132
FSCBIBTBOEPOFTJBEFOHBOGFLUJGVOUVL,FMBT91SPHSBNBIBTB
Dalam pembelajaran ini, Anda akan belajar memahami unsur tema, bahasa, latar, penokohan, alur, serta nilai moral dalam
cerpen. Sebagai contoh, perhatikanlah penjelasan berikut
1. Pembahasan Cerpen Pada Suatu Hari Minggu Karya Seno Gumira Ajidarma
Dalam cerpen Pada Suatu Hari Minggu pengarang menggu- nakan bahasa yang khas daripada bahasa cerpen yang kita kenali
selama ini. Berulang-ulang pengarang menghadirkan letupan emosi para tokohnya. Coba kita lihat kembali petikan: Yeah.
Aku memang bukan Harry Roesli, aku cuma seorang pegawai. Pengarang sengaja menghadirkan watak tokoh suami ini tidak
hanya kelakuannya saja. Pengarang memberi tekanan karakter juga pada ucapannya. Selain itu, munculnya diksi-diksi: tukang
ngolor, tukang sogok, tukang koneksi, tukang kolusi, semakin menegaskan bahwa pengarang sedang melakukan kritik terhadap
masyarakat sosialnya.
Dari awal penceritaan sampai cerita berakhir, cerpen ini tidak menyebutkan tempat yang pasti. Akan tetapi, kita bisa meng-
identiikasinya pada kehidupan sosial masyarakat cerita. Dalam cerpen ini, tersebutkan bahwa tokoh suami seorang pegawai:
... aku cuma seorang pegawai. Dengan kata lain, Cerita terjadi di daerah transisi antara kota dan desa. Sementara itu, waktu
terjadinya cerita, yaitu waktu pagi dan sore pada hari Minggu.
Selanjutnya, dengan meninjau perwatakan dalam cerpen ini, para tokohnya pun kita kenali. Dengan hanya terdiri atas
dua orang, para tokoh ini dapat teridentiikasi melalui dialog- dialognya. Tokoh suami digambarkan sebagai seorang yang
kritis, suka berpikir, dan pekerja keras: Kenapa aku harus berpikir? Bukankah ini hari Minggu? Akan tetapi, kebiasaan
tokoh suami ini, sungguh tidak mengenal ruang. Meski berkali- kali diingatkan istrinya, tokoh suami masih saja berpikir tentang
nasib dan pekerjaannya di hari Minggu sekali pun. Sebaliknya, tokoh istri, dalam cerpen ini memiliki watak sebagai pembanding
emosi tokoh suami. Tokoh istri kerap melontarkan penyadaran emosi suaminya: Namanya juga hari Minggu, santai-santailah,
tidur-tidurlah, jangan pikirkan apa-apa. Kalau tidak, untuk apa ada hari Minggu?.
Pada sisi lain, seluruh penceritaan cerpen itu berada dalam alur yang sederhana. Di awal cerita tersebutkan tokoh suami dan
istri bercakap-cakap tentang makna hari Minggu. Kemu dian, tokoh suami mencoba mengingatkan profesinya sebagai akuntan.
Sebentar saja, tokoh suami kembali lagi berpikir pada waktu sekarang. Ia lagi-lagi berpikir tentang hari esoknya bayangan.
Kegiatan membaca cerpen di QFSQVTUBLBBOTFLPMBI
Sumber
.BKBMBI Tempo, +VOJ3
Gambar 7.2
Di unduh dari : Bukupaket.com
133
Apresiasi Sastra
Selebihnya, cerita mengalir dalam waktu kekinian. Dengan demikian, pengarang dalam cerpen ini menggunakan alur maju
dan alur mundur. Kehadiran alur mundur kilas balik, kenangan dan alur maju waktu kini dan bayangan hari esok semakin
melekatkan cerpen ini pada tema yang sedang di bahasnya.
2. Pembahasan Cerpen Kisruh karya Nam Chonghyon