3 a.
Hewan uji : tikus putih jantan galur Wistar berumur 8-12 minggu, sehat dengan berat badan ±150-250 gram..
b. Tanaman uji : buah gambas yang diperoleh dari pasar Kadipolo, Surakarta. Buah
gambas yang digunakan yaitu buah gambas muda. 3.
Variabel terikat : kadar glukosa darah hewan uji.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan untuk pembuatan infusa adalah neraca analitik, panci infus, kain flanel, pisau, bekker glass dan penangas air. Alat yang digunakan untuk penanganan
hewan uji adalah timbangan tikus, sonde oral, tabung eppendorf, scalpel no.20, jarum suntik, mikropipet, blue tip dan yellow tip, kandang tikus, holder, tempat minum tikus,
pipet tetes, minispin, bekker glass, kuvet dan spektrofotometer Visibel StarDust FC 15, vortex
, sarung tangan, dan masker 2.
Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan adalah buah gambas. Hewan uji yang digunakan
adalah tikus putih jantan galur Wistar berumur 8-12 minggu dengan berat badan ±150-250 gram. Kontrol positif digunakan tablet glibenklamid 5 mg generik Indofarma dan kontrol
negatif digunakan aquadest. Reagen GOD-PAP dengan merk DSi.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
D. Jalannya Penelitian
1. Determinasi buah gambas
Tujuan dilakukan determinasi pada buah gambas Luffa acutangula L adalah untuk memastikan dan menetapkan kebenaran sampel tanaman yang digunakan benar-benar
Luffa acutangula L. Tanaman ini dideterminasi di laboratorium Biologi FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2.
Pembuatan Infusa Buah Gambas a.
Buah gambas segar dicuci dengan menggunakan air mengalir. b.
Buah gambas dibersihkan dari bagian kulit dan bijinya kemudian dikeringkan. c.
Buah gambas yang telah kering ditimbang sesuai dengan berat yang dikehendaki kemudian dimasukkan kedalam panci infusa dan ditambah air 100 mL.
d. Panci infusa dipanaskan diatas penangas air selama 15 menit dihitung mulai suhu
didalam panci mencapai 90
o
C sambil sesekali diaduk.
4 e.
Penyaringan dilakukan selagi panas dengan menggunakan kain flanel, setelah disaring ditambahkan aquades hingga 100 mL.
3. Pembuatan Model Tikus Diabetes
Tikus dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan dengan tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Langkah pertama yaitu mengukur kadar glukosa darah tikus pada hari ke-0 glukosa
darah pre aloksan yang sebelumnya tikus dipuasakan dulu selama 16 jam. Pengambilan darah dilakukan melalui vena lateralis yang terdapat di ekor tikus sebanyak 0,5 ml lalu
ditampung di ependorf dan kemudian disentrifuge menggunakan minispin selama 15 menit dengan kecepatan 12.000 rpm untuk mendapatkan serumnya. Selanjutnya supernatannya
diambil dengan menggunakan mikropipet sebanyak 10 µl dimasukkan kedalam kuvet lalu ditambah 1000,0 µl campuran pereaksi GOD-PAP dan diinkubasi selama 10 menit pada
suhu ruang. Kemudian blanko, standar dan sampel dibaca serapannya menggunakan spektrofotometer visibel pada
λ 500 nm. Selanjutnya tikus diinjeksi aloksan monohidrat dengan dosis 150 mgkg BB secara
intraperitoneal Sunarsih, et al, 2011. 4 jam setelah injeksi aloksan, tikus diberi larutan gula secara peroral Lenzen, 2008. Kemudian pada hari ke-4, diukur kadar glukosa
darahnya glukosa darah post aloksan, lalu dibandingkan dengan kadar glukosa darah pada hari pertama sebelum diberi aloksan. Apabila kadar glukosa darah tikus
≥200 mgdL maka tikus dianggap sudah diabetes Etuk, 2010.
4. Pengelompokan dan Perlakuan Hewan Uji.
Tikus putih yang sudah diabetes dibagi dalam 5 kelompok perlakuan sebagai berikut:
Kelompok I : diberi aquadest kontrol negatif. Kelompok II : diberi glibenklamide 0,5 mgkg BB kontrol positif per oral.
Kelompok III : diberi infusa buah gambas 10 secara peroral. Kelompok IV : diberi infusa buah gambas 5 secara peroral.
Kelompok V : diberi infusa buah gambas 2,5 secara peroral. Kadar glukosa darah tikus diukur kembali pada hari ke-11 setelah diberi perlakuan
selama 7 hari untuk dibandingkan dengan kadar glukosa darah setelah diberi aloksan pada hari ke-4.
5
E. Analisis Data