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN, SOSIALISASI PERPAJAKAN DAN KEWAJIBAN MORAL TERHADAP KEPATUHAN WAJIB (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Sleman)”.

Penelitian ini merupakan kompilasi dari penelitian yang dilakukan oleh Fasmi dan Misra (2012) Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang. Penelitian ini dilakukan dengan menambah 2 variabel independen yaitu sosialisasi perpajakan dan kewajiban moral berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati dkk (2013) dan Pranata dan Setiawan (2015).


(27)

B. Batasan Masalah Penelitian

1. Ruang lingkup penelitian hanya pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman.

2. Penelitian ini membatasi pengujian faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak pada sistem administrasi perpajakan modern, sosialisasi perpajakan dan kewajiban moral.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak?

2. Apakah sosialisasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak?

3. Apakah kewajiban moral berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji secara empiris apakah sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

2. Untuk menguji secara empiris apakah sosialisasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.


(28)

11

3. Untuk menguji secara empiris apakah kewajiban moral berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sarana peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang telah di dapatkan ke dalam masalah yang sebenarnya terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

b. Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan masukan bagi ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kepatuhan membayar pajak, serta menambah pengetahuan tentang sistem administrasi perpajakan modern, sosialisasi perpajakan dan kewajiban moral.

2. Secara Praktis a. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat memahami proses di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) berkaitan dengan sistem administrasi perpajakan modern, sosialisasi perpajakan dan kewajiban moral. b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan pelayanan berkaitan dengan sistem perpajakan, sosialisasi perpajakan dan kewajiban moral, sehingga kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dapat ditingkatkan.


(29)

c. Bagi Wajib Pajak

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan motivasi untuk memahami tentang peraturan perpajakan, sistem perpajakan serta meningkatkan kewajiban moral Wajib Pajak, sehingga meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.


(30)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Theory of Planned Behavior

Theory of Planned Behavior merupakan keinginan di dalam hati individu melakukan suatu tindakan tertentu. Theory of Planned Behavior menunjukkan bahwa tindakan manusia terdiri dari tiga jenis keyakinan, yaitu behavioral beliefs (keyakinan perilaku), normatif beliefs (keyakinan normatif) dan control beliefs (keyakinan kontrol) (Ajzen, 1991). Keyakinan perilaku merupakan keyakinan tentang kemungkinan sebuah perilaku dikaitkan dengan sikap. Hal tersebut berkaitan dengan penilaian subjektif seseorang, pemahaman mengenai diri dan lingkungan. Keyakinan normatif merupakan keyakinan mengenai harapan normatif, karena pengaruh orang lain dan motivasi untuk menyetujui harapan dikaitkan dengan norma subjektif yang mempunyai hubungan sikap dan perilaku. Keyakinan kontrol merupakan kepercayaan mengenai keberadaan faktor-faktor yang mendukung atau menghalangi kinerja dari perilaku. Menurut Ajzen (2005) teori ini tidak hanya menekankan pada kebiasaan umum dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada keyakinan bahwa tingkah laku berada di bawah kontrol kesadaran individu tersebut atau suatu tingkah laku tidak tergantung pada keberpihakan seseorang, tetapi faktor lain yang tidak ada dibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan kesempatan untuk menampilkan tingkah laku


(31)

tersebut. Menurut Taylor dan Todd (1995) Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang selalu melakukan pertimbangan membuat keputusan dan menggunakan informasi secara sistematis. Manusia memikirkan implikasi dari tindakan sebelum memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu. Tindakan yang dilakukan berdasarkan niat dalam diri Wajib Pajak tentang pelaksanaan kewajiban perpajakan dapat meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

Menurut Ajzen (2005) prediksi intensi individu dalam melakukan perilaku tertentu menggunakan faktor norma subjektif, perceived behavioral control, dan sikap. Keberpihakan seorang melakukan tindakan tertentu secara sadar atau tidak merupakan pengertian dari intensi. Intensi berdasarkan fungsi yaitu faktor personal individu tersebut, kontrol yang dimiliki individu, dan bagaimana pengaruh sosial. Tiga faktor yang mempengaruhi intensi, yaitu:

a. Norma subjektif merupakan pendapat individu terkait tekanan sosial melakukan atau tidak melakukan tindakan. Norma subjektif yaitu fungsi berdasarkan kepercayaan yang disebut normative belief, kepercayaan tentang kesetujuan dan ketidaksetujuan dari seseorang dan kelompok berpengaruh terhadap individu.

b. Perceived behavioral control yaitu kepercayaan individu tentang ada atau tidak ada faktor mendukung dan menghambat individu untuk menyebabkan tindakan. Faktor yang meningkatkan dan menurunkan


(32)

15

perasaan individu mengenai tingkat kesulitan melakukan tindakan berdasarkan pengalaman dan informasi dari pengamatan pada pengetahuan sendiri maupun orang lain.

c. Sikap berdasarkan kepercayaan tentang konsekuensi perilaku atau tindakan disebut behavioral beliefs. Sikap terhadap perilaku berdasarkan kombinasi behavioral belief dan outcome evaluation. Sikap terhadap perilaku merupakan tingkat penilaian positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu berdasarkan evaluasi individu tentang hasil yang berhubungan antara perilaku dan kekuatan hubungan dari kedua hal tersebut. Individu yang percaya tentang perilaku dapat menghasilkan pengaruh positif maka individu tersebut mempunyai sikap positif terhadap perilaku dan sebaliknya.

Theory of Planned Behavior menjelaskan perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Individu sebelum melakukan sesuatu maka memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh dari perilakunya tersebut kemudian akan memutuskan akan melakukannya atau tidak melakukannya. Kewajiban moral Wajib Pajak berhubungan dengan pengambilan keputusan perilaku Wajib Pajak. Wajib Pajak yang memahami pajak memiliki keyakinan pentingnya membayar pajak untuk membantu menyelenggarakan pembangunan negara (behavioral beliefs). Individu melakukan tindakan akan memiliki keyakinan tentang harapan dari orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs). Hal tersebut dapat dikaitkan dengan


(33)

sistem perpajakan yang efisien dan efektif berupa sistem administrasi perpajakan secara modern dan penyuluhan pajak yang memberikan motivasi kepada Wajib Pajak agar taat pajak dan membuat Wajib Pajak memiliki keyakinan atau memilih perilaku taat pajak. Sanksi pajak terkait dengan control beliefs (Mustikasari, 2007).

2. Teori Atribusi

Teori atribusi mengasumsikan bahwa seseorang mencoba untuk menentukan mengapa seseorang melakukan apa yang mereka lakukan, yaitu penyebab perilaku. Seseorang berusaha untuk memahami mengapa orang lain melakukan sesuatu yang mungkin satu atau lebih penyebab perilaku tersebut (Luthans, 2005). Tiga tahap proses yang mendasari suatu atribusi, yaitu mengamati perilaku, percaya bahwa perilaku dilakukan dengan kesengajaan, dan perilaku didasarkan pada paksaan. Teori atribusi menemukan penyebab suatu kejadian yang memotivasi seseorang untuk melakukan tindakan. Tanggapan yang diberikan atas suatu kejadian tergantung pada pendapat dari dalam diri tentang kejadian tersebut (Andreas dan Savitri, 2015).

Kepatuhan Wajib Pajak terkait dengan sikap Wajib Pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang untuk membuat penilaian mengenai orang lain sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal. Teori ini menjelaskan bahwa ketika individu mengamati perilaku seseorang, individu tersebut berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau


(34)

17

eksternal (Robbins dan Judge, 2008). Perilaku yang disebabkan secara internal merupakan perilaku yang diyakini berada di bawah kendali individu. Perilaku yang disebabkan secara eksternal merupakan perilaku yang dianggap akibat dari sebab-sebab luar, yaitu individu tersebut dianggap telah dipaksa berperilaku demikian oleh situasi. Terdapat dua jenis umum atribusi yang ada pada seseorang, yaitu atribusi disposisional, dan atribusi situasional. Dispositional attributions atau penyebab internal yang mengacu pada aspek perilaku individual yang ada dalam diri seseorang seperti kepribadian, persepsi diri, kemampuan, motivasi. Sedangkan situational attributions atau penyebab eksternal yang mengacu pada lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi perilaku, seperti kondisi sosial, nilai-nilai sosial, dan pandangan masyarakat (Maulidya dkk, 2015).

Menurut Robbins (2008) faktor internal atau eksternal tergantung pada tiga faktor yaitu :

a. Kekhususan (Kesendirian atau Distinctiveness)

Kekhususan artinya seseorang akan mempersepsikan perilaku individu lain secara berbeda-beda dalam situasi yang berlainan. Apabila perilaku seseorang dianggap suatu hal yang tidak biasa, maka individu lain yang bertindak sebagai pengamat akan memberikan atribusi eksternal terhadap perilaku tersebut. Sebaliknya jika hal itu dianggap hal yang biasa, maka dinilai sebagai atribusi internal.


(35)

b. Konsensus

Konsensus artinya jika semua orang mempunyai kesamaan pandangan dalam merespon perilaku seseorang jika dalam situasi yang sama. Apabila konsensusnya tinggi, maka termasuk atribusi eksternal. Sebaliknya jika konsensusnya rendah, maka termasuk atribusi internal.

c. Konsistensi

Konsistensi yaitu jika seseorang menilai perilaku-perilaku orang lain dengan respon sama dari waktu ke waktu. Semakin konsisten perilaku itu, orang akan menghubungkan hal tersebut dengan sebab-sebab internal dan sebaliknya.

3. Pengertian Pajak

Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung serta digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Markus (2005) pajak adalah sebagian harta kekayaan rakyat yang berdasarkan undang-undang wajib diberikan oleh


(36)

19

rakyat kepada negara tanpa mendapat kontraprestasi secara langsung dari negara, digunakan untuk keperluan pembiayaan umum pemerintah baik rutin maupun untuk pembangunan dan sebagai alat untuk mengatur kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Menurut Budileksmana (2015) penerimaan pajak membutuhkan peran DJP. Direktorat Jenderal Pajak dibantu oleh beberapa pihak, salah satunya konsultan pajak dalam membantu permasalahan perpajakan Wajib Pajak. Direktorat Jenderal Pajak juga memerlukan peran semua pihak yang terkait perpajakan dalam menginformasikan peraturan perudang-undangan perpajakan yang berlaku sehingga Wajib Pajak melaksanakan kewajiban perpajakannya dan menuntut hak perpajakan sesuai dengan ketentuan perpajakan.

Pajak mempunyai beberapa karakteristik, yaitu peralihan kekayaan dari orang atau badan ke pemerintah, pajak dipungut dan dilaksanakan berdasarkan undang-undang, pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya timbal balik secara langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah, pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, pajak bertujuan untuk pengeluaran pemerintah dan membiayai public investment, pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah, dan pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung (Suandy, 2011). Latar belakang dan dasar pembentukan perpajakan yang berlaku terdapat pada ketentuan-ketentuan yang mengatur sistem dan pemungutan pajak (Budileksmana, 2001).


(37)

Menurut Mardiasmo (2011) unsur-unsur dalam pengertian pajak, yaitu:

a. Iuran atau pungutan dari rakyat untuk negara

Dalam unsur ini, pajak dapat diartikan sebagai peralihan kekayaan dari sektor pemerintah ke sektor publik dan bahwa tidak ada pajak selain yang dipungut oleh negara serta berupa uang (bukan barang). b. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang

Pajak bersifat mengikat dan memaksa, maka pajak harus berdasarkan peraturan undang-undang. Unsur tersebut menunjukkan bahwa walaupun pajak dipungut oleh negara, pemerintah tidak boleh menyalahgunakan wewenang memungut pajak dari rakyat, tetapi pemungutan dilakukan sesuai dengan peraturan undang-undang. c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi

Unsur tanpa jasa timbal atau kontraprestasi menunjukkan bahwa pajak yang dibayarkan rakyat tidak mendapatkan timbal jasa ataupun kontraprestasi dari negara secara langsung.

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara

Pajak yang dibayarkan rakyat kepada pemerintah digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah, mendukung pembangunan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4. Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Sistem administrasi perpajakan modern adalah sistem administrasi perpajakan yang mengalami penyempurnaan atau perbaikan


(38)

21

kinerja secara individu, kelompok, dan kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat. Sistem administrasi perpajakan terdiri dari prosedur organisasi, struktur organisasi, strategi organisasi dan budaya organisasi. Prosedur organisasi merupakan aktivitas organisasi yang dilakukan secara teratur. Struktur organisasi merupakan unsur yang berkaitan dengan pola-pola peran yang sudah ditentukan dan hubungan antar peran, alokasi kegiatan kepada sub unit-sub unit terpisah, pendistribusian wewenang di antara posisi administratif, dan jaringan komunikasi formal. Strategi organisasi merupakan siasat, sikap pandangan dan tindakan yang bertujuan memanfaatkan segala keadaan, faktor, peluang, dan sumber daya sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam organisasi dan mengarahkan perilaku anggota. Budaya organisasi mewakili persepsi umum yang dimiliki oleh anggota organisasi (Nasucha, 2004).

Sistem perpajakan berdasarkan teknologi telah menerima perhatian besar melalui pengembangan teknologi mempengaruhi sistem administrasi perpajakan. Penggunaan teknologi informasi untuk memperbaiki sistem administrasi perpajakan dapat menciptakan kesadaran tentang struktur pajak mereka bahwa sebagian besar pembayar pajak memiliki pengetahuan yang terbatas tentang pajak (Adeyemi, 2013). Sistem pajak berdasarkan teknologi meningkatkan tingkat pendapatan dan kepatuhan pajak oleh Wajib Pajak. Hal tersebut karena


(39)

kenyamanan, penghematan waktu, efektivitas biaya. Sistem pajak berdasarkan teknologi mempengaruhi kualitas pelayanan pajak, yaitu mempengaruhi kecepatan pada pelayanan, ketepatan pada pelayanan dan penyampaian informasi serta dapat dipercaya. Sistem pajak berdasarkan teknologi menimbulkan pendapat tentang kemudahan dalam perpajakan, sehingga meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak (Obid, 2014).

Sasaran penerapan sistem administrasi perpajakan modern, yaitu peningkatan penerimaan pajak, kualitas pelayanan yang mendukung kepatuhan Wajib Pajak, memberikan jaminan kepada publik bahwa Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tingkat integritas dan keadilan yang tinggi, menjaga rasa keadilan dan persamaan perlakuan dalam proses pemungutan pajak, pegawai pajak dianggap sebagai karyawan yang bermotivasi tinggi, kompeten dan profesional, peningkatan produktivitas secara bersama, Wajib Pajak mempunyai alat dan mekanisme untuk mengakses informasi yang diperlukan dan pencegahan penggelapan pajak (Pandiangan, 2008).

Program modernisasi administrasi perpajakan mendapat peran penting dalam menentukan masa depan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Direktorat Jenderal Pajak melakukan berbagai pembenahan diantaranya pembenahan organisasi yang lebih menyesuaikan pada kebutuhan Wajib Pajak. DJP juga melakukan pembaharuan di bidang informasi teknologi, business redesign process serta Sumber Daya Manusia (SDM). Apabila


(40)

23

seluruh aspek modernisasi sudah berjalan dengan baik, maka pihak DJP dapat melakukan penilaian berbasis kinerja kepada para pegawai dan memberikan insentif berdasarkan kinerjanya. Perbandingan dalam pengelolaan pajak di berbagai negara terutama negara-negara yang lebih maju supaya mudah diaplikasikan dan dilaksanakan maka disusun konsep modernisasi perpajakan Indonesia disesuaikan dengan iklim, kondisi, dan sumber daya yang ada. Konsep modernisasi administrasi perpajakan didasarkan pada peningkatan pelayanan dan pengawasan dengan konsep good governance (Pandiangan, 2008).

Sistem administrasi perpajakan mempunyai hambatan terkait tingkat korupsi masih tinggi. Pemerintah melakukan perubahan dan perbaikan administrasi perpajakan untuk mengurangi tingkat korupsi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Antonakkas, 2014). Sistem administrasi perpajakan berdasarkan perkembangan teknologi informasi bertujuan memberikan kemudahan dan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak melalui pemberian pelayanan kepada masyarakat, transparansi dan akuntabilitas terkait penerimaan dan pengeluaran pajak serta memberikan pengawasan pelaksanan pemungutan pajak (Irawan dan Khairani, 2013).

Direktorat Jenderal Pajak melakukan modernisasi pada sistem administrasi perpajakan melalui produk e-System seperti e-Registration, e-Billing, dan e-Filling. e-Registration atau Sistem Pendaftaran Wajib Pajak secara Online melalui website Direktorat Jenderal Pajak berupa www.pajak.go.id adalah sistem aplikasi bagian dari Sistem Informasi


(41)

Perpajakan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dengan berbasis perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang digunakan untuk mengelola proses pendaftaran Wajib Pajak. Sistem ini terbagi dua bagian, yaitu sistem yang dipergunakan oleh Wajib Pajak yang berfungsi sebagai sarana pendaftaran Wajib Pajak secara online dan sistem yang dipergunakan oleh Petugas Pajak yang berfungsi untuk memproses pendaftaran Wajib Pajak. e-Billing merupakan metode pembayaran pajak secara elektronik menggunakan Kode Billing. Kode Billing sendiri adalah kode identifikasi yang diterbitkan melalui sistem Billing atas suatu jenis pembayaran atau setoran pajak yang akan dilakukan Wajib Pajak melalui website Direktorat Jenderal Pajak berupa www.pajak.go.id. tanpa perlu membuat Surat Setoran (SSP, SSBP, SSPB) secara manual. e-Filling merupakan sistem penyampaian SPT secara elektronik melalui website Direktorat Jenderal Pajak atau website penyalur Surat Pemberitahuan (SPT) elektronik. Wajib Pajak diharuskan memiliki e-FIN sebelum menyampaikan SPT atau pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan secara e-Filing. e-FIN merupakan nomor identitas yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk melaksanakan e-Filling melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id).


(42)

25

5. Sosialisasi Perpajakan

Sosialisasi perpajakan merupakan upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat terutama Wajib Pajak untuk mengetahui tentang perpajakan (Rohmawati dkk, 2013). Direktorat Jenderal Pajak melakukan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan, melakukan diskusi dengan Wajib Pajak dan tokoh masyarakat, informasi langsung dari petugas ke Wajib Pajak, pemasangan billboard dan website Direktorat Jenderal Pajak. Kegiatan penyuluhan mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap sosialisasi. Kegiatan sosialisasi dilakukan kepada masyarakat untuk memberikan pengertian kepada masyarakat akan pentingnya membayar pajak (Winerungan, 2013). Sosialisasi pajak merupakan upaya Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan pemahaman, informasi dan pedoman bagi Wajib Pajak. Kegiatan sosialisasi memberikan pengetahuan manfaat membayar pajak serta sanksi jika tidak membayar pajak, sehingga sosialisasi perpajakan dapat berpengaruh untuk menambah jumlah Wajib Pajak dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak serta meningkatkan penerimaan pajak (Andreas dan Savitri, 2015). Sosialisasi perpajakan sangat diperlukan untuk mengurangi tingkat ketidakpahaman kewajiban pajak, sehingga mengurangi tingkat ketidakpatuhan dalam perpajakan (Antonakkas, 2014).

Bentuk sosialisasi perpajakan yang sudah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan memberikan penjelasan tentang hak dan


(43)

kewajiban Wajib Pajak (Atika dan Karlina, 2014). Media sosialisasi yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak, yaitu:

a. Early Tax Education

Penyuluhan langsung yang diberikan kepada calon Wajib Pajak, yaitu memberikan pemahaman tentang perpajakan terlebih dahulu seperti pemahaman perpajakan, pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan pentingnya membayar pajak.

b. Tax Goes To Campus

Media untuk calon Wajib Pajak yaitu mahasiswa. Sosialisasi yang sifatnya datang langsung ke universitas biasanya berupa kuliah umum, seminar, workshop dan materi yang disampaikan yaitu seperti pemahaman perpajakan, pembuatan NPWP dan pengisian SPT Orang Pribadi dan Badan yang bersifat praktisi.

c. Tax Gathering

Ditujukan kepada Wajib Pajak terdaftar, yaitu Wajib Pajak yang dianggap telah memberikan kontribusi yang baik dilakukan untuk meningkatkan hubungan kepada Wajib Pajak.

d. Kelas Pajak

Penyuluhan kepada Wajib Pajak terdaftar dilakukan secara personal bagi Wajib Pajak yang kurang memahami dan meminta diberikan penjelasan secara individu.


(44)

27

Wajib Pajak yang mempunyai masalah dan kurang memahami tentang perpajakan.

Media sosialisasi tidak langsung yang diberikan, yaitu : a. Suplemen (tambahan)

Suplemen berbentuk brosur yang diberikan kepada masyarakat, stiker pajak yang ditempel di mading Kantor Pelayanan Pajak, spanduk yang dipasangkan diluar Kantor Pelayanan Pajak dan standing banner yang diletakkan di Kantor Pelayanan Pajak.

b. Iklan di media cetak

Penyuluhan atau sosialisasi yang menggunakan iklan di media cetak. c. Artikel

Sosialisasi atau penyuluhan menggunakan artikel dibuat langsung oleh petugas pajak, tapi sifatnya tidak rutin karena tidak adanya aturan yang mengikat atau kewajiban untuk pembuatan artikel dan juga tidak semua petugas pajak dapat menulis artikel pajak.

Sosialisasi perpajakan yang dilakukan oleh Ditjen Pajak diharapkan dapat menciptakan partisipasi yang efektif dari masyarakat dan Wajib Pajak dalam memenuhi hak dan kewajibannya sehingga memungkinkan kesadaran perpajakan. Menurut Soekanto (2002) penyampaian informasi perpajakan dilakukan pemerintah dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak antara lain:


(45)

Media informasi yangdigunakan dalam sosialisasi perpajakan yaitu: Televisi, Koran, Spanduk, media Flyer (spanduk dan poster), Radio, Media Billboard/mini billboard maupun media internet.

b. Waktu

Direktorat Jenderal Pajak melakukan sosialisasi dengan melakukan kunjungan ke masing-masing rumah atau usaha atau Wajib Pajak datang ke kantor pajak.

c. Bentuk sosialisasi

Sosialisasi tentang manfaat melakukan hak dan kewajiban perpajakan yang dilakukan kepada masyarakat melalui seminar, diskusi, serta penyuluhan.

d. Informasi yang disampaikan

Sumber informasi yang digunakan dalam menyampaikan informasi pajak yaitu: Call Center, penyuluhan, internet, petugas pajak, televisi, iklan. e. Tujuan dan manfaat sosialisasi

Sosialisasi pajak memberikan pemahaman tentang pajak kepada masyarakat umum terutama Wajib Pajak.

f. Pengetahuan Wajib Pajak

Sosialisasi memberikan pengetahuan perpajakan dan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak pentingnya membayar pajak untuk meningkatkan pembangunan dan kemakmuran rakyat.


(46)

29

6. Kewajiban Moral

Kewajiban moral merupakan norma individu yang dipunyai oleh seseorang, tetapi tidak dimiliki oleh orang lain. Sedangkan moral adalah perbuatan atau tindakan seseorang yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan. Oleh karena itu, kewajiban moral adalah perbuatan atau tindakan yang harus dilaksanakan oleh seseorang sesuai dengan nilai yang berlaku di masyarakat. Kewajiban moral merupakan salah satu sifat yang mempengaruhi kepatuhan dalam membayar pajak (Mustikasari, 2007). Individu melakukan suatu tindakan memperhatikan nilai-nilai yang diyakini dalam dirinya. Perilaku Wajib Pajak dalam pelaporan pajak dapat disebut sebagai kewajiban moral pajak berdasarkan prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang diyakini seseorang mengapa dia membayar pajak. Individu yang mengutamakan kepentingan pada nilai seperti kejujuran dan keadilan akan lebih patuh daripada individu yang kurang memperhatikan kejujuran dan keadilan

Menurut Mustikasari (2007) indikator kewajiban moral, yaitu: a. Melanggar etika

Dalam pemenuhan kewajiban perpajakanya, Wajib Pajak merasa melanggar etika yang telah ada, jika tidak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perpajakan yang ada. Sehingga Wajib Pajak merasa bahwa memenuhi kewajiban perpajakannya merupakan sesuatu yang wajib dilakukan.


(47)

b. Perasaan bersalah

Dalam memenuhi kewajiban parpajakannya Wajib Pajak diwajibkan untuk jujur dalam menghitung pajak terutangnya dengan benar dan melaporkan SPT secara tepat waktu serta memenuhi semua kewajiban pajaknya, sehingga jika Wajib Pajak tidak memenuhi hal tersebut akan memiliki perasaan bersalah pada dirinya.

c. Prinsip hidup

Setiap Wajib Pajak memiliki prinsip hidup yang berbeda-beda, ada Wajib Pajak yang memiliki prinsip hidup bahwa pajak merupakan hal yang penting bagi dirinya, ada pula Wajib Pajak yang memiliki prinsip hidup bahwa pajak merupakan hal yang tidak penting untuk dirinya.

Wajib Pajak melakukan penghindaran kewajiban perpajakan untuk keuntungan diri sendiri, hal tersebut tidak sesuai dengan moral yang harus dimiliki dalam diri Wajib Pajak. Wajib Pajak melaksanakan kewajiban perpajakan dengan sukarela yang dapat dikaitkan dengan kepatuhan Wajib Pajak (Sipos, 2015). Moral Wajib Pajak dipengaruhi oleh motivasi tentang perpajakan, hal tersebut dapat meningkatkan kepatuhan pembayaran pajak (Goksu dan Sahpaz, 2015).

7. Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak merupakan kepatuhan atas peraturan pajak yang berlaku. Wajib Pajak patuh berdasarkan pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan


(48)

perundang-31

undangan perpajakan yang berlaku. Kepatuhan Wajib Pajak didasarkan pada kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam menghitung, memperhitungkan dan membayar pajak terutang, serta kepatuhan dalam pelaporan dan pembayaran tunggakan (Rahayu, 2010). Kepatuhan perpajakan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, pengamatan, peringatan, ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi (Gunadi, 2005). Kepatuhan perpajakan diartikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak perpajakannya (Nurmantu, 2009). Kepatuhan perpajakan merupakan permasalahan utama bagi Direktorat Jenderal Pajak, sehingga diperlukan upaya mengatasi permasalahan kepatuhan perpajakan bagi Wajib Pajak (Andreas dan Savitri, 2015). Kepatuhan Wajib Pajak merupakan tingkat Wajib Pajak mengikuti undang-undang dan peraturan yang berlaku dalam melaporkan pajak. Kepatuhan Wajib Pajak juga dapat diartikan tingkat Wajib Pajak mencatat semua penghasilan (Sandy dan Tahar, 2012) berdasarkan undang-undang yang berlaku. Kepatuhan Wajib Pajak dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah seperti fasilitas, penyuluhan dan motivasi yang terdapat pada sistem perpajakan berupa fasilitas, sosialisasi berupa


(49)

penyuluhan pajak dan kewajiban moral bentuk motivasi (Tahar dan Rachman, 2014).

Menurut Rahayu (2010) jenis-jenis kepatuhan Wajib Pajak, yaitu: a. Kepatuhan formal

Suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Perpajakan. b. Kepatuhan material

Suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua ketentuan material perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa Undang-undang pajak kepatuhan material juga dapat meliputi kepatuhan formal.

Wajib Pajak yang telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Tahunan sesuai dengan ketentuan perpajakan maka Wajib Pajak telah memenuhi ketentuan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi ketentuan material, yaitu suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan formal. Wajib Pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap dan benar Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) sesuai ketentuan. Kepatuhan Wajib Pajak juga meliputi ketidakpatuhan yaitu ketidakpatuhan yang disengaja dan ketidakpatuhan yang tidak disengaja. Ketidakpatuhan yang disengaja merupakan pelanggaran terhadap peraturan perpajakan. Hal ini disebabkan karena Wajib Pajak berusaha menghindari kewajiban


(50)

33

pajaknya. Ketidakpatuhan yang tidak disengaja terjadi karena wajib pajak tidak mengetahui atau memahami aturan pajak (Simanjuntak, 2008). Kepatuhan juga dapat diartikan sebagai intensitas Wajib Pajak untuk mengisi dan melaporkan SPT serta menyetorkan pajak yang terutang berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku (Utami dkk, 2012). Beban pajak berupa pajak penghasilan dihitung berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan (Mispiyanti, 2015). Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi penerapan self assessment system. Pemerintah (fiskus) bertugas melaksanakan pelayanan, administrasi dan pengawasan perpajakan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak (Budileksmana, 2001). Pemerintah (fiskus) melakukan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi seperti sosialisasi sistem dan perundang-undangan yang baru, penyuluhan kepada Wajib Pajak dan memberikan fasilitas modernisasi pelayanan perpajakan untuk meningkatkan pemahaman Wajib Pajak tentang pentingnya pemenuhan kewajiban perpajakan (Murtin dan Amaliyah, 2010).

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192/ PMK. 03/2007 Wajib Pajak dapat ditetapkan sebagai Wajib Pajak Patuh yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak apabila memenuhi semua syarat berikut:


(51)

b. Semua jenis pajak tidak mempunyai tunggakan pajak untuk, kecuali tunggakan pajak yang mendapatkan izin mengangsur atau menunda membayar pajak.

c. Laporan Keuangan mendapatkan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama 3 (tiga) tahun secara berurutan dan diaudit Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah.

d. Selama jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir tidak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Hubungan antara Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Sistem administrasi perpajakan modern merupakan perubahan yang dilakukan pada sistem administrasi perpajakan bertujuan mengubah cara berfikir dan perilaku para pegawai pajak serta nilai organisasi, sehingga Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mendapat tanggapan yang baik dari masyarakat dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (Fasmi dan Misra, 2012). DJP melakukan perubahan dan perbaikan sistem administrasi perpajakan di bidang informasi teknologi, business redesign process serta Sumber Daya Manusia (SDM) (Setiana dkk., 2010). Modernisasi di bidang teknologi informasi memberikan kemudahan dalam proses pelaporan pembayaran pajak. Wajib Pajak juga bisa mengakses kapanpun


(52)

35

dan dimanapun sehingga, meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Modernisasi sistem administrasi perpajakan didukung dengan produk e-System seperti e-Registration, e-Billing, dan e-Filling.

Penelitian yang dilakukan oleh Fasmi dan Misra (2012) menyatakan bahwa sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiana dkk (2010) yang menyatakan bahwa sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dan penelitian yang dilakukan oleh Imam (2015) sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Fasmi dan Misra (2012) tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Lingga (2011) yang menyatakan bahwa sistem administrasi perpajakan modern tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2015) yang menyatakan bahwa sistem administrasi perpajakan modern tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Dari uraian diatas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

H1: Sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

2. Hubungan antara Sosialisasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


(53)

Sosialisasi perpajakan merupakan suatu upaya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terutama Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk memberikan pengertian, informasi, dan pembinaan kepada masyarakat mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan dan perundang-undangan perpajakan. Sosialisasi perpajakan dilakukan secara langsung dan tidak langsung sesuai dengan kebutuhan bagi Wajib Pajak. Wajib Pajak memahami hak dan kewajiban perpajakannya merupakan tujuan utama dilaksanakan kegiatan sosialisasi perpajakan. Menurut Rohmawati dkk (2013) adanya sosialisasi perpajakan diharapkan akan meningkatkan peran masyarakat untuk patuh memenuhi hak dan kewajiban sebagai Wajib Pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati dkk (2013) menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyoningrum dkk (2015) yang menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan penelitian yang dilakukan oleh Sudrajat dan Ompusunggu (2015) yang menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati dkk (2013) tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Winerungan (2013) dan Majid (2015) yang menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.


(54)

37

Dari uraian diatas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

H2: Sosialisasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

3. Hubungan antara Kewajiban Moral terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Wajib Pajak mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diharapkan dapat diterapkan dan dilaksanakan berdasarkan keinginan yang berasal dari diri Wajib Pajak (Sanjaya, 2014). Kewajiban moral di dalam diri seseorang yaitu seperti etika, prinsip hidup, perasaan bersalah melaksanakan kewajiban perpajakan dengan sukarela yang dapat dikaitkan dengan pemenuhan kewajiban perpajakan. Tingkat moral Wajib Pajak mempengaruhi Wajib Pajak untuk patuh melaksanakan kewajibannya (Pranata dan Setiawan, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Pranata dan Setiawan (2015) menyatakan bahwa kewajiban moral berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Layata dan Setiawan (2014) yang menyatakan bahwa kewajiban moral berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dan penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2014) yang menyatakan bahwa kewajiban moral berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Pranata dan Setiawan (2015) tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyanowati (2011) dan Mustikasari


(55)

(2007) yang menyatakan bahwa kewajiban moral tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Dari uraian diatas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: H3: Kewajiban moral berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib

Pajak. C. Model Penelitian

Tabel 2.1 Model Penelitian Sistem Administrasi Perpajakan

Modern

Sosialisasi Perpajakan

Kewajiban Moral

Kepatuhan Wajib Pajak H1+

H2+

H3+ Fasmi dan Misra (2012)

Setiana dkk (2010) Imam (2015)

Rohmawati dkk (2013) Setiyoningrum dkk (2015) Sudrajat dan Ompusunggu (2015)

Pranata dan Setiawan (2015) Layata dan Setiawan (2014) Sanjaya (2014)


(56)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek atau Subyek Penelitian

Obyek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007). Obyek penelitian yang digunakan adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman. Obyek penelitian ini sebagai wilayah penyebaran kuesioner dalam mengetahui pengaruh mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Subyek penelitian merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2007). Subyek yang digunakan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman.

B. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif, yaitu melihat kenyataan atau gejala atau fenomena dapat diklasifikasikan, relatif tetap, nyata, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat serta data penelitian berupa angka-angka yang diperoleh dari hasil kuesioner. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, data yang berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Skala pengukuran penelitian ini menggunakan skala likert 1-5 yaitu: 1 (Sangat tidak setuju), 2 (Tidak setuju), 3 (Netral), 4 (Setuju), 5 (Sangat setuju). Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,


(57)

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian sosial (Sugiyono, 2007).

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan pengumpulan data yang sifatnya tidak menyeluruh, yaitu tidak mencakup seluruh pupulasi penelitian tetapi hanya sebagian dari populasi tersebut. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode non probability sampling, yaitu dengan teknik convenience sampling merupakan teknik dalam memilih sampel, seseorang diambil sebagai sampel jika berada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman dan termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi (Sugiyono, 2007). Sampel penelitian ini diperoleh dari hasil rumus Slovin. Rumus Slovin merupakan metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel (Sugiyono, 2007), sebagai berikut:

Keterangan: n: jumlah sampel N: jumlah populasi

e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Ukuran populasi sebesar 151.257 Wajib Pajak dan tingkat kelonggaran ketidaktelitian sebesar 10%, dimana ukuran sampel dalam penelitian ini adalah:

n = 5 . 57


(58)

41

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survey (kuesioner). Data dalam penelitian dikumpulkan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Untuk mengukur pendapat responden digunakan Skala Likert. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dapat mengetahui harapan dari responden dan sesuai untuk jumlah responden besar dan tersebar di wilayah yang luas (Sugiyono, 2007).

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007). Penelitian ini terdapat tiga variabel independen, yaitu sistem administrasi perpajakan modern, sosialisasi perpajakan dan kewajiban moral. Sedangkan variabel dependen terdiri dari satu variabel yaitu kepatuhan Wajib Pajak. Pengukuran variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner berdasarkan penelitian sebelumnya. Berikut adalah definisi operasional variabel penelitian dan indikator penelitian untuk masing-masing variabel:


(59)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2007). Variabel independen dalam penelitian ini adalah sistem administrasi perpajakan modern (X1), sosialisasi perpajakan (X2), dan kewajiban moral (X3).

Tabel 3.1

Operasional Variabel Independen

VARIABEL

KONSEP VARIABEL

SUB VARIABEL

INDIKATOR SKALA

Sistem Administrasi Perpajakan Modern (X1) Seluruh kegiatan administrasi perpajakan dilaksanakan menggunakan teknologi serta Wajib Pajak diwajibkan membayar, melaporkan kewajiban perpajakan dan monitoring 1.Struktur organisasi Ordinal/ Likert 2.Prosedur organisasi pada proses komunikasi 3.Strategi organisasi dan teknologi informasi 4.Budaya organisasi pelaksanaan


(60)

43

kepatuhan Wajib Pajak (Fasmi dan Misra, 2012). Good Governance Sosialisasi Perpajakan (X2) Sosialisasi perpajakan merupakan usaha yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak memberikan pemahaman dan informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan perpajakan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Wajib Pajak (Rohmawati dkk., 2013).

1. Waktu dan penyelenggara sosialisasi

Ordinal/ Likert

2. Cara dan media sosialisasi 3.Manfaat


(61)

Kewajiban Moral (X3) Kewajiban moral merupakan norma perilaku yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan tindakan (Pranata dan Setiawan, 2015). 1. Pelanggaran etika dan perasaan bersalah Ordinal/ Likert

2. Prinsip hidup dan kesesuaian peraturan

1. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (Sugiyono, 2007). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan Wajib Pajak.

Tabel 3.2

Operasional Variabel Dependen

VARIABEL

KONSEP VARIABEL

SUB VARIABEL

INDIKATOR SKALA

Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi peraturan 1. Pendaftaran Wajib Pajak Ordinal/ Likert 2. Penghitungan dan pembayaran pajak


(62)

45

perundang-undangan perpajakan dari

mendaftarkan diri,

melaporkan, perhitungan dan

pembayaran pajak terutang serta

pembayaran tunggakan pajak terutang (Fasmi dan Misra, 2012).

3. Pembukuan dan pelaporan SPT

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Uji Statistik Deskriptif

Merupakan bagian dari statistik yang digunakan untuk menyimpulkan dan mempresentasikan data yang mempunyai tujuan


(63)

menjelaskan atau menggambarkan karakteristik dari data yang digunakan. Statistik deskriptif terdiri dari:

a. Variabel Penelitian

Statistik deskriptif memberikan informasi mengenai nilai-nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata, dan standar deviasi dari sampel penelitian (Ghozali, 2011).

b. Statistik Responden

Statistik deskriptif memberikan informasi atau penjelasan mengenai jenis kelamin, usia dan pengetahuan perpajakan dari sampel penelitian. Analisis ini berupa uraian penjelasan dengan membuat tabel, mengelompokkan, menganalisis dan berdasarkan pada hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari tanggapan responden (Ghozali, 2011).

2. Uji Kualitas Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis berganda (multiple regression linier). Pengumpulan data menggunakan kuesioner membutuhkan kualitas responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan. Uji kualitas data meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. a. Uji Validitas

Uji validitas berkaitan dengan ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur ketika melakukan fungsi ukurnya. Kuesioner dapat dinilai valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Semua indikator dalam


(64)

47

kuesioner digunakan untuk mengukur variabel sistem administrasi perpajakan modern, sosialisasi perpajakan dan kewajiban moral yang telah dilakukan pengujian validitas menggunakan software statistik berupa SPSS (Statistical Product and Service Solution). Teknik pengujian berupa Pearson Correlation mempunyai nilai > 0.25 dikatakan valid. Jika Pearson Correlation mempunyai nilai < 0.25 maka pernyataan dikatakan tidak valid (Ghozali, 2011).

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban kuesioner stabil. Menurut Ghozali (2011) instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama menghasilkan data yang sama. Jika koefisien Cronbach Alpha lebih besar atau sama dengan 0.60 maka pernyataan dikatakan reliable. Jika koefisien Cronbach Alpha lebih kecil dari 0.60 maka pernyataan dikatakan tidak reliabel.

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan dalam penelitian ini karena merupakan salah satu syarat untuk bisa menggunakan persamaan regresi berganda adalah terpenuhinya uji asumsi klasik. Asumsi klasik dalam penelitian ini, yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas. a. Uji Normalitas


(65)

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan untuk menentukan alat statistik yang dilakukan, sehingga kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mengetahui hasil dari penelitian ini dapat menggunakan nilai Kolmogorov Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) > 0.05 maka data berditribusi normal (Ghozali, 2011).

b. Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2011) uji multikolinieritas merupakan keadaan dimana terdapat hubungan yang sempurna antar beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Multikolinieritas terjadi jika terdapat hubungan linier antara independen variabel yang dilakukan dalam model. Model uji regresi yang baik, tidak terjadi multikolinieritas yaitu:

1. Nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.

2. Nilai tolerance > 0.1 maka tidak terjadi multikolinieritas. c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heterokedastisitas menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Jika nilai


(66)

49

signifikan > 0.05 maka terjadi heteroskedastisitas. Jika nilai signifikan < 0.05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data 1. Analisis Regresi Berganda

Model pengujian yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression). Teknik analisis regresi berganda dipilih untuk digunakan pada penelitian ini karena teknik regresi berganda dapat menyimpulkan secara langsung mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas yang digunakan secara parsial atau secara bersama-sama (Ghozali, 2011). Persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3 + e

Keterangan :

Y = Kepatuhan Wajib Pajak α = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien Regresi

X1 = Sistem Administrasi Perpajakan Modern

X2 = Sosialisasi Perpajakan

X3 = Kewajiban Moral

e = Error Term


(67)

2. Uji Nilai T

Uji nilai t menguji apakah variabel independen yaitu sistem administrasi perpajakan modern, sosialisasi perpajakan dan kewajiban moral berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen yaitu kepatuhan Wajib Pajak. Derajat signifikansi yang digunakan adalah alpha 0.05. Apabila nilai signifikan kurang dari alpha 0.05 maka nilai koefisien regresi Unstandardized Coefficients searah dengan hipotesis maka hipotesis diterima yaitu variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011).

3. Uji Nilai F

Uji nilai F menguji pengaruh secara bersama-sama variabel sistem administrasi perpajakan modern, sosialisasi perpajakan dan kewajiban moral terhadap kepatuhan wajib pajak. Jika sig F kurang dari alpha 0.05 maka terdapat pengaruh secara bersama-sama variabel sistem administrasi perpajakan modern, sosialisasi perpajakan dan kewajiban moral terhadap kepatuhan Wajib Pajak (Ghozali, 2011).

4. Uji Koefisien Determinasi (Adj.R2)

Uji koefisien determinasi (R2) mengukur konstribusi variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinasi antara nol sampai dengan satu ( 0 ≤ R2 ≤ 1). Hal ini berarti bila R2=0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin mendekati 1, menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel independen


(1)

20 Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B

Std.

Error Beta B Std. Error

1 (Constant) -.693 2.681 -.259 .797

SISTEM

ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN

.171 .067 .342 2.540 .013 SOSIALISASI

PERPAJAKAN -.109 .078 -.190 -1.396 .166

KEWAJIBAN

MORAL -.065 .118 -.061 -.552 .582

a Dependent Variable: Abs_Res Sumber: Data diolah tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai sig pada masing variabel independen lebih dari 0.05 maka dapat disimpulkan masing-masing variabel independen tidak terjadi heteroskedastisitas.

 Uji Hipotesis 1. Hasil Uji Nilai T

Hasil uji t sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hasil Uji Nilai T

Coefficients(a) Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B

Std.

Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 7.446 4.010 1.857 .067

SISTEM

ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN

.219 .100 .243 2.180 .032 SOSIALISASI


(2)

21

KEWAJIBAN

MORAL .538 .177 .279 3.049 .003

a Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK Sumber: Data diolah tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas maka persamaan regresi yang didapat adalah: Kepatuhan Wajib pajak = 7.446 + 0.219 Sistem Adminsitrasi Perpajakan Modern + 0.241 Sosialisasi Perpajakan + 0.538 Kewajiban moral + e

Persamaan linier regresi diatas dapat diartikan bahwa:

 Uji hipotesis pertama diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.219 dengan nilai signifikansi 0.032 < alpha 0.05 mempunyai arti yaitu sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak, maka dapat disimpulkan hipotesis pertama diterima.

 Uji hipotesis kedua diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.241 dengan nilai signifikansi 0.043 < alpha 0.05 mempunyai arti yaitu sosialisasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak, maka dapat disimpulkan hipotesis kedua diterima.

 Uji hipotesis ketiga diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.538 dengan nilai signifikansi 0.003 < alpha 0.05 mempunyai arti yaitu kewajiban moral berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak, maka dapat disimpulkan hipotesis ketiga diterima.

2. Hasil Uji Nilai F

Hasil uji F adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12 Hasil Uji Nilai F


(3)

22 Model

Sum of Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 629.552 3 209.851 17.394 .000(a) Residual 1109.93

8 92 12.065

Total 1739.49

0 95

a Predictors: (Constant), KEWAJIBAN MORAL, SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN, SOSIALISASI PERPAJAKAN

b Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK Sumber: Data diolah tahun 2016

Hasil tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai F sebesar 17.394 dan sig F (0.000) artinya bahwa sistem administrasi perpajakan modern, sosialisasi perpajakan, kewajiban moral berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

3. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Hasil Uji Adjusted R Square adalah sebagai berikut:

Tabel 4.13

Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .602(a) .362 .341 3.473

a Predictors: (Constant), KEWAJIBAN MORAL, SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN, SOSIALISASI PERPAJAKAN

Sumber: Data diolah tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi adalah 0.362 yang artinya bahwa 36.2% variabel kepatuhan Wajib Pajak dapat dijelaskan oleh variabel sistem administrasi perpajakan modern, sosialisasi


(4)

23 perpajakan dan kewajiban moral. Sedangkan sisanya 63.8% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Hasil pengujian hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

2. Hasil pengujian hipotesis kedua (H2) menunjukkan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

3. Hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) menunjukkan bahwa kewajiban moral berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

B. Saran

1. Penelitian selanjutnya dapat menambah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak, seperti Kualitas Pelayanan Perpajakan dan Sanksi Perpajakan, sehingga dapat memperluas pengetahuan bagi peneliti maupun pembaca.

2. Penelitian selanjutnya bisa melakukan penelitian pada wilayah yang lebih luas lagi.

3. Petugas pajak sebaiknya memberikan informasi dan pemahaman tentang perpajakan lebih aktif kepada Wajib Pajak.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adeyemi, A., 2013, “Assesing the Effects of Taxation System on Nigerian Economic Growth”, In Proceedings of 2013 International Conference on Poverty Alleviation Income Redistribution and Rural Development in Developing Countries.

Andreas dan Enni Savitri, 2015, “The Effect of Tax Socialization, Tax Knowledge, Expediency of Tax ID Number and Service Quality on Taxpayers Compliance with Taxpayers Awareness as Mediating Variables”, Procedia-Social and Behavioral Sciences.

Antonakkas, Nikolaos, 2014, “The organizational structure of the public service and its role on the level of corruption: The case of Greek Tax Administration”, Procedia - Social and Behavioral Sciences.

Budileksmana, Antariksa, 2001, “Pemeriksaan Pajak Sebagai Upaya Untuk Mendorong Kepatuhan Wajib Pajak A”, Jurnal kuntansi dan Investasi. Cahyonowati, Nur, 2011, “Model Moral dan Kepatuhan Perpajakan: Wajib Pajak

Orang Pribadi”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI) ISSN 1410-2420.

Dewi, Siti Nuraisyah, 2015, Direktur Jenderal Pajak: Tax Ratio Indonesia Masih Rendah. Diakses dari http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/634900-dirjen-pajak--tax-ratio-indonesia-masih-rendah, Diakses tanggal 23 April 2016 pk 19.40 WIB.

Fasmi, Lasnofa dan Fauzan Misra, 2012, “Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Padang”, Makalah disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XV di Banjarmasin. Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Mardiasmo, 2011. Perpajakan, Edisi Revisi, Andi Offset, Yogyakarta.

Noor, Achmad Rouzni, 2015, Lapor SPT Pajak Sudah Bisa Online, Kantor Pajak Masih Diserbu Warga, http://finance.detik.com/read/2015/03/30/134105/ 2873451/4/ lapor –spt –pajak –sudah –bisa –online –kantor – pajak-masih-diserbu-warga, Diakses tanggal 26 April pk 20.10 WIB.


(6)

Obid, Sheikh dkk., 2014, “Tax Service Quality: The Mediating Effect of Perceived Ease of Use of the Online Tax System”, Procedia - Social and Behavioral Sciences.

Pranata, Putu Aditya dan Putu Ery Setiawan, 2015, “Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kualitas Pelayanan dan Kewajiban Moral pada Kepatuhan Wajib Pajak” Jurnal Akuntansi Universitas Udayana ISSN : 2302 – 8556.

Reviyanto, Dhemas, 2013, Penyidik Pajak Pargono Riyadi Resmi Ditahan, https://m.tempo.co/read/news/2013/04/11/063472585/penyidikpajakpargo noriyadiresmiditahan, Diakses tanggal 11 Juni pk 20.05 WIB.

Robbins, S.P., and Judge, T.A, 2008, Organizational Behavior, Prentice Hall; 13 edition.

Rohmawati, Lusiana dkk, 2013, “Pengaruh Sosialisasi dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Tingkat Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak”, Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4.

Sanjaya, I Putu Adi Putra, 2014, “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kewajiban Moral dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Hotel”, Jurnal Universitas Udayana ISSN: 2302-8556.

Sipos, Agnes, 2015, “Determining factors of tax-morale with special emphasis on the tax revenues of local self-governments”, Procedia-Economics and Finance.

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung. www,bps,go,id.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Bandung Karees)

6 52 48

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Soreang)

0 14 36

PENGARUH PENERAPAN MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PENGARUH PENERAPAN MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI USAHAWAN PADA KPP PRATAMA YOGYAKARTA.

0 4 14

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PRIBADI DI Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pribadi di Kantor Pel

0 2 18

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PRIBADI DI Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pribadi di Kan

0 3 15

PENDAHULUAN Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta.

0 2 9

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus KPP Pratama di Cirebon).

6 18 19

Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Karawang Utara).

0 0 17

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK DAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus Pada Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Purwokerto)

0 3 17

PENGARUH MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN, SOSIALISASI PERPAJAKAN, KESADARAN PERPAJAKAN, SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Memiliki Usaha Yang Terdaftar Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pu

1 18 15