Sebagai salah satu komponen penting dalam perekonomian nasional, perusahaan swasta maupun BUMN memiliki perang penting memacu
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Hal ini merupakan bentuk kepedulian dan tanggungjawab sosial-moral setiap institusi bisnis atau pelaku usaha.
Pemerintah Indonesia sangat berkepentingan dengan koperasi, karena koperasi di dalam sistem perekonomian merupakan soko guru.
Koperasi harus menjadi lebih dominan diantara bentuk usaha Perusahaan Negara dengan bentuk usaha swasta lainnya, agar koperasi lebih cepat
berkembang sehingga dalam persaingan usahanya koperasi bisa bersaing dengan badan- badan usaha yang lain. Tetapi dalam
kenyataannya Koperasi Indonesia belum memiliki kemampuan untuk menjalankan peranannya secara efektif dan kuat. Hal ini disebabkan
koperasi masih menghadapi hambatan struktural dalam penguasaan faktor produksi khususnya permodalan. Dengan demikian masih perlu
perhatian yang lebih luas lagi oleh pemerintah agar keberadaan koperasi yang ada di Indonesia bisa benar-
benar sebagai soko guru perekonomian Indonesia yang merupakan sistem perekonomian yang
dituangkan dalam Undang- Undang Dasar 1945.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan hukum yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana proses koperasi dapat ditetapkan oleh pemerintah sebagai mitra perusahaan patungan sebagaimana diamanatkan
dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal? 2. Bagaimana partisipasi pemerintah dalam menyiapkan koperasi
untuk dapat layak menjadi mitra perusahaan patungan? 3. Bagaimana pengaturan yang mewajibkan koperasi sebagai mitra
perusahaan patungan ditaati oleh investor asing dalam penanaman modal?
A. Proses Penerapan Koperasi Sebagai Mitra Perusahaan Patungan Sebagaimana Diamanatkan Undang-Undang Penanaman Modal
Dalam suasana persaingan yang semakin kompetitif, keberadaan usaha kecil menengah dan koperasi dituntut untuk tetap dapat bersaing
dengan pelaku usaha lainnya, karena lembaga ini dianggap cukup representatif dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Namun harus
diakui bahwa usaha kecil menengah dan koperasi ini tidak terlepas dari tantangan dan hambatan baik dari segi permodalan, sumber daya
manusia, manajemen, minimnya penguasaan teknologi informasi, iklim berusaha, serta dari segi distribusi pemasaran produk yang dihasilkan.
Pilihan alternatif pemberdayaan pada usaha kecil menengah dan koperasi adalah melalui konsep mekanisme kerjasama atau keterkaitan
dengan perusahaan besar dalam bentuk kemitraan usaha. Konsep ini
mulai ditawarkan di Indonesia sejak tahun 1980 dan dicanangkan melalui Gerakan Kemitraan Usaha Nasional GKUN pada tahun 1996, hal ini
dilakukan sebagai upaya untuk mempersempit kesenjangan yang terjadi antara usaha kecil menengah yang sebagian besar memayungi
masyarakat miskin dengan BUMN dan swasta.
2
Pada hakekatnya kemitraan usaha tersebut sesuai dengan jiwa dan semangat demokrasi ekonomi yang diamanatkan konstitusi. Secara jelas
pasal 33 ayat yang pertama menyebutkan bahwa ”perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.” Kemudian
dalam penjelasannya ditegaskan bahwa ”dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di
bawah pimpinan
atau pemilikan
anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakat yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang. Oleh sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi.”
Koperasi sebagai wadah ekonomi rakyat yang berdasarkan Undang- undang No. 251992 merupakan badan usaha dan sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang dimiliki, dikelola dan untuk kepentingan anggotanya. Maka, upaya pemberdayaan koperasi disertai dengan
2
Saparuddin M. dan Basri Bado, Pengaruh kemitraan Usaha Terhadap Kinerja Usaha Pada UKM, Sulawesi Selatan: Econosains, 2011, hlm. 164
pengembangan kemitraan usaha dengan badan usaha lain yang ditempuh selama ini adalah sejalan dengan upaya mewujudkan
demokrasi ekonomi. Konsep koperasi adalah konsep umum yang berlaku di seluruh
dunia. Ciri khas koperasi dapat dipandang sebagai jati diri yang sejak kelahirannya hingga dewasa ini tetap eksis meskipun politik, ekonomi,
social dan budaya dunia mengalami berbagai perubahan. Sebagai suatu perusahaan, koperasi harus menjalankan sesuatu
usaha yang mendatangkan keuntungan ekonomis, meskipun koperasi bukan merupakan bentuk akumulasi modal. Untuk mencapai tujuan
mendatangkan keuntungan ekonomis tersebut, maka koperasi harus menjalankan usahanya secara terus menerus kontinyu, terang-terangan,
berhubungan dengan pihak ketiga, dan memperhitungkan rugi laba serta mencatat semua kegiatan usahanya tersebut ke dalam suatu
pembukuan.
3
B. Partisipasi Pemerintah Dalam Menyiapkan Koperasi Layak Menjadi Mitra Perusahaan Patungan