Karakterisasi Senyawa Isoprenoid Pada Mangrove Jenis Sekresi (Avicennia Alba Bl.) Dan Kandungan Lipidnya Pada Tingkat Pohon

KARAKTERISASI SENYAWA ISOPRENOID PADA MANGROVE JENIS SEKRESI Avicennia alba Bl. DAN KANDUNGAN LIPIDNYA
PADA TINGKAT POHON
HASIL PENELITIAN Oleh:
MULYAR HAMKA 081202023/BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

KARAKTERISASI SENYAWA ISOPRENOID PADA MANGROVE JENIS SEKRESI Avicennia alba Bl. DAN KANDUNGAN LIPIDNYA
PADA TINGKAT POHON
HASIL PENELITIAN Oleh:
MULYAR HAMKA 081202023/BUDIDAYA HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

ABSTRAK
MULYAR HAMKA. Karakterisasi Senyawa Isoprenoid pada Mangrove Jenis Sekresi Avicennia alba Bl. Dan Kandungan Lipidnya pada Tingkat Pohon. Dibimbing oleh MOHAMMAD BASYUNI S.Hut, M.Si, Ph.D dan Dr. Ir. LOLLIE AGUSTINA P PUTRI M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi senyawa isoprenoid dan kandungan lipid pada mangrove jenis sekresi api-api hitam (Avicennia alba) pada tingkat pohon. Pengambilan sampel berasal dari daun dan akar pada tingkat pohon mangrove jenis sekresi A. alba. Hasil penelitian menunjukkan komposisi Non Saponifiable Lipids (NSL) dari Avicennia alba antara lain senyawa campesterol, stigmasterol, β-sitosterol, cholesterol, β-amyrin, germanicol, betulin, lupeol, αamyrin, phytol, dan squalene. Kandungan NSL dari fraksi triterpenoid lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi fitosterol pada daun dan akar A. alba. Hasil penelitian ini menunjukan senyawa phytol memiliki kandungan tertinggi di daun A. alba sebesar 71,4% dan senyawa β-sitosterol memiliki kandungan tertinggi pada akar A. alba sebesar 27,8%. Total lipid pada daun A. alba menunjukan nilai 21mg lebih tinggi dibandingkan dengan total lipid pada akar A. alba dengan nilai 11,7mg. Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang karakterisasi isoprenoid dan kandungan lipid pada mangrove jenis sekresi A. alba.pada tingkat pohon.
Kata kunci : Avicennia alba, Non saponifiable Lipids (NSL), Isoprenoid, Triterpenoid, Fitosterol, dan Lipid.

ABSTRACK

MULYAR HAMKA. Characterization of Isoprenoid Compounds in the Mangrove Avicennia alba Bl Secretion Type and Lipid Content of the Tree Level. MOHAMMAD BASYUNI S.Hut, M.Si, Ph.D dan Dr. Ir. LOLLIE AGUSTINA P PUTRI M.Si.
This study aims to determine the characterization of isoprenoid compounds and lipid content of the mangrove type of secretion api-api hitam (Avicennia alba) at the tree level. Sampling is derived from the leaves and roots of tree level of mangrove at a rate of secretion type A. alba. The results showed the composition of Non Saponifieble Lipids (NSL) of A. alba among others compounds campesterol, stigmasterol, β-sitosterol, cholesterol, β-amyrin, germanicol, betulin, lupeol, α-amyrin, phytol, and squalene. The content of the NSL triterpenoid fraction higher than phytosterol fraction in the leaves and roots of A. alba. These results also showed phytol compounds has the highest content in the leaves of A. alba by 71.4% and the compound β-sitosterol has the highest in the root A. alba was 27.8%. Total lipids in leaves of A.alba (21mg) showed a higher value than the total lipids in the roots of A. alba with a value of 11.7 mg. This research can provide information about the characterization of isoprenoid and lipid content of the mangrove type of secretion A. alba.at tree level.
Keywords :Avicennia alba, Non saponifieble lipids (NSL), isoprenoid, Triterpenoid, Phytosterols, Lipids, and mangroves.

RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama lengkap Mulyar Hamka dilahirkan di Medan pada tanggal 30 Maret 1990 dari Ayah Alm. Abdul Gani dan Ibu Zaidar Tanjung. Penulis merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 15 Medan dan pada tahun yang sama penulis menyambung pendidikan di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Departemen Kehutanan, Program Studi Budidaya Hutan melalui jalur UMB. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten dosen Mata Kuliah Geodesi dan Kartografi tahun 2010-2012 asisten dosen Mata Kuliah Inventarisasi Hutan tahun 2011-2012. Penulis juga aktif sebagai anggota Badan Kenaziran Mushollah Kehutanan sebagai anggota bagian Dana dan Usaha tahun 2009-2010 serta anggota HIMAS tahun 2008-2012 bagian olah raga. Selain aktif di bidang akademis, penulis juga aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Club Peduli Orangutan Indonesia (CPOI) sebagai staff lapangan tahun 2011-2012.
Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Hutan Dataran Tinggi Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk Kabupaten Karo tahun 2010. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PERHUTANI UNIT III, KPH Garut, Jawa Barat dari tanggal 1 Februari sampai 1 Maret 2012.

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Karakterisasi Senyawa Isoprenoid pada Mangrove Jenis Sekresi (Avicennia alba Bl.) dan Kandungan Lipidnya pada Tingkat Pohon

Nama

: Mulyar Hamka

NIM

: 081202023


Program studi : Budidaya Hutan

Ketua

Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Anggota

(Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si, Ph.D) (Dr. Ir. Lollie Agustina P.Putri, M.Si)

NIP. 19730421 200012 1 001

NIP. 19670821 199301 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen Kehutanan
Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph. D NIP. 19710416 200112 2 001

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun skripsi ini berjudul “Karakterisasi Senyawa Isoprenoid pada Mangrove Jenis Sekresi Avicennia alba Bl. dan Kandungan Lipidnya pada Tingkat Pohon”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing Bapak Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si, Ph.D. dan Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman serta pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang kehutanan.
Medan, September 2012
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii DAFTAR TABEL .......................................................................................... v DAFTAR GAMBAR....................................................................................... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang .......................................................................................... Tujuan Penelitian ...................................................................................... Hipotesis Penelitian .................................................................................. Manfaat Penelitian ...................................................................................

1 3 3 3

TINJAUAN PUSTAKA Hutan Mangrove dan Karakteristiknya ..................................................... Taksonomi dan Morfologi Avicennia alba ................................................ Zonasi di Hutan Mangrove ........................................................................ Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove Potensi Triterpenoid pada Mangrove ........................................................ Mekanisme Toleransi Tanaman Terhadap Cekaman Garam ....................

4 5 7 8 11 12

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... Pengambilan sampel dan ekstraksi ...................................................... Kondisi umum lokasi pengambilan sampel ......................................... Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ Pengambilan sampel penelitian ............................................................ Ekstraksi dan analisis ........................................................................... Prosedur penelitian ............................................................................... Survey lapangan .................................................................................... Pengambilan sampel.............................................................................. Ekstraksi lipid dan analisis Non Saponifiable Lipids (NSL)................. Metode GC-MS .................................................................................... Analisis data .........................................................................................

13 13 13 14 14 15 15 16 16 16 18 19


HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Non Saponifiable Lipid (NSL)(%) dari Daun pada Tingkat Pohon Mangrove Jenis Sekresi Avicennia alba .................................... Komposisi Non Saponifiable Lipid (NSL)(%) dari Akar pada Tingkat Pohon Mangrove Jenis Sekresi Avicennia alba .................................... Total Lipid dan Non Saponifiable Lipid (NSL) pada Daun dan Akar dari mangrove Jenis Avicennia alba pada Tingkat Pohon ....................

20 21 24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................................ 26 Saran .......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman 1. Komposisi Non Saponifiable Lipid (NSL)(%) dari daun dan akar pada
pohon mangrove jenis sekresi Avicennia alba........................................... 20 2. Total lipid dan kandungan NSL pada daun dan akar dari mangrove jenis
Avicennia alba tingkat pohon............................................................ ........ 22

DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Peta lokasi pengambilan sampel penelitian di Desa Pulau Kampai,
Kabupaten Langkat.Sumatera Utara.......................................................... 14 2. Alur proedur penelitian.............................................................................. 15 3. Prosedur isolasi senyawa Isoprenoid (Basyuni et al., 2007a).................... 17

ABSTRAK
MULYAR HAMKA. Karakterisasi Senyawa Isoprenoid pada Mangrove Jenis Sekresi Avicennia alba Bl. Dan Kandungan Lipidnya pada Tingkat Pohon. Dibimbing oleh MOHAMMAD BASYUNI S.Hut, M.Si, Ph.D dan Dr. Ir. LOLLIE AGUSTINA P PUTRI M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi senyawa isoprenoid dan kandungan lipid pada mangrove jenis sekresi api-api hitam (Avicennia alba) pada tingkat pohon. Pengambilan sampel berasal dari daun dan akar pada tingkat pohon mangrove jenis sekresi A. alba. Hasil penelitian menunjukkan komposisi Non Saponifiable Lipids (NSL) dari Avicennia alba antara lain senyawa campesterol, stigmasterol, β-sitosterol, cholesterol, β-amyrin, germanicol, betulin, lupeol, αamyrin, phytol, dan squalene. Kandungan NSL dari fraksi triterpenoid lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi fitosterol pada daun dan akar A. alba. Hasil penelitian ini menunjukan senyawa phytol memiliki kandungan tertinggi di daun A. alba sebesar 71,4% dan senyawa β-sitosterol memiliki kandungan tertinggi pada akar A. alba sebesar 27,8%. Total lipid pada daun A. alba menunjukan nilai 21mg lebih tinggi dibandingkan dengan total lipid pada akar A. alba dengan nilai 11,7mg. Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang karakterisasi isoprenoid dan kandungan lipid pada mangrove jenis sekresi A. alba.pada tingkat pohon.
Kata kunci : Avicennia alba, Non saponifiable Lipids (NSL), Isoprenoid, Triterpenoid, Fitosterol, dan Lipid.

ABSTRACK
MULYAR HAMKA. Characterization of Isoprenoid Compounds in the Mangrove Avicennia alba Bl Secretion Type and Lipid Content of the Tree Level. MOHAMMAD BASYUNI S.Hut, M.Si, Ph.D dan Dr. Ir. LOLLIE AGUSTINA P PUTRI M.Si.
This study aims to determine the characterization of isoprenoid compounds and lipid content of the mangrove type of secretion api-api hitam (Avicennia alba) at the tree level. Sampling is derived from the leaves and roots of tree level of mangrove at a rate of secretion type A. alba. The results showed the composition of Non Saponifieble Lipids (NSL) of A. alba among others compounds campesterol, stigmasterol, β-sitosterol, cholesterol, β-amyrin, germanicol, betulin, lupeol, α-amyrin, phytol, and squalene. The content of the NSL triterpenoid fraction higher than phytosterol fraction in the leaves and roots of A. alba. These results also showed phytol compounds has the highest content in the leaves of A. alba by 71.4% and the compound β-sitosterol has the highest in the root A. alba was 27.8%. Total lipids in leaves of A.alba (21mg) showed a higher value than the total lipids in the roots of A. alba with a value of 11.7 mg. This research can provide information about the characterization of isoprenoid and lipid content of the mangrove type of secretion A. alba.at tree level.
Keywords :Avicennia alba, Non saponifieble lipids (NSL), isoprenoid, Triterpenoid, Phytosterols, Lipids, and mangroves.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang paling produktif di bumi
dibandingkan dengan ekosistem lainnya (Clough et al, 2000). Pentingnya hutan mangrove telah diakui bagi ekosistem global, namun terdapat sedikit informasi yang menjelaskan mengapa tanaman mangrove dapat tumbuh di lingkungan salinitas yang tinggi, terutama yang berasal dari mangrove Indonesia. Menurut karakteristik morfologinya dalam manajemen garam, tanaman mangrove dibagi ke dalam dua kelompok besar (Scholander et al, 1962). Kelompok pertama adalah spesies yang mensekresi garam (jenis sekresi/secreting species) yang memiliki kelenjar garam di daunnya atau rambut garam untuk menghilangkan kelebihan garam. Yang kedua adalah spesies non-sekresi (non-scereting species) yang tidak memiliki fitur morfologi tersebut untuk ekskresi kelebihan garam (Scholander et al, 1962; Tomlinson, 1986).
Hutan mangrove tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dan membentuk ekosistem penting bagi penangkapan ikan dan melindungi terhadap erosi pantai (Tomlinson, 1986; Alongi, 2002). Karena posisinya di sepanjang antar darat dan laut, mangrove sangat rentan terhadap perubahan ekstrim dalam permukaan laut dan besarnya sedimen sungai (Nicholls et al, 1999).
Setiap jenis tumbuhan mangrove memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda-beda terhadap kondisi lingkungan seperti kondisi tanah, salinitas, temperatur, curah hujan, dan pasang surut. Hal ini menyebabkan terjadinya struktur dan komposisi tumbuhan mangrove dengan batas-batas yang khas, mulai dari zona yang dekat dengan daratan sampai dengan zona yang dekat dengan

lautan. Salinitas merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perkembangan hutan mangrove.
Ekosistem mangrove dapat tumbuh dengan baik pada zona pasang-surut di sepanjang garis pantai daerah tropis seperti laguna, rawa, delta, dan muara sungai. Ekosistem mangrove bersifat kompleks dan dinamis tetapi labil. Kompleks, karena di dalam ekosistem mangrove dan perairan maupun tanah di bawahnya merupakan habitat berbagai jenis satwa daratan dan biota perairan. Dinamis, karena ekosistem mangrove dapat terus tumbuh dan berkembang serta mengalami suksesi serta perubahan zonasi sesuai dengan tempat tumbuh. Labil, karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali (Kusmana, 1995).
Ditemukan bahwa tanaman mangrove menghasilkan metabolit sekunder dalam merespon berbagai faktor eksternal (Parida and Das, 2005). Jadi lipid pada membran sel dapat memainkan peran penting dalam adaptasi tanaman terhadap tekanan lingkungan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa triterpenoid memainkan peran penting untuk melindungi mangrove dari cekaman garam (Oku et al., 2003; Basyuni et al., 2007a, 2009, 2011). Meskipun terdistribusi dimanamana, fungsi fisiologis triterpenoid di hutan mangrove belum dipahami dengan baik dan penelitiannya belum banyak dilakukan. Salah satu kemampuan mencolok spesies mangrove yang tumbuh dalam berbagai tingkat salinitas mulai dari air tawar sampai ke tingkat di atas air laut. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa cekaman garam menginduksi perubahan konsentrasi triterpenoid di mangrove jenis non-sekresi (Oku et al., 2003; Basyuni et al., 2007b, 2009). Oleh karena itu, diperlukan studi untuk mengetahui karakterisasi senyawa isoprenoid

pada mangrove jenis sekresi Avicennia alba dan kandungan lipidnya pada tingkat pohon.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakterisasi senyawa isoprenoid pada api-api hitam (Avicennia alba) pada tingkat pohon.
2. Mengetahui kandungan lipid api-api hitam (Avicennia alba) pada tingkat pohon.
Hipotesis Penelitian Terdapat perbedaan komposisi dan kandungan senyawa triterpenoid dan
senyawa fitosterol pada daun dan akar mangrove jenis sekresi Avicennia alba pada tingkat pohon. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi mengenai kandungan lipid dan karakterisasi
senyawa isoprenoid di daun dan akar pada mangrove jenis sekresi Avicennia alba tingkat pohon. 2. Informasi untuk penelitian lanjutan agar dapat melihat pengaruh tingkat salinitas terhadap karakterisasi isoprenoid dan kandungan lipid pada semai Avicennia alba. 3. Pengembangan tanaman mangrove Avicennia alba sebagai tanaman bahan obat-obatan. 4. Pengembangan tanaman mangrove yang toleran terhadap cekaman garam.

TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Mangrove dan Karakteristiknya Istilah ‘mangrove’ tidak diketahui secara pasti asal usulnya. Ada yang
mengatakan bahwa istilah tersebut kemungkinan merupakan kombinasi dari bahasa Portugis dan Inggris. Bangsa Portugis menyebut salah satu jenis pohon mangrove sebagai ‘mangue’ dan istilah Inggris ‘grove’, bila disatukan akan menjadi ‘mangrove’ atau ‘mangrave’. Ada kemungkinan pula berasal dari bahasa Malay, yang menyebut jenis tanaman ini dengan ‘mangi-mangi’ atau ‘mangin’. Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut (Irwanto, 2006).
Mangrove merupakan suatu komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohonan yang khas atau semak yang memiliki kemampuan untuk tumbuh di lingkungan laut (Nybakken, 1992). Sesuai pernyataan Anwar et al tahun 1984 mendefinisikan hutan mangrove sebagai formasi tumbuhan litoral yang tumbuh di daerah pantai yang terlindung dari ombak besar dan umumnya tersebar di daerah tropis dan subtropis, sedangkan pengertian dari kata mangrove menurut Darsidi (1986) adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang-surut tetapi mereka juga terdapat pada pantai karang dan daratan koral mati yang di atasnya ditimbuni selapis pasir (lumpur) atau pada pantai berlumpur. Dengan demikian hutan mangrove adalah tipe hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasangsurut air laut.
Peristiwa pasang-surut yang berpengaruh langsung terhadap ekosistem mangrove menyebabkan komunitas ini umumnya didominasi oleh spesies-spesies

pohon yang keras atau semak-semak yang mempunyai manfaat pada perairan payau. Menurut Bengen dan Dutton (2004) dalam Northcote dan Hartman (2004) karakteristik utama ekosistem mangrove di Indonesia adalah sebagai berikut: tidak dipengaruhi oleh faktor iklim; dipengaruhi oleh kondisi pasang surut; terletak pada tanah yang sebagian besar terdiri dari lumpur dan pasir yang tergenang oleh air laut, terletak pada daerah pantai yang landai, tidak terstruktur berdasarkan penutupannya/stratifikasi berdasarkan tegakan, jenis-jenis pohon mulai dari laut ke darat adalah Rhizophora, Avicennia, Sonneratia, Xylocarpus, Lumnitzera, Bruguiera, dan Nypa fruiicans; terdiri dari pohon-pohon yang dapat tumbuh mencapai lebih dari 30 meter; komposisi vegetasinya dari pantai adalah Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Rhizophora/ Bruguiera, Xylocarpus, Lumnitzera, dan Nypa fructicans; komposisi dari spesies-spesies vegetasi yang berasosiasi adalah Acrostichum aureum, Acanthus ilicifolius, A. Ebracteatus.

Taksonomi dan Morfologi Avicennia alba

Api-api hitam (Avicennia alba Bl.) mempunyai taksonomi tumbuhan

sebagai berikut:


Kingdom : Plantae

Phylum : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo

: Lamiales

Family : Avicenniace

Genus : Avicennia

Spesies : Avicennia alba Bl.

Jenis A. alba sering dikenal dengan nama api-api hitam, mangi-mangi, boak, koak, sia-sia. Pohon yang tumbuh menyebar dengan ketinggian mencapai 25 m. Akar nafas biasanya tipis, berbentuk jari (atau seperti asparagus) yang ditutupi oleh lentisel. Kulit kayu luar berwarna keabu-abuan atau gelap kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan kecil, sementara yang lain kadangkadang memiliki permukaan yang halus. Pada bagian batang yang tua, kadangkadang ditemukan serbuk tipis. Daun memiliki permukaan halus, bagian atas daun berwarna hijau mengkilat, bagian bawah daun berwarna pucat, bentuk daun lanset (seperti daun akasia) kadang elips, ujung meruncing, ukuran daun 16 x 5 cm, bentuk bunga seperti trisula dengan gerombolan bunga (kuning) hampir di sepanjang ruas tandan, letak di ujung/pada tangkai bunga, formasi bulir (ada 1030 bunga per tandan), daun mahkota 4, kuning cerah, 3-4 mm, kelopak bunga 5, benang sari 4. Buah seperti kerucut/cabe/mente berwarna hijau muda kekuningan dengan ukuran: 4 x 2 cm (Noor et al, 2006).
Menurut Wikipedia (2008) dalam Grace (2009) sebagai warga komunitas mangrove, api-api memiliki beberapa ciri yang merupakan bagian dari adaptasi pada lingkungan berlumpur dan bergaram, di antaranya :
a. Akar napas serupa paku yang panjang dan rapat, muncul ke atas lumpur di sekeliling pangkal batangnya.

b. Daun-daun dengan kelenjar garam di permukaan bawahnya. Daun api-api berwarna putih di sisi bawahnya, dilapisi kristal garam. Ini adalah kelebihan garam yang dibuang oleh tumbuhan tersebut.

c. Biji api-api berkecambah tatkala buahnya belum gugur, masih melekat di rantingnya. Dengan demikian biji ini dapat segera tumbuh setelah terjatuh atau tersangkut di lumpur. Jenis Avicennia alba merupakan jenis pionir pada habitat rawa mangrove
di lokasi pantai yang terlindung, juga di bagian yang lebih asin di sepanjang pinggiran sungai yang dipengaruhi pasang surut, serta di sepanjang garis pantai. Mereka umumnya menyukai bagian muka teluk. Akarnya dilaporkan dapat membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan daratan. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Genus ini kadang-kadang bersifat vivipar, dimana sebagian buah berbiak ketika masih menempel di pohon. Ditemukan di seluruh Indonesia. Dari India sampai Indo Cina, melalui Malaysia dan Indonesia hingga ke Filipina, PNG dan Australia tropis (Noor et al, 2006). Zonasi di Hutan Mangrove
Zonasi merupakan suatu fenomena ekologi yang menarik di perairan pesisir, yang merupakan daerah yang terkena ritme pasang-surut air laut. Pengaruh dari pasang-surut air laut yang berbeda untuk tiap zona memungkinkan berkembangnya komunitas yang khas untuk masing masing zona di daerah ini (Peterson, 1991). Studi zonasi di perairan pantai berbatu telah banyak dilakukan, sebaliknya studi zonasi di perairan pantai bersubstrat lunak (pasir dan lumpur) masih sangat kurang. Demikian pula informasi mengenai zonasi di perairan pantai di daerah subtropis lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan di daerah tropis (Morton, 1990). Hal ini disebabkan karena penelitian mengenai zonasi di perairan pantai daerah tropis masih belum banyak dilakukan, tidak terkecuali di Indonesia.

Arief (2003) mengatakan bahwa hutan mangrove yang masih alami pada umumnya membentuk zonasi yaitu mulai dari arah laut ke daratan berturut-turut sebagai berikut :
1. Zona Avicennia, terletak pada lapisan paling luar dari hutan mangrove. Pada zona ini, tanah berlumpur lembek dan berkadar garam tinggi. Jenis Avicennia banyak ditemui berasosiasi dengan Sonneratia spp. Karena tumbuh di bibir laut, jenis-jenis ini memiliki perakaran yang sangat kuat yang dapat bertahan dari hempasan ombak laut. Zona ini juga merupakan zona perintis atau pioner karena terjadinya penimbunan sedimen tanah akibat cengkeraman perakaran tumbuhan jenis ini.
2. Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia dan Sonneratia. Pada zona ini, tanah berlumpur lembek dengan kadar garam lebih rendah. Perakaran tanaman tetap terendam selama air laut pasang.
3. Zona Bruguiera, terletak di belakang zona Rhizophora. Pada zona ini, tanah berlumpur agak keras. Perakaran tanaman lebih peka serta hanya terendam pasang naik dua kali sebulan.
4. Zona Nypa, yaitu zona pembatas antara daratan dan lautan, namun zona ini sebenarnya tidak harus ada, kecuali jika terdapat air tawar yang mengalir (sungai) ke laut.
Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove Cahaya
Cahaya merupakan satu faktor yang penting dalam proses fotosintesis dalam melakukan pertumbuhan tumbuhan hijau. Cahaya mempengaruhi respirasi, transpirasi, fisiologi dan struktur fisik tumbuhan. Intensitas cahaya didalam kualitas dan juga lama penyinaran juga merupakan satu faktor penting untuk

tumbuhan. Umumnya tumbuhan di ekosistem mangrove juga membutuhkan intensitas tinggi ( Mac Nae, 1968). Suhu
Suhu penting dalam proses fisiologis, seperti fotosintesis dan respirasi. Pada Rhizophora spp., Ceriops spp., Exocoecaria spp., dan Lumnitzera spp., laju tertinggi produksi daun baru adalah pada suhu 26-28 ºC, untuk bruguiera spp adalah 27ºC dan Avicennia marina memproduksi daun baru pada suhu 18-20 ºC (Hutchings and Saenger, 1987). Tanah
Jenis tanah yang mendominasi kawasan mangrove biasanya adalah fraksi lempung berdebu, akibat rapatnya bentuk perakaran-perakaran yang ada. Fraksi lempung berpasir hanya terdapat dibagian depan (arah pantai). Nilai pH tanah dikawasan mangrove berbeda-beda, tergantung pada tingkat kerapatan vegetasi yang tumbuh dikawasan tersebut. Jika kerapatan rendah, tanah akan mempunyai nilai pH yang tinggi. Nilai pH tidak banyak berbeda, yaitu antara 4,6-6,5 dibawah tegakan jenis Rhizophora spp (Noor et al., 2006).
Hutan mangrove tanahnya selalu basah, mengandung garam, mempunyai sedikit oksigen dan kaya akan bahan organik. Bahan organik yang terdapat di dalam tanah, terutama berasal dari sisa tumbuhan yang diproduksi oleh mangrove sendiri. Serasah secara lambat akan diuraikan oleh mikroorgansme, seperti bakteri, jamur dan lainnya. Selain itu juga terjadi sedimen halus dan partikel kasar, seperti potongan batu dan koral, pecahan kulit kerang dan siput. Biasanya tanah mangrove kurang membentuk lumpur berlempung dan warnanya bervariasi dari abu-abu muda sampai hitam (Soeroyo, 1993).

Umumnya tanah yang ditumbuhi mangrove adalah tanah-tanah yang berstektur halus, mempunyai tingkat kematangan rendah, mempunyai kadar garam rendah alkalinitas tinggi, dan sering mengandung lapisan sulfat masam atau bahan sulfidik (cat clay). Kandungan liat atau debu umumnya tinggi, kecuali tanah-tanah atau pecahan batu karang. Lapisan gambut dengan kandungan garam tinggi kadang-kadang ditemukan pada tanah mangrove baik di daerah batu karang maupun di daerah endapan liat. Salinitas

Bagi kebanyakan pohon-pohon mangrove dan fauna penggali liang dalam tanah, salinitas air pasang mungkin kurang penting dibandingkan dengan salinitas air tanah. Salinitas air tanah umumnya lebih rendah dibandingkan dengan air pasang diatasnya, hal ini disebabkan karena terjadinya pengenceran oleh air tawar (hujan) yang merembes kedalam tanah. Bagi akar-akar pohon dan fauna penggali lubang, faktor terpenting bukan hanya kadar NaCl tetapi tekanan osmotik.
Salinitas bervariasi dari hari ke hari dan dari musim ke musim. Selama siang hari salinitas lebih tinggi dibandingkan pada musim hujan. Demikian pula pada musim pasang, salinitas akan turun dan cenderung untuk naik bila surut kembali. Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya.
Adaptasi terhadap salinitas umumnya berupa kelenjar ekskresi untuk membuang kelebihan garam dari dalam jaringan dan ultrafiltrasi untuk mencegah

masuknya garam ke dalam jaringan. Tumbuhan mangrove dapat mencegah lebih dari 90% masuknya garam dengan proses filtrasi pada akar. Garam yang terserap dengan cepat diekskresikan oleh kelenjar garam di daun atau disimpan dalam kulit kayu dan daun tua yang hampir gugur. Konsentrasi garam dalam cairan biasanya tinggi, sekitar 10% dari air laut. Sebagian garam dikeluarkan melalui kelenjar garam dan selanjutnya diuapkan angin atau hujan. Hal ini bisa dirasakan dengan mengecap daun tumbuhan mangrove atau bagian lainnya (Soeroyo, 1993). Potensi Triterpenoid pada Tanaman Mangrove
Keanekaragaman flora (biodiversity) berarti keanekaragaman senyawa kimia (chemodiversity) yang kemungkinan terkandung di dalamnya. Hal ini memacu dilakukannya penelitian dan penelusuran senyawa kimia terutama metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti teknik pemisahan, metode analisis, dan uji farmakologi. Senyawa hasil isolasi atau senyawa semi sintetik yang diperoleh dari tumbuhan sebagai obat atau bahan baku obat.Perkembangan penggunaan obat-obatan tradisional khususnya dari tumbuh-tumbuhan untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah cukup meluas (Nurindriyanti et al, 2012).
Mangrove secara biokimiawi merupakan tanaman yang unik karena kandungan metabolit sekunder yang beragam. Metabolit sekunder yang dapat terkandung pada tanaman mangrove adalah fraksi senyawa Non Saponifiable Lipid (NSL) yaitu triterpenoid, alkaloid, saponin, alkana, alkohol rantai panjang dan fitosterol (Basyuni, 2008; Agoramoorthy et al. 2008 dalam Bayu, 2009)

Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan keragaman struktur yang besar dalam produk alami yang diturunkan dari unit isoprena (C5) yang bergandengan dalam model kepala ke ekor (head-to-tail) (Nurindriyanti et al., 2012). Mangrove terkenal kaya sebagai sumber senyawa triterpenoid dan fitosterol (isoprenoid) (Koch et al, 2003; Basyuni et al, 2007a). Salah satu kemampuan mencolok spesies mangrove adalah tumbuh dalam berbagai tingkat salinitas mulai dari air tawar sampai ke tingkat di atas air laut. Beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa cekaman garam menginduksi perubahan konsentrasi triterpenoid di mangrove jenis non-sekresi (Oku et al., 2003; Basyuni et al., 2007b, 2009). Tambahan lagi, senyawa-senyawa tersebut berfungsi sebagai chemical defense bagi dirinya (Williams, 1999).
Mekanisme toleransi tanaman terhadap cekaman garam Pohon-pohon mangrove memiliki mekanisme toleransi garam yang
beragam. Dari penelitian sebelumnya menunjukan adanya pengaruh cekaman garam yang meningkatkan konsentrasi triterpenoid di akar dan daun tanaman mangrove serta berkontribusi terhadap toleransi garam di hutan mangrove (Oku et al., 2003; Basyuni et al., 2007a, 2009).
Dalam kondisi cekaman garam, tanaman dapat mengubah tingkat metabolit sekunder seperti triterpenoid atau senyawa fenolik untuk meningkatkan sistem pertahanan mereka terhadap stres oksidatif (Kim et al, 2008). Membran plasma telah memainkan peran penting dalam toleransi tanaman untuk cekaman garam. Komposisi lipid membran mengontrol membran permeabilitas (Mansour et al., 1994; Kim et al, 2008).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel dan ekstraksi
Sampel daun dan akar A. alba diambil dari pohon dewasa di Desa Pulau Kampai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 14 April 2012. Ekstraksi lipid dan Analisis NSL (Non Saponifiable Lipids) dilakukan pada tanggal 25 Juni 2012 di Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Kondisi umum lokasi pengambilan sampel
Pulau Kampai merupakan nama desa yang berada di gugusan pulau- pulau di kabupaten Langkat. Desa P. Kampai berdekatan dengan Selat Malaka dan merupakan salah satu desa tujuan wisata utama Kabupaten Langkat. Desa Pulau Kampai secara administrasi terletak di Kecamatan Pangakalan Susu, Kabupaten Langkat. Desa ini dapat ditempuh dengan menggunakan roda empat hingga pelabuhan penyeberangan Pangkalan Susu yang terletak sekitar 90 km dari ibu kota Medan. Jarak Desa P. Kampai dengan ibu kota Kecamatan Pangkalan Susu sejauh 6 km, dan hanya bisa di tempuh dengan menggunakan kapal boat/ kapal kecil dengan menggunakan waktu tempuh selama setengah jam ( Risnasari, et al, 2008).
Hutan mangrove yang masih tersisa di desa P. Kampai termasuk dalam hutan sekunder. Hutan yang masih tersisa tersebut tidak termasuk di kawasan hutan negara, melaikan lahan milik masyarakat. Namun sebagian masyarakat memelihara tegakan mangrove, khususnya yang terletak pada areal kawasan lindung seperti kanan kiri sungai dan tepi pantai. Tetapi apabila dilihat lebih

kedalam hutan, maka akan terlihat kondisi hutan yang sudah rusak. Kerusakan hutan mangrove ini disebabkan karena usaha masyarakat berupa tambak udang (Risnasari et al, 2008).

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel penelitian di Desa Pulau Kampai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Alat dan Bahan Penelitian Pengambilan sampel penelitian
Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah kamera, cutter, hand refractometer S/Mill-E (Atago Co. Ltd, Tokyo, Jepang) untuk mengukur konsentrasi garam terlarut dalam air (‰) dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dan akar A. alba pada tingkat pohon yang sehat dan segar, plastik sampel, amplop coklat, dan label nama.

Ekstraksi dan analisis Bahan yang digunakan dalam ekstraksi dan analisis pada penelitian ini
adalah daun dan akar dari pohon mangrove jenis sekresi A. alba yang berasal dari mangrove Sumatera Utara. Sedangkan bahan kimia dan bahan lainnya yang digunakan adalah nitrogen cair untuk mengeringkan sampel dalam jumlah yang banyak, kloroform untuk menyimpan hasil ekstraksi, methanol untuk memisahkan air dan ekstraksi yang tersimpan di dalam kloroform, hexane sebagai solvent non polar, KOH, ethanol, cholesterol sebagai standart internal, aluminium foil, dan kertas tisu.
Alat-alat yang digunakan dalam ekstraksi dan analisis penelitian ini adalah tabung reaksi untuk tempat ekstrak daun dan akar pohon mangrove, rak kultur untuk tempat peletakan tabung reaksi yang digunakan dalam pengekstrakan, Gas Chromatograph Mass Spectrometry (GC-MS, Shimidzu) untuk mengidentifikasi struktur kimia dari isoprenoid khusunya triterpenoid dan fitosterol, Eyela Evaporator, waterbath, kertas filtrasi No. 2 (Advantec, Tokyo, Jepang) untuk menyaring lipid ekstrak di dalam chloroform. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
Survey lapangan

Pengambilan sampel

Isolasi senyawa isoprenoid

Gambar 2. Alur prosedur penelitian

Analisis sampel Analisis data

Survey lapangan Survey lapangan dilakukan sebelum pengambilan sampel penelitian

bertujuan untuk meninjau kondisi di lapangan. Melihat ketersediaan sampel di lapangan. Pengambilan sampel
Sampel daun dan akar A. alba diambil dari pohon dewasa dengan menyeleksi pohon yang akan menjadi sumber sampel dengan kriteria secara fisik tidak berpenyakit dan juga tidak terserang hama. Kemudian diambil daun dan akar mangrove A. alba yang masih segar dan sehat dengan tingkat umur daun dan akar tidak terlalu tua. Selanjutnya, sampel daun dan akar mangrove yang telah dipilih dibersihkan dengan air bersih kemudian dimasukkan ke plastik sampel. Sampel daun dan akar yang telah dimasukan ke dalam plastik sampel diberi label nama sesuai bagian tanaman yang berada di dalamnya untuk memudahkan peneliti mengambil sampel yang ditandai untuk proses penelitian. Sampel daun dan akar yang telah dikoleksi dari lapangan dimasukkan ke dalam lemari es (freezer) agar sampel tetap segar dan awet. Ekstraksi lipid dan Analisis Non Saponifiable Lipids (NSL)
Sampel penelitian yang telah dikoleksi dari lapangan selanjutnya dianalisis senyawa triterpenoid dan fitosterol dengan prosedurnya; diambil 5-6 lembar daun dan 5-10 g akar mangrove kemudian digerus dengan menggunakan pisau silet dan direndam dalam nitrogen cair. Kemudian, gerusan akar dan daun diekstrak dengan menggunakan chloroform-methanol (CM21) dengan perbandingan 10 ml chloroform dan 20 ml methanol. Dinding sel yang berisi kotoran yang tidak larut dalam CM21 disaring dengan kertas saring no.2 dan yang tersisa adalah lipid

ekstrak di dalam chloroform. Chloroform yang tersisa diekstrak menjadi lipid. Ekstrak lipid disafonifikasi menjadi triterpenoid dan fitosterol dimana proses disafonifikasi yaitu ekstrak lipid di dalam chloroform (guna untuk mengetahui berat total lipid) dikeringkan dan ditambahkan 2 ml KOH dan Ethanol dengan perbandingan 20 % KOH dan 50 % Ethanol. Lalu, direflux selama 10 menit dengan tekanan 90 0C dan ditambahkan hexane sebanyak 2 ml dan di vortex. Lapisan hexane, dipindahkan untuk mengetahui berat tabung reaksi, konsentrasinya dikeringkan dengan N2, dikeringkan dibawah vakum selama 10 menit dan ditimbang beratnya. Ditambahkan 2 mL CM21, dengan konsentrasi 1 mg /mL. Ekstrak lipid dianalisis dengan menggunakan GC MS. Secara sederhanaya dapat dilihat pada gambar 3.

5-6 lembar daun atau 5-10gr akar digerus dengan nitrogen cair

Diekstrak dengan chloroform-metanol (CM21)

Dinding sel yang berisi kotoran yang tidak larut dalam CM21 disaring dan yang tersisa chloroform
Menjadi ekstrak lipid

Dianalisis di GC-MS

Dikeringkan dan dilarutkan hexane

Disaponifikasi menjadi triterpenoid dan

Gambar 3. Prosedur isolasi senyawa Isoprenoid (Basyuni et al., 2007a)

Lipid ekstrak di dalam chloroform (yang telah diketahui berat total lipidnya) dikeringkan kemudian ditambahkan 2ml KOH 20 % dalam Ethanol 50% di refluxed selama 10 menit dengan suhu 90 ºC, ditambahkan 2 ml Hexane (NSL) kemudian diaduk. Lapisan Hexane dipindahkan ke dalam tube yang telah diketahui beratnya, kemudian cairan di keringkan dengan nitrogen stream, kemudian dikeringkan di bawah vakum selama 10 menit, selanjutnya ditimbang berat NSL(mg). Secara langsung dapat diketahui kandungan NSL/tisue (mg/g tisue) atau kandungan NSL/total lipid (mg/mg total lipid) (Basyuni et al., 2007).
Metode GC MS Analisis sampel dengan menggunakan GC MS bertujuan untuk
mengidentifikasi struktur kimia dari isoprenoid khususnya triterpenoid dan fitosterol . GC MS memiliki suhu colomnya 300 0C, suhu injeksinya 300 0C, dan kecepatan dalam menganalisis sampel 0.65 ml/min. Gas yang digunakan yaitu helium. Ukuran panjang kolom 30 m, diameter 0.25 mm.
Sebelum dilakukannya analisis sampel, GC MS yang baru di nyalakan tidak boleh langsung digunakan, harus di tunggu selama satu jam untuk menstabilkan semua rangkaian peralatannya, begitu juga setelah melakukan analisis sampel GC MS jangan langsung dimatikan lakukan dahulu pencucian dengan mendownlod file metode conditioning hingga baseline telah cukup lurus ,kemudian dilakukan pendinginan sebelum mematikan sistem dengan mendownlod file metode cooling hingga muncul status reading kemudian tunggu selama satu jam tidak bekerja (running) dan terakhir menutup semua menu utama pada computer dan menutup semua aliran gas, membuang sisa air dan talang

composer udara melalui drainase, kemudian matikan semua aliran listriknya. Hal ini sangat perlu dilakukan dalam perawatan GC MS.
Analisa Data Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif terhadap total lipid
baik di daun maupun akar mangrove jenis A.alba.menggunakan program micosoft excel.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Non Saponifiable Lipid (NSL) (%) dari Daun pada Tingkat Pohon Mangrove Jenis Sekresi Avicennia alba
Hasil analisis komposisi dan kandungan Non Saponifiable Lipids (NSL) dari daun pada tingkat pohon mangrove jenis sekresi A. alba menggunakan GCMS menunjukan komposisi NSL yang terdiri dari fitosterol, triterpenoid, dan senyawa lain. Fitosterol yang terdiri dari campesterol, stigmasterol, dan cholesterol sedangkan komposisi triterpenoid terdiri dari β-amyrin, lupeol, αamyrin dan senyawa lain yang juga ditemukan adalah senyawa phytol dan squalene.
Kandungan terbesar dari NSL pada daun A. alba terdapat pada senyawa phytol dengan nilai 71,4 % sedangkan kandungan terkecil dari NSL pada daun A. alba terdapat pada fraksi fitosterol dalam senyawa stigmasterol dengan nilai 2,0%. Kandungan tertinggi dari NSL fitosterol didapat dari senyawa campesterol dengan nilai 4,0 % sedangkan untuk NSL triterpenoid tertinggi didapat dari senyawa αamyrin dengan nilai 6,3%. Hasil ini menunjukan bahwa triterpenoid memainkan peranan lebih dominan dibandingkan fitosterol di dalam daun pada tingkat pohon mangrove jenis A. alba dengan total kandungan tritepenoid sebesar 14,10 % dibandingkan dengan total kandungan fitosterol sebesar 9,3 %. Komposisi dari fitosterol dan triterpenoid yang diidentifikasi dalam daun pada tingkat pohon mangrove jenis A. alba disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Non Saponifiable Lipid (NSL)(%) dari daun dan akar pada pohon mangrove jenis sekresi Avicennia alba

NSL Phytosterol
Triterpenoid Senyawa lain

Komposisi
Campesterol Stigmasterol β-sitosterol Cholesterol β-amyrin Germanicol Betulin Lupeol α-amyrin Phytol Squalene

Kandungan di daun (%) 4 2 ─ 3,3 2,1 ─ ─ 5,7 6,3 71,4 5,2

Kandungan di akar (%) 8,3 5,2 27,8 ─ 6,8 6,9 10,1 22,5 ─ ─ 2,5

Komposisi Non Saponifiable Lipid (NSL) (%) dari Akar pada Tingkat Pohon Mangrove Jenis Sekresi Avicennia alba

Tabel 1 juga menunjukan hasil analisis komposisi dan kandungan NSL dari akar pada tingkat pohon mangrove jenis sekresi A. alba menggunakan GCMS menunjukan adanya 3 fraksi besar senyawa kimia di dalamnya yaitu fitosterol, triterpenoid, dan senyawa lain. Fitosterol dan triterpenoid juga memainkan peranan penting di dalam akar pada pohon mangrove jenis A.alba. Komposisi fitosterol di dalam akar terdiri dari campesterol, stigmasterol, dan βsitosterol sedangkan komposisi triterpenoid terdiri dari β-amyrin, germanicol, betulin, dan lupeol. Senyawa lain yang juga ditemukan di akar adalah senyawa squalene.

Hasil analisis komposisi NSL di akar mangrove jenis A. alba menunjukan komposisi dan total kandungan triterpenoid lebih tinggi dibandingkan dengan komposisi dan kandungan fitosterol. Berdasarkan komposisi, kandungan senyawa kimia terbesar dari NSL pada akar A. alba terdapat pada fraksi fitosterol dalam

senyawa β-sitosterol dengan nilai 27,8 % sedangkan kandungan terkecil dari NSL pada akar A. alba terdapat pada senyawa squalene dengan nilai 2,5 %. Kandungan tertinggi dari NSL fitosterol didapat dari senyawa β-sitosterol dengan nilai 27,8 % sedangkan untuk kandungan NSL triterpenoid tertinggi didapat dari senyawa lupeol dengan nilai 22,5 %. Walaupun kandungan terbesar dari NSL pada akar A. alba terdapat pada komposisi fitosterol dalam senyawa β-sitosterol dengan nilai 27,8 % tetapi secara total kandungan NSL(%) dari fraksi triterpenoid lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi fitosterol, terlihat dari total kandungan NSL (%) triterpenoid di akar A. alba sebanyak 46,3 % sedangkan total kandungan NSL (%) fitosterol sebesar 41,9 %. Hasil analisis komposisi NSL juga menunjukan bahwa komposisi triterpenoid lebih besar dibandingkan dengan komposisi fitosterol di akar A. alba (Tabel 1). Hal ini menunjukan bahwa fraksi triterpenoid juga memainkan peranan lebih dominan dibandingkan fitosterol di dalam akar pada tingkat pohon mangrove jenis A. alba.
Hasil analisis komposisi NSL dari daun dan akar pada mangrove jenis sekresi A. alba tingkat pohon memperlihatkan bahwa keberadaan senyawa triterpenoid di dalam daun dan akar pada mangrove jenis sekresi A. alba lebih dominan dibandingkan senyawa fitosterol. Dilihat dari total NSL (%) triterpenoid yang lebih besar dibandingkan fitosterol di daun dan akar pada mangrove jenis A. alba tingkat pohon. Hasil analisis komposisi NSL dari daun dan akar pada pohon mangrove jenis sekresi A. alba menunjukan kemiripan hasil pada penelitian sebelumnya yang menunjukan keberadaan senyawa triterpenoid pada mangrove jenis Avicennia marina di mangrove Okinawan, Jepang lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa fitosterol di akar dan di daun jenis tersebut (Basyuni et al, 2007).

Hasil analisis komposisi NSL menunjukan adanya beberapa senyawa kimia yang memiliki kandungan yang besar di daun dan akar mangrove A. alba pada tingkat pohon. Salah satu senyawa yang memiliki kandungan terbesar di daun A. alba adalah senyawa phytol dengan nilai 71,4 % dari total NSL. Berdasarkan penelitian sebelumnya, senyawa phytol juga hadir di dalam fraksi NSL dari spesies Bruguiera gymnoriza, Rhizophora stylosa, Kandelia candel, Lumnitzera racemosa, Avicennia marima, Pemphis acidula, dan Sonneratia alba (Basyuni et al, 2007) Senyawa phytol merupakan turunan dari klorofil. Penelitian sebelumnya juga menunjukan bahwa senyawa phytol berperan dalam menurunkan efek hipotensif (efek menurunkan tekanan darah) pada hewan uji kucing yang diasumsikan tekanan darahnya sama dengan tekanan darah manusia (Hernani et al, 2009). Senyawa lain yang juga memiliki kandungan yang besar pada akar A. alba adalah senyawa β-sitosterol dengan jumlah kandungan 27,8 % dari total NSL. β-sitosterol adalah salah satu dari beberapa turunan senyawa fitosterol (sterol) dengan struktur kimia yang mirip dengan kolesterol. Pada penelitian sebelumnya menunjukan bahwa senyawa β-sitosterol berpengaruh pada penurunan kadar kolesterol dalam darah (Utariningsih et al, 2007). Struktur βsitosterol sangat mirip dengan senyawa kolesterol.
Senyawa-senyawa kimia bahan alam/ fitokimia mempunyai efek potensial untuk promosi kesehatan karena adanya campuran komplek senyawa biokimia (Dillard dan German, 2000 dalam Hernani et al, 2009).
Pengembangan senyawa kimia metabolit sekunder sebagai bahan baku obat-obatan masih sedikit dilakukan. Hasil ini menunjukan bahwa daun dan akar mangrove A. alba alba memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku

obat-obatan. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lanjutan untuk melihat potensi daun dan akar pada mangrove jenis sekresi A. alba sebagai bahan baku obatobatan.
Total lipid dan Non Saponifiable Lipid (NSL) pada Daun dan Akar dari Mangrove Jenis Avicennia alba pada Tingkat Pohon
Tabel 2 menunjukkan hasil analisis total lipid dan konten NSL daun dan akar mangrove jenis sekresi A. alba pada tingkat pohon. Hasil analisis data menunjukan total lipid di daun lebih besar dibandingkan dengan total lipid di akar yaitu daun 21,00 mg dan akar 11,70 mg. Hasil total lipid didapat dari penjumlahan berat kering sampel dikurang berat tabung dan dirubah satuannya menjadi miligram. Sedangkan berdasarkan penjumlahan lipid ekstrak dibagi berat basah sample didapat besar total lipid/tissue pada daun dan akar A. alba. Hasil total lipid/tissue pada daun menunjukan nilai 5,18 mg/g dan pada akar sebesar 2,78 mg/g. Hasil analisis total lipid/tissue pada daun A. alba tingkat pohon menunjukan kemiripan hasil dari penelitian sebelumnya yang menyatakan total lipid/tissue pada Avicennia marina di hutan mangrove Okinawan, Jepang sebesar 5,47 mg/g (Basyuni et al, 2007).
Hasil NSL/Total lipid di daun pada tingkat pohon mangrove jenis A. alba menunjukan perbandingan yang sama dengan hasil NSL/Total lipid di akar pada tingkat pohon mangrove jenis A. alba dengan nilai 0,05 mg/mg. Hasil NSL/total lipid didapat dari penjumlahan NSL dibagi ekstrak lipid. Sedangkan hasil NSL/tissue didapat dari penjumlahan NSL dibagi berat basah sample menunjukan hasil yang berbeda di daun dan akar pada mangrove jenis A. alba tingkat pohon

yaitu NSL/tissue pada daun (0,27 mg/g) lebih tinggi dibandingkan NSL/tissue

pada akar (0,14 mg/g).

Tabel 2. Total lipid dan kandungan NSL pada daun dan akar dari mangrove jenis Avicennia alba tingkat pohon

Jaringan

Berat sample
(g)

Total lipid (mg)

Total

NSL lipid/jaringan NSL/jaringan

(mg) (mg/g)

(mg/g)

NSL/total lipid
(mg/mg)

Daun 4,0523 21,00 1,10

5,18

0,27 0,05

Akar 4,2140 11,70 0,60

2,78

0,14 0,05

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kandungan total lipid pada tingkat pohon mangrove jenis Avicennia alba lebih besar di daun dibandingkan di akar yaitu daun 5,18mg dan akar 2,78mg.
2. Kandungan NSL pada tingkat pohon mangrove jenis Avicennia alba lebih besar di daun dibandingkan di akar yaitu pada daun 1,10 mg dan akar 0,60mg.
3. Kandungan NSL dari fraksi triterpenoid memainkan peranan lebih dominan dibandingkan fitosterol di dalam daun dan akar pada mangrove jenis sekresi Avicennia alba pada tingkat pohon.
4. Total lipid/tissue pada daun A. alba tingkat pohon menunjukan kemiripan hasil dari penelitian sebelumnya pada Avicennia marina di hutan mangrove Okinawa, Jepang.
5. Kandungan senyawa tertinggi dari NSL pada daun A. alba didapat pada senyawa phytol dengan jumlah kandungan 71,4% dari NSL.
Saran Diperlukan penelitian lanjutan untuk melihat kandungan lipid pada semai
mangrove jenis A. alba dan struktur kimia dari NSL fitosterol dan triterpenoid pada mangrove jenis A. alba tingkat pohon. Pengembangan tanaman A. alba sebagai tanaman bahan obat-obatan perlu dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Agoramoorthy G., F. Chen, V. Venkatesalu, D. H. Kuo and P.C. Shea. 2008. Evaluation of antioxidant polyphenols f

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Senyawa Isoprenoid Sebagai Produk Alami Pada Spesies Mangrove Sejati Minor Non – Sekresi Jenis Excoecaria agallocha L. Di Hutan Mangrove Sumatera Utara.

0 71 43

Karakterisasi Senyawa Isoprenoid Sebagai Produk Alami Pada Spesies Mangrove Sejati Minor Non – Sekresi Jenis Excoecaria agallocha L. Di Hutan Mangrove Sumatera Utara

0 42 44

Respon Pertumbuhan dan Biomassa Semai Bakau Minyak (Rhizopora apiculata BI) Terhadap Salinitas dan Kandungan Lipidnya pada Tingkat Pohon

0 32 75

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Dan Biomassa Semai Non-Sekresi Ceriops tagal Dan Kandungan Lipid Pada Tingkat Pohon

0 43 68

Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove

0 48 58

Studi Kandungan Nitrogen dan Posfor pada Daun Pohon Mangrove Jenis Avicennia marina dan Rhizophora mucronata pada Zona Salinitas yang Berbeda

0 11 62

Perbedaan Kandungan Senyawa Resin Gaharu (Aquilaria malaccensis) Hasil Inokulasi pada Tingkat Semai dan Pohon

1 18 36

Karakterisasi Senyawa Isoprenoid Pada Mangrove Jenis Sekresi (Avicennia Alba Bl.) Dan Kandungan Lipidnya Pada Tingkat Pohon

0 0 9

Karakterisasi Senyawa Isoprenoid Sebagai Produk Alami Pada Spesies Mangrove Sejati Minor Non – Sekresi Jenis Excoecaria agallocha L. Di Hutan Mangrove Sumatera Utara.

0 0 11

Karakterisasi Senyawa Isoprenoid Sebagai Produk Alami Pada Spesies Mangrove Sejati Minor Non – Sekresi Jenis Excoecaria agallocha L. Di Hutan Mangrove Sumatera Utara

0 0 18