PENGARUH PEMBERIAN INFUSA BUAH GAMBAS (Luffa acutangula L) TERHADAP PENURUNAN KADAR Pengaruh Pemberian Infusa Buah Gambas (Luffa Acutangula L) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Yang Diinduksi Aloksan.
PENGARUH PEMBERIAN INFUSA BUAH GAMBAS
(
Luffa acutangula
L) TERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH YANG
DIINDUKSI ALOKSAN
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
HAZRINI TANJUNG SARI
K 100110106
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
(2)
(3)
1 PENGARUH PEMBERIAN INFUSA BUAH GAMBAS (Luffa acutangula L)
TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI ALOKSAN
EFFECT OF GAMBAS FRUIT INFUSION (Luffa acutangula L) AS LOWERING BLOOD GLUCOSE LEVELS OF WHITE RATS INDUCED BY ALLOXAN
Hazrini Tanjung Sari, Tanti Azizah Sujono Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Gambas merupakan tanaman yang termasuk kedalam suku Cucurbitaceae. Gambas diduga memiliki potensi sebagai antidiabetes karena kandungan cucurbitacin yang terdapat dalam bagian buahnya. Cucurbitacin termasuk golongan saponin dan termasuk kedalam jenis triterpenoid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek penurunan kadar glukosa darah dari infusa buah gambas pada tikus putih yang diinduksi aloksan. Metode penyarian yang digunakan yaitu infusa. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental dengan metode pretest post test with control design dengan menggunakan lima kelompok perlakuan dengan tiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 ekor tikus, yang meliputi kontrol positif diberi glibenklamid 0,5 mg/kgBB, kontrol negatif diberi aquadest, dan kelompok yang diberi tiga peringkat konsentrasi infusa buah gambas sebesar 10%, 5%, 2,5%. Perlakuan diberikan pada tikus yang telah diabetes dengan diinduksi aloksan 150 mg/kgBB secara intraperitoneal. Kadar glukosa darah ditetapkan pada hari ke-0, 4, dan 11 dengan menggunakan metode enzimatik GOD PAP (Glucose Oxidase Phenol 4-Aminoantipyrine). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa buah gambas dengan konsentrasi 10%, 5%, 2,5% yang diberikan selama 7 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus (p < 0,05).
Kata kunci : Infusa buah gambas, antidiabetes, aloksan. ABSTRACT
Gambas is a plant belong cucurbitaceae tribe. Gambas suspected have potential as an antidiabetic because cucurbitacin content found in the fruit. Cucurbitacin belongs to saponins group and belongs to the type triterpenoids. The purpose of this study to determine the effect of a decrease blood glucose consentration of gambas fruit infusion on alloxan induced rats. The extraction method used was the infundation. This research belong to experimental research with pretest posttest with control design method. This study used five treatment groups with each treatment group consisted of 5 rats, which includes a positive control given glibenclamide 0,5 mg/kgBW, negative controls were given distilled water, and the treatment group were given three ranked gambas fruit infusion concentration of 10%, 5%, 2,5%. Respectively the treatment given to rats that have been induced diabetes with alloxan 150 mg/kg BW intraperitoneally. Blood glucose concentration are set on days 0, 4, and 11 by using enzymatic methods GOD PAP (Glucose Oxidase Phenol 4-Aminoantipyrine). The results obtained showed that the infusion of gambas fruit with a concentration of 10%, 5%, 2,5% were given for 7 days can decrease blood glucose concentrations of rats (p < 0,05).
(4)
2 PENDAHULUAN
Jumlah penderita diabetes melitus mengalami peningkatan setiap tahun. Berdasarkan data dari International Diabetes Federation, pada tahun 2013 Indonesia berada di peringkat ke-7 setelah China, India, USA, Brazil, Persekutuan Rusia, Mexico dengan jumlah penderita diabetes melitus (umur 20 – 79 tahun) sebanyak 8,5 juta jiwa. Jumlah penderita diabetes di seluruh dunia khususnya diabetes melitus tipe 2 akan mengalami peningkatan sebanyak 55% pada tahun 2035. Peningkatan jumlah penderita diabetes signifikan terjadi pada negara berkembang (International Diabetes Federation, 2013). Tingginya angka prevalensi diabetes melitus menjadi dasar dikembangkannya berbagai penelitian mengenai terapi diabetes, baik dengan mengembangkan terapi yang telah ada sebelumnya atau terapi baru dalam pengobatan diabetes.
Gambas (Luffa acutangula L) atau disebut juga Oyong tergolong kedalam keluarga cucurbitaceae. Gambas diduga memiliki potensi sebagai anti diabetes karena kandungan cucurbitacin yang terdapat dalam bagian buahnya (Pimple, et al 2011). Cucurbitacin termasuk golongan saponin dan termasuk kedalam jenis triterpenoid (Mohan & Sanjay, 2010). Saponin adalah senyawa glikosida yang mempunyai bobot molekul tinggi yang terdistribusi dalam tanaman serta terdiri dari triterpenoid dan steroid (Sharma & Paliwal, 2013).
Gambas memiliki kandungan kimia berupa karbohidrat, karoten, lemak, protein, asam amino, alanin, arginin, glisin, cystin, asam glutamat, hidroksiprolin, leusin, serin, triptopan, flavonoid, saponin. Pada bagian bijinya mengandung minyak seperti palmitat, stearat, asam miristat (Jyothi, et al., 2010).
Bagian tanaman gambas yang dapat digunakan yaitu buah, biji, akar, dan daun. Rebusan buah gambas yang ditambah garam dapat digunakan untuk melancarkan sistem pencernaan. Biji gambas yang mengandung minyak banyak digunakan untuk perawatan kulit. Daun dari tanaman gambas dapat digunakan untuk mengobati penyakit disentri, sedangkan bagian akarnya digunakan untuk meluruhkan batu ginjal (Shrivastava & Roy, 2013).
METODE PENELITIAN
A.Kategori dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode pre and post test control group design
1. Variabel bebas : kelompok perlakuan yaitu variasi dosis infusa buah gambas. 2. Variabel terkontrol :
(5)
3 a. Hewan uji : tikus putih jantan galur Wistar berumur 8-12 minggu, sehat dengan berat
badan ±150-250 gram..
b. Tanaman uji : buah gambas yang diperoleh dari pasar Kadipolo, Surakarta. Buah gambas yang digunakan yaitu buah gambas muda.
3. Variabel terikat : kadar glukosa darah hewan uji. B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan untuk pembuatan infusa adalah neraca analitik, panci infus, kain flanel, pisau, bekker glass dan penangas air. Alat yang digunakan untuk penanganan hewan uji adalah timbangan tikus, sonde oral, tabung eppendorf, scalpel no.20, jarum suntik, mikropipet, blue tip dan yellow tip, kandang tikus, holder, tempat minum tikus, pipet tetes, minispin, bekker glass, kuvet dan spektrofotometer Visibel (StarDust FC 15), vortex, sarung tangan, dan masker
2. Bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan adalah buah gambas. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar berumur 8-12 minggu dengan berat badan ±150-250 gram. Kontrol positif digunakan tablet glibenklamid 5 mg generik (Indofarma) dan kontrol negatif digunakan aquadest. Reagen GOD-PAP dengan merk DSi.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
D. Jalannya Penelitian 1. Determinasi buah gambas
Tujuan dilakukan determinasi pada buah gambas (Luffa acutangula L) adalah untuk memastikan dan menetapkan kebenaran sampel tanaman yang digunakan benar-benar Luffa acutangula L. Tanaman ini dideterminasi di laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Pembuatan Infusa Buah Gambas
a. Buah gambas segar dicuci dengan menggunakan air mengalir.
b. Buah gambas dibersihkan dari bagian kulit dan bijinya kemudian dikeringkan.
c. Buah gambas yang telah kering ditimbang sesuai dengan berat yang dikehendaki kemudian dimasukkan kedalam panci infusa dan ditambah air 100 mL.
d. Panci infusa dipanaskan diatas penangas air selama 15 menit dihitung mulai suhu didalam panci mencapai 90oC sambil sesekali diaduk.
(6)
4 e. Penyaringan dilakukan selagi panas dengan menggunakan kain flanel, setelah
disaring ditambahkan aquades hingga 100 mL. 3. Pembuatan Model Tikus Diabetes
Tikus dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan dengan tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Langkah pertama yaitu mengukur kadar glukosa darah tikus pada hari ke-0 (glukosa darah pre aloksan) yang sebelumnya tikus dipuasakan dulu selama 16 jam. Pengambilan darah dilakukan melalui vena lateralis yang terdapat di ekor tikus sebanyak 0,5 ml lalu ditampung di ependorf dan kemudian disentrifuge menggunakan minispin selama 15 menit dengan kecepatan 12.000 rpm untuk mendapatkan serumnya. Selanjutnya supernatannya diambil dengan menggunakan mikropipet sebanyak 10 µl dimasukkan kedalam kuvet lalu ditambah 1000,0 µl campuran pereaksi GOD-PAP dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu ruang. Kemudian blanko, standar dan sampel dibaca serapannya menggunakan spektrofotometer visibel pada λ 500 nm.
Selanjutnya tikus diinjeksi aloksan monohidrat dengan dosis 150 mg/kg BB secara intraperitoneal (Sunarsih, et al, 2011). 4 jam setelah injeksi aloksan, tikus diberi larutan gula secara peroral (Lenzen, 2008). Kemudian pada hari ke-4, diukur kadar glukosa darahnya (glukosa darah post aloksan), lalu dibandingkan dengan kadar glukosa darah pada hari pertama sebelum diberi aloksan. Apabila kadar glukosa darah tikus ≥200 mg/dL maka tikus dianggap sudah diabetes (Etuk, 2010).
4. Pengelompokan dan Perlakuan Hewan Uji.
Tikus putih yang sudah diabetes dibagi dalam 5 kelompok perlakuan sebagai berikut:
Kelompok I : diberi aquadest (kontrol negatif).
Kelompok II : diberi glibenklamide 0,5 mg/kg BB (kontrol positif) per oral. Kelompok III : diberi infusa buah gambas 10% secara peroral.
Kelompok IV : diberi infusa buah gambas 5% secara peroral. Kelompok V : diberi infusa buah gambas 2,5% secara peroral.
Kadar glukosa darah tikus diukur kembali pada hari ke-11 (setelah diberi perlakuan selama 7 hari) untuk dibandingkan dengan kadar glukosa darah setelah diberi aloksan pada hari ke-4.
(7)
5 E. Analisis Data
Data dianalisis dengan membandingkan 3 titik pengambilan darah terhadap tikus yaitu glukosa awal pada hari ke-0, glukosa post aloksan pada hari ke-4, dan glukosa akhir pada hari ke-11 (setelah diberi perlakuan selama 7 hari). Data hasil pengukuran kadar glukosa darah tikus selanjutnya dihitung rata-rata dan standar deviasi untuk membandingkan perubahan kadar glukosa darah tikus sebelum injeksi aloksan, sesudah injeksi aloksan, dan setelah diberi perlakuan berupa variasi konsentrasi infusa buah gambas selama 7 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini menggunakan tikus putih jantan galur wistar. Sebelum memulai perlakuan, hewan uji perlu diadaptasi selama kurang lebih tujuh hari dikandang dengan tujuan agar hewan uji dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Penelitian ini menggunakan lima kelompok perlakuan diantaranya kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok yang diberi tiga peringkat konsentrasi infusa buah gambas. Pada kelompok kontrol negatif digunakan aquadest, sedangkan pada kelompok kontrol positif digunakan glibenklamid dengan dosis 0,5 mg/kgBB. Untuk kelompok perlakuan digunakan konsentrasi infusa buah gambas sebesar 10%, 5%, dan 2,5%.
Dalam penelitian ini digunakan aloksan sebagai agen diabetogenik. Mekanisme kerja aloksan dalam merusak pankreas dengan pembentukan oksigen reaktif yang diawali dengan proses reduksi aloksan dalam sel β langerhans. Target dari oksigen reaktif adalah DNA pulau langerhans pankreas. Selain pembentukan oksigen reaktif, aloksan dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium bebas sistolik pada sel β langerhans pankreas sehingga menyebabkan konsentrasi insulin meningkat sangat cepat dan mengakibatkan gangguan pada sensitivitas insulin perifer dalam waktu singkat (Rohilla and Ali, 2012). Dosis aloksan yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 150 mg/kgBB secara intraperitoneal (Sunarsih, et al, 2011).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest post test with control design. Pengambilan darah hewan uji dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada hari ke-0 (kadar glukosa darah pre aloksan), hari ke-4 (kadar glukosa darah post aloksan), dan hari ke-11 (kadar glukosa darah setelah diberi perlakuan selama 7 hari) dan sebelumnya hewan uji dipuasakan ± 16 jam dengan tujuan untuk menghindari peningkatan kadar glukosa darah awal akibat makanan yang masuk. Dalam penelitian ini, penetapan kadar glukosa darah menggunakan metode enzimatik dengan pereaksi GOD PAP (Glucose Oxidase
(8)
6 Phenol 4-Aminoantipyrine) dan alat spektrofotometer visibel. Kadar glukosa darah rata-rata seluruh kelompok ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Data rerata kadar glukosa darah tikus tiap kelompok perlakuan
Jenis perlakuan Kadar glukosa darah (mg/dL)
Pre aloksan Post aloksan Post perlakuan Kelompok I
(Kontrol negatif) Aquadest
107 260 250 125 268 279 112 230 232 109 202 201 116 277 279 113,8 ± 7,12 247,4 ± 30,92 248,2 ± 33,13
Kelompok II (Kontrol positif) Glibenklamid 0,5 mg/kg BB
124 241 122
118 254 117
92 281 128 109 253 98
93 227 102
107,2 ± 14,45 251,2 ± 19,93 113,4 ± 12,91 Kelompok III
Infusa buah gambas 10%
128 213 68 149 226 68 126 202 82 133 198 64 153 239 77 137,8 ± 12,39 215,6 ± 17,01 71,8 ± 7,43
Kelompok IV
Infusa buah gambas 5%
130 218 49 105 214 125 100 196 100 88 198 93 123 202 86 109,2 ± 17,14 205,6 ± 9,84 90,6 ± 27,52
Kelompok V
Infusa buah gambas 2,5%
143 256 67 83 253 85 128 200 108 137 243 141
146 270 132
127,4 ± 25,75 244,4 ± 26,63 106,6 ± 31,08
(9)
7 Pada gambar 1, profil grafik kadar glukosa darah pada kelompok kontrol negatif menunjukkan paling tinggi jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan lain, hal ini disebabkan pada kelompok kontrol negatif hanya diberi aquadest sehingga kadar glukosa darah cenderung tetap tinggi. Pada kelompok kontrol positif yang diberi perlakuan glibenklamid dengan dosis 0,5 mg/kgBB menunjukkan telah terjadi penurunan kadar glukosa darah meskipun lebih kecil jika dibandingkan dengan 3 kelompok perlakuan yang diberi variasi konsentrasi infusa buah gambas. Pada kelompok perlakuan yang diberi infusa buah gambas dengan konsentrasi 10% (1,25 g/kg BB), 5% (0,625 g/kg BB), dan 2,5% (0,313 g/kg BB) selama 7 hari menunjukkan penurunan kadar glukosa darah dibawah normal (hipoglikemi) yang ditunjukkan dengan grafik yang terdapat pada gambar 2. Buah gambas dapat menurunkan kadar glukosa darah karena mengandung cucurbitacin yang termasuk kedalam saponin jenis triterpenoid. Saponin dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan cara menstimulasi pelepasan insulin (Bhushan, et al, 2009). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian infusa buah gambas dengan konsentrasi 10%, 5%, dan 2,5% yang diberikan selama 7 hari mampu menurunkan kadar glukosa darah (p < 0,05).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Herowati, et al (2013) menunjukkan bahwa pemberian infusa biji gambas 15 mg/kg BB mampu memberikan efek hipoglikemi, sedangkan pemberian kombinasi infusa biji gambas dengan metformin menunjukkan penurunan kadar glukosa darah yang lebih baik dari pada penggunaan metformin tunggal dan tidak menyebabkan hipoglikemi.
KESIMPULAN
Pemberian infusa buah gambas dengan konsentrasi 10%, 5%, dan 2,5% yang diberikan selama 7 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah (p < 0,05) pada tikus yang diinduksi aloksan.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk melakukan pengukuran kadar glukosa darah pada hari ke-3 dan 5 saat pemberian infusa buah gambas untuk mengetahui waktu mulai terjadi penurunan kadar glukosa darah.
(10)
8 DAFTAR ACUAN
Bushan, M., Rao, V., Ojha, S., Vijayakumar, M., Verma, A., 2009, An Analytical Review of Plants For Anti Diabetic Activity With Their Phytoconstituent & Mechanism of Action, International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 1 (1), 35 Etuk, E.U., 2010, Animals Models For Studying Diabetes Mellitus, Agricultue and Biology
Journal of North America, 1 (2), 132
Herowati, R., Widodo, P., Sulistyani, P., Hapsari, 2013, Efek Antidiabetes Kombinasi Infus Biji Oyong (Luffa acutangula L. Roxb) dengan Metformin dan Glibenklamid, Jurnal Farmasi Indonesia, 6 (4), 213-216
International Diabetes Federation, 2013, IDF Diabetes Atlas, Sixth Edition
Jyothi, V., Ambati, S., Jyothi, A., 2010, The Pharmacognostic, Phytochemichal and Pharmacological Profile of Luffa acutangula, International Journal of Pharmacy & Technology, 2 (4), 13
Lenzen, S., 2008, The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Induced Diabetes, Diabetologia, 51, 217
Mohan, K., Sanjay, S., 2010, Pharmacognostic and Phytochemical Investigation of Luffa acutangulavar.amaria Fruits, International Journal of Pharm Tech Research, 2 (2), 1609
Pimple, B., Kadam, P., Patil, M., 2011, Antidiabetic and Antihyperlipidemic Activity of Luffa acutangula Fruit Extract in Streptozotocin Induced NIDDM Rats, Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 4,1
Sharma, V. & Paliwal, R., 2013, Isolation and Characterization of Saponin from Moringa oleifera (Moringaeceae), International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science, 5 (1), 1
Shrivastava, A. & Roy, S., 2013, Cucurbitaceae : A Ethnomedicinally Important Vegetable Family, Journal of Medicinal Plants Studies, 1 (4), 19
(1)
3 a. Hewan uji : tikus putih jantan galur Wistar berumur 8-12 minggu, sehat dengan berat
badan ±150-250 gram..
b. Tanaman uji : buah gambas yang diperoleh dari pasar Kadipolo, Surakarta. Buah gambas yang digunakan yaitu buah gambas muda.
3. Variabel terikat : kadar glukosa darah hewan uji. B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan untuk pembuatan infusa adalah neraca analitik, panci infus, kain flanel, pisau, bekker glass dan penangas air. Alat yang digunakan untuk penanganan hewan uji adalah timbangan tikus, sonde oral, tabung eppendorf, scalpel no.20, jarum suntik, mikropipet, blue tip dan yellow tip, kandang tikus, holder, tempat minum tikus, pipet tetes, minispin, bekker glass, kuvet dan spektrofotometer Visibel (StarDust FC 15), vortex, sarung tangan, dan masker
2. Bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan adalah buah gambas. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar berumur 8-12 minggu dengan berat badan ±150-250 gram. Kontrol positif digunakan tablet glibenklamid 5 mg generik (Indofarma) dan kontrol negatif digunakan aquadest. Reagen GOD-PAP dengan merk DSi.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
D. Jalannya Penelitian 1. Determinasi buah gambas
Tujuan dilakukan determinasi pada buah gambas (Luffa acutangula L) adalah untuk memastikan dan menetapkan kebenaran sampel tanaman yang digunakan benar-benar Luffa acutangula L. Tanaman ini dideterminasi di laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Pembuatan Infusa Buah Gambas
a. Buah gambas segar dicuci dengan menggunakan air mengalir.
b. Buah gambas dibersihkan dari bagian kulit dan bijinya kemudian dikeringkan.
c. Buah gambas yang telah kering ditimbang sesuai dengan berat yang dikehendaki kemudian dimasukkan kedalam panci infusa dan ditambah air 100 mL.
d. Panci infusa dipanaskan diatas penangas air selama 15 menit dihitung mulai suhu didalam panci mencapai 90oC sambil sesekali diaduk.
(2)
4 e. Penyaringan dilakukan selagi panas dengan menggunakan kain flanel, setelah
disaring ditambahkan aquades hingga 100 mL. 3. Pembuatan Model Tikus Diabetes
Tikus dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan dengan tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Langkah pertama yaitu mengukur kadar glukosa darah tikus pada hari ke-0 (glukosa darah pre aloksan) yang sebelumnya tikus dipuasakan dulu selama 16 jam. Pengambilan darah dilakukan melalui vena lateralis yang terdapat di ekor tikus sebanyak 0,5 ml lalu ditampung di ependorf dan kemudian disentrifuge menggunakan minispin selama 15 menit dengan kecepatan 12.000 rpm untuk mendapatkan serumnya. Selanjutnya supernatannya diambil dengan menggunakan mikropipet sebanyak 10 µl dimasukkan kedalam kuvet lalu ditambah 1000,0 µl campuran pereaksi GOD-PAP dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu ruang. Kemudian blanko, standar dan sampel dibaca serapannya menggunakan spektrofotometer visibel pada λ 500 nm.
Selanjutnya tikus diinjeksi aloksan monohidrat dengan dosis 150 mg/kg BB secara intraperitoneal (Sunarsih, et al, 2011). 4 jam setelah injeksi aloksan, tikus diberi larutan gula secara peroral (Lenzen, 2008). Kemudian pada hari ke-4, diukur kadar glukosa darahnya (glukosa darah post aloksan), lalu dibandingkan dengan kadar glukosa darah pada hari pertama sebelum diberi aloksan. Apabila kadar glukosa darah tikus ≥200 mg/dL maka tikus dianggap sudah diabetes (Etuk, 2010).
4. Pengelompokan dan Perlakuan Hewan Uji.
Tikus putih yang sudah diabetes dibagi dalam 5 kelompok perlakuan sebagai berikut:
Kelompok I : diberi aquadest (kontrol negatif).
Kelompok II : diberi glibenklamide 0,5 mg/kg BB (kontrol positif) per oral. Kelompok III : diberi infusa buah gambas 10% secara peroral.
Kelompok IV : diberi infusa buah gambas 5% secara peroral. Kelompok V : diberi infusa buah gambas 2,5% secara peroral.
Kadar glukosa darah tikus diukur kembali pada hari ke-11 (setelah diberi perlakuan selama 7 hari) untuk dibandingkan dengan kadar glukosa darah setelah diberi aloksan pada hari ke-4.
(3)
5 E. Analisis Data
Data dianalisis dengan membandingkan 3 titik pengambilan darah terhadap tikus yaitu glukosa awal pada hari ke-0, glukosa post aloksan pada hari ke-4, dan glukosa akhir pada hari ke-11 (setelah diberi perlakuan selama 7 hari). Data hasil pengukuran kadar glukosa darah tikus selanjutnya dihitung rata-rata dan standar deviasi untuk membandingkan perubahan kadar glukosa darah tikus sebelum injeksi aloksan, sesudah injeksi aloksan, dan setelah diberi perlakuan berupa variasi konsentrasi infusa buah gambas selama 7 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini menggunakan tikus putih jantan galur wistar. Sebelum memulai perlakuan, hewan uji perlu diadaptasi selama kurang lebih tujuh hari dikandang dengan tujuan agar hewan uji dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Penelitian ini menggunakan lima kelompok perlakuan diantaranya kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok yang diberi tiga peringkat konsentrasi infusa buah gambas. Pada kelompok kontrol negatif digunakan aquadest, sedangkan pada kelompok kontrol positif digunakan glibenklamid dengan dosis 0,5 mg/kgBB. Untuk kelompok perlakuan digunakan konsentrasi infusa buah gambas sebesar 10%, 5%, dan 2,5%.
Dalam penelitian ini digunakan aloksan sebagai agen diabetogenik. Mekanisme kerja aloksan dalam merusak pankreas dengan pembentukan oksigen reaktif yang diawali dengan proses reduksi aloksan dalam sel β langerhans. Target dari oksigen reaktif adalah DNA pulau langerhans pankreas. Selain pembentukan oksigen reaktif, aloksan dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium bebas sistolik pada sel β langerhans pankreas sehingga menyebabkan konsentrasi insulin meningkat sangat cepat dan mengakibatkan gangguan pada sensitivitas insulin perifer dalam waktu singkat (Rohilla and Ali, 2012). Dosis aloksan yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 150 mg/kgBB secara intraperitoneal (Sunarsih, et al, 2011).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest post test with control design. Pengambilan darah hewan uji dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada hari ke-0 (kadar glukosa darah pre aloksan), hari ke-4 (kadar glukosa darah post aloksan), dan hari ke-11 (kadar glukosa darah setelah diberi perlakuan selama 7 hari) dan sebelumnya hewan uji dipuasakan ± 16 jam dengan tujuan untuk menghindari peningkatan kadar glukosa darah awal akibat makanan yang masuk. Dalam penelitian ini, penetapan kadar glukosa darah menggunakan metode enzimatik dengan pereaksi GOD PAP (Glucose Oxidase
(4)
6 Phenol 4-Aminoantipyrine) dan alat spektrofotometer visibel. Kadar glukosa darah rata-rata seluruh kelompok ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Data rerata kadar glukosa darah tikus tiap kelompok perlakuan
Jenis perlakuan Kadar glukosa darah (mg/dL)
Pre aloksan Post aloksan Post perlakuan Kelompok I
(Kontrol negatif) Aquadest
107 260 250 125 268 279 112 230 232 109 202 201 116 277 279 113,8 ± 7,12 247,4 ± 30,92 248,2 ± 33,13
Kelompok II (Kontrol positif) Glibenklamid 0,5 mg/kg BB
124 241 122
118 254 117
92 281 128 109 253 98
93 227 102
107,2 ± 14,45 251,2 ± 19,93 113,4 ± 12,91 Kelompok III
Infusa buah gambas 10%
128 213 68 149 226 68 126 202 82 133 198 64 153 239 77 137,8 ± 12,39 215,6 ± 17,01 71,8 ± 7,43
Kelompok IV
Infusa buah gambas 5%
130 218 49 105 214 125 100 196 100 88 198 93 123 202 86 109,2 ± 17,14 205,6 ± 9,84 90,6 ± 27,52
Kelompok V
Infusa buah gambas 2,5%
143 256 67 83 253 85 128 200 108 137 243 141
146 270 132
127,4 ± 25,75 244,4 ± 26,63 106,6 ± 31,08
(5)
7 Pada gambar 1, profil grafik kadar glukosa darah pada kelompok kontrol negatif menunjukkan paling tinggi jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan lain, hal ini disebabkan pada kelompok kontrol negatif hanya diberi aquadest sehingga kadar glukosa darah cenderung tetap tinggi. Pada kelompok kontrol positif yang diberi perlakuan glibenklamid dengan dosis 0,5 mg/kgBB menunjukkan telah terjadi penurunan kadar glukosa darah meskipun lebih kecil jika dibandingkan dengan 3 kelompok perlakuan yang diberi variasi konsentrasi infusa buah gambas. Pada kelompok perlakuan yang diberi infusa buah gambas dengan konsentrasi 10% (1,25 g/kg BB), 5% (0,625 g/kg BB), dan 2,5% (0,313 g/kg BB) selama 7 hari menunjukkan penurunan kadar glukosa darah dibawah normal (hipoglikemi) yang ditunjukkan dengan grafik yang terdapat pada gambar 2. Buah gambas dapat menurunkan kadar glukosa darah karena mengandung cucurbitacin yang termasuk kedalam saponin jenis triterpenoid. Saponin dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan cara menstimulasi pelepasan insulin (Bhushan, et al, 2009). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian infusa buah gambas dengan konsentrasi 10%, 5%, dan 2,5% yang diberikan selama 7 hari mampu menurunkan kadar glukosa darah (p < 0,05).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Herowati, et al (2013) menunjukkan bahwa pemberian infusa biji gambas 15 mg/kg BB mampu memberikan efek hipoglikemi, sedangkan pemberian kombinasi infusa biji gambas dengan metformin menunjukkan penurunan kadar glukosa darah yang lebih baik dari pada penggunaan metformin tunggal dan tidak menyebabkan hipoglikemi.
KESIMPULAN
Pemberian infusa buah gambas dengan konsentrasi 10%, 5%, dan 2,5% yang diberikan selama 7 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah (p < 0,05) pada tikus yang diinduksi aloksan.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk melakukan pengukuran kadar glukosa darah pada hari ke-3 dan 5 saat pemberian infusa buah gambas untuk mengetahui waktu mulai terjadi penurunan kadar glukosa darah.
(6)
8 DAFTAR ACUAN
Bushan, M., Rao, V., Ojha, S., Vijayakumar, M., Verma, A., 2009, An Analytical Review of Plants For Anti Diabetic Activity With Their Phytoconstituent & Mechanism of Action, International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 1 (1), 35
Etuk, E.U., 2010, Animals Models For Studying Diabetes Mellitus, Agricultue and Biology Journal of North America, 1 (2), 132
Herowati, R., Widodo, P., Sulistyani, P., Hapsari, 2013, Efek Antidiabetes Kombinasi Infus Biji Oyong (Luffa acutangula L. Roxb) dengan Metformin dan Glibenklamid, Jurnal Farmasi Indonesia, 6 (4), 213-216
International Diabetes Federation, 2013, IDF Diabetes Atlas, Sixth Edition
Jyothi, V., Ambati, S., Jyothi, A., 2010, The Pharmacognostic, Phytochemichal and Pharmacological Profile of Luffa acutangula, International Journal of Pharmacy & Technology, 2 (4), 13
Lenzen, S., 2008, The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Induced Diabetes, Diabetologia, 51, 217
Mohan, K., Sanjay, S., 2010, Pharmacognostic and Phytochemical Investigation of Luffa acutangulavar.amaria Fruits, International Journal of Pharm Tech Research, 2 (2), 1609
Pimple, B., Kadam, P., Patil, M., 2011, Antidiabetic and Antihyperlipidemic Activity of Luffa acutangula Fruit Extract in Streptozotocin Induced NIDDM Rats, Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 4,1
Sharma, V. & Paliwal, R., 2013, Isolation and Characterization of Saponin from Moringa oleifera (Moringaeceae), International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science, 5 (1), 1
Shrivastava, A. & Roy, S., 2013, Cucurbitaceae : A Ethnomedicinally Important Vegetable Family, Journal of Medicinal Plants Studies, 1 (4), 19