Pemberdayaan aparatur Keluarahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi

(1)

SURAT KETERANGAN

PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF

Bahwa yang bertandatangan dibawah ini, peneliti dan pihak instansi pemerintahan tempat

penelitian, bersedia :

“Bahwa hasil penelitian dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk

kepentingan riset dan pendidikan”.

Bandung, 29 Agustus 2013

Penulis,

Rizki Kripsiyadi

NIM. 41709002

Mengetahui,

Pembimbing

Tatik Fidowaty, S.IP.,M.Si.

NIP. 4127.35.31.009

Catatan

Kecuali Bab III dan IV Data Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi tidak

untuk di onlinekan, dengan alasan merupakan data yang sangat rahasia terkait data Aparatur

Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.


(2)

(3)

(4)

123

RIWAYAT HIDUP

1.

Identitas Diri

Nama Lengkap

: Rizki Kripsiyadi

Tempat, Tanggal Lahir

: Bandung, 28 Juni 1991

Nomor Induk Mahasiswa

: 41709002

Status Perkawinan

: Tidak Kawin

Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Kewarganegaraan

: Indonesia

Alamat Lengkap

: Komplek Pemda Blok F No 66 RT 06

RW 14 Kel. Padasuka Kec. Cimahi

Tengah Kota Cimahi

Nama Ayah

: Drs. Dedi Maryadi (Alm)

Pekerjaan Ayah

: Pegawai Negeri Sipil ( PNS )

Nama Ibu

: Yayah Rostika, S.Pd

Pekerjaan Ibu

: Pegawai Negeri Sipil ( PNS )

Alamat Lengkap Orang Tua

: Komplek Pemda Blok F No 66 RT 06

RW 14 Kel. Padasuka Kec. Cimahi

Tengah Kota Cimahi


(5)

124

2.

Pendidikan Formal

No

Tahun

Uraian

Keterangan

1.

2009 - 2013 ProgramStudiIlmuPemerintahan ,

FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitikUniversitas

KomputerIndonesia, Bandung

2.

2006 – 2009

SMAN 3 Cimahi

Berijazah

3.

2003 – 2006

SMPN 6 Cimahi

Berijazah

4.

1997 – 2003

SDN Kebon Manggu Cimahi

Berijazah

3.

Pelatihan dan Seminar

No

Tahun

Uraian

Keterangan

1.

2013

Mengikuti Pelatihan membuat Toko

Online (Hardware) Dalam Rangka

Pemecahan Rekor Muri Dengan

Peserta Terbanyak

Bersertifikat

2.

2011

Mengikuti Table Manner Course di

Maja House

Bersertifikat

3.

2011

Mengikuti Diskusi Politik

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan

UNIKOM 2011

Bersertifikat

4.

2010

Mengikuti Ceramah Umum Dengan

Tema “Peningkatan Pelayanan

Publik Melalui Pemanfaatan

Aplikasi ICT”


(6)

125

4.

Pengalaman Berorganisasi

No

Tahun

Uraian

Keterangan

1.

2011

Anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu

Pemerintahan UNIKOM

-

2.

2011

Ticketing Staff Viking Persib Club

Distrik Cimahi

-

5.

Pengalaman Kegiatan

No

Tahun

Uraian

Keterangan

1.

2012

Sie. Acara Futsal Program Studi

Ilmu Pemerintahan UNIKOM

Bersertifikat

Bandung, Agustus 2013

Hormat Saya

Rizki Kripsiyadi

41709002


(7)

PEMBERDAYAAN APARATUR KELURAHAN PADASUKA

KECAMATAN CIMAHI TENGAH KOTA CIMAHI

SKRIPSI

DiajukanUntuk Menempuh Ujian Sarjana Pada

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Oleh:

RIZKI KRIPSIYADI

41709002

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

BANDUNG


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji adalah kepunyaan Allah SWT. Yang telah melimpahkan seluruh

rahmat dan hidayah-Nya. Dia telah mencurahkan beragam nikmat yang tidak

terhitung jumlahnya. Dialah yang berkehendak sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Skripsi yang diberi judul

“Pemberdayaan Aparatur Kelurahan

Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi”.

Dalam penyusunan Skripsi ini, peneliti telah berusaha semaksimal

mungkin untuk menggunakan data dan informasi yang detil serta akurat meskipun

hasilnya tidak sesempurna yang diinginkan.

Peneliti juga tidak lupa untuk menghaturkan terima kasih tak terkira

kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan

Skripsi ini, yaitu yang terhormat :

Prof. DR Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Komputer Indonesia. DR. Dewi Kurniasih,

S.IP.,M.Si selaku ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas

Komputer Indonesia. Tatik Fidowaty, S.IP.,M.Si selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan memotivasi kepada Peneliti. Dr. H. Tjaja. Kuswara,

Drs., MH., M.Si selaku Penguji Sidang Skripsi. Rino Adibowo, S.IP selaku Dosen

wali Peneliti pada Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Komputer

Indonesia yang selalu memberikan motivasi kepada Peneliti. Seluruh Dosen dan

Sekertariat Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Komputer Indonesia.


(9)

Ayahanda Drs. Dedi Maryadi (Alm) Tercinta yang menjadi inspirasi

peneliti untuk selalu terus bersemangat dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi

ini, Ibunda Tercinta Yayah Rostika, S.Pd dan Kakak Tercinta Nita Rosmaryantika

yang tidak pernah berhenti memberikan bantuan berupa do’a dan dorongan untuk

menyelesaikan penyususan Skripsi ini. Pebrianti Dewi (Mamih Tercinta) yang

tidak pernah lelah memberikan dorongan semangat dan do’a kepada peneliti untuk

selalu berusaha dalam penyelesaian penyusunan Skripsi ini.

Aparatur Badan Kepegawaian Daerah Kota Cimahi yang telah

memberikan data dan informasi kepada peneliti. Aparatur Kelurahan Padasuka

Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian. Kantor Kesatuan Bangsa Kota Cimahi yang telah

memberikan surat rekomendasi untuk melakukan penelitian.

Rekan rekan seperjuangan angkatan 2009 dan 2008 di Program Studi Ilmu

Pemerintahan atas dorongan semangatnya. Rekan-rekan Organisasi Viking Persib

Club Distrik Cimahi yang telah memberikan dorongan peneliti untuk tidak pernah

putus asa dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi ini.

Semoga Skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat khusunya bagi peneliti

dan bagi civitas akademika Unikom, serta pembaca pada umunya.

Bandung, Agustus 2013


(10)

(11)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN

...

ii

LEMBAR PERNYATAAN

...

iii

LEMBAR PERSEMBAHAN

...

iv

ABSTRAK

...

v

ABSTRACT

...

vi

KATA PENGANTAR

...

vii

DAFTAR ISI

...

ix

DAFTAR TABEL

...

xiii

DAFTAR GRAFIK

...

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

...

xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.1.1 Pengertian Pemberdayaan ... 7

2.1.2 Pengertian Aparatur ... 19


(12)

2.1.3 Pengertian Pemberdayaan Aparatur ... 22

2.1.4 Hak dan Kewajiban Aparatur... 24

2.2 Kerangka pemikiran ... 25

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ... 31

3.1.1 Sejarah Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah

Kota Cimahi... ..31

3.1.2 Visi dan Misi Kelurahan Padasuka Kecamatan

Cimahi Tengah Kota Cimahi ... 34

3.1.2.1 Visi Kelurahan Padasuka Kecamatan

Cimahi Tengah Kota Cimahi... 34

3.1.2.2 Misi Kelurahan Padasuka Kecamatan

Cimahi Tengah Kota Cimahi... 35

3.1.3 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kelurahan

Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 35

3.1.3.1 Kedudukan Kelurahan Padasuka Kecamatan

Cimahi Tengah Kota Cimahi... 35

3.1.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi Kelurahan Padasuka

Kecamatan Cimahi Tengah Kota

Cimahi...36

3.1.4 Struktur Organisasi Kelurahan Padasuka Kecamatan


(13)

3.1.5 Uraian Jabatan Kelurahan Padasuka Kecamatan

Cimahi Tengah Kota Cimahi... 46

3.2 Metode Penelitian ... 50

3.2.1 Desain Penelitian ... 50

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.2.2.1Studi Pustaka ...

51

3.2.2.1Studi Lapangan ... 52

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 53

3.2.4 Teknik Analisis Data ... 54

3.3 Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengadaan Aparatur Di Kelurahan Padasuka Kecamatan

Cimahi Tengah Kota Cimahi ... 58

4.1.1 Perencanaan Aparatur di Kelurahan Padasuka

Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 62

4.1.2 Pelamaran Aparatur di Kelurahan Padasuka

Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 66

4.1.3 Penyaringan Aparatur di Kelurahan Padasuka

Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 68

4.1.4 Pengangkatan Aparatur di Kelurahan Padasuka

Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 72

4.1.5 Penempatan Aparatur di Kelurahan Padasuka

Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 74


(14)

4.2 Pengembangan Aparatur Di Kelurahan Padasuka Kecamatan

Cimahi Tengah Kota Cimahi ... 76

4.2.1 Pelatihan dan Pendidikan Aparatur di Kelurahan

Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 80

4.3 Pembinaan Aparatur Di Kelurahan Padasuka Kecamatan

Cimahi Tengah Kota Cimahi ... 83

4.4 Penggajian Aparatur Di Kelurahan Padasuka Kecamatan

Cimahi Tengah Kota Cimahi ... 86

4.4.1 Motivasi Aparatur di Kelurahan Padasuka

Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 88

4.5 Pengawasan Aparatur Di Kelurahan Padasuka Kecamatan

Cimahi Tengah Kota Cimahi ... 91

4.5.1 Evaluasi Aparatur di Kelurahan Padasuka

Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA

... 99

LAMPIRAN-LAMPIRAN

... 102


(15)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 : Model Kerangka Pemikiran Peneliti... 30

Tabel 3.1 : Struktur Organisasi Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi

Tengah Kota Cimahi... 45

Tabel 3.2 : Jadwal Penelitian... 55

Tabel 4.1 : Jumlah Aparatur Yang Mengikuti Diklat... 83


(16)

DAFTAR GRAFIK

Hal

Grafik 3.1 : Kriteria Aparatur Berdasarkan Jenis Kelamin....………... 47

Grafik 3.2 : Kriteria Aparatur Berdasarkan Jabatan...………... 48

Grafik 3.3 : Kriteria Aparatur Berdasarkan Umur...………... 49


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 : Surat Izin Unikom ... 103

Lampiran 2 : Surat Kesbang...………..………….. 104

Lampiran 3 : Surat Telah Melakukan Penelitian...………..………….. 105

Lampiran 4 : Pedoman Wawancara...………..………….. 106

Lampiran 5 : Daftar Informan...………..………….. 110

Lampiran 6 : Transkrip Wawancara...………..………….. 114

Lampiran 7 : Dokumentasi...………..………….. 120

Lampiran 8 : Berita Acara Bimbingan...………..………….. 122


(18)

99

DAFTAR PUSTAKA

A.

Buku-Buku

Alwi, Hasan. 2003.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

. Jakarta: Balai Pustaka

Alwi, Hasan. 2005

Kamus Besar Bahasa Indonesia

. Jakarta : Balai Pustaka

Bennis, Warren and Michael Mische 1995

Organisasi Abad 21

,

Reinventing

melalui Reengineering

. Penerjemah : Rahmayanti, Irma Adriyani, Jakarta:

LPPM

Bookman, Ann dan Morgen Sandra 1998

Woment and Politicts Of

Empowerment

,Philadelphia : Temple University Press.

Hanafiah, T, 1982.

Pendekatan Wilayah dan Pembangunan Perdesaan

. IPB.

Bogor

Handayaningrat, Soeworno, 2001.

Manajemen Sumber Daya Manusia

, edisi revisi

Bumi Aksara, Jakarta.

Hasibuan, Malayu S.P. 2003.

Manajemen: Dasar, Pengertian

, Masalah. Jakarta:

Bumi Aksara.

Malayu S.P, Hasibuan. 2006,

Manajemen Sumber Daya Manusia

. Bumi Aksar.

Jakarta

Moekijat, 2002,

Dasar-Dasar Motivasi.

Bandung : Pionir Jaya

Kartasasmita, Ginandjar, dkk, 1995,

Manajemen Sumber Daya Manusia

, Penerbit

IKIP, Malang.

Kartasasmita, G. (1996).

Pemberdayaan Masyarakat : Konsep Pembangunan

yang Berakar pada Masyarakat

. Bandung. ITB.

Michael, P. Todaro, 1998.

Economic Development Pembangunan Ekonomi

di

Dunia Ketiga, Jakarta : Erlangga.

M. Nasir. (1998).

Metode Penelitian,

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Piaget, Jean, 1889.

Konsep dan Makna Pembelajaran,

Bandung : Alfabetha

Pranarka, A.M.W. 1996.

Globalisasi, Pemberdayaan dan Demokratisasi

. Jakarta :

Centre for Strategic and International Studies.

Prijono, Onny S. DAN Pranaka, 1996.

Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan

danImplementasi

, CSIS, Jakarta.


(19)

100

Rasyid, M. Ryaas, 1997,

Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan dan Politik Orde

Baru

, Penerbit Yarsif Watampone, Jakarta.

Saefullah, 2007.

Pemikiran Kontemporer Administrasi Publik. Perspektif

Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Era Desentralisasi.

Cetakan

pertama. Bandung

Salam, Dharma Setyawan, 2004. Manajemen Pemerintahan Indonesia, Pustaka

Sinar Harapan, Jakarta.

Sarundajang, S.H, 1997,

Arus Balik Kekuasaan Pusat dan Daerah.

Jakarta : Sinar

Harapan.

Sedarmayanti, 2001,

Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja

,Mandar

Maju, Bandung.

Sedarmayanti, 2007,

Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan

Manajemen Pegawai Negeri Sipil.

Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Soerjono, 2000

. Pemberdayaan Sumberdaya

. Jakarta : Lembaga Administrasi

Negara.

Stewart, Allen Mitchell, 1998,

Empowering People : Pemberdayaan Sumber

Daya Manusia

, Terjemahan : Agus M. Hardjana, Jogjakarta : Kanisius

Suharto, Ph.D. Edi., 2006,

Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,

Bandung : PT.Refika Aditama

Sudarwan, Danim. 1994.

Tranformasi Sumber Daya Manusia

. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sugiyono. 1992.

Memahami Pendekatan Kualitatif

. Bandung : Alfabetha

Sukirno, Sudono. 1985.

Pembangunan Daerah

. Penerbit Jakarta : LPFE-UI

Suyanto, Bagong dan Sutinah. (2005).

Metode Penelitian Sosial: Berbagai

Alternatif Sosial.

Jakarta: Prenada Media.

Tjiptono, Fandy, 1996.

Kepemimpinan Transformasional dan Pemberdayaan,

Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.

Widjaja, A.W, 1995.

Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar,

CV. Rajawali,

Jakarta

Widodo, Joko, 2001.

Good Governance : Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan

Kontrol Birokrasi

, penerbit Insan Cendekia, Surabaya.

Widodo, Samodra, 2001.

Negeri-Negeri Nusantara dari Modern Hingga

Reformasi Administrasi,


(20)

101

Yudhoyono, Bambang. 2001.

Otonomi Daerah,

Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

B. Dokumen-dokumen

UU Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Peraturan Daerah Kota Cimahi No. 2 Tahun 2007 Tentang Kelurahan

Peraturan Daerah Kota Cimahi No. 11 Tahun 2008 Tentang Kecamatan Dan

Kelurahan Di Kota Cimahi


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Pembangunan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia

seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sehubungan dengan pelaksanaan

pembangunan yang semakin sering dilakukan pemerintah, serta semakin tingginya

tuntutan masyarakat akan pemerataan hasil-hasilnya, diperlukan pula sebuah

mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang mampu akomodir kepentingan

dan kebutuhan masyarakat secara adil dan merata.

Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dapat dilihat dari potensi dan

kemampuan sumber daya aparatur pemerintahan yang berkualitas, berdaya guna,

dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, dan

pemberdayaan aparatur dapat menjadi salah satu jawaban untuk mewujudkan

aparatur negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara,

dengan mempraktekkan prinsip-prinsip

good governance

.

Kurangnya pengadaan sumber daya aparatur yang mempunyai segala

sumber daya yang diperlukan untuk diberdayakan secara penuh dan terbatasnya

penyediaan sumber daya yang konkret dan pendidikan formal yang sangat minim

sehingga perencanaan yang telah disusun tidak sesuai yang diharapkan, masih

banyak nya oknum yang menyimpang dalam penyaringan PNS sehingga


(22)

2

kesalahan dalam mencari seorang PNS yang kaya akan pengetahuan, berbudi

luhur, kecakapan dan tanggung jawab atas pekerjaannya sebagai abdi Negara dan

abdi masyarakat berdampak pada pelayanan terhadap masyarakat yang tidak

efektif. Serta pembinaan yang diberikan kepada seluruh aparatur belum berjalan

optimal, karena sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk melaksanakan

program pembinaan terhadap aparatur.

Pembinaan yang diberikan kepada aparatur untuk meningkatkan

pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman para aparatur, program pembinaan

menjadi langkah yang diambil dan diberikan belum sepenuhnya dijalankan sesuai

yang diharapkan, dampak dari pembinaan yang belum optimal berdampak pada

pelayanan terhadap masyarakat dalam urusan-urusan administrasi dan

kependudukan, dituntut untuk memiliki kompetensi dalam menjalankan

pekerjaannya selaku aparatur Kelurahan.

Pemberdayaan aparatur berguna untuk meningkatkan kinerja seorang

aparatur, baik dalam penanganan pekerjaan yang diemban pada saat ini maupun

pekerjaan yang ada pada masa yang akan datang sesuai dengan bidang tugas

aparatur tersebut. Pengadaan merupakan proses kegiatan untuk mengisi formasi

yang kosong, dimulai dari perencanaan (tentunya rencana pengadaan),

pengumuman, pelamaran, penyaringan sampai dengan pengangkatan dan

penempatan Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi saat ini

memiliki 18 aparatur, dari 18 aparatur tersebut, hanya empat orang yang telah dan

pernah mendapatkan program pembinaan, dan 14 aparatur lainnya sama sekali


(23)

3

belum pernah mendapatkan program pembinaan, hal tersebut mengakibatkan para

aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.

Kesulitan dalam memberikan inovasi baik itu menyangkut pembangunan,

maupun peningkatan pelayanan bagi masyarakat di Kelurahan Padasuka

Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi, seperti tidak adanya tempat

penampungan air bagi masyarakat saat datangnya musim kemarau, tidak

meratanya perbaikan jalan yang dilakukan, pemasangan lampu yang hanya

dilakukan dibeberapa tempat saja dan semrautnya pengelolaan pembagian e-KTP

kepada masyarakat yang sebelumnya diserahkan oleh Kecamatan Cimahi Tengah

Kota Cimahi.

Jumlah aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota

Cimahi yang berjumlah delapan belas orang, memiliki tugas untuk mengurus

warga di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi yang

berjumlah 37.514 jiwa, tentunya merupakan tugas yang berat, bila mana para

aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi tidak

memiliki kemampuan untuk mendesain sedemikian rupa berbagai macam kualitas

pelayanan dan upaya-upaya pembangunan yang dibutuhkan oleh warga di

Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.

Pemberdayaan aparatur pemerintah sesuai dengan ketentuan

Undang-Undang No 43 Tahun 1999 Tentang Pokok Kepegawaian, memiliki tujuan untuk

meningkatkan mutu, keterampilan, serta memupuk kegairahan dalam bekerja

sehingga dapat menjamin terwujudnya kesempatan berpartisipasi dan


(24)

4

melaksanakan pembangunan secara menyeluruh, demi tercapainya tujuan

Kelurahan.

Pengembangan aparatur pada tingkat pusat dan daerah sangat minim,

karena belum mampu menanamkan rasa berbudi luhur, tangguh, cerdas, terampil,

mandiri dan memiliki rasa kesetiakawanan, bekerja keras, produktif, kreatif, dan

inovatif, berdisiplin dan berorientasi kemasa depan untuk menciptakan kehidupan

yang lebih baik lagi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Aparatur

Kelurahan yang bekerja disalah satu satuan pemerintahan terkecil dalam

organisasi pemerintahan di Negara Indonesia yakni Kelurahan, tidak lepas dari

sorotan pengembangan sumber daya aparatur yang bertujuan agar mampu untuk

mengelola setiap potensi yang ada dalam lingkungan masyarakat dan dapat

mempercepat terwujudnya kesejahteraan bagi masyarakat di wilayahnya.

Pengawasan terhadap aparatur tingkat pusat maupun daerah khususnya

Kelurahan menjadi program wajib dalam pelaksanaan roda pemerintahan,

sehingga dapat dilihat keberhasilan dalam melaksanakan roda pemerintahan,

tergantung dari sejauhmana partisipasi masyarakat setempat beserta aparatur

pemerintahan Kelurahan dalam perencanaan pembangunan tersebut dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat dan mengakomodir aspirasi masyarakat yang

terus berkembang serta dalam menghadapi perubahan yang terjadi.

Konsep pemberdayaan pemerintah kelurahan ini dapat dilaksanakan

melalui program peningkatan kualitas atau kemampuan aparat pemerintahan

setempat. Berdasarkan latar belakang diatas, dalam penyusunan Skripsi ini


(25)

5

peneliti tertarik memilih judul

“Pemberdayaan Aparatur Kelurahan Padasuka

Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi”.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti menguraikan

rumusan masalah sebagai berikut : “bagaimana pemberdayaan aparatur Kelurahan

Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi?”

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun maksud dan tujuan penelitian

adalah :

1.

Untuk mengetahui pengadaan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan

Cimahi Tengah Kota Cimahi.

2.

Untuk mengetahui pengembangan aparatur di Kelurahan Padasuka

Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.

3.

Untuk mengetahui pembinaan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan

Cimahi Tengah Kota Cimahi.

4.

Untuk mengetahui penggajian aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan

Cimahi Tengah Kota Cimahi.

5.

Untuk mengetahui pengawasan aparatur di Kelurahan Padasuka

Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.


(26)

6

1.4

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya

adalah :

1.

Bagi peneliti, yaitu diharapkan dapat memahami dan menambah wawasan

tentang pemberdayaan aparatur.

2.

Bagi teoritis, yaitu mengembangkan teori pemberdayaan yang telah

diperoleh di bangku kuliah pada Ilmu Pemerintahan.

3.

Bagi kegunaan praktis, yaitu memberikan masukan kepada Kelurahan

Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi

mengenai

Pemberdayaan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah

Kota Cimahi.


(27)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “

empowermen

t” yang secara

harfiah dapat diartikan sebagai “pemberkuasaan”, dalam arti pemberian atau

peningkatan “kekuasaan” (

power

) kepada masyarakat yang lemah atau tidak

beruntung (

disadvantaged

). Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang

mendapat awalan ber- yang menjadi kata “berdaya” yang berarti memiliki atau

mempunyai daya. Daya berarti kekuatan, berdaya berarti memiliki kekuatan.

Namun pada perkembangannya dari berbagai referensi dan bidang menunjukkan

keragaman pengertian atas makna

empowerment

tersebut.

Empowerment

padaumumnya diterjemahkan kedalam istilah “pemberdayaan”. Pemberdayaan

artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai

kekuatan.

Pemberdayaan merupakan upaya manajemen untuk meningkatkan

kemampuan atau kapasitas pegawai dari keadaan yang ada sekarang atau dari

kurang berdaya menjadi lebih berdaya sehingga pegawai semakin profesional

dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Saefullah

mengatakan bahwa ”semakin berdaya atau semakin memiliki kekuatan aparatur

maka akan meningkatkan kemampuannya untuk menciptakan sikap


(28)

8

profesionalisme dalam pemberian pelayanan terhadap masyarakat di

daerahnya”.(Saefullah, 2007:192).

Kualitas aparatur dalam hal kemampuan danpotensi yang dimiliki oleh

aparatur haruslah sesuai yang diharapkan, sehingga dalam pelaksanaan

pembangunan sesuai dengan yang diharapkan. Pengetahuan dan kemampuan

aparatur pemerintah merupakan modal yang baik dalam melaksanakan

pembangunan, maka dari itu diperlukan pemberdayaan agar kualitas aparatur yang

ada dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.A.W Widjaja dalam bukunya yang

berjudul

Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar

, pengertian atau definisi

pemberdayaan yang dimukakannya sebagai berikut:

“Pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan danpotensi

yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapatmewujudkan

jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untukbertahan dan

mengembangkan diri secara mandiri dibidang ekonomi,sosial, agama, dan

budaya” (Widjaja, 1995:54)

Berdasarkan pengertian diatas, pemberdayaan tidak hanya dalam hal

kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh aparatur, tetapi memberikan

kesempatan untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki untuk pencapaian

yang maksimal didapat untuk membentuk jati diri, harkat, martabat yang dapat

bertahan dan mengembangkan diri untuk menjadi yang lebih baik dalam hal

pencapaian tugas dan fungsi pokok dengan secara mandiri dibidang sosial,

budaya, ekonomi, dan agama.

Dimensi lain yang berkaitan dengan pemberdayaan aparat adalah motivasi

dan kemampuan (kapabilitas), yang telah dikemukakan bahwa “Pemberdayaan

merupakan upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong, memberikan


(29)

9

motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta

berupaya untuk mengangkatnya”. (Kartasasmita, 1996:144)

Berdasarkan pengertian diatas, pemberdayaan usaha atau upaya untuk

membangun daya seorang aparatur daerah dengan cara memberikan motivasi dan

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki oleh setiap aparatur daerah

tersebut.

Bookman dan Sandra dalam bukunya yang berjudul

Woment and Politics

Of Empowerment

mengemukakan pemberdayaan sebagai berikut:

“Pemberdayaan sebagai konsep yang sedang popular mengacu pada usaha

menumbuhkan keinginan pada seseorang untuk mengaktualisasikan diri,

melakukan mobilitas keatas serta memberikan pengalaman psikologis

yang membuat seseorang berdaya”. (Bookman dan Sandra, 1998:4)

Berdasarkan pengertian diatas, bahwa keinginan untuk mengubah keadaan

yang datang dari dalam diri tersebut dapat muncul jika seseorang merasa berada

dalam situasi tertekan dan kemudian menyadari atau mengetahui sember tekanan

tersebut.

Berdasarkan pendapat diatas, pemberdayaan tidak hanya merupakan suatu

strategi pembangunan, baik bagi manusia itu sendiri, maupun bagi pembangunan,

akan tetapi pemberdayaan itu sebagai kegiatan mengambil keputusan atau

menentukan tindakan yang akan dilakukan dan menumbuhkan kemampuan dan

rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki.

Menurut Prijono dan Pranaka dalam bukunya

Pemberdayaan: Konsep,

Kebijakan dan Implementasi

menyatakan bahwa pemberdayaan adalah :

“Pemberdayaan sebagai proses belajar mengajar yang merupakan usaha

terencana dan sistematis yang dilaksanakan secara berkesinambungan,

baik bagi individu maupun kolektif, guna mengembangkan daya (potensi)


(30)

10

dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu dan kelompok.”

(Pranaka, 1996:72).

Berdasarkan pengertian diatas, pemberdayaan merupakan proses belajar

mengajar guna mengembangkan daya (potensi) dan kemampuan individu atau

kolektif yang terencana dan sistematis yang dilakukan secara berkesinambungan

yang terdapat dalam diri individu dan kelompok.

Pemberdayaan dapat diartikan sebagai tujuan dan proses. Sebagai tujuan,

pemberdayaan adalah suatu keadaan yang ingin dicapai, yakni masyarakat yang

memiliki kekuatan atau kekuasaan dan keberdayaan yang mengarah pada

kemandirian sesuai dengan tipe-tipe kekuasaan. Menurut Edi Suharto (1985:205)

Pemberdayaan sebagai proses memiliki lima dimensi yaitu:

1.

Enabling

; adalah menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus

mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat struktural dan

kultural yang menghambat.

2.

Empowering

adalah penguatan pengetahuan dan kemampuan yang

dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh

kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat

yang menunjang kemandirian.

3.

Protecting

yaitu melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok

lemah agar tidak tertindas oleh kelompok-kelompok kuat dan dominan,

menghindari persaingan yang tidak seimbang, mencegah terjadinya

eksploitasi kelompok kuat terhadap yang lemah. Pemberdayaan harus

diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi

yang tidak menguntungkan masyarakat kecil. Pemberdayaan harus

melindungi kelompok lemah, minoritas dan masyarakat terasing.

4.

Supporting

yaitu pemberian bimbingan dan dukungan kepada

masyarakat lemah agar mampu menjalankan peran dan fungsi

kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat

agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah

dan terpinggirkan.

5.

Fostering

yaitu memelihara kondisi kondusif agar tetap terjadi

keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok

masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keseimbangan dan


(31)

11

keselarasan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan

usaha.

(Edi Suharto, 1985:205)

Berdasarkan pengertian diatas, bahwa pemberdayaan adalah sebuah tujuan

dan proses untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai dengan kekuatan atau

kekuasaan dan keberdayaan yang mengarah pada kemandirian melalui proses 5

dimensi yaitu

enabling

,

empowering

,

protecting

,

supporting

dan

fostering

.

Edi Suharto (1998:220) menjelaskan pemberdayaan dapat dilakukan

melalui tiga pendekatan yaitu:

1.

Pendekatan mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap individu melalui

bimbingan, konseling, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah

membimbing atau melatih individu dalam menjalankan tugas-tugas

kesehariannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang

berpusat pada tugas (

task centered approach

).

2.

Pendetakatan mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap kelompok

masyarakat, pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan, pelatihan, dinamika

kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan

kesadaran, pengetahuan, keterampilan serta sikap-sikap kelompok agar

memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi.

3.

Pendekatan makro. Pendekatan ini sering disebut dengan strategi sistem

pasar (

large-system strategy

), karena sasaran perubahan diarahkan pada

sistem lingkungan yang luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,

kampanye, aksi

sosial, pengorganisasian dan pengembangan

masyarakat adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.

(Edi Suharto, 1998:220)

Pemberdayaan aparatur menurut Edi Suharto di atas merupakan suatu

pendekatan dalam pelaksanaan pemerdayaan baik terhadap individu, kelompok

masyarakat maupun suatu pemberdayaan yang diarahkan pada suatu sistem

lingkungan, yang memiliki tujuan yang sama yakni meningkatkan daya guna

seseorang dalam melaksanakan tugasnya.


(32)

12

Pemberdayaan aparatur dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya

manusia pemerintah daerah, menurut Widodo (2001:71-85), mengatakan, bahwa :

Dengan memberikan kemampuan dan kemauan perangkat aparatur

pemerintah daerah. Hal ini dilakukan dengan melakukan, yaitu : melalui

pendidikan, melalui pelatihan, melalui pengalaman, pemberdayaan sumber

daya keuangan dan peralatan, pemberdayaan kelembagaan (organisasi)

pemerintah daerah dan pengembangan organisasi kearah organisasi

(lembaga) yang kondusif, responsive dan adaptif.

Pemberdayaan bagi para aparatur melalui pelatihan dan pendidikan akan

menjadi sia-sia bila mana tidak didukung dengan dengan pemberdayaan

sumberdaya keuangan dan peralatan yang menunjang bagi setiap aparatur, dengan

begitu maka jelas pemberdayaan aparatur dan pemberdayaan sumberdaya

keuangan dan peralatan berkaitan erat dalam usaha untu mencapai suatu tujuan

pembangunan.

Menurut Tjipotono mengemukakan pendapatnya tentang pemberdayaan

aparatur sebagai berikut :

“upaya memberikan otonomi, wewenang dan kepercayaan kepada setiap

individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif

agar dapat merampungkan tugasnya sebaik mungkin. Untuk mewujudkan

pemberdayaan yang dimaksud, maka perlu perubahan peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai kepegawaian yang meliputi

pengadaan, pengembangan, pembinaan, penggajian dan pengawasan”.

(Tjiptono, 1996:108)

Berdasarkan pendapat diatas, pemberdayaan aparatur dilakukan untuk

mendorong aparatur mendapatkan kepercayaan dalam melakukan sesuatu yang

menjadikan aparatur untuk lebih kreatif dalam penyelenggaraan tugasnya sebaik

mungkin yang dimana untuk mewujudkan pemberdayaan tersebut dilakukan

melalui pengandaan, pengembangan, pembinaan, penggajian dan pengawasan

yang diperlukan perubahan peraturan perundang-undangan yang mengatur


(33)

13

aparatur untuk memperoleh aparatur yang diharapkan. Untuk mewujudkan

pemberdayaan aparatur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1.

Pengadaan

2.

Pengembangan

3.

Pembinaan

4.

Pengggajian

5.

Pengawasan

(Tjiptono, 1996:108)

Berdasarkan pendapat diatas untuk menciptakan aparatur yang mempunyai

rasa tanggung jawab yang tinggi harus dilihat dari pengadaan, pengembangan,

pembinaan, penggajian dan pengawasan yang tersusun dengan baik, sehingga

pemberdayaan aparatur akan berjalan sesuai harapan dan dapat memberikan

pelayanan yang prima kepada masyarakat.

Menurut Zainun mengemukakan bahwa pengadaan yaitu :

”Pengandaan diartikan sebagai suatu proses kegiatan untuk mengisi

formasi yang lowong, dimulai dari perencanaan (tentunya rencana

pengadaan), pengumuman, pelamaran, penyaringan sampai dengan

pengangkatan dan penempatan” (Zainun, 1996:31).

Berdasarkan pendapat diatas bahwa pemberdayaan aparatur mencakup

lima faktor, yang pertama pengadaan pegawai, dimana pengadaan pegawai

melewati berbagai tahap diantaranya perencanaan, pelamaran, penyaringan,

pengangkatan dan penempatan, sehingga dalam melaksanakan pengadaan

pegawai bisa menghasilkan aparatur yang kompeten dalam pelaksanaan tugas

pokok dan fungsinya.

Menurut Hasibuan mengemukakan bahwa pengembangan yaitu :

Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,


(34)

14

teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan

pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan.(Hasibuan, 2006:69).

Berdasarkan pengertian diatas Pengembangan pegawai, yang mencakup

meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai

dengan kebutuhan pekerjaan dan jabatan melalui pendidikan dan pelatihan

(Diklat) yang diberikan kepada pegawai agar mempunyai jiwa rasa tanggug jawab

terhadap tugas pokok dan fungsinya.

Menurut Hasibuan mengemukakan bahwa Pembinaan adalah : Pembinaan

terhadap PNS atas dasar sistem pembinaan karir dan sistem prestasi kerja dengan

adanya tolak ukur yang dijadikan dasar yang terintegrasi terhadap seluruh

pegawai negerti sipil. (Hasibuan, 1994:134).

Berdasarkan pengertian diatas Pembinaan PNS menjadi salah satu cara

tolak ukur untuk mengetahui prestasi kerja setiap masing-masing PNS dalam

menjalankan roda pemerintahan

Handoko mengemukakan Penggajian yaitu : Penggajian adalah pemberian

pembayaran finansial kepada karyawan sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang

dilaksanakan dan sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan

datang. (Handoko, 1993:218).

Penggajian merupakan komponen pendukung terciptanya pemberdayaan

aparatur, karena penggajian pemberian finansial terhadap setiap aparatur yang

melakukan pekerjaan yang menjadikan motivasi yang tinggi untuk menyelesaikan

setiap pekerjaan yang diemban.

Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai,

mengadakan evaluasi atasnya, dan mengambil tindakan-tindakan


(35)

15

koreksi bila diperlukan, untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan

rencana.(Sujamto, 1990:17)

Berdasarkan Pengertian dimana pengawasan akhir dari semua

program-program pemberdayaan, yang mengevaluasi seluruh kegiatan pemberdayaan agar

terciptanya aparatur yang kompeten dalam pelaksanaan tugas pokok dan

fungsinya.

Berdasarkan pendapat diatas maka untuk mewujudkan pemberdayaan

aparatur suatu organisasi terdiri dari pengadaan, pengembangan, pembinaan,

penggajian, dan pengawasan. Pengadaan dari suatu organisasi dapat dilihat dari

perencanaan yang tentunya perencanaan pengandaan, pengumuman, pelamar,

penyaringan, sampai dengan pengangkatan dan penempatan aparatur kepada

posisi kerja. Pengembanagn suatu organisasi pemerintah dilakukan untuk

mengembangkan jati diri aparatur untuk menjadikan aparatur tersebut menjadi

lebih baik dalam pencapaian tugas. Pembinaan dapat dilihat dari adanya tolak

ukur prestasi kerja yang dihasilkan oleh aparatur yang telah mendapatkan

pembinaan, kemudian adanya gaji yang diterima oleh aparatur pemerintah atas

pekerjaan yang telah dilakukan olehnya dan selanjutnya adanya pengawasan atas

pekerjaan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah apa yang telah dicapai.

Menurut Stewart dalam buku

Empowering People

,

Pemberdayaan

Sumber Daya Manusia

, mengemukakan :

”Pemberdayaan , sederhananya merupakan cara amat praktis dan produktif

untuk mendapatkan yang terbaik dari diri kita sendiri dan dari staf kita.

Dituntut lebih dari sekedar pendelegasian agar kekuasaan ditempatkan

secara tepat sehingga dapat digunakan secara efektif. Dan bukan hanya

pelimpahan tugas melainkan pengambilan keputusan dan tanggung jawab

secara penuh”. (Stewart,1998:77)


(36)

16

Pemberdayaan bagi seseorang akan meningkatkan kemampuannya dalam

melaksanakan setiap tugas, yang akan menghasilkan keberhasilan organisasi

dalam mencapai tujuannya, karena dengan meningkatnya Sumber Daya Manusia

didalam suatu organisasi, tentunya akan menghasilkan suatu efektivitas dalam

setiap kegiatan organisasi. Konsep pemberdayaan SDM yang dikemukakan

Stewart (1998:77) yaitu :

1.

Enabling

(membuat mampu) adalah memastikan bahwa staf

mempunyai segala sumber daya yang mereka perlukan untuk dapat

diberdayakan secara penuh, sumber-sumber daya itu pengetahuan dan

pengalaman untuk mencapai tujuan yang disepakati.

2.

Facilitating

(memperlancar) adalah tugas pokok manajemen untuk

meniadakan halangan, rintangan atau penundaan yang menghalangi staf

untuk melakukan pekerjaan sebaik-baiknya. Halangan itu berupa

kurang memadainya informasi dan pendidikan.

3.

Consulting

(berkonsultasi) adalah manajemen yang memberdayakan

ingin menggunakan pengetahuan dan pengalaman itu dan

memanfaatkannya. Berarti perlu berkomunikasi dengan staf tidak hanya

menyangkut masalah-masalah sehari-hari tetapi juga masalah strategis.

4.

Collaborating

(bekerja sama) adalah kerja sama antara manajer dengan

staf menjadi tujuan terakhir yang akan membuktikan tidak hanya

seberapa besar kecakapan manajer dalam pemberdayaan, melainkan

juga seberapa kuat kemauannya dan diperlukan koordinasi untuk

melaksanakannya secara penuh dari setiap program pemberdayaan.

5.

Mentoring

(membimbing) adalah bertindak sebagai teladan dan pelatih

bagi staf dan rekan-rekan sekerja merupakan tahap hidup dan sekaligus

pula merupakan teknik manajemen. Merumuskan permasalah dan

menemukan pemecahannya dengan bekerja lewat orang lain daripada

berusaha mengerjakannya sendirian.

6.

Supporting

(mendukung) adalah memberikan dukungan yang tepat,

jauh lebih utama daripada peran kepemimpinan tradisional ataupun

pengendalian. Dengan cara mempermudah berkonsultasi, melatih dan

membimbing.

(Stewart 1998:77)

Berdasarkan argumentasi dan konsepsi pembedayaan Stewart tersebut

dibandingkan dengan konsep pemberdayaan yang dikemukakan pakar lainnya,

maka konsep pemberdayaan Stewart ini memiliki enam konsep, yaitu

enabling

,


(37)

17

facilitating, consulting, collaborating, mentoring dan supporting

, Keenam

dimensi Pemberdayaan itu memiliki keterikatan satu sama lain dalam usaha-usaha

untuk meningkatkan kemampuan seseorang. ini yang akan dibahas agar

terciptanya aparatur yang kompoten dalam pelaksanaan pembangunan.

Menurut Sedarmayanti (2000:120-121) mengemukakan pentingnya

pemberdayaan aparatur daerah dilatar belakangi empat hal yaitu :

1.

Melalui upaya pembangunan potensi sumber daya nasional diarahkan

menjadi kekuatan dibidang ekonomi, sosial budaya, politik harus

didukung SDM yang berkualitas.

2.

SDM dipandang sebagai unsur yang sangat menentukan dalam proses

pembangunan, terutama dinegara berkembang.

3.

Adanya anggapan bahwa SDM lebih penting dari sumber daya alam.

4.

Pembangunan yang dikonsentrasikan pada pengembangan dan

pendayagunaan SDM akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang

maksimal.

(Sedarmayanti, 2000:120-121)

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu hal yang menentukan

dalam upaya meningkatkan pembangunan nasional. Manusia yang merupakan

pelaksana pembangunan harus memiliki kemampuan dalam menjalankan dan

mengelola apa yang menjadi tanggung jawabnya, dengan kuatnya Sumber Daya

Manusia (SDM) didalam suatu negara, maka akan berjalan lurus dengan kemajuan

yang dicapai oleh negara tersebut.

Lebih lanjut Sedarmayanti menjelaskan, kata pemberdayaan

(

empowernment

) mengesankan arti adanya sikap mental yang tangguh. Proses

pemberdayaan mengandung dua kecenderungan yaitu :

1.

Kecenderungan Primer, proses pemberdayaan yang menekankan pada

proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan

atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih

berdaya (

survival of the fittes

) proses ini dapat dilengkapi dengan upaya


(38)

18

membangun aset material guna mendukung pembangunan kemandirian

mereka melalui organisasi.

2.

Kecenderungan sekunder, menekankan pada proses menstimulasi,

mendorong, atau memotivasi agar individu mempunyai

kemampuan/keberdayaan untuk menentukan yang menjadi pilihan

hidupnya melalui proses dialog.

(Sedarmayanti, 2000:120-121)

Dari dua kecenderungan diatas memang saling mempengaruhi dimana agar

kecenderungan primer dapat terwujud maka harus lebih sering melalui

kecenderungan sekunder, upaya pemberdayaan aparatur tidak hanya menekankan

pada aspek fisik, tetapi juga menyangkut pada segi-segi non fisik, agar tercermin

dalam produktivitas, disiplin kerja, keswadayaan dan wawasan masa depan.

Pemberdayaan aparatur merupakan serangkaian kegiaran pendidikan dan

pelatiahan,seperti yang disampaikan oleh Rasyid dan Syahril dalam bukunya yang

berjudul

Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan Dan Politik Orde Baru

,

menyatakan pemberdayaan sebagai berikut:

Pendidikan dan latihan yang merupakan bagian dari upaya pengembangan

sumber daya manusia tidak hanya menekankan aspek fisik ( kesegaran

atau kesehatan jasmani), tetapi juga menyangkut segi-segi non fisik seperti

kualitas kepribadian, kualitas hubungan dengan Tuhan, alam lingkungan

dan sesama manusia serta kualitas kekayaan seperti tercermin dalam

produktivitas, disiplin kerja, keswadayaan dan wawasan masa depan.

Rasyid dan Syahril (1997:26),

Berdsasarkan pengertian diatas, pemberdayaan merupakan sebagian dari

upaya pengembangan sumber daya manusia yang tidak hanya menekankan pada

aspek fisik seperti kesegaran atau kesehatan tetapi juga menyangkut aspek non

fisik seperti kualitas kepribadian, hubungan dengan Tuhan, alam lingkungan

sesama manusia seperti tercermin dalam produktivitas, disiplin kerja,

keswadayaan dan wawasan masa depan.


(39)

19

2.1.2 Pengertian Aparatur

Aparatur Negara merupakan pelaksana roda birokrasi. Menurut

Sedarmayanti dalam bukunya yang berjudul

Manajemen Sumber Daya Manusia

Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil

, Birokrat adalah :

1.

Birokrat adalah pegawai yang bertindak secara birokratis

2.

Birokrat adalah :

a.

Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah

karena telah berpegangan pada hierarki dan jenjang jabatan.

b.

Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban serta

menurut tata aturan (adat atau sebagainya) yang banyak liku-likunya.

c.

Birokrasi sering melupakan tujuan pemerintahan yang sejati, karena

terlalu mementingkan cara dan bentuk. Ia menghalangi pekerjaan

yang cepat serta menimbulkan semangat menanti, menghilangkan

inisiatif, terikat dalam peraturan yang rumit dan bergantung kepada

perintah atasan, berjiwa statis dan karena itu menghambat kemjuan.

(Sedarmayanti, 2009:319-320)

Aparatur merupakan seorang pegawai birokrat yang bekerja sesuai dengan

hierarki dan memiliki jenjang jabatan., Seorang aparatur memiliki ikatan kerja

secara formal dan bekerja dan bertindak secara birokrastis untuk melayani

masyarakat dengan cara atau bentuk sedemikian rupa.

Bambang Yudhoyono dalam bukunya yang berjudul

Otonomi

Daerah

berpendapat bahwa, Aparatur Pemerintah Daerah adalah “Pelaksana

kebijakan publik”.(Yudhoyono, 2001:61). Aparatur yang berada di daerah

merupakan pelaksana birokrasi. Aparatur merupakan pegawai yang melaksanakan

setiap kebijakan yang berlaku demi kepentingan masyarakat.

Menurut Dharma Setyawan Salam dalam buku yang berjudul

Manajemen

Pemerintahan Indonesia

menjelaskan bahwa “Aparatur pemerintah adalah pekerja

yang digaji pemerintah melaksanakan tugas-tugas teknis pemerintahan melakukan


(40)

20

pelayanan kepada masyarakat berdasarkan ketentuan yang berlaku”. (Salam,

2004:169).

Pengertian diatas mengenai aparatur adalah sumber daya manusia yang

bekerja sesuai dengan kemampuannya, dibidangnya masing-masing sesuai dengan

ketentuan yang ada. Berkewajiban melayani setiap warga Negara untuk

memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya. Oleh karena itu, sumber daya aparatur

harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

organisasi pemerintahan untuk mewujudkan profesional pegawai dalam

melakukan pekerjaan.Hal ini sejalan dengan pendapat Soeworno Handayaningrat

bahwa:

Aparatur adalah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam

penyelenggaraan pemerintahan atau Negara, sebagai alat untuk mencapai

tujuan nasional. Aspek organisasi itu terutama pengorganisasian atau

kepegawaian (Suwatno, 2001:154).

Berdasarkan pendapat diatas,

aparatur merupakan aspek-aspek

administrasi yang diperlukaan oleh pemerintah dalam penyelenggaran

pemerintahan yang dimana sebagai alat untuk pencapaian tujuan

demimendapatkan hasil yang diharapkan terutama dalam hal pengorganisasian

ataukepegawaian.

Selain itu, sejalan dengan Pasal 3 UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang

perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

yang menyatakan bahwa :

“Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur Negara

yangbertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

professional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas

Negara,p emerintah dan pembangunan.”


(41)

21

Berdasarkan pendapat diatas, aparatur haruslah dapat melaksanakan

tugasdan fungsi penyelenggaran pemerintahan untuk pencapaian tujuan demi

mendapatkan hasil yang diharapkan dalam pengorganisasian untuk mendapatkan

aparatur yang profesional. Aparatur Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi

Tengah Kota Cimahi juga memiliki aparatur yang dapat melaksanakan tugas

dalam menyelenggarakan untuk pencapaian tujuan.

2.1.3 Strategi Pemberdayaan

Menurut Atep (2003) beberapa hal yang harus dilakukan oleh organisasi

pemerintah pusat dan daerah dalam menerapkan pemberdayaan pegawai, yaitu :

a.

Para pemimpin/ manajer dan penyelia membagi tanggung jawabnya

kepada bawahannya.

b.

Melatih penyelia dan bawahannya bagaimana pendelegasian dan

menerima tanggung jawab.

c.

Melakukan komunikasi dan umpan balik dari pimpinan penyelia kepada

bawahannya.

d.

Memberikan penghargaan dan pengakuan sebagai hasil dari evaluasi

kepada pegawai atas jasa dan kontribusinya kepada organisasi.

(Atep, 2003)

Menurut Tjiptono di dalam Manajemen Perubahan, 2005 beberapa

strategi dalam pemberdayaan pegawai, adalah :

1.

Brainstorming

, merupakan upaya pemberdayaan yang dilakukan

dengan mendorong para pegawai untuk berani mengungkapkan ide dan

pemikiran dalam pemecahan masalah. Dalam hal ini pimpinan hanya

bertindak sebagai katalisator untuk mendukung kelancaran jalannya

diskusi. Namun demikian harus memahami permasalahan dan punya

jurus tertentu untuk mengatasinya.

2.

Gugus kualitas (

Quality Cycle

)

Dalam gugus kualitas para pegawai mengadakan secara teratur untuk

mengidentifikasi, menganjurkan, dan membuat perbaikan lingkungan

kerja.


(42)

22

3.

Kotak Saran

Cara ini dilakukan untuk menjaring berbagai masukan dari semua

lapisan pegawai tanpa harus bertemu muka dengan pihak yang diberi

masukan, kritik dan saran. Biasanya kotak suara diletakkan pada

tempat terbuka dimana pegawai mudah untuk mendatangi.

4.

Management by Walking

Around

Strategi ini dilakukan oleh pimpinan untuk memonitor para pegawai

dengan cara berbicara dan melihat langsung proses pekerjaan dan

memperoleh berbagai masukan langsung. Dengan demikian para

pegawai akan memahami pekerjaan mereka dan pimpinan cepat

mengetahui berbagai kendala yang dihadapi, selanjutnya mencarikan

solusi sesuai kewenangannya.

(Tjiptono, 2005)

2.1.4 Pengertian Pemberdayaan Aparatur

Pemberdayaan aparatur tidak dapat terlepas dari kegiatan Manajemen

Sumber Daya Manusia (MSDM) yang di titik beratkan untuk menciptakan

aparatur pemerintah yang berkualitas. Upaya pemberdayaan sumber daya

manusia, khususnya aparatur, untuk mendapatkan aparatur yang berkualitas dan

menciptakan kepercayaan akan kemampuan yang dimilikinya dalam mencapai

tujuan.

Menurut Samodra Wibowo dalam bukunya

Negeri-Negeri Nusantara dari

Modern Hingga Reformasi Administrasi

mengemukakan pemberdayaan aparatur

yaitu: peningkatan efektifitas, menghendaki dilakukannya perubahanadministrasi

(birokrasi) atau reformasi kinerja aparatur pemerintah (Wibowo,2001:200).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, pemberdayaan

aparaturtidak hanya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas, akan tetapi

menghendaki perubahan administrasi (birokrasi) atau suatu reformasi kinerja

pemerintah.


(43)

23

Menurut Sarundajang dalam bukunya

Arus Balik Kekuasaan Pusat dan

Daerah

mengemukakan pemberdayaan aparatur yaitu:

Pemberdayaan aparatur adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan

melalui pengadaan, pembinaan karir, diklat, sistem penggajian serta

pengelolaan administrasi yang dipergunakan kepada pegawai negeri

sehingga unsur aparatur Negara diserahi tugas dalam suatu jabatan.

(Sarundajang, 1997:214)

Berdasarkan definisi diatas, pemberdayaan aparatur pemerintah

merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas

umum pemerintahan dan pembangunan yang dilakukan dengan melalui berbagai

proses atau tahapan yang dilakukan melaui pengadaan, pembinaan karir, diklat,

sistem penggajian, serta dapat meningkatkan kemajuan dari tujuan pemerintah dan

pembangunan.

Menurut Suyitno (2002), beberapa faktor yang menghambat dalam

pemberdayaan pegawai diantaranya adalah :

a.

Penolakan dilevel pimpinan/ manajer , menyangkut ketidak amanan, ego,

nilai-nilai pribadi, pelatihan manajemen, karakteristik pimpinan, ketidak

terlibatan pimpinan, struktur organisasi dan manajemen yang tidak sesuai.

b.

Sulitnya waktu belajar. Faktor lain yang dianggap penting dalam

pengelolaan SDM agar dapat kinerja pelayanan yang optimal adalah

pemberian kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai. Adapun

tujuan diklat bagi pegawai dari memutakhirkan kemampuan dan

keterampilan pegawai seiring dengan perkembangan teknologi dalam

membantu pemecahan permasalahan dalam organisasi, pengembangan

karier, dan orientasi pegawai dalam organisasi.

c.

Sedangkan manfaat diklat bagi pegawai adalah meningkatkan kualitas dan

produktivitas, serta meminimalisir waktu dalam memenuhi standar kinerja,

menumbuhkan loyalitas dan kerjasama, memenuhi perencaaan SDM, dan

pengembangan kemampuan pribadi.

d.

Visi organisasi yang tidak jelas. Visi organisasi menjadi syarat penting

dalam merencanakan pemberdayaan pegawai.

e.

Keinginan yang tinggi, tindak lanjutnya lemah. Sering dijumpai keinginan

individu dan kelompok cukup tinggi, namun implementasinya sangat

lemah karena berbagai faktor internal dan eksternal.


(44)

24

f.

Takut berubah. Sering timbul pertanyaan mengapa harus menerapkan

cara-cara baru, kalau cara lama saja kita sudah aman. Individu/ kelompok

sudah puas dan nyaman dengan cara kerja yang sudah berjalan. Hal ini

juga merupakan salah satu penghambat pemberdayaan PNS.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa dalam pemberdayaan aparatur adapun

hambatan-hambatan yang menjadi faktor tidak berjalan dengan optimalnya

program pemberdayaan aparatur, hambatan tersebut bisa muncul di dalam ataupun

diluar organisasi, oleh karena itu dalam pelaksanaan program pemberdayaan

aparatur harus dipersiapkan terlebih dahulu faktor-faktor penunjang agar

pemberdayaan aparatur berjalan sesuai dengan harapan dan menciptakan aparatur

yang mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi.

2.1.5 Hak dan Kewajiban Aparatur

Unsur dari aparatur adalah pegawai negeri yang terdiri Pegawai Negeri

Sipil Pusat dan Daerah, Anggota Tentata Republik Indonesia dan Anggota

Kepolisian Republik Indonesia. Aparatur bertugas untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Bertindak secara profesional, jujur, adil dan merata dalam

penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan. Aparatur adalah

Pegawai Negeri Sipil (PNS). Menurut Sedarmayanti, hak-hak yang diterima oleh

PNS, antara lain :

1.

Memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban kerja dan

tanggung jawab.

2.

Memperoleh cuti.

3.

Memperoleh perawatan bagi yang tertimpa sesuatu kecelakaan dalam

dan karena menjalankan tugas kewajibannya.

4.

Memperoleh tunjangan bagi yang mendertia cacat jasmani atau rohani

dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang

mengakibatkannya tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga.

5.

Memperoleh uang duka dari kerabat Pegawai Negeri Sipil yang tewas.


(45)

25

6.

Memperoleh pensiun bagi yang telah memenuhi syarat-syarat yang

ditetntukan.

7.

Memperoleh kenaikan pangkat reguler.

8.

Menjadi peserta Tabungan Asuransi Pegawai Negeri/TASPEN.

9.

Menjadi peserta Asuransi Kesehatan/ASKES (Keppres No.8 Tahun

1977).

10.

Memperoleh perumahan (Keppres No.14 Tahun 1993).

(Sedarmayanti, 2009:371)

Pegawai Negeri Sipil (PNS) berhak mendapatkan Haknya sebagai seorang

pegawai pemerintahan, sama halnya dengan pegawai lain, kesesuaian upah atau

gajih dengan beban kerja dan tanggung jawab yang diembannya akan memberikan

motivasi dan semangat kerja dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) tersebut, dan negara

berkewajiban memenuhi setiap hak-hak yang dimiliki oleh setiap pegawainya.

2.2

Kerangka Pemikiran

Peneliti menggunakan teori Pemberdayaan Fandy Tjiptono, yang

mengandung makna bahwa pemberdayaan aparatur dilakukan untuk mendorong

aparatur mendapatkan kepercayaan dalam melakukan sesuatu yang

menjadikannya untuk lebih kreatif dalam penyelenggaraan tugasnya sebaik

mungkin.

Pemberdayaan kepada aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi

Tengah Kota Cimahi upaya memberikan wewenang dan kepercayaan kepada

setiap individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar

dapat merampungkan tugasnya sebaik mungkin untuk mewujudkan

pemberdayaan yang dimaksud menyangkut pelaksanaan pemberdayaan aparatur

di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi tengah Kota Cimahi.


(46)

26

Pengadaan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah

Kota Cimahi dapat dilihat dari perencanaan yang tentunya perencanaan

pengandaan, pengumuman, pelamar, penyaringan, sampai dengan pengangkatan

dan penempatan aparatur kepada posisi kerja bertujuan memberikan kesempatan

kepada aparatur yang mempunyai kompeten untuk menjalankan roda

pemerintahan.

Pengembangan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi

Tengah Kota Cimahi bertujuan agar aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan

Cimahi Tengah Kota Cimahi tersebut memiliki kemampuan teknis, teoritis,

konseptual dan moral sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Pemberdayaan

aparatur berarti memberikan kesempatan kepada seorang pegawai untuk

melakukan aktivitas dengan kewenangan dan tanggung jawab yang dimilikinya.

Dan memastikan setiap aparatur mempunyai segala sumber daya yang mereka

perlukan dalam melakukan aktivitas sebagai seorang aparatur di Kelurahan

Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.

Pembinaan aparatur merupakan dasar pembinaan karir dan tolak ukur yang

dijadikan dasar yang terintegrasi untuk mengetahui prestasi kerja aparatur di

Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai seorang abdi masyarakat dan

abdi Negara di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.

Penggajian merupakan bagian yang terpisahkan dari suatu aktivitas yang

dilakukan oleh setiap aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah

Kota Cimahi, yang menjadi balas jasa untuk pekerjaan yang telah dilaksanakan,


(47)

27

dan sebagai motivasi pelaksaaan tugas pokok dan fungsi di waktu yang akan

datang sebagai seorang abdi masyarakat dan abdi Negara .

Pengawasan untuk menentukan apa yang telah dicapai oleh aparatur di

Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi dengan

mengadakan evaluasi, dan memberikan

reward

atas kinerja setiap aparatur untuk

menjadi bahan koreksi, agar dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sesuai

yang di harapkan oleh masyarakat.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka peneliti membuat definisi

operasional sebagai berikut:

1.

Pemberdayaan aparatur adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan

aparatur Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi

dalam pemberdayaan di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah

Kota Cimahi. Berikut beberapa indikator pemberdayaan aparatur :

1)

Pengadaan adalah suatu proses kegiatan untuk mengisi formasi yang

kosong dalam pelaksanaan pemberdayaan aparatur di Kelurahan

Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi. Proses kegiatan

tersebut diantaranya :

a.

Perencanaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

menentukan kebutuhan tenaga kerja di Kelurahan Padasuka

Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi

.

b.

Pelamaran adalah proses yang terus menerus berjalan untuk

memperoleh PNS yang kompeten dan mampu menjalankan tugas


(48)

28

pokok dan fungsinya sebagai aparatur Negara di Kelurahan

Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi

.

c.

Penyaringan adalah proses pemilihan PNS yang sesuai dengan

kebutuhan dan mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya

sebagai sebagai aparatur Negara di Kelurahan Padasuka Kecamatan

Cimahi Tengah Kota Cimahi

.

d.

Pengangkatan adalah proses penetapan dari pegawai honorer

menjadi pegawai tetap untuk menjalankan tugas pokok dan

fungsinya sebagai aparatur Negara di Kelurahan Padasuka

Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi

.

e.

Penempatan adalah proses menempatkan PNS sebagai unsur

pelakasana tugas pokok dan fungsinya sebagai aparatur Negara pada

posisi yang sesuai dengan kemampuan, kecakapan dan keahliaanya

di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi

.

2)

Pengembangan adalah suatu proses untuk meningkatkan kinerja PNS

sesuai kebutuhan yang diharapkan untuk dapat melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat di Kelurahan

Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi. Langkah- langkah

pengembangan PNS diantaranya :

a.

Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) : proses dimana PNS di Kelurahan

Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi mempelajari

keterampilan, sikap dan perilaku yang diperlukan guna

melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif untuk memenuhi


(49)

29

kebutuhan masyarakat di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi

Tengah Kota Cimahi.

3)

Pembinaan adalah suatu proses yang menjadi tolak ukur untuk

dijadikan dasar untuk mengetahui tugas pokok dan fungsinya sebagai

PNS di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.

4)

Penggajian adalah pemberian finansial sebagai balas jasa atas pekerjaan

yang dilaksanakan dan menjadikan motivasi pelaksanaan tugas pokok

dan fungsinya di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota

Cimahi. Indikator penggajian diantaranya :

a.

Motivasi : proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan

seorang PNS di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah

Kota Cimahi untuk mencapai tujuannya.

5)

Pengawasan adalah memonitor atas hasil pekerjaan yang dilaksanakan

oleh seluruh PNS di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah

Kota Cimahi. Indikator Pengawasan diantaranya :

a.

Evaluasi : proses penilaian terhadap pelaksanaan tugas pokok dan

fungsinya seorang PNS sesuai tujuan atau standar kinerja yang telah

ditetapkan lebih dahulu di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi

Tengah Kota Cimahi.

Berikut ini merupakan bagan yang telah dimodifikasi oleh peneliti

untukmemperjelas sebagai bahan tambahan dari penjelasan teoritik pada kerangka

pemikiran yang telah diuraikan di atas :


(50)

30

Tabel 2.1


(1)

prestasi kerja yang dimiliki oleh setiap individu aparatur dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

Pengawasan memiiki fungsi yang sangat penting dalam terselenggaranya pemerintahan, sehingga jika pengawasan hanya dilakukan diakhir tahun masa kerja maka kinerja yang ada dalam sebuah pemerintahan tidak akan berjalan dengan optimal, berdasarkan hasil wawancara dengan Kassubid Pelatihan dan Pendidikan yang dilakukan pada tanggal (04/07/2013) bahwa pengawasan semestinya dilakukan setiap saat, karena jika pengawasan hanya dilakukan setahun sekali tidak bisa disimpulkan bahwa prestasi kerja aparatur mengalami kemajuan atau kemerosotan.

5. KESIMPULAN DAN

REKOMENDASI

Berdasarkan pada pembahasan penelitian, maka peneliti menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :

1.

Pengadaan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi belum berjalan dengan baik, karena dalam pelaksanaan pengadaan aparatur tidak berpatokan kepada beberapa tahapan yang telah ditetapkan

sebelumnya, sehingga

pelaksanaan pengadaan aparatur selalu mengalami beberapa permasalahan dalam mengisi formasi yang kosong yang dibutuhkan dalam satuan unit kerja khususnya di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.

2.

Pengembangan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi masih belum berjalan dengan baik karena sarana prasarana yang tidak menunjang dalam proses pengembangan yang diberikan pemerintah kepada aparatur yang minim pengetahuan terkait teknologi.

3.

Pembinaan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi belum berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan,

terkadang masih terjadi kemerosotan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sebagai aparatur, seperti masih adanya aparatur yang tidak bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan kepadanya, sehingga mempengaruhi kepada prestasi kerja dan menimbulkan kekecewaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan aparatur terhadap masyarakat.

4.

Penggajian aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi belum berjalan dengan baik secara keseluruhan, meskipun beberapa aparatur mendukung dengan diubahnya proses penggajian manual menjadi proses penggajian secara transfer, kurangnya sarana prasarana yang tidak mendukung menjadi faktor utama tidak berjalan dengan baik proses penggajian secara transfer.

5.

Pengawasan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi masih sangat minim, sehingga perlu dibenahi agar tidak terjadi kemerosotan kinerja aparatur dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan diatas, dapat diajukan bebrapa rekomendasi sebagai berikut : 1. Pemerintah sebaiknya

mempertahankan proses-proses pengadaan aparatur dengan ketentuan yang telah ditetapkan, melalui tahapan-tahapan dalam pelaksanaan pengadaan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi. 2. Pemerintah seharusnya lebih

memperhatikan pengadaan sarana prasarana dalam proses pengembangan aparatur, sarana prasarana menjadi salah satu alat penopang demi terwujudnya pengembangan aparatur. Pengembangan aparatur akan berjalan dengan baik jika didukung dengan sarana prasarana yang ada, sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 3. Pemerintah sebaiknya

meningkatkan pembinaan terhadap aparatur yang masih minim akan


(2)

rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, dengan memberikan pelatihan dan pendidikan kepada aparatur guna menjaga prestasi kerja tidak mengalami kemerosotan.

4. Pemerintah harus bergerak cepat memberikan solusi terkait penggajian secara transfer dengan mengadakan sarana prasarana yang mendukung sebagai penopang, sehingga penggajian dengan cara transfer kepada aparatur bisa terealisasikan dengan baik dan sesuai dengan harapan. 5. Pemerintah seharusnya lebih

meningkatkan pengawasan terhadap hasil kerja aparatur, salah satunya dengan melakukan pengawasan pada saat jam kerja sedang berlangsung guna menjaga prestasi kerja setiap aparatur, sehingga dapat memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Alwi, Hasan. 2005 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Bennis, Warren and Michael Mische 1995 Organisasi Abad 21,

Reinventing melalui Reengineering. Penerjemah : Rahmayanti, Irma Adriyani, Jakarta: LPPM

Bookman, Ann dan Morgen Sandra 1998 Woment and Politicts Of Empowerment,Philadelphia : Temple University Press.

Hanafiah, T, 1982. Pendekatan Wilayah dan Pembangunan Perdesaan. IPB. Bogor

Handayaningrat, Soeworno, 2001.

Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi revisi Bumi Aksara, Jakarta.

Hasibuan, Malayu S.P. 2003.

Manajemen: Dasar, Pengertian, Masalah. Jakarta: Bumi Aksara. Malayu S.P, Hasibuan. 2006,

Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksar. Jakarta

Moekijat, 2002, Dasar-Dasar Motivasi.

Bandung : Pionir Jaya

Kartasasmita, Ginandjar, dkk, 1995,

Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit

IKIP, Malang.

Kartasasmita, G. (1996).

Pemberdayaan Masyarakat : Konsep Pembangunan yang Berakar pada Masyarakat. Bandung. ITB.

Michael, P. Todaro, 1998. Economic Development Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jakarta : Erlangga.

M. Nasir. (1998). Metode Penelitian,

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Piaget, Jean, 1889. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfabetha

Pranarka, A.M.W. 1996. Globalisasi, Pemberdayaan dan Demokratisasi. Jakarta : Centre for Strategic and International Studies.

Prijono, Onny S. DAN Pranaka, 1996.Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan danImplementasi, CSIS, Jakarta.

Rasyid, M. Ryaas, 1997, Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan dan Politik Orde

Baru, Penerbit Yarsif Watampone, Jakarta.

Saefullah, 2007. Pemikiran Kontemporer Administrasi Publik. Perspektif Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Era Desentralisasi. Cetakan pertama. Bandung

Salam, Dharma Setyawan, 2004. Manajemen Pemerintahan Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Sarundajang, S.H, 1997, Arus Balik Kekuasaan Pusat dan Daerah.

Jakarta : Sinar Harapan.

Sedarmayanti, 2001, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja,Mandar Maju, Bandung. Sedarmayanti, 2007, Manajemen

Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama


(3)

Soerjono, 2000. Pemberdayaan Sumberdaya. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Stewart, Allen Mitchell, 1998,

Empowering People : Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, Terjemahan : Agus M. Hardjana, Jogjakarta : Kanisius Suharto, Ph.D. Edi., 2006, Membangun

Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung : PT.Refika Aditama

Sudarwan, Danim. 1994. Tranformasi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. 1992. Memahami Pendekatan Kualitatif. Bandung : Alfabetha Sukirno, Sudono. 1985. Pembangunan

Daerah. Penerbit Jakarta : LPFE-UI

Suyanto, Bagong dan Sutinah. (2005).

Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Sosial.

Jakarta: Prenada Media.

Tjiptono, Fandy, 1996. Kepemimpinan Transformasional dan Pemberdayaan, Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta. Widjaja, A.W, 1995. Administrasi

Kepegawaian Suatu Pengantar,

CV. Rajawali, Jakarta

Widodo, Joko, 2001. Good Governance : Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan

Kontrol Birokrasi, penerbit Insan Cendekia, Surabaya.

Widodo, Samodra, 2001. Negeri-Negeri Nusantara dari Modern Hingga Reformasi Administrasi,

Yudhoyono, Bambang. 2001. Otonomi Daerah, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Dokumen :

UU Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Peraturan Daerah Kota Cimahi No. 2 Tahun 2007 Tentang Kelurahan

Peraturan Daerah Kota Cimahi No. 11 Tahun 2008 Tentang Kecamatan Dan Kelurahan Di Kota Cimahi


(4)

96

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa mengenai Pemberdayaan

Aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi, maka

ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.

Pengadaan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota

Cimahi belum berjalan dengan baik, karena dalam pelaksanaan pengadaan

aparatur tidak berpatokan kepada beberapa tahapan yang telah ditetapkan

sebelumnya, sehingga pelaksanaan pengadaan aparatur selalu mengalami

beberapa permasalahan dalam mengisi formasi yang kosong yang dibutuhkan

dalam satuan unit kerja khususnya di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi

Tengah Kota Cimahi.

2.

Pengembangan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah

Kota Cimahi masih belum berjalan dengan baik karena sarana prasarana yang

tidak menunjang dalam proses pengembangan yang diberikan pemerintah

kepada aparatur yang minim pengetahuan terkait teknologi.

3.

Pembinaan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota

Cimahi belum berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan,

terkadang masih terjadi kemerosotan dalam pelaksanaan tugas pokok dan

fungsinya sebagai aparatur, seperti masih adanya aparatur yang tidak

bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan kepadanya, sehingga


(5)

97

mempengaruhi kepada prestasi kerja dan menimbulkan kekecewaan

masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan aparatur terhadap masyarakat.

4.

Penggajian aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota

Cimahi belum berjalan dengan baik secara keseluruhan, meskipun beberapa

aparatur mendukung dengan diubahnya proses penggajian manual menjadi

proses penggajian secara transfer, kurangnya sarana prasarana yang tidak

mendukung menjadi faktor utama tidak berjalan dengan baik proses

penggajian secara transfer.

5.

Pengawasan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah

Kota Cimahi masih sangat minim, sehingga perlu dibenahi agar tidak terjadi

kemerosotan kinerja aparatur dalam memberikan pelayanan terhadap

masyarakat.

5.2

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran-saran

sebagai berikut:

1.

Pemerintah sebaiknya mempertahankan proses-proses pengadaan aparatur

dengan ketentuan yang telah ditetapkan, melalui tahapan-tahapan dalam

pelaksanaan pengadaan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi

Tengah Kota Cimahi.

2.

Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan pengadaan sarana prasarana

dalam proses pengembangan aparatur, sarana prasarana menjadi salah satu

alat penopang demi terwujudnya pengembangan aparatur. Pengembangan


(6)

98

aparatur akan berjalan dengan baik jika didukung dengan sarana prasarana

yang ada, sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

3.

Pemerintah sebaiknya meningkatkan pembinaan terhadap aparatur yang

masih minim akan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya, dengan memberikan pelatihan dan pendidikan kepada aparatur

guna menjaga prestasi kerja tidak mengalami kemerosotan.

4.

Pemerintah harus bergerak cepat memberikan solusi terkait penggajian secara

transfer dengan mengadakan sarana prasarana yang mendukung sebagai

penopang, sehingga penggajian dengan cara transfer kepada aparatur bisa

terealisasikan dengan baik dan sesuai dengan harapan.

5.

Pemerintah seharusnya lebih meningkatkan pengawasan terhadap hasil kerja

aparatur, salah satunya dengan melakukan pengawasan pada saat jam kerja

sedang berlangsung guna menjaga prestasi kerja setiap aparatur, sehingga

dapat memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat