1 Pemindahtanganan: pengalihan kepemilikan barang milik negara
daerah sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal pemerintah.
2 Penjualan: pengalihan kepemilikan barang milik negara daerah kepada
pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk uang. 3
Tukar menukar: pengalihan kepemilikan barang milik negara daerah yang dilakukan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah,
antar pemerintah daerah, atau antara pemerintah pusat daerah dengan pihak lain, dengan menerima penggantian dalam bentuk barang,
sekurang-kurangnya dengan nilai seimbang. 4
Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dari pemerintah daerah kepada pemerintah
pusat, antar pemerintah daerah, atau dari pemerintah pusat pemerintah daerah kepada pihak lain, tanpa memperoleh penggantian.
5 Penyertaan modal pemerintah pusat daerah adalah pengalihan
kepemilikan barang milik negara daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan
untuk diperhitungkan sebagai modal saham negara atau daerah pada badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum
lainnya yang dimiliki negara.
1. Keterkaitan Dengan UU No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah
Undang-undang No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sejauh ini masih
menjadi landasan
huku m
keberadaan Perusahaan
Daerah .
Dibentuknya Undang-Undang Perusahaan Daerah adalah untuk turut serta
melaksanakan pembangunan daerah dan pembangunan ekonomi nasional dalam kerangka ekonomi terpimpin, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dengan mengutamakan industrialisasi, ketentraman, dan kesenangan kerja menuju masyarakat yang adil dan makmur. Pasal 5 Undang-Undang No. 5
Tahun 1962 menyebuitkan bahwa Perusahaan Daerah adalah suatu kesatuan
produksi yang
bersifa t
memberi jasa,
menyelenggarak an
kemanfaatan umum, dan memupuk pendapatan. Artinya bahwa Perusahaan Daerah dibentuk bertujuan selain untuk mencari laba juga bertujuan untuk
turut serta dalam mensejahterakan masyarakat di daerahnya dan bila dimungkinkan turut andil dalam pembangunan ekonomi nasional. Lebih lanjut
Pasal 5 ayat 4 menentukan bidang-bidang usaha yang dapat dijalankan oleh Perusahaan Daerah adalah usaha-usaha yang terkait dengan
pengelolaan cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Perusahaan Daerah dalam menjalankan usahanya dimungkinkan untuk melakukan kerjasama dengan pihak ketiga, seperti kerjasama dengan
Peruahaan Negara BUMN, Koperasi, dan swasta. Namun sesuai dengan amanat Pasal 6 Undang-Undang No. 5 Tahun 1962 Koperasi merupakan
mitra usaha yang harus mendapat prioritas untuk bekerjasama dengan Perushaan Daerah. Perusahaan Daerah didirikan dengan Peraturan Daerah
yang modalnya untuk seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan daerah
yang dipisahkan
dan mer
upakan badan
hukum tersendiri.
Berdasarkan Pasal 2, 3, dan 4 pembentukan Perusahaan Daerah harus mendapat persetujuan dari instansi atasan daerah yang bersangkutan, dan
pengelolaan Perusahaan daerah tidak boleh bertentangan dengan prinsip
sosialisme Indonesia. Artinya Perusahaan Daerah tidak boleh menjalankan praktek-praktek ekonomi liberal, karena hal itu bertentangan dengan Undang-
Undang No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah jo Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945 Amandemen ke-4 yang merupakan perwujudan dari
prinsip negara kesejahteraan welfare state. Selanjutnya Undang-Undang No. 5 Tahun 1962 mengatur bahwa modal
Perusahaan Daerah untuk seluruhnya atau untuk sebagian diambil dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Untuk modal Perusahaan Daerah yang
untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan suatu daerah tertentu, maka tidak boleh terdiri atas saham-saham. Adapun modal
Perusahaan Daerah
yang boleh
t erdiri
atas saham-saham
adalah Perusahaan daerah yang modalnya terdiri dari beberapa kekayaan daerah
yang dipisahkan dan Perusahaan Daerah yang modalnya terdiri dari sebagian dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Diman saham-saham tersebut terdiri
atas sham-saham prioritas dan saham-sham biasa, yang mana saham prioritas hanya boleh dimiliki oleh Pemerintah Daerah, dan untuk saham-
saham biasa tidak boleh dimiliki oleh unsure asing Pasal 8 ayat 3. Perusahaan Daerah berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang No. 5 Tahun
1962 dipinpin oleh suatu Direksi, dimana Anggota Direksinya harus warga negara Indonesia. Pengangkatan Anggota Direksi untuk Perusahaan Daerah
yang modalnya terdiri atas seluruh kekayaan daerah yang dipisahkan harus mendapat pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
bersangkutan. Adapun untuk Perushaan daerah yang modalnya terdiri atas sebagian dari kekayaan daerah yang dipisahkan pengangkatan Anggota
Direksinya diusulkan oleh para pemegang sahamsaham prioritas. Anggota
Direksi memiliki kewenangan mengurus dan mewakili Perusahaan Daerah baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Berdasarkan Pasal 28 Undang-Undang No. 5 Tahunh 1962 atas persetujuan para pemegang saham oleh Pemerintah Daerah yang
bersangkutan dapat memindahkan Perusahaan Daerah tertentu kepada Koperasi yang berada di daerahnya. Pemindahan Perusahaan Daerah
tersebut oleh Pemerintah Daerah harus dilakukan berdasarkan Peraturan Daerah dan setelah mendapat pengesahan dari instansi atasan daerah yang
bersangkutan.
2. Keterkaitan Dengan UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah