JEJARING SOSIAL KAUM WARIA DALAM CYBERSO

1
JEJARING SOSIAL KAUM WARIA DALAM CYBERSOCIETY
(Studi Kasus Pada Waria Yogyakarta Dalam Menggunakan Facebook Sebagai Media
Pencari Partner Seksual)

Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
2015
Avina Citra Dewanti
D0310013

ABSTRACT
The purpose of this research is to know the social network form the Yogyakarta
Transexual in cybersociety, Transexual Yogyakarta who use social media facebook to look
for sexual partners, factors that affect the transexual Yogyakarta to find sexual partners and
problems faced by the Yogyakarta transexual and the efforts taken in using social media
facebook.
This author using public sphere concept. The theory was explained by Habermas
about public sphere. Public Sphere is an area to assemble, to establish union independently
and to express opinion independently. Facebook is a public sphere used to establish
interaction with others freely and then created a network called social network. The method

used was qualitative one with Case Study approach. Techniques of collecting data used were
in-depth interview and observation. Meanwhile, the sampling technique used was purposive
sampling one. Technique of analyzing data used was an interactive model of analysis, and to
validate the data, source triangulation was used.
The result of research showed that Yogyakarta transexual using facebook to establish
interaction with others freely and then they created a network. The network created between
Yogyakarta transexuals and their partner in facebook were a friendship network and a sexual
contact networks. Facebook was a free public sphere, so many the Yogyakarta transexual
using social media facebook to look for sexual partner because it would be more beneficial
than looking for it in the field.
Keywords: Social network, Transexual, Cybersociety, Sexual Partner
PENDAHULUAN
Beberapa tahun belakangan teknologi semakin berkembang pesat di kehidupan
masyarakat masa kini. Salah satu wujud dari teknologi pada masyarakat digital saat ini adalah
internet. Dengan segala kecanggihanya teknologi internet telah memberi kemudahan pada

2
masyarakat, baik masyarakat yang ada di kota maupun masyarakat yang ada di desa dapat
menikmati fungsi dari kemajuan teknologi ini. Perkembangan teknologi internet dengan
jejaring sosialnya telah membentuk suatu masyarakat baru dalam wujud virtual. Masyarakat

ini merupakan wajah lain dari masyarakat nyata yang disebut cybersociety. Dengan
memanfaatkan situs-situs media sosial yang saat ini banyak menyebar di masyarakat seperti:
GoogleTalk, AIM, Yahoo, Multiply, Bbm, My Space, Friendster , Path, Whatsapp, Facebook,
dan Twitter masyarakat dapat dengan mudah berkomunikasi dengan orang lain dari berbagai
daerah, bahkan berbagai negara dan penyebaran informasi dapat dilakukan dengan cepat ke
berbagai penjuru dunia. Menggunakan media sosial tersebut juga dapat mempermudah dalam
memperoleh informasi yang diinginkan. Selain itu, cybersociety juga mempermudah dalam
bertransaksi dan dapat dimanfaatkan sebagai lahan bisnis.
Di dalam cybersociety ini juga terdapat undang-undang untuk mengarahkan individu
agar beretika atau berattitude yang baik dan benar dalam berinteraksi dengan orang lain.
Indonesia mempunyai undang-undang yang mengatur hal tersebut yaitu pada UU No. 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). UU ITE ini mengatur
berbagai hal terkait kegiatan di dunia maya, termasuk pelanggaran keasusilaan, penghinaan
atau pencemaran nama baik, penyebaran kebencian berdasarkan suku, agama, ras dan antar
golongan (SARA), dan lain lain.
Dari data yang diperoleh dari CheckFacebook diketahui audiens facebook di Indonesia
pada tahun 2010 mencapai 31,7 juta, tepatnya 31.784.080. Dengan populasi online 100
persen, Indonesia menguasai 5,56 persen dari total pengguna facebook di dunia. Sedangkan
berdasarkan data terakhir yang diperoleh dari statistik 2014 menyatakan bahwa pada tahun
2014 pengguna facebook di Indonesia bertambah menjadi 63,2 juta. Banyaknya pengguna

facebook di Indonesia menandakan bahwa facebook sangat mudah untuk diakses oleh
berbagai kalangan. Memanfaatkan facebook untuk menunjukkan eksistensi dirinya ke publik
tidak hanya dilakukan oleh individu yang berstatus laki-laki maupun perempuan, namun
mereka yang berstatus sebagai transgender (waria) ternyata juga banyak yang memanfaatkan
media sosial facebook ini.
Minimnya ruang lingkup untuk menunjukkan eksistensi diri para waria di dalam
masyarakat nyata membuat waria lebih memilih untuk menunjukkan eksistensi diri mereka di
dunia maya. Sehingga banyak para waria yang memanfaatkan salah satu kecanggihan
teknologi masa kini yakni dengan menggunakan media sosial facebook untuk meningkatkan
eksistensinya di dunia maya serta memudahkan mereka dalam menjalin hubungan serta
berkomunikasi dengan orang-orang yang ada disekitarnya.
Para waria, khususnya waria yang ada di Yogyakarta cenderung memanfaatkan
facebook sebagai ruang publik untuk menunjukkan eksistensi diri mereka tanpa memandang
latar belakang pendidikan, pekerjaan, maupun usia, seseorang dapat menggunakan media
sosial ini. Facebook dimanfaatkan sebagai ruang publik para waria Yogyakarta karena di
ruang virtual ini waria mulai berani menunjukkan identitas dirinya. Dengan tersedianya profil
dalam facebook, waria dapat secara bebas menunjukkan siapa dirinya atau menunjukkan citra
dirinya dan karakteristik dirinya untuk memberikan kesan pada orang lain agar tertarik.
Selain itu, kemudahan mengakses facebook sangat mempermudah mereka dalam berinteraksi
dengan orang-orang yang ada disekitarnya sehingga kemungkinan besar dengan adanya ruang


3
publik virtual seperti facebook inilah semakin mempermudah mereka dalam menentukan
partner seksualnya.
Dengan adanya fenomena ini peneliti tertarik untuk mengetahui bentuk-bentuk jejaring
sosial dalam cybersociety pada kaum waria Yogyakarta, waria Yogyakarta memanfaatkan
media sosial facebook dalam mencari partner seksual, faktor-faktor yang mempengaruhi
waria Yogyakarta dalam menggunakan media sosial facebook untuk mencari partner seksual
dan permasalahan yang dihadapi waria Yogyakarta serta upaya yang dilakukan dalam
menggunakan media sosial facebook.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan konsep Ruang
Publik (Public Sphere). Term “publik sphere” atau ruang publik lahir dari karya Jurgen
Habermas pada tahun 1989 melalui buku yang berjudul The Structural Transformation of the
Publik Sphere: An Inquiryinto a Category of Gourgeois Society. Ruang publik tersebut pada
dasarnya merupakan ruang yang tercipta dari kumpulan orang-orang tertentu (private people)
dalam konteks sebagai kalangan borjuis yang diciptakan seolah-oleh sebagai bentuk
penyikapan terhadap otoritas publik. Teori tersebut dijelaskan Habermass bahwa ruang
publik merupakan suatu arena untuk berkumpul, berserikat secara bebas dan menyatakan
serta menyalurkan opini-opini individu secara bebas. Facebook merupakan ruang publik yang
digunakan untuk menjalin interaksi dengan orang lain secara bebas yang kemudian mereka

membentuk suatu jejaring, jejaring itu yang dinamakan dengan Jejaring Sosial.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian yang bersifat kualitatif
dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus, yaitu bentuk penelitian yang
memberikan ciri tunggal terhadap data yang sedang dipelajari dan menghubungkan
keanekaragaman fakta-fakta terhadap kasus yang tunggal itu (Slamet, 2006: 10).
Lokasi penelitian dilakukan di Kota Yogyakarta yaitu pada komunitas waria yang ada
di Yogyakarta. Waria-waria yang ada di Yogyakarta terbagi dalam banyak komunitaskomunitas serta lembaga waria seperti IWAYO, LSM Kebaya, EbenEzer, dan komunitaskomunitas kecil lainnya.
Data primer dalam penelitian ini didapat dari wawancara mendalam dengan waria yang
termasuk dalam komunitas waria yang ada di Yogyakarta, terutama pada waria pengguna
facebook selain itu data primer juga di peroleh dari wawancara dengan seseorang yang
menjadi partner facebook mereka. Data ini juga dilengkapi dengan data foto/gambar untuk
melengkapi data primer.
Teknik pengambilan sample pada peneltian ini menggunakan purposive sampling, yaitu
teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Sampel ditentukan berdasarkan pada ciri
tertentu yang dianggap mempunyai hubungan erat dengan ciri populasi. Peneliti dengan
sengaja menentukan anggota sampelnya berdasarkan kemampuan dan pengetahuannya
tentang keadaan populasi. Pengertian sengaja di sini adalah bahwa peneliti telah menentukan
informan dengan anggapan atau pendapatnya sendiri sebagai sampel penelitiannya, peneliti
tahu persis siapa yang akan dipilih sebagai sampel (Susanto, 2006: 120-121).

Pada penelitian ini peneliti mengambil sampel sejumlah 10 orang dengan memilih
informan yang dianggap memiliki pengetahuan yang memadai terhadap objek kajian yang

4
sedang diteliti. Dalam tahapan awal ditentukan satu orang informan kunci (key informant)
yang dianggap paling mengetahui waria pengguna facebook lainnya yakni dengan cara
menggali informasi dari ketua komunitas waria yang memiliki eksistensi yang tinggi diantara
para waria sekaligus pengguna media sosial facebook, yang mana juga dijadikan sebagai
informan pertama.
Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara mendalam dan
dokumentasi. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi data atau sering
disebut trianggulasi sumber, menurut Patton (1987) trianggulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong, 2002 : 178).
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif.
Model analisis interaktif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu:
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Miles dan Huberman,
1992 : 20).
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Partner yang disukai Waria

Dalam menentukan partnernya di facebook waria memiliki kriteria partner yang mereka
sukai dan yang pada akhirnya mereka akan pilih. Di sini waria memiliki hak kebebasan
dalam memilih partnernya seperti pada konsep ruang publik Habermas, yakni konsep ruang
publik tersebut mendambakan kebebasan untuk mengakses informasi adalah hak setiap
masyarakat, sehingga setiap lapisan masyarakat memiliki hak yang sama untuk mengakses
bahkan menyebarluaskan informasi. Berikut beberapa karateristik partner yang disukai waria
pada media sosial facebook.
1) Faktor ekonomi
Dalam penelitian ini telah ditemukan bahwa pada waria Yogyakarta mereka
lebih menyukai tamu-tamu yang mampu membayar mereka tinggi. Faktor ekonomi
merupakan karakteristik utama para waria Yogyakarta dalam menentukan
partnernya. Baik itu menentukan partner yang ada di cyberspace maupun di dunia
nyata. Pada media sosial facebook ini faktor ekonomi merupakan prioritas utama
para waria Yogyakarta dalam menentukan partnernya. Berdasarkan penelitian
sebelumnya milik Puji Laksono (2012), dikatakan bahwa dalam bisnis
cyberprostitution dilihat dari segi ekonominya sangatlah menguntungkan, sebab para
pekerja seks dapat meraup keuntungan yang banyak dari melakukan prostitusi di
dunia maya. Sehingga pada waria Yogyakarta yang mendapatkan partner dari media
sosial facebook ini dapat meraup keuntungan yang lebih banyak dibandingkan
dengan mencari partner secara langsung.

2) Tempat Tinggal
Dari temuan dilapangan rata-rata waria Yogyakarta lebih menyukai partner
yang berasal dari Yogyakarta. Hal tersebut karena mempermudah para waria untuk
berinteraksi secara langsung dengan partnernya. Selain itu juga memperkecil resiko
terjadinya penipuan terhadap waria oleh calon partner-partner yang tidak
bertanggung jawab. Meskipun waria lebih mengutamakan partner-partner yang

5
berasal dari Yogyakarta sendiri, mereka tidak menutup kemungkinan untuk
menerima tamu yang berasal dari luar Yogyakarta. Yang terpenting ialah keseriusan
partner untuk bertemu dan berinteraksi secara langsung dengan waria tersebut di
Yogyakarta.
3) Rasa Nyaman
Kenyaman dalam menjalin hubungan merupakan salah satu hal yang disukai
waria dalam memilih partnernya.Waria ingin dirinya dianggap serta dihargai seperti
manusia pada umumnya. Karena waria juga ingin menjalin hubungan antara partner
dan waria tersebut tidak hanya hubungan dalam sekejap tetapi bisa menjalin
hubungan pertemanan hingga seterusnya.
Grup Facebook Sebagai Wadah Inspirasi Para Waria Yogyakarta
Berdasarkan term ruang publik karya Jurgen Habermas (1989) tertulis bahwa pada

dasarnya ruang publik merupakan ruang yang tercipta dari kumpulan orang-orang tertentu.
Begitu pun grup komunitas pada facebook ini merupakan ruang publik yang tercipta dari
kumpulan orang-orang tertentu. Grup pada facebook tersebut merupakan bentuk langkah para
waria untuk membentuk interaksi yang lebih luas lagi dengan orang lain di cybersociety ini.
Grup tersebut memiliki sifat bebas dan terbuka. Grup tersebut merupakan salah satu bentuk
wadah interaksi para waria dengan orang lain. Pada waria Yogyakarta mereka memiliki
beberapa grup komunitasnya di facebook yang membantu mereka dalam berinteraksi dengan
orang sekitarnya. Banyak manfaat yang dirasakan para waria dengan adanya grup tersebut,
seperti dengan adanya grup tersebut dapat berbagi informasi serta kegiatan-kegiatan positif
yang dilakukan oleh para Waria Yogyakarta sehingga dapat mengubah sedikit demi sedikit
stigma negatif masyarakat terhadap waria. Selain itu terdapat beberapa waria yang juga
memanfaatkan grup tersebut untuk mencari partner mereka. Pada setiap grup-grup waria
tersebut terdapat aturan-aturan tertentu yang dibuat oleh para admin grup sehingga para waria
pun harus taat pada aturan yang telah diatur oleh admin grup tersebut.
Jejaring Waria dan Partner di Facebook
Media sosial dapat digolongkan sebagai ruang publik yang digunakan manusia untuk
melakukan berbagai interaksi komunikatif. Interaksi manusia satu dengan manusia lainnya di
media sosial ini akan membentuk sebuah jejaring sosial. Seperti halnya pada interaksi antara
waria dan partner, mereka melakukan interaksi secara langsung dan lebih privasi pada media
sosial facebook. Menggambarkan bentuk jejaring bergantung pada bagaimana seseorang

mendefinisikan ikatan-ikatan yang diperhatikan (Christakis, 2010:18). Jejaring yang
terbentuk antara partner dan waria di facebook merupakan bentuk jejaring kontak seksual,
yakni jejaring tersebut menggambarkan ikatan waria dan partner yang terlibat dalam
hubungan seksual yang mulanya terbentuk di dunia maya dan terealisasikan di dunia nyata.
Sedangkan jejaring antara waria-waria Yogyakarta tersebut dapat disebut dengan jejaring
pertemanan. Waria-waria yang ada di Yogyakarta membentuk suatu ikatan yang saling
berhubungan satu sama lainnya bisa dinamakan sebagai komunitas jejaring. Komunitas
jejaring dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang terhubung jauh lebih erat dengan

6
sesama anggotanya daripada dengan kelompok orang-orang yang saling terhubung dalam
bagian jejaring lainnya (Christakis, 2010:15).
Kemudian para partner tersebut menjalin hubungan dengan para waria-waria
Yogyakarta sehingga meluaslah jejaring mereka dan terbentuklah jejaring sosial antara waria
dan partnernya. Proses-proses perkenalan antara waria dan partner pun biasanya dimulai
dengan aktifnya si partner dalam berkomunikasi dengan si waria. Misalnya, seperti partner
mengirimkan pesan di kotak masuk facebook waria terlebih dahulu.
Tahap-Tahap Waria Mendapatkan Partner Dari Facebook
Transaksi dalam cybersociety biasanya diawali dengan berkenalan, hingga akhirnya
melakukan transaksi dengan harga yang cukup mahal (Laksono, 2012). Dalam memperoleh

partner dari media sosial facebook ini, waria pastilah menjalani proses atau tahapan-tahapan
dari berkenalan di facebook hingga pada akhirnya bertemu secara langsung. Rata-rata waria
Yogyakarta ini menjalani tahap-tahap yang sama dalam mendapatkan partnernya. Berikut ini
beberapa tahapan yang akan di jelaskan di bawah ini:
1) Partner memulai obrolan terlebih dahulu
Tahapan ini merupakan tahapan yang paling awal dalam melakukan transaksi
di facebook. Dari temuan di lapangan kebanyakan para pria-prialah yang terlebih
dahulu memulai perkenalannya dibandingkan dengan waria yang terlebih dahulu.
Karena waria juga memiliki sisi jual mahal seperti wanita pada umumnya.
2) Saling Bertukar Nomer Handphone atau Pin BB
Biasanya dalam melakukan interkasi saling bertukar nomer handphone
menggunakan ruang privasi yang ada di facebook yaitu fasilitas perpesanan atau
kotak masuk pada media sosial facebook. Bertukar nomer handphone ataupun pin
bb merupakan bentuk dari partner menunjukkan keseriusannya kepada waria dan
memperdalam hubungan antara waria dan partner. Selain itu hal tersebut juga
untuk mengantisipasi agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
3) Mendiskusikan Tarif
Tahapan berikutnya adalah tawar-menawar mengenai tarif yang disetujui oleh
kedua pihak. Biasanya pembicaraan mengenai hal ini dapat dibicarakan di awal
perkenalan mereka atau saat mereka sudah sama-sama merasa saling kenal satu
sama lain. Saat keduanya sudah saling kenal satu sama lain biasanya percakapan ini
dilakukan melalui telepon, sms, maupun bbm. Tetapi bisa juga mereka melakukan
pembicaraan ini melalui chatting di facebook apabila si partner memulai obrolan
yang langsung mengarah ke arah prostitusi. Apabila tariff yang ditawarkan partner
kepada waria sama-sama sesuai, maka proses untuk bertemu secara langsung pun
akan cepat.
4) Janjian waktu dan tempat untuk bertemu
Setelah proses bertukar nomer handphone tahap selanjutnya adalah janjian
untuk bertemu. Biasanya untuk hal satu ini adalah kesepakatan bersama antara
waria dan partner. Waria dan partner mempunyai hak yang sama dalam
menentukkan waktu dan tempat untuk bertemu. Untuk ke tahap ini sebelumnya

7
waria dan partner sudah harus menyepakati tariff yang akan di berikan partner
kepada waria tersebut.
Manfaat Facebook Bagi Waria
1) Facebook Sebagai Media Informasi dan Komunikasi Bagi Waria Yogyakarta
Konsepsi ruang publik dalam dunia informasi menurut Habermas (1996)
adalah ruang publik paling tepat digambarkan sebagai jaringan untuk
mengkomunikasikan informasi. Facebook juga dimanfaatkan oleh waria untuk
berkomunikasi dengan rekan bisnis, rekan yang berada jauh di luar Yogyakarta
serta facebook juga dimanfaatkan untuk berbagi informasi terkait tentang isu-isu
seputar kehidupan sosial para waria. Meskipun kebanyakan waria menggunakan
facebook sebagai media mencari partner atau prostitusi.
2) Waria Menggunakan Facebook Sebagai Media Prostitusi
Melalui media facebook inilah banyak waria menawarkan jasa seks dan
menggunakan facebook sebagai tempat nyebong (jual diri) baik itu secara terbuka
dengan menulis status di wall facebook ataupun secara tertutup dengan chatting.
Meskipun bagi waria nyebong di facebook bukan merupakan prioritas yang utama
tetapi beberapa waria juga sering mendapatkan partner dari facebook. Bagi mereka
mendapatkan tamu dari facebook bisa dikatakan aji-mumpung karena mereka tidak
memprioritaskan utama mendapatkan tamu dari facebook, karena kebanyakan
mereka awalnya hanyalah iseng-iseng menanggapi ulah calon partner mereka.
Bisnis cyberprostitution memang menjanjikan keuntungan materi besar.
Dengan memanfaatkan internet, praktek prostitusi ini sulit untuk dilacak oleh polisi
(Laksono, 2012). Hal inilah yang menjadikan cyberprostitution berkembang pesat.
Sehingga waria tertarik untuk mencari partnernya di facebook. Alasan lain yang
menarik mereka untuk mencari partner di facebook adalah apabila di spot-spot
yang biasanya mereka buat mangkal terjadi razia oleh satpol pp barulah mereka
memanfaatkan facebook untuk mencari tamu.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Waria Menggunakan Facebook
Waria dalam menggunakan facebook pastilah dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu
yang menyebabkan mereka memutuskan untuk menggunakan facebook. Faktor-faktor
tersebut berasal dari dalam maupun luar. Berikut beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
waria menggunakan facebook.
1. Faktor Internal
a) Bebas Beropini
Bebas beropini merupakan faktor internal yang mempengaruhi waria
menggunakan facebook. Individu memiliki kebebasan beropini yang tinggi di
facebook. Selain itu kebebasan beropini merupakan salah satu sifat dari ruang
publik. Seperti yang dikatakan Habermas, bahwa dalam ruang publik
masyarakat bebas menyalurkan opini, ide, pendapat, gagasannya sehingga di
dalam ruang publik maya ini waria juga bebas mengekspresikan dirinya. Bagi
waria Yogyakarta facebook merupakan media sosial yang nilai kebebasan dalam

8
beropininya sangatlah tinggi. Misalnya saja, mereka dengan bebas menulis
status-status, bebas mengunggah foto-foto baik itu vulgar ataupun non vulgar.
b) Adanya Ruang Privasi
Meskipun facebook merupakan publik sphere, tetapi facebook juga
memiliki ruang-ruang privat yang berguna untuk membatasi orang-orang
tertentu untuk membacanya. Tidak semua cyberspace itu public sphere,
contohnya ketika masyarakat menulis pemikirannya di blog namun memilih
opsi private untuk membatasi hanya orang tertentu saja yang dapat membaca
(Emelia, 2013: 62). Dari temuan di lapangan adanya ruang privat untuk
berkomunikasi antar individu termasuk faktor internal yang mempengaruhi
waria menggunakan facebook. Seperti adanya perpesanan / layanan chatting
tersebut mempermudah berkomunikasi antara waria dengan partnernya secara
lebih pribadi tanpa diketahui oleh orang lain dan adanya opsi private untuk
membatasi hanya orang tertentu saja yang dapat membaca status yag dibuat.
Sehingga waria lebih senang menggunakan facebook karena ada ruang privasi
tersebut.
c) Akses Mudah
Kemudahan dalam mengakses merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi waria dalam menggunakan facebook. Diantara banyak mediamedia sosial yang ada di internet, hanya media sosial facebook yang paling
mudah untuk di akses. Mengakses facebook dapat dilakukan melalui
handphone, smartphone, maupun komputer. Sehingga facebook dapat diakses
kapanpun. Selain itu karena kecanggihan teknologi yang makin lama makin
berkembang membuat pengetahuan waria dalam mengakses facebook semakin
bertambah.
2. Faktor Eksternal
a) Grup Komunitas
Perilaku atau aktivitas pada individu atau organisme tidak timbul dengan
sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme
yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Perilaku
individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, di samping itu perilaku juga
berpengaruh pada lingkungan. Demikian pula lingkungan dapat mempengaruhi
individu, demikian sebaliknya (Bandura, 1977 dalam Juditha,2011). Biasanya
waria menghabiskan waktu mereka bersama dengan komunitas mereka.
Pertukaran informasi yang kaum waria gunakan yaitu melalui bertemu langsung
atau berkumpul bersama kaum waria lainnya menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari aktivitas mereka untuk saling berkomunikasi dan bertukar
informasi seputar kegiatan mereka (Sigit, 2012). Sehingga Grup Komunitas
yang ada di media sosial facebook merupakan faktor eksternal yang
mempengaruhi waria dalam menggunakan facebook. Karena waria sering
menghabiskan waktu bersama dengan komunitasnya sehingga semakin besar
pula pengaruh teman-teman komunitas yang ada disekitarnya. Misalnya,
terdapat seorang waria yang mulanya tidak memiliki akun facebook akan
terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya yang menggunakan facebook.

9
Sehingga pada akhirnya waria tersebut akan menggunakan facebook juga.
Selain itu, pengaruh adanya grup komunitas ini sangatlah besar karena hal
tersebut membuat daya saing mereka meninggi dalam mengonsumsi
kecanggihan teknologi saat ini.
Permasalahan Waria Dan Upaya Yang Dilakukan Dalam Menentukan Partner
Seksualnya di Facebook
1. Permasalahan Waria di Facebook dan di Ruang Nyata
Di satu sisi facebook merupakan sebuah public sphere dengan ditandai sebagai
ruang tanpa kontrol dan tanpa dominasi, namun di sisi lain karena tanpa kontrol tersebut,
sehingga facebook menjadi ruang anarkis tanpa aturan dan norma-norma (Laksono,2012).
Sehingga seperti yang terjadi dalam kehidupan nyata banyak ditemukan beberapa kasuskasus kriminal yang disebabkan karena facebook, seperti penipuan maupun penculikan.
Begitu juga dengan waria dalam menentukan partner seksualnya di facebook seringkali
mengalami beberapa permasalahan, baik itu permasalahan di ruang maya maupun masalah
di ruang nyata. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a) Permasalahan Di Facebook
1) Multy Identity
Multy Identity merupakan seseorang yang memiliki identitas lebih dari
satu. Dengan banyaknya pengguna multy identity di media sosial facebook ini
menjadi suatu permasalahan bagi para waria Yogyakarta yakni sering sekali
mereka tertipu oleh para partner yang tidak jelas identitasnya tersebut dan
banyak juga waria yang merasa terganggu oleh pria-pria yang hanya iseng
menggoda mereka.
2) Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis adalah suatu tindakan penyiksaan secara verbal (seperti:
menghina, berkata kasar dan kotor) yang mengakibatkan menurunnya rasa
percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak
dan tidak berdaya (Denger, 2012). Kekerasan Psikis merupakan permasalahan
waria yang kerap terjadi di media sosial. Kekerasan psikis yang diterima waria
ini berupa hinaan, caci maki, dan bully. Waria sering kali menjadi sasaran
bully di media sosial oleh orang lain.
3) Kekerasan Simbolik
Kekerasan simbolik adalah makna, logika dan keyakinan yang
mengandung bias tetapi secara halus dan samar dipaksakan kepada pihak lain
sebagai sesuatu yang benar (Bourdieu, 1994 dalam Roekhan, 2010). Pada
kasus waria Yogyakarta ini sering terjadi adanya kekerasan simbolik yang
dilakukan partner di facebook. Meskipun ini tidak menjadi permasalahan yang
berat bagi waria, tetapi adanya kekerasan simbolik yang terjadi antara partner
dan waria menunjukkan adanya relasi kekuasaan pada hubungan tersebut.
Bentuk-bentuk kekerasan simbolik yang terjadi di facebook biasanya, partner
menyuruh waria tersebut apabila bertemu di ruang nyata harus mengikuti apa

10
yang diperintahnya, misalnya saja dalam hal berpakaian harus mengikuti
perintah yang diminta partner tersebut.
b) Permasalahan Waria Di Dunia Nyata Dalam Menentukan Partner Dari Facebook
1) Kekerasan Ekonomi
Dalam temuan di lapangan kekerasan ekonomi ini sering juga dialami
waria ketika mendapatkan partner dari facebook maupun dari lapangan.
Biasanya contoh dari kekerasan ekonomi yang dialami waria ini adalah
ketidaksesuain bayaran mereka dengan yang dijanjikan, uang yang dirampas
dan tidak dibayar setelah melakukan hubungan seksual.
2) Kekerasasn Fisik / Kekerasan Seksual
Kekerasan fisik ini terjadi saat berada di ruang nyata antara partner dan
waria. Biasanya kekerasan ini dilakukan oleh partner terhadap waria. Ini dapat
terjadi karena ada hubungannya dengan relasi kekuasaan antara partner dan
waria. Yang mana waria merupakan pihak yang dikuasai, harus rela dan pasrah
menerima kekerasan fisik atau kekerasan seksual ini. Contoh dari kekerasan
seksual itu misalnya dalam berhubungan seksual, partner melakukan tindakantindakan yang kasar seperti memukul, menampar, dan lain-lain terhadap waria
tersebut.
2. Upaya Yang Dilakukan Waria
Adanya permasalahan-permasalahan yang terjadi seperti yang dipaparkan di atas.
Terdapat upaya-upaya pencegahan agar waria terbebas dari permasalahan baik itu masalah
mengenai multy identity maupun masalah mengenai segala bentuk kekerasan. Upayaupaya tersebut antara lain sebagai berikut :
a) Meminta Nomer Handphone Maupun Pin Bb
Salah satu upayanya seperti meminta nomer handphonenya maupun pin
bbnya karena dengan meminta kontak partner, waria mempunyai identitas partner
yang jelas. Sehingga hal ini akan meminimalisir segala bentuk permasalahan
yang terjadi
b) Selektif Dalam Memilih Pertemanan Di Facebook
Antisipasi lainnya untuk meminimalisir terjadinya permasalahan tersebut
adalah saat ini para waria lebih selektif memilih pertemanannya di facebook. Jadi
mereka tidak asal mengkonfirmasi permintaan pertemanan di facebook, karena
menurut mereka hal tersebut dapat meminimalisir terjadinya penipuan atau
sebagai korban keisengan para partner.
c) Lebih Memilih Nyebong Di Lapangan Daripada Di Facebook
Adanya permasalahan dalam mencari partner seksual di facebook membuat
waria lebih nyaman nyebong di lapangan daripada di facebook. Karena proses
yang mereka alami di facebook memerlukan waktu yang lebih lama daripada
mereka nyebong di lapangan. Meskipun mencari partner di facebook lebih
menguntungkan daripada mencari tamu di lapangan tetapi bagi mencari tamu di
lapangan lebih menjanjikan dalam mendapatkan partner dan resiko menjadi
korban keisengan para laki-laki lebih kecil daripada mendapatkan tamu dari
facebook.

11
PEMBAHASAN
Habermas menjelaskan bahwa ruang publik itu bisa bersifat politis (dalam arti praktik
kekuasaan) sejauh diskusi publik berkaitan dengan berbagai hal mengenai praktik negara.
Pada era masyarakat masa kini, ruang publik sering kali telah menjadi objek kekuasaan kelas
kapitalis yang berkuasa, yang kemudian mengubahnya dari lingkup perdebatan rasional yang
terbuka dan bebas menjadi lingkup intervensi dominasi, manipulasi, dan juga pembiakan
perilaku konsumtif masyarakat yang seolah tak pernah dapat terpuaskan. Dalam penelitian ini
terkait dengan penggunaan ruang publik terdapat agen-agen yang memiliki kekuasaan. Pada
dasarnya di dalam ruang publik maya ini setiap orang memiliki kekuasaan untuk menentukan
pandangan hidupnya sendiri, untuk menyusun ideologinya sendiri, untuk merangkai
identitasnya sendiri yang unik. Berdasarkan temuan di lapangan, waria maupun partner
memiliki kebebasan dalam menuliskan segala bentuk identitas dirinya di facebook untuk
memberikan kesan yang menarik kepada orang lain. Sedangkan pada kasus waria dalam
mencari partner seksualnya di facebook, di sini waria memiliki kekuasaan atas tubuh yang
dimilikinya sedangkan partner memiliki kekuasaan kapital. Selain itu, permasalahanpermasalahan yang dialami oleh waria dalam menggunakan facebook menunjukkan
terbentuknya relasi kekuasaan pada media sosial ini. Misalnya saja dalam permasalahan
terjadinya kekerasan simbolik dan kekerasan seksualitas/fisik menunjukkan bahwa partner
yang memiliki kekuasaan penuh atas waria. Dalam ruang publik maya ini, facebook hanya
digunakan sebagai media penghubung yang mempermudah kedua belah pihak untuk menjalin
relasi yang lebih lanjut pada ruang nyata.
Jika kasus di atas menurut Habermas merupakan kajian dari konsep ruang publik
pendapat lain muncul dari seorang pemikir Italia yakni Antonio Gramsci yang
mengembangkan pengertian hegemoni secara luas, sehingga ia tidak hanya digunakan untuk
menjelaskan relasi antar kelas-kelas politik akan tetapi relasi-relasi sosial yang lebih luas
termasuk relasi komunikasi dan media. Menurut Gramsci, pembentukan opini publik
merupakan hal yang sangat sentral dalam prinsip hegemoni, yang untuk itu diperlukan
mediasi berupa ruang publik (Piliang, 2004: 136). Dalam kaitannya penciptaan ruang publik
ini, Gramsci menganggap penting adanya institusi-institusi yang berperan dalam
mengembangkan dan menyebarluaskan hegemoni ideologi. Gramsci menyebut institusi dan
strukturnya sebagai alat hegemoni seperti media massa. Sesuai dengan namanya alat
hegemoni ini dapat digunakan untuk mensosialisasikan dan mempertahankan ide-ide atau
ideologi hegemonik. Berdasarkan penjelasan Gramsci di atas, facebook digunakan waria
sebagai sebuah bagian dari ruang publik yang membentuk sebuah ruang tempat
berlangsungnya perang bahasa atau perang simbol untuk memperebutkan penerimaan publik.
Dalam upaya memperebutkan penerimaan publik, maka kekuatan bahasa dan kekuatan
simbol mempunyai peranan yang sangat penting di dalam prinsip hegemoni. Dalam prinsip
hegemoni tersebut terdapat landasan demokrasi yang terbentuk untuk mencapai tujuan yang
sama antara kelompok berkuasa dan kelompok yang dikuasai. Gramsci menilai hegemoni
bukan hanya memaksa subjek yang dikuasai, namun juga menciptakan kondisi di mana
subjek merelakan dirinya untuk dikuasai. Dan kondisi demikian diciptakan melalui ideologi,
sebagai medium penyampai gagasan yang dipercayai. Jadi intinya, gagasan Gramsci terhadap
kasus di atas adalah menjelaskan bagaimana waria memanfaatkan facebook sebagai alat

12
hegemoni yang di dalamnya terdapat perang-perang simbol (baik itu bahasa dalam statusstatus di facebook maupun foto-foto) yang digunakan untuk memperebutkan penerimaan
publik atau dalam kasus ini adalah memperebutkan partner seksualnya. Waria berlombalomba mengunggah foto-foto, maupun status-status yang digunakan untuk menarik perhatian
calon partner mereka. Waria (kelompok yang dikuasai) memiliki tujuan yang sama dengan
partner (kelompok berkuasa) yakni sama-sama ingin merasakan kenikmatan saat
berhubungan seksual, yang mana memiliki tujuan yang sama antara waria dan partner
merupakan prinsip hegemoni tersebut. Disini waria merupakan subjek yang merelakan
dirinyaa untuk dikuasai ketika partner yang berkuasa atas dirinya tersebut bersedia membayar
waria saat bertemu langsung di ruang nyata.
Kajian Habermas masih dianggap benar, di mana facebook sebagai ruang publik yang
di dalamnya memungkinkan setiap warga negara berbicara dan terlibat dalam berbagai silang
pendapat serta bersama-sama membentuk pendapat umum. Selain itu ruang publik itu sendiri
bersifat politis yakni adanya praktik kekuasaan. Pada kasus ini waria Yogyakarta
memanfaatkan ruang publik facebook untuk membentuk jejaring sosial mereka karena dalam
membentuk pendapat umum didalamnya banyak orang yang akan terlibat sehingga jejaring
sosial antara partner dan waria yang terbentuk juga semakin besar. Besarnya jejaring yang
akan terbentuk antara partner dan waria memperbesar pula praktik kekuasaan dalam
hubungan mereka yang akhirnya mereka realisasikan di dunia nyata.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan analisis di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Ruang Publik merupakan suatu arena untuk berkumpul, berserikat secara bebas dan
menyatakan serta menyalurkan opini-opini individu secara bebas. Pada ruang publik
facebook ini waria menggunakanya untuk menjalin interaksi dengan orang lain secara bebas
yang kemudian mereka membentuk suatu jejaring, jejaring itu yang dinamakan dengan
Jejaring Sosial.
Jejaring Sosial secara umum merupakan suatu hubungan antar individu dengan individu
lainnya yang saling berhubungan. Jejaring Sosial pada waria biasanya dapat terbentuk ketika
mereka tergabung dalam sebuah group komunitasnya di facebook yang di dalamnya
beranggotakan orang-orang secara umum yang kemudian mereka berinteraksi dan menjalin
hubungan satu sama lain di facebook.
Dalam penelitian ini, jejaring yang terbentuk di media sosial ini adalah bentuk Jejaring
Pertemanan dan Jejaring Kontak Seksual. Jejaring Pertemanan merupakan hubungan antara
waria dengan waria lain atau orang lain yang terbentuk yang mana mereka saling mengenal
satu dengan yang lainnya dan hubungan yang mereka jalani di facebook maupun di dunia
nyata adalah sebagai teman. Sedangkan Jejaring Kontak Seksual yaitu hubungan atau ikatan
antara waria dan partner yang terlibat dalam hubungan seksual yang mulanya terbentuk di
dunia maya dan terealisasikan di dunia nyata.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mempengaruhi waria menggunakan facebook terbagi
menjadi dua yakni, faktor internal (bebas beropini, adanya ruang privasi, akses mudah) dan
faktor eksternal (grup komunitas).

13
Waria menggunakan media sosial facebook untuk mencari partner seksual karena
mencari partner seksual di facebook akan lebih menguntungkan daripada mencari partner
seksual di lapangan. Selain itu menggunakan media facebook untuk mencari partner akan
memperkecil resiko mereka tertangkap razia Satpol PP. Mencari partner seksual di facebook
juga dimanfaatkan oleh waria-waria yang sudah tidak lagi mencari partner di lapangan.
Dengan kemudahan mengakses teknologi saat ini menjadikan beberapa waria menyukai
mencari partner seksual di facebook karena akan memperluas relasi mereka. Tetapi tidak
sedikit juga yang lebih memilih mencari partnernya di lapangan karena meskipun
mendapatkan partner dari facebook lebih menguntungkan tetapi mencari partner di lapangan
lebih pasti.
Permasalahan yang sering di alami para waria dalam menentukan partner seksualnya di
facebook antara lain, multy identity, kekerasan psikis, dan kekerasan simbolik. Sedangkan
permasalahan waria di dunia nyata antara lain, kekerasan ekonomi dan kekerasan
fisik/seksual. Sehingga upaya yang dilakukan waria dalam menghadapi masalah tersebut
biasanya waria meminta nomor handphone atau pin bb, serta lebih selektif dalam pertemanan,
dan waria lebih mengutamakan mencari partner di lapangan daripada mencari partner di
facebook.
DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa, Putra dan Sri H. Eddy. 2001. Strukturalisme Levi-Straus Mitos dan Karya Sastra
.Yogyakarta: Galang Press.
Al-aydrus, Muchammad Ishaq. 2012. Pengertian Jejaring Sosial. Ditelusur dari
http://www.scribd.com/doc/Pengertian-Jejaring-Sosial pada tanggal 07 Juni 2014.
Anonim. 2009. Waria Tidak Memiliki Kesempatan Bekerja Normal. Ditelusur dari
http://regional.kompas.com/read/2009/12/03/22225393/waria.tidak-milikikesempatan.bekerja.normal pada tanggal 18 September 2013.
Anonim. 2013. Pasangan Seksual. Ditelusur dari http://id.wikipedia.org/Pasangan_seksual
pada tanggal 19 November 2014.
Atmojo, Kemala. 1986. Kami Bukan Lelaki: Sebuah Sketsa Kehidupan Waria . Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti.
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi Di Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Christakis, Nicholas A. dan James H. Flower. 2010. Connected: Dahsyatnya Kekuatan
Jejaring Sosial Mengubah Hidup Kita . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Darmawan, Deni. Metode Penelitian Kuantitatif. 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Denger.

2012. Pengertian Kekerasan Psikis. Ditelusur dari http://worldhealthbokepzz.blogspot.com/2012/05/pengertian-kekerasan-psikis.html pada tanggal 24
Maret 2015.

14
Emelia, Fritska. 2013. Peran Media dalam Cyberspace, Informational Politics, dan Public
Sphere. Jurnal Hubungan Internasional Volume VI, No. 1.
Habermas, Jurgen. 2012. Ruang Publik: Sebuah Kajian Tentang Kategori Masyarakat
Borjuis. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Hardiman F, Budi. 2009. Menuju Masyarakat Komunikatif. Yogyakarta: Kanisius.
Juditha, Christiani. 2011. Hubungan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook Terhadap
Perilaku Remaja Di Kota Makasar. Jurnal Penelitian IPTEK-KOM Volume 13,
No. 1. Ditelusur dari https://www.academia.edu/6381401 pada Tanggal 07 Juni
2014.
Juju, Dominikus dan Feri Sulianta. 2010. Hitam Putih Facebook. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Kadir, Abdul Hatib. 2007. Tangan-Tangan Kuasa Dalam Kelamin. Yogyakarta: INSISTPress.
Koeswinarno. 1998. Waria dan Penyakit Menular Seksual: Kasus Dua Kota di Jawa.
Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan.
Koeswinarno. 2004. Hidup Sebagai Waria . Yogyakarta: LKiS.
Laksono, Puji. 2012. Cyber Prostitution: Bergesernya Masalah Sosial Ke Dalam Ruang
Virtual. Makalah Pascasarjana Sosiologi Universitas Sebelas Maret. Ditelusur
dari https//:www.academia.edu/4533910/…pada tanggal 18 September 2013.
LSM KEBAYA. 2012. Data Informasi Strategis 2012.
Madcoms. 2010. Facebook, Twitter dan Plurk dalam Satu Genggaman. Yogyakarta: ANDI.
Milles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UI-Press.
Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Nazir, Barirah. 2012. Gender Patterns on Facebook: A Sociolinguistic Perspective.
International Journal of Linguistics ISSN 1948-5425 2012, Vol. 4, No. 3.
Ditelusur dari www.macrothink.org/journal/index.php/ijl/article/viewFile/1899
pada tanggal 07 Juni 2014.
Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Neill, Shelly A. 2009. The Alternate Channel: How Social Media Is Challenging The Spiral
Of Silence Theory In GLBT Communities Of Color. Research Project Submitted
To The Faculty Of The Public Communication Graduate Program School Of
Communication American University Washington, D.C. Ditelusur dari
www.american.edu/.../09-Neill pada tanggal 07 Juni 2014
Piliang, Yasraf Amir. 2004. Postrealitas: Realitas Kebudayaan dalam Era Posmetafisika.
Yogyakarta: Jalasutra.

15
Putri, Mardha Tresnowaty dan Hadi Sutarmanto. 2009. Kesejahteraan Subjektif Waria
Pekerja Seks Komersial. Jurnal Psikohumanika: Universitas Setia Budi Fakultas
Psikologi. Ditelusur dari http://www.setiabudi.ac.id/jurnalpsikologi/JURNAL
4(1).pdf pada tanggal 18 September 2013.
Ramadhani, Jane. 2012. Mengapa Ada Lelaki “Normal” Menyukai Waria. Ditelusur dari
https://janeontheblog.wordpress.com/2012/01/24/mengapa-ada-lelaki-normalmenyukai-waria pada tanggal 19 November 2014.
Riyantoro, Bagus dan Ati Harmoni. 2013. Efektivitas Iklan Melalui Jejaring Sosial Sebagai
Salah Satu Strategi Pemasaran Keripik Pedas Maicih Dengan Metode EPIC .
Jurnal Epic Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Vol. 05 Oktober 2013
ISSN: 1858-2559. Ditelusur dari https://www.academia.edu/6262843/....pada
tanggal 18 September 2013.
Roekhan. 2010. Kekerasan Simbolik Di Media Massa. Jurnal Bahasa Dan Seni Tahun 38
Nomor 2. Ditelusur dari https://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/.../11Roekhan.pdf pada tanggal 24 Maret 2015.
Salim, Agus. 2006. Teori Dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Saputra, Ozzy. 2013. FAKTA - Negara Pengguna Facebook Terbesar di Dunia . Ditelusur dari
http://ozzy5.blogspot.com/2013/04/fakta-negara-pengguna-Facebookterbesar.html pada tanggal 18 september 2013.
Sigit, Erwin. 2012. Pola Komunikasi Waria Sebagai Bentuk Eksistensi Diri (Studi Deskriptif
Pola Komunikasi Waria Sebagai Bentuk Eksistensi Diri Di Lingkungan
Masyarakat Kota Bandung). Ditelusur dari http://elib.unikom.ac.id pada tanggal
07 Juni 2014.
Susanto. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan
UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS.
Sumadiria, Haris. 2014. Sosiologi Komunikasi Massa . Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Scott, John. 2012. Teori Sosial: Masalah-Masalah Pokok Dalam Sosiologi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Slamet, Yulius. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Wicaksono,

Bangkit. 2011. Cybersociety (Masyarakat Cyber). Ditelusur dari
http://bangkitwicaksono.blogspot.ca/2011/04//pendidikan-agama-islam-sumberhukum.html?zx=1a8e41f616cd5fb pada tanggal 18 September 2013.

Yin, Robert K. 2013. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: RajaGrafindo Persada (Rajawali
Perss).
Yoga,

Yanuar. 2012. Dinamika Arus Informasi Dalam Media. Ditelusur
http://yogyeside.blogspot.com/2012/03/dinamika-arus-informasi-dalammedia.html pada tanggal 07 Juni 2014.

dari