pengembangan kemitraan usaha dengan badan usaha lain yang ditempuh selama ini adalah sejalan dengan upaya mewujudkan
demokrasi ekonomi. Konsep koperasi adalah konsep umum yang berlaku di seluruh
dunia. Ciri khas koperasi dapat dipandang sebagai jati diri yang sejak kelahirannya hingga dewasa ini tetap eksis meskipun politik, ekonomi,
social dan budaya dunia mengalami berbagai perubahan. Sebagai suatu perusahaan, koperasi harus menjalankan sesuatu
usaha yang mendatangkan keuntungan ekonomis, meskipun koperasi bukan merupakan bentuk akumulasi modal. Untuk mencapai tujuan
mendatangkan keuntungan ekonomis tersebut, maka koperasi harus menjalankan usahanya secara terus menerus kontinyu, terang-terangan,
berhubungan dengan pihak ketiga, dan memperhitungkan rugi laba serta mencatat semua kegiatan usahanya tersebut ke dalam suatu
pembukuan.
3
B. Partisipasi Pemerintah Dalam Menyiapkan Koperasi Layak Menjadi Mitra Perusahaan Patungan
Sejak negara Indonesia diproklamasikan telah ditetapkan dalam UUD 1945 bahwa perekonomian Indonesia dilaksanakan atas dasar
demokrasi ekonomi, yang mana perekonomian disusun sebagai usaha
3
Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 101
bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945, dapat diketahui bahwa koperasi merupakan salah satu sektor
ekonomi yang sangat kuat kedudukannya, karena jelas- jelas
diamanatkan oleh UUD 1945. Dari penjelasan pasal 33 UUD 1945 secara eksplisit disebutkan bahwa pelaku ekonomi adalah sektor negara dan
koperasi, sedangkan sektor swasta hanya disebut implisit.
4
Penjelasan pasal 33 UUD 1945 mengisyaratkan pemerintah harus berperan aktif untuk menjaga kelestarian dan mengembangkan koperasi
agar dapat menjadi sektor ekonomi yang kuat sebagai soko guru perekonomian nasional. Namun dalam realitanya, banyak kebijaksanaan
ekonomi yang ternyata merugikan kehidupan perkoperasian, dan sebaliknya usaha swasta memperoleh berbagai fasilitas dan keuntungan,
akibatnya koperasi menjadi terpinggirkan.
5
Konsep corporate social responsibility melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat, juga
masyarakat setempat lokal. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antar stakeholders.
6
CSR lahir dari desakan masyarakat terhadap perusahaan
yang cenderung mengabaikan
tanggung jawab sosial dan lingkungan seperti melakukan berbagai
4
Sukidjo, membangun Citra Koperasi Indonesia, Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan, Volume 5 nomor 2, Desember, 2008, hlm. 194
5
Ibid.
6
K. Bartens, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisius, 2000, hlm. 162- 163
kerusakan lingkungan, eksploitasi sumber daya alam serta buruh dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.
Upaya pembinaan dan pengembangan usaha kecil meliputi bidang- bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia dan
teknologi. Pembiayaan dilakukan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat meliputi kredit perbankan, pinjaman lembaga keuangan
bukan bank, modal ventura, pinjaman dari bagian laba BUMN, hibah dan jenis pembiayaan lainnya. Pembiayaan tersebut dijamin oleh lembaga
peminjam pemerintah danatau swasta, dalam bentuk penjaminan pembiayaan kredit bank, pembiayaan penjaminan atas bagi hasil, dan
pengiriman pembiayaan lainnya.
7
CSR merupakan suatu bentuk kepedulian perusahaan yang tidak hanya berupa sumbangan financial kepada masyarakat yang bersifat
sesaat melainkan terhadap semua stakeholders termasuk lingkungan dan masyarakat disekitarnya, dengan cara perusahaan menyisihkan sebagian
keuntungannya yang digunakan untuk kepentingan pembangunan manusia dan lingkungan secara berkelanjutan berdasarkan prosedur yang
tepat dan profesional sehingga tercipta keseimbangan dan kesejahteraan bersama.
7
Sanusi Bintang Dahlan, Pokok- Pokok Hukum Ekonomi Dan Bisnis, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 52-53
C. Peraturan Yang Mewajibkan Koperasi Sebagai Mitra Perusahaan Patungan Dalam Penerapan Penanaman Modal
Untuk mewujudkan Pasal 33 Undang- undang Dasar maka pemerintah membuat produk hukum untuk mengatur hal tersebut,
sehingga pemerintah membuat Undang- undang Nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing dan Undang- Undang Nomor 6 tahun
1968 Penanaman Modal dan digantikan oleh Undang- undang Nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal karena selama 30 tahun PMA dan
PMDN diatur terpisah dalam dua undang- undang yang berbeda, Pembedaan pengaturan ini secara otomatis mengakibatkan pembedaan
perlakuan terhadap PMA dan PMDN. Sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal, untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilaksanakan pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan dengan berlandaskan demokrasi
ekonomi untuk mencapai tujuan bernegara. Dengan amanat tersebut yang tercantum dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor XVIMPR1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, kebijakan Penanaman Modal selayaknya
selalu mendasari ekonomi kerakyatan yang melibatkan pengembangan bagi usaha mikro, kecil,menengah, dan koperasi.
Dalam melakukan kegiatan penanaman modal diperlukan suatu bentuk badan usaha. Pilihan bentuk badan usaha akan mempengaruhi
terhadap pengembangan usaha, bentuk pertanggung jawaban, akses permodalan, pembagian keuntungan, pembubaran perusahaan, dan lain-
lain. Secara umum diketahui bahwa didirikannya Koperasi adalah
dimaksudkan untuk
kepentingan anggota
khususnya dalam
meningkatkan taraf kehidupan ekonominya. Dalam Pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992
dikatakan bahwa ”Koperasi bertujuan memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.” Selanjutnya dalam Pasal 4 UU No. 25 Tahun
992 dinyatakan tentang fungsi dan peran Koperasi. Tentunya pemerintah sebagai penyelenggara perlu melakukan
amandemen terhadap undang- Undang penanaman modal, yang mana investasi di bidang- bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak,
seperti Pertanian, Perikanan, Pertambangan, Perhutanan, dll dapat lebih mengedepankan upaya bermitra dengan Koperasi, tentu saja Koperasi-
koperasi yang ditunjuk secara langsung oleh pemerintah telah sesuai dengan standarisasi operasional yang terstruktur dan sistematis.
A. Simpulan