Aktualisasi diri perempuan menikah melalui bidang-bidang kehidupan di wilayah domestik

26  Peluang untuk tumbuh Growth opportunities  Melalui pelatihan-pelatihan, kursus dan juga melanjutkan jenjang pendidikannya. Hal ini memberikan kesempatan kepada perempuan menikah untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan rencana kariernya. Zainal, 2014  Pengasuhan Anak Childrearing  Perawatan anak basic care, kehadiran atau keterlibatan dalam aktifitas anak accesibility, kendali control, bimbingan guidance, dukungan emosional dan perhatian emotional support , perlindungan dan rasa aman protection, dan pengharapan terhadap anak ekspectation Etikawati, 2014  Kehidupan Sosial  Mengorganisasi kehidupan sosial Gray, 2000  Menjaga relasi Gray, 2000  Manajemen Operasional dan Keuangan Rumah Tangga  Mengelola keuangan Gatz et al. dalam Lemme, 1999  Keputusan tentang perawatan dan mengatur penyedia layanan formal, seperti perawat dan pembantu untuk datang ke rumah. Gatz et al. dalam Lemme, 1999  Membayar tagihan Latshaw, 2015  Bantuan keuangan langsung Gatz et al. dalam Lemme, 1999 27

C. Pandangan Positif dan Negatif terhadap Karier Domestik

Ada sebagian masyarakat modern, termasuk wanita karier yang cenderung menganggap karier di wilayah domestik secara negatif. Pandangan negatif ini menurut aliran konservatif Robertson, 2000 Schaffly dalam Brescoll Uhlman, 2005 dipengaruhi oleh adanya gerakan kesetaraan feminis. Hal tersebut disebabkan karena gerakan kesetaraan feminis, khususnya feminis liberal, yang menganggap bahwa subordinasi kaum perempuan berakar pada kendala legal seperti mengucilkan atau menghalangi keterlibatan penuh dan setara kaum perempuan dalam ajang publik Sumiyatiningsih, 2016. Hal ini terungkap misalnya oleh beberapa feminis gelombang kedua sekitar tahun 1960-an sampai dengan 1970-an seperti Betty Friedan yang mengklaim bahwa domestisitas membuat para perempuan menikah yang berkarier di wilayah domestik menjadi ‘sakit’. Selanjutnya ketika perempuan melihat diri mereka sebagai istri dan ibu, mereka kehilangan identitas diri mereka. Dengan alasan inilah Friedan percaya bahwa solusi yang paling baik adalah perempuan menolak keterlibatannya di karier domestiknya dan memahami bahwa domestisitas tidak akan mengisi rasa pemenuhannya sehingga ia menyarankan perempuan untuk mengenyam pendidikan yang tinggi, mempunyai pekerjaan yang digaji, dan mencari tempat di wilayah publik Friedan, 1973. Senada dengan Friedan, Ann Oakley percaya bahwa peran sebagai istri bertentangan dengan identitas yang nyata dan berlawanan pada kesempatan seseorang untuk mengaktualisasikan diri. Ia juga memandang bahwa orang yang merasakan adanya kreativitas dalam pekerjaan rumah tangga sedang mengalami kesalahpahaman Hollows, 2008. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 Walaupun ada pandangan yang menganggap karier domestik secara negatif, salah seorang feminis Marxis, Margaret Benston mengatakan bahwa memberikan ruang publik bagi perempuan tanpa diimbangi sosialisasi yang baik terhadap karier di wilayah domestik seperti memasak, membersihkan dan mengasuh anak, berarti menjadikan kondisi opresinya menjadi lebih buruk. Menurutnya, begitu setiap orang menyadari betapa sulitnya pekerjaan rumah tangga, masyarakat tidak akan lagi mempunyai dasar bagi opresi terhadap perempuan sebagai orang-orang yang tidak berguna atau lebih rendah sehingga dibutuhkan sosialisasi atau kesetaraan pada pekerjaan rumah tangga Tong, 2011. Hal ini didukung dengan pandangan feminis domestik yang berargumen bahwa perempuan secara natural lebih cocok untuk kehidupan domestik dan diberi penghargaan yang tinggi. Hasilnya, feminis domestik mengklaim, perempuan harus diberikan hak untuk menyelesaikan masalah yang berada di publik karena keterlibatannya di domestik membuat mereka lebih superior dari laki-laki Hayden, 1982; Matthews 1987 dalam Hollows 2008. Pandangan positif ini juga dapat dilihat misalnya pada masyarakat Jawa yang menekankan kelemahlembutan dan kehalusan sehingga karier domestik yang identik dengan kekuatan feminin menemukan ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa. Selain itu, sosok ibu atau perempuan menikah, secara spesifik dalam kultur Jawa memiliki posisi sangat penting sekaligus dipandang sebagai pusat rumah yang selalu dipercaya yang tidak dimiliki sosok bapak yang menjadi simbol publik Handayani Novianto, 2004. Di samping adanya pandangan positif dan negatif dalam karier domestik, ahli psikoanalisis setelah Freud, Jung dalam Sadli, 2009 mengkategorikan prinsip 29 maskulin logos berciri kompetensi, logika berpikir, kuasa, dan prestasi terukur yang berorientasi pada prestasi achievement dan prinsip feminim eros yang dicirikan dengan keterikatan reatedness, kepekaan receptivity, cinta kasih, mengasuh berbagai potensi hidup yang mempunyai orientasi ‘communal’ atau memelihara hubungan. Artinya ketika perempuan menikah memilih karier di wilayah publik, maka ia menggunakan peran maskulin. Sebaliknya, ketika perempuan menikah memilih karier di wilayah domestik, maka ia menggunakan peran feminim. Dalam dunia psikologi, peran maskulin dan peran feminim tersebut lebih sering disebut sebagai stereotip gender yaitu gambaran tentang ciri sifat maupun peran laki-laki dan wanita Handayani Novianto, 2004. Oleh karena itu, adanya anggapan bahwa perempuan menikah yang berkarier di wilayah domestik dapat menghambat seseorang untuk berkembang dan memiliki nilai yang lebih rendah daripada perempuan yang berkarier di wilayah publik dapat dipertanyakan kembali. Sadli 2009 juga mengatakan bahwa menjadi kurang relevan untuk mempertentangkan karier publik dan karier domestik karena keduanya adalah pilihan yang setara dan sama-sama memerlukan tanggung jawab. 30

D. Kerangka Konseptual

Menurut Maslow, aktualisasi diri adalah sebuah kebutuhan untuk pemenuhan diri. Lebih lanjut, pada jaman sekarang wilayah aktualisasi diri bagi perempuan menikah dibagi menjadi dua wilayah karier yaitu wilayah publik dan wilayah domestik. Di wilayah publik, karier diidentikkan dengan prestasi kerja, jaringan kerja, dan potensi untuk mengembangkan diri untuk tumbuh melalui pendidikan dan pelatihan. Sedangkan di wilayah domestik yang identik dengan karier domestik yaitu sebagai ibu rumah tangga dihadapkan dengan pekerjaan rumah tangga, perawatan keluarga, pengasuhan anak, manajemen operasional dan keuangan. Di zaman dahulu, ketika perempuan menikah, perempuan diidentikkan dengan ibu rumah tangga tradisional, dengan kata lain, perempuan mempunyai tugas untuk menjalankan karier di wilayah domestik. Akan tetapi, adanya gerakan kesetaraan perempuan feminis membuat adanya miskonsepsi wilayah domestik tidak memberikan ruang perempuan menikah untuk mengaktualisasikan diri, padahal menurut Maslow, peluang untuk mengaktualisasikan diri dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun asalkan seseorang dapat menghayati kariernya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti mempunyai perkiraan bahwa wilayah domestik tidak akan menghambat seseorang untuk mengaktualisasikan diri. Selain itu, peneliti juga memperkirakan bahwa peluang aktualisasi diri bagi perempuan menikah yang berkarier di wilayah domestik juga akan semakin luas karena pada zaman sekarang dikotomi wilayah domestik dan publik yang semakin kabur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 Perempuan Menikah Melalui Wilayah Pemenuhan Diri Self- Fulfillment Domestik Pekerjaan Rumah Tangga Household Chores - Perawatan Keluarga Family Day Care - Pengasuhan anak Childrearing - Manajemen Keuangan dan Operasional Rumah Tangga Publik Aktualisasi Diri \ Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI