Kajian Hukum Kedudukan Preliminary Merger Negotiation Perusahaan Publik Dalam Kaitannya Dengan Kewajiban Keterbukaan Di Dalam Pasar Modal

(1)

KAJ NEGO DENGAN

JIAN HUK

OTIATION P

N KEWAJIB Diajuk Meme N N D UN KUM KEDU PERUSAHA BAN KETE

kan Untuk M enuhi Syarat Gelar Nama NIM Departemen FAKU NIVERSITA

UDUKAN PR

AAN PUBL RBUKAAN

SKRIPSI

Melengkapi T t- Syarat Unt r Sarjana Hu

Oleh:

: Yessi Ser : 10020006 : Hukum E

ULTAS HUK AS SUMATE MEDAN 2013 RELIMINA LIK DALAM

N DI DALA

Tugas Akhir tuk Memper kum rena Rangku 65 Ekonomi KUM ERA UTAR ARY MERGE M KAITAN M PASAR r dan roleh uti RA ER NNYA MODAL


(2)

KAJIAN HUKUM KEDUDUKAN PRELIMINARY MERGER

NEGOTIATION PERUSAHAAN PUBLIK DALAM KAITANNYA

DENGAN KEWAJIBAN KETERBUKAAN DI DALAM PASAR MODAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat- Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Disetujui

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

(Windha, SH.M.Hum) NIP. 197501122005012002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH.MH Dr.T.Keizerina Devi Azwar.SH.,CN.,M.Hum NIP. 195603291986011001 NIP.197002012002122001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat dan rahmat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang diberikan.

Skripsi ini adalah sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam skripsi ini, penulis membahas mengenai “Kajian Hukum Kedudukan Preliminary Merger Negotiation Perusahaan Publik dalam Kaitannya dengan Kewajiban Keterbukaan didalam Pasar Modal ”.

Skripsi ini dapat penulis selesaikan karena adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, dalam bentuk material maupun spiritual serta informasi yang berhubungan dengan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

2. Bapak Prof Dr. Budiman Ginting SH.,M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

3. Bapak Syafruddin SH., M.Hum.,DFM., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;


(4)

4. Bapak Muhammad Husni, SH.,M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

5. Ibu Winda, SH., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

6. Bapak Ramli Siregar, SH., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

7. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu untuk memberikan saran dan petunjuk serta bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini

8. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar,SH.,CN.,M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini;

9. Bapak Prof. Dr. Syafruddin Kalo. SH., M.Hum selaku dosen pembimbing akademik penulis selama mengikuti masa perkuliahan;

10.Bapak dan ibu staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini;

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:


(5)

1. Orang Tua penulis yang tercinta : Ayahanda H. Edi Syahputra Rangkuti S.E., dan Ibunda Hj. Ir. Seriganda Harona Nst, yang telah memberikan segenap kasih sayang, perhatian dan bimbingan yang tulus kepada penulis. 2. Adik tercinta Sheila Aprilaura Rangkuti yang telah memberikan kasih

sayang yang tulus dan dukungan moril kepada penulis.

3. Sahabat-Sahabat penulis sejak kecil: Devi Mutia Mastura, Annisa Vanya Pulungan, Dessy Ratna Sari, Rizka Maulidia, Gita Annisa Raditra, Shanadz Alvika, Noviliana Hasanah Siregar yang telah setia bersama penulis dan setia memberi semangat dan dukungan.

4. Sahabat-Sahabat penulis: Fachreza Maulana, Barran Hamzah, Robby Adhitya Siregar, Fachrul Irvan Siagian, Deny Mulia Ananda, Rizky Fazar Ananda yang telah bersama-sama dengan penulis sejak awal perkuliahan. 5. Abang dan Kakak Senior Audrya Luvika Siregar dan Omar Akbar AP

yang telah membantu penulis menjalani perkuliahan semenjak awal penulis kuliah

6. Rekan – rekan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara stambuk 2010 untuk persahabatan yang terjalin indah selama ini, semoga abadi untuk selamanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan oleh karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.


(6)

Akhir kata sebagai makhluk ciptaan-Nya, penulis berserah diri kepada Allah SWT dan penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada lagi kekurangan dalam menyelesaikan skripsi ini, baik dari segi bahasa, penulisan maupun penyajian materinya. Namun demikian penulis tetap berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Oktober 2013

Penulis,

YESSI SERENA R NIM: 100200065


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ……… v

ABSTRAKSI ……… viii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Perumusan Masalah ……… 12

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ……… 12

D. Keaslian Penulisan ……… 15

E. Tinjauan Kepustakaan ……… 15

F. Metode Penelitian ……… 19

G. Sistematika Penulisan ……… 20

BAB II Penentuan Fakta Material dalam Kerangka Kewajiban Keterbukaan di Pasar Modal 22

A. Makna Kewajiban Keterbukaan dalam Pasar Modal ..… 22


(8)

C. Kaitan Fakta Material dan Kewajiban Keterbukaan

dalam Pasar Modal……….……... 37

D. Ketentuan Fakta Material dalam Perundang Undangan

Di indonesia ... 44

BAB III Pengaturan Merger Perusahaan Publik dalam

Perundang Undangan di Indonesia ……… 51

A. Pengertian dan Definisi Merger …….………..……… 51 B. Ketentuan dan Persyaratan Merger Bagi Perusahaan publik 60 C. Tahap yang Dilakukan Sebelum Merger Perusahaan publik 68 D. Pengaturan terhadap Perusahaan Publik yang Melakukan

Merger dalam Perundang-Undangan di Indonesia…….. . 75 BAB IV Kewajiban Preliminary Merger Negotiation untuk

Diinformasikan dalam Pelaksanaan Kewajiban

Keterbukaan di Pasar Modal ……… 79

A. Pengertian dan Letak Preliminary Merger Negotiation

Dalam Proses Merger Perusahaan Publik …….…... 79 B. Kedudukan Preliminary Merger Negotiation Dikaitkan Dengan

Kewajiban Keterbukaan dalam Pasar Modal ……… 84 C. Pengaturan Preliminary Merger Negotiation dalam Peraturan


(9)

D. Perbandingan Peraturan di indonesia dengan Peraturan Mengenai

Premiminary Merger Negotiation pada Negara Lain….. 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 98

A. Kesimpulan ………... 98

B. Saran ………... 100


(10)

ABSTRAKSI

Prof. Dr. Bismar Nasution SH.MH.  Dr. T. Keizerina Devi Azwar.SH.,CN.,M.Hum 

Yessi Serena Rangkuti ***

Pembicaraan awal Merger perusahaan publik atau preliminary merger negotiation tidak jelas disebutkan dalam Undang-Undang Pasar Modal Indonesia sebagai fakta material atau tidak. Padahal merger pembicaraan awal ini sudah memenuhi kriteria fakta material yang wajib disampaikan ke publik sesuai kewajiban keterbukaan dalam pasar modal. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana penentuan fakta material dalam kerangka kewajiban keterbukaan pasar modal, bagaimana pengaturan merger perusahaan publik dalam hukum pasar modal Indonesia serta apakah preliminary merger negotiation wajib diinformasikan dalam pelaksanaan kewajiban keterbukaan di Pasar Modal.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif yang dilakukan melalui kajian terhadap perundang – undangan, dan bahan hukum yang relevan, serta perbandingan hukum dengan peraturan berkaitan di negara lain. Data dikumpulkan dengan studi kepustakaan. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

Fakta Material dalam Pasar Modal adalah informasi ataupun fakta fakta yang relevan yang mempengaruhi harga Efek serta keputusan Pemodal maupun calon Pemodal,yang wajib disampaikan kepada masyarakat berdasarkan Prinsip Keterbukaan dalam Pasar Modal. Merger adalah salah satu jenis Fakta Material yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasar Modal, sehingga segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan merger perusahaan publik wajib disampaikan kepada masyarakat.

Preliminary Merger Negotiation tidak ada disampaikan secara normatif didalam Undang-Undang Pasar Modal. Namun secara eksplisit, pembicaraan awal mengenai merger perusahaan publik ini telah memenuhi kriteria untuk menjadi fakta material dan cukup untuk mempengaruhi harga efek dan keputusan Pemodal ataupun calon Pemodal, sehingga berdasarkan Kewajiban Keterbukaan yang terkandung dalam Pasar Modal, pembicaraan awal ini wajib disampaikan kepada publik.

Kata kunci: Pasar Modal, Kewajiban Keterbukaan, Fakta Material, Merger , Preliminary Merger Negotiation.

       

Dosen Pembimbing I 

Dosen Pembimbing II ***


(11)

ABSTRAKSI

Prof. Dr. Bismar Nasution SH.MH.  Dr. T. Keizerina Devi Azwar.SH.,CN.,M.Hum 

Yessi Serena Rangkuti ***

Pembicaraan awal Merger perusahaan publik atau preliminary merger negotiation tidak jelas disebutkan dalam Undang-Undang Pasar Modal Indonesia sebagai fakta material atau tidak. Padahal merger pembicaraan awal ini sudah memenuhi kriteria fakta material yang wajib disampaikan ke publik sesuai kewajiban keterbukaan dalam pasar modal. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana penentuan fakta material dalam kerangka kewajiban keterbukaan pasar modal, bagaimana pengaturan merger perusahaan publik dalam hukum pasar modal Indonesia serta apakah preliminary merger negotiation wajib diinformasikan dalam pelaksanaan kewajiban keterbukaan di Pasar Modal.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif yang dilakukan melalui kajian terhadap perundang – undangan, dan bahan hukum yang relevan, serta perbandingan hukum dengan peraturan berkaitan di negara lain. Data dikumpulkan dengan studi kepustakaan. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

Fakta Material dalam Pasar Modal adalah informasi ataupun fakta fakta yang relevan yang mempengaruhi harga Efek serta keputusan Pemodal maupun calon Pemodal,yang wajib disampaikan kepada masyarakat berdasarkan Prinsip Keterbukaan dalam Pasar Modal. Merger adalah salah satu jenis Fakta Material yang disebutkan dalam Undang-Undang Pasar Modal, sehingga segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan merger perusahaan publik wajib disampaikan kepada masyarakat.

Preliminary Merger Negotiation tidak ada disampaikan secara normatif didalam Undang-Undang Pasar Modal. Namun secara eksplisit, pembicaraan awal mengenai merger perusahaan publik ini telah memenuhi kriteria untuk menjadi fakta material dan cukup untuk mempengaruhi harga efek dan keputusan Pemodal ataupun calon Pemodal, sehingga berdasarkan Kewajiban Keterbukaan yang terkandung dalam Pasar Modal, pembicaraan awal ini wajib disampaikan kepada publik.

Kata kunci: Pasar Modal, Kewajiban Keterbukaan, Fakta Material, Merger , Preliminary Merger Negotiation.

       

Dosen Pembimbing I 

Dosen Pembimbing II ***


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perusahaan umumnya diklasifikasikan sebagai perusahaan milik, perusahaan swasta dan perusahaan publik. Sementara perusahaan milik memiliki pemilik tunggal yang menjalankanya dalam berbisnis, perusahaan swasta memiliki beberapa anggota yang menjalankannya secara pribadi. Perusahaan publik, di sisi lainnya memiliki jajaran kepemimpinan atau tubuh yang terdiri dari direksi, komisaris dan pemegang saham, dimana pemegang sahamnya adalah masyarakat secara umum.

Perusahaan publik atau Perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Penjualan saham ke masyarakat dilakukan dengan cara Initial Public Offering(IPO) yaitu proses penawaran saham perusahaan kepada masyarakat untuk pertama kali. Di Indonesia, perusahaan seperti ini biasanya mempunyai tambahan singkat Tbk.1 Perusahaan publik memiliki banyak pemegang saham dan merupakan wajib bagi perusahaan publik untuk melaporkan hal hal yang bersifat fakta material kepada masyarakat. Perusahaan publik harus mendapatkan persetujuan pemegang saham sebelum membuat keputusan keputusan investasi besar, atau keputusan lain seperti merger,       

1


(13)

akuisisi atau penjualan saham. Dalam hal pemegang saham tidak menyetujui rencana rencana yang akan dilakukan oleh perusahaan, maka rencana rencana tersebut bisa jadi dibatalkan atau tidak jadi dilaksanakan. Tidak ada kerahasiaan didalam perusahaan publik. Semua hal yang berhubungan dengan fakta materil atau hal hal yang dianggap penting bagi keberlangsungannya harus disampaikan kepada masyarakat, karena saham perusahaan telah dijual kepada masyarakat.2

Perusahaan publik inilah yang memiliki kaitan dengan Pasar Modal yang merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek. Pasar Modal menyediakan berbagai alternatif bagi para investor selain alternatif investasi lainnya. Pasar Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya.

Berdasarkan UU no 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas, pasal 1 angka 9 menyatakan bahwa, Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari perseroan menggabungkan diri beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima penggabunan dan selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berahir karena hukum.

      

2


(14)

Menurut PP no 27 tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.

Sesuai dengan uraian diatas, maka merger perusahaan publik adalah suatu informasi atau fakta material yang harus segera disampaikan pada masyarakat atau publik, karena merupakan bentuk dari penerapan prinsip ataupun kewajiban keterbukaan dalam pasar modal. Menurut sarjana Moin ada beberapa jenis merger, antara lain:3

1. Merger Horizontal

Merger Horizontal merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama dengan tujuan mengurangi persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran, distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas administrasi. Dampak dari merger horizontal adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Contohnya: merger antara Bank of Tokyo dengan Mitsubishi Bank.

2. Merger Vertikal

Terjadi apabila suatu perusahaan membeli perusahaan perusahaan hulunya seperti perusahaan pemasoknya, dan atau perusahaan hilirnya, seperti perusahaan distribusinya yang langsung menjual produknya ke       

3


(15)

pelanggan. Dengan demikian merger vertikal merupakan penggabungan atau pengintegrasian dua tahapan produksi atau distribusi. Keuntungan dari jenis merger seperti ini adalah terjaminnya pemasokan bahan baku, penekanan biaya transaksi, terciptanya koordinasi yang lebih baik, dan mempersulit kemungkinan masuknya perusahaan pesaing yang baru. Contoh : merger antara PT Gudang Garam dengan PT Surya Pamenang sebagai perusahaan kertas.

3. Merger Konglomerat

Merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang masing masing bergerak dalam industri yang terkait. Merger konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan mendiversifikasi bidang bisnisnya dalam memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula. Apabila merger konglomerat dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi. Contoh : merger antara Viks Richardson (farmasi) dengan Procter and Gamble ( Consumer goods).

4. Merger Ekstensi Pasar

Merupakan Penggabungan dua atau lebih perusahaan untuk memperluas area pasar. Adapun tujuan utamanya adalah untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing masing perusahaan. Biasanya merger ekstensi pasar dilakukan oleh perusahaan perusahaan lintas negara, dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar serta untk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang memberikan fleksibilitas


(16)

penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri. Contoh: merger antara Daimler Benz (Jerman) dengan Chrysler ( Amerika Selatan).

5. Merger Ekstensi Produk

Merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan sejenis atau dalam industri yang sama tetapi tidak memproduksi produk yang sama maupun tidak ada keterkaitan supplier. Penggabungan usaha ini dilakukan untuk memperluas lini produk masing masing perusahaan setelah merger, perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan dapat menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger ekstensi produk ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan pengembangan masing masing untuk mendapat sinergi melalui efektifitas riset sehingga lebih produktif dalam inovasi. Contoh: merger antara perusahaan farmasi Upjohn (Amerika Serikat) dengan Pharmacia ( Swedia).

Proses hukum (prosedur) yang harus dilalui oleh perseroan yang hendak melakukan merger adalah sebagai berikut:

a. Memenuhi syarat syarat penggabungan

Syarat umum penggabungan ini diatur dalam Pasal 126 UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas jo. Pasal 4 ayat 1 PP No.27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, bahwa perbuatan hukum Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau pemisahan wajib memperhatikan kepentingan:


(17)

1. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan; 2. Kreditor dan Mitra Usaha lainnya dari Perseroan;

3. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

Dalam buku “Hukum Perseroan Terbatas”, M. Yahya Harahap, S.H (Halaman 486) menyatakan bahwa syarat syarat tersebut bersifat kumulatif, sehingga satu saja di antaranya dilanggar, mengakibatkan perbuatan hukum penggabungan tidak dapat dilaksanakan.4 Lebih lanjut Yahya Harahap menambahkan bahwa selain syarat tersebut, Pasal 123 ayat 4 UUPT menambah satu lagi syarat bagi Perseroan tertentu yang akan melakukan penggabungan syaratnya, perlu mendapat persetujuan dari instansi terkait. Menurut penjelasan pasal ini, yang dimaksud Perseroan tertentu yang memerlukan persyaratan persetujuan dari instansi terkait adalah Perseroan yang mempunyai bidang usaha khusus. Antara lain lembaga keuangan bank dan yang non bank. Sedang yang dimaksud dengan instansi terkait, antara lain Bank Indonesia untuk penggabungan perseroan perbankan.

b. Menyusun rancangan penggabungan

Setelah memenuhi syarat syarat tersebut diatas, perseroan harus menyusun rancangan penggabungan. Rancangan penggabungan ini diatur dalam Pasal 123 UUPT jo. Pasal 7 PP 27/1998.

1. Direksi perseroan yang akan menggabungkan diri dan yang akan menerima penggabungan menyusun rencana penggabungan.

2. Rancangan penggabungan harus memuat sekurang kurangnya:       

4


(18)

a. Nama dan tempat kedudukan dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan;

b. Alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan melakukan Penggabungan dan persyaratan Penggabungan; c. Tata cara penilaian dan konversi saham Perseroan yang

menggabungkan diri terhadap saham Perseroan yang menerima penggabungan;

d. Rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan yang menerima Penggabungan apabila ada;

e. Laporan keuangan sebagaimana diaksud dalam pasal 66 ayat2 huruf a yang meliputi 3 tahun buku terakhir dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan;

f. Rencana kelanjutan atau pengakhiran kegiatan usaha dari Perseroan yang akan melakukan Penggabungan;

g. Neraca performa yang menerima Penggabungan sesuai dengan prinsip akutansi yang berlaku umum di Indonesia;

h. Cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota direksi, dewan komisaris, dan karyaan Perseroan yang akan melakukan Penggabungan diri;

i. Cara penyelesaian hak dan kewajiban Perseroan yang akan menggabungkan diri terhadap pihak ketiga;

j. Cara penyelesaian hakpemegang saham yang tidak setuju terhadap Penggabungan Perseroan;


(19)

k. Nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris serta gaji, honorarium dan tunjangan bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan yang menerima Penggabungan;

l. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan Penggabungan;

m. Laporan mengenai keadaan, perkembangan, dan hasil yang dicapai dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan;

n. Kegiatan utama setiap Perseroan yang melakukan Penggabungan dan Perubahan yang terjadi selama tahun buku yang sedang berjalan;

o. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang sedang berjalan yang mempengaruhi kegiatan Perseroan yang akan melakukan Penggabungan.

3. Kemudian terhadap rancangan penggabungan tersebut dimintakan persetujuan kepada Dewan Komisaris dari setiap Perseroan yang menggabungkan diri.

c. Penggabungan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham

Setelah rancangan penggabungan disetujui oleh Dewan Komisaris dari masing masing Perseroan yang menggabungkan diri, kemudian rancangan tersebut harus diajukan kepada RUPS masing masing perseroan untuk mendapatkan persetujuan. Pasal 87 ayat 1 UUPT mensyaratkan bahwa keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Mengutip yang disampaikan Yahya Harahap (hal. 491) penjelasan pasal ini mengatakan, yang dimaksud dengan “musyawarah untuk


(20)

mufakat” adalah hasil kesepakatan yang disetujui oleh pemegang saham yang hadir atau diwakili dalam RUPS.5

d. Pembuatan Akta Penggabungan

Setelah masing masing RUPS menyetujui rancangan penggabungan yang diajukan, maka rancangan penggabungan dituangkan dalam sebuah Akta Penggabungan (Pasal 128 ayat 1 UUPT) yang dibuat dihadapan notaris dan dalam Bhasa Indonesia. Kemudian salinan akta Penggabungan tersebut dilampirkan untuk menyampaikan pemberitahuan penggabungan kepada Menteri Hukum dan HAM (Pasal 21 ayat 3 UUPT) untuk dicatat dalam daftar Perseroan.

e. Pengumuman Hasil Penggabungan

Pasal 133 ayat 1 UUPT mensyaratkan bagi Direksi Perseroan yang menerima penggabungan wajib mengumumkan hasil penggabungan dengan cara:6

1. Diumumkan dalam satu surat kabar atau lebih;

2. Dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berlakunya penggabungan.

Pasar Modal merupakan salah satu elemen penting dan tolak ukur kemajuan perekonomian suatu negara. Salah satu ciri ciri negara industri maju maupun negara industri baru adalah adanya pasar modal yang tumbuh dan berkembang dengan baik. Dari angka Indeks Harga Saham gabungan (IHSG), kita bisa mengetahui perusahaan yang listing di Bursa Efek. IHSG juga dapat       

5

ibid .Hal 491

6


(21)

mencerminkan kondisi perekonomian suatu negara. Merosotnya IHSG secara tajam mengindikasikan sebuah negara sedang mengalami krisis ekonomi.7

Sebagaimana pertimbangan pada penjelasan Undang Undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), Pasar Modal bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Pasar Modal mempunyai peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha, termasuk usaha menengah dan kecil untuk pembangunan usahanya. Sedangkan di sisi lain Pasar Modal juga merupakan wahana investasi bagi masyarakat, termasuk pemodal kecil dan menengah. Oleh karena dalam aktifitas pasar modal melibatkan dana masyarakat dalam hal ini pemodal, maka diperlukan suatu aturan khusus guna melindungi kepentingan masyarakat pemodal menyangkut informasi atas efek yang diperdagangkan oleh perusahaan terbuka, karena penentuan harga di Pasar Modal dipengaruhi oleh suatu informasi atau fakta material, suatu informasi mencerminkan suatu harga. Dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang nomor 8 tahun 1995, yang dimaksud dengan informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atas fakta tersebut. Informasi yang harus disampaikan kepada publik adalah informasi yang akurat dan lengkap sesuai dengan keadaan perusahaan. Pemberian informasi ini       

7


(22)

berdasarkan pada prinsip keterbukaan, karena prinsip keterbukaan adalah jiwa dari pasar modal. Informasi yang berdasarkan prinsip keterbukaan akan dapat mengantisipasi kemungkinan investor tidak memperoleh informasi atau fakta materiel atau tidak meratanya informasi bagi investor, disebabkan ada informasi yang tidak disampaikan dan bisa juga terjadi informasi yang belum tersedia untuk publik telah disampaikan kepada orang orang tertentu.

Keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan ke publik diatur dalam penjelasan UU no 8 tahun 1995 pasal 1 ayat 7, dan peraturan Bapepam LK no. X.K.1 bahwa setiap perusahaan publik atau emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam LK dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin dengan ketentuan paling lambat akhir hari kerja kedua setelah keputusan atau terdapatnya informasi atau fakta material yang mungkin dapat mempengaruhi harga efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain:

1. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, pembentukan usaha patungan;

2. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham; 3. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya; 4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5. Produk atau penemuan baru yang berarti;

6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen; 7. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat


(23)

8. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang mateial jumlahnya;

9. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material; 10.Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;

11.Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau Direktur dan Komisaris perusahaan;

12.Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain; 13.Penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan; 14.Penggantian Wali Amanat.

Pada angka 1, dinyatakan bahwa penggabungan usaha (merger), pengambilalihan (acquisition), peleburan usaha (consolidation) adalah informasi atau fakta material yang harus segera disampaikan kepada publik.

Disampaikannya berita mengenai merger Perusahaan publik kepada masyarakat akan menyebabkan harga saham yang berubah karena penentuan harga saham yang ditentukan oleh fakta material. Sejauh ini, di Indonesia, pembicaraan awal mengenai merger perusahaan publik sudah bisa disampaikan ke masyarakat.Di Indonesia, Pembicaraan awal mengenai merger Perusahaan Publik (Preliminary Merger Negotiation), belum ada peraturan yang mengaturnya apakah bisa dikategorikan sebagai fakta material.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, yang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :


(24)

1. Bagaimana penentuan fakta material dalam kerangka kewajiban keterbukaan di pasar modal?

2. Bagaimana pengaturan merger perusahaan publik dalam hukum pasar modal di Indonesia?

3. Apakah preliminary merger negotiation wajib diinformasikan dalam pelaksanaan kewajiban keterbukaan di Pasar Modal?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

1. Tujuan

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Tujuan Umum :

Untuk memberikan masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka pelaksanaan kewajiban keterbukaan dalam pasar modal dalam merger perusahaan publik.

b. Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui tahap merger yang mana yang sudah bisa disebut dengan fakta material

2. Untuk mengetahui efisiensi Peraturan yang ada di Indonesia terhadap preliminary merger negotiation


(25)

3. Untuk memahami perbandingan perauran yang ada di Indonesia dan di luar Indonesia mengenai preliminary merger negotiation dan mengaitkannya dengan situasi pembicaraan awal merger yang terjadi di Indonesia.

2. Manfaat

Tulisan ini mempunyai manfaat teoritis dan praktis. Adapun kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

a. Secara Teoritis

Tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi awal dalam bidang ilmu hukum bagi kalangan akademis guna mengetahui lebih lanjut tentang perkembangan hukum pasar modal.

b. Secara Praktis

Tulisan ini secara praktis dapat memberikan bahan masukan bagi pemerintah serta para pihak yang berkaitan langsung dengan aktivitas suatu perseroan dalam hal merger dan kaitannya dengan prinsip keterbukaan dalam pasar modal, agar dapat menjalankan kegiatan perusahaan dengan efektif dan efisien dengan memahami betul mengenai fakta material yang harus disampaikan kepada publik.


(26)

D. KEASLIAN JUDUL

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh penulis di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, diketahui bahwa penulisan tentang Kajian Hukum kedudukan Preliminary Merger Negotiation Perusahaan Publik dalam Kaitannya dengan Kewajiban Keterbukaan didalam Pasar Modal belum ada dilakukan dengan pendekatan dan perumusan masalah yang sama. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa isi dari tulisan ini tidak sama dengan tulisan yang lainnya, sehingga keaslian dari penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Perseroan Terbatas atau yang biasa disingkat dengan PT yang juga dapat disebut dengan perseroan atau perusahaan berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang dan peraturan-peraturan pelaksananya.

Definisi Perusahaan Publik menurut Pasal 1 Angka 22 UU Nomor 8 tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya dimiliki sekurang kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang kurangnya Rp. 3.000.000.000 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan


(27)

Peraturan Pemerintah. Bila diartikan, maka dapat dikatakan bahwa Perusahaan Publik adalah perusahaan yang sahamnya dijual secara umum dan meluas ke masyarakat, dimana nantinya sebagian atau seluruh saham dari perusahaan tersebut dimiliki oleh masyarakat.8

Pasar Modal, menurut pasal 1 angka 13 UU Nomor 8 tahun 1995 Tentang Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.9

Prinsip keterbukaan dalam Pasar Modal, menurut pasal 1 angka 25 UU no 8 tahun 1995 Tentang Pasar Modal adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada Undang Undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi Material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari efek tersebut. Prinsip keterbukaan ini merupakan jiwa dalam Pasar modal yang wajib dilaksanakan oleh semua pelaku pasar modal, sehingga dapat juga dikatakan sebagai kewajiban keterbukaan dalam pasar modal.

Informasi atau fakta Material menurut UU no 8 tahun 1995 pasal 1 angka 7 adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas

      

8 Indonesia, Undang Undang nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 1 angka 22

9


(28)

informasi atau fakta tersebut. Berdasarkan penjelasan UU ini, sebagai contoh, Informasi atau Fakta Material adalah antara lain informasi mengenai;10

1. Penggabungan usaha (merger), pengambilalihan (acquisition), peleburan usaha (consolidation) atau pembentukan usaha patungan;

2. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham (stock dividend); 3. Pendapatan dan dividen yang luar biasa sifatnya;

4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5. Produk atau penemuan baru yang berarti; 6. Perubahan tahun buku perusahaan; dan

7. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen. Menurut UU no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 1 angka 9, Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada yang menakibatkan aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya statur badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. Menurut PP no 27 tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan terbatas, Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Sedangkan menurut PP no 57 tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat       

10


(29)

Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan satu badan usaha atau lebih menggabungkan diri dengan badan usaha lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari badan usaha yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada badan usaha yang menerima penggabungan dan selanjutnya statur badan usaha yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. 11 Menurut Black Law Dictionary, Merger Corporation is an amalgamation of two corporations pursuant to statutory provision in which one of the corporation survives and the other dissapears, Merger Perusahaan adalah penggabungan dari dua perusahaan berdasarkan hukum atau peraturan tertulis yang legal dimana salah satu perusahaan tetap ada, dan yang satunya lagi bubar.12

Dari pengertian pengertian diatas, pada dasarnya yang dimaksud dengan merger atau penggabungan perusahaan disini adalah, penggabungan dari dua perusahaan atau lebih , dimana salah satu atau lebih perusahaan menggabungkan pasiva dan aktiva nya ke perusahaan lain, sehingga aktiva dan pasiva tersebut menjadi milik dan atas nama perusahaan yang menerima penggabungan, dan perusahaan yang telah memberikan aktiva dan pasiva menjadi bubar karena telah menggabungkan diri dengan perusahaan lain.

Apabila diterjemahkan ke bahasa Indonesia kata demi kata, preliminary artinya pendahuluan, merger adalah penggabungan, negotiation adalah perundingan. Makna dari ketiga kata tersebut apabila digabungkan adalah       

11

Windha.SH.M.Hum, Merger, Konsilidasi, Akuisisi dan Spin off, Teaching Material Hukum Organisasi Perusahaan Fakultas Hukum USU Hal 1

12

Henry Campbell Black, M. A, Black Law Dictionary Centennial Sixth Edition (St. Paul, Minn: West Publishing co. 1990) Hal 988.


(30)

perundingan pendahuluan ataupun pembicaraan awal dari penggabungan perusahaan. Dari penerjemahan diatas, dapat kita ketahui bahwa pembicaraan ini masih merupakan perundingan atau pun diskusi mengenai akan digabungkannya satu atau lebih perusahaan. Dengan demikian, preliminary merger negotiation masih satu tahap sebelum terdapatnya kepastian akan mergernya satu atau lebih perusahaan.

F. METODE PENELITIAN 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif dimana penelitian ini menganalisis hukum baik yang tertulis dalam literatur - literatur, maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan. Adapun data yang digunakan dalam menyusun penulisan ini diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research), yaitu teknik pengumpulan data dengan memanfaatkan berbagai literatur berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku, karya-karya ilmiah, serta sumber data sekunder lainnya.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskritif analitis. Deskritip berarti bahwa penelitian ini menggambarkan suatu peraturan hukum dalam konteks teori-teori hukum dan pelaksanaannya, serta menganalisis fakta secara cermat tentang penggunaan peraturan perundang-undangan tersebut yaitu Undang-Undang Tentang Pasar Modal.


(31)

3.Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data melalui pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, literatur, tuliran-tulisan para pakar hukum, bahan kuliah, putusan-putusan hakim yang berkaitan dengan peneltian ini.

4. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan secara kualitatif yakni pemilihan teori-teori, asas-asas, norma-norma, doktrin dan Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang terpenting yang relevan dengan permasalahan. Membuat sistematika dari data-data tersebut sehingga akan menghasilkan klasifikasi tertentu sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Data yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis pula, selanjutnya semua data diseleksi, diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif sehingga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan penelitian ini secara garis besar terdiri dari 5 bab dan sub – sub bab yang diuraikan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan untuk mengarahkan kita memahami pembahasan-pembahasan selanjutnya terdiri dari latar belakang, permasalahan pokok, tujuan


(32)

dan manfaat tulisan ini, metode penulisan yang digunakan, serta sistematika penulisan.

Bab II : Bab ini membahas apa makna fakta material serta makna kewajiban keterbukaan dalam pasar modal berdasarkan UU No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Akan dibahas pula apa kaitan fakta material dan kewajiban prinsip keterbukaan dalam pasar modal di Indonesia.

Bab III : Bab ini membahas pengaturan merger perusahaan publik dalam hukum pasar modal di Indonesia, meliputi pengertian dari merger itu sendiri, ketentuan merger bagi perusahaan publik, tahap tahap merger perusahaan publik, dan pengaturan merger bagi perusahaan publik dalam Perundang undangan di Indonesia.

Bab IV: Bab ini membahas lebih lanjut mengenai preliminary merger negotiation itu sendiri, meliputi kedudukannya dikaitkan dengan kewajiban keterbukaan dalam pasar modal, letak preliminary merger negotiation dalam proses merger perusahaan publik dengan melakukan perbadingan dengan fakta fakta mengenai preliminary merger negotiation pada negara negara lain, serta bab ini juga akan membahas bentuk pengaturan dari fakta material dan kaitannya terhadap preliminary merger negotiation.

Bab V : Pada bab ini akan ditarik suatu kesimpulan setelah dilakukan pembahasan pada bab-bab sebelumnya,untuk kemudian diberikan saran-saran yang diharapkan dapat lebih membangun.


(33)

BAB II

Penentuan Fakta Material Dalam Kerangka Kewajiban Keterbukaan di Pasar Modal

A. Makna Kewajiban Keterbukaan dalam Pasar Modal

Dalam Pasal 1 angka 25 Undang Undang Pasar Modal disebutkan bahwa Prinsip keterbukaan adalah “pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dan efek tersebut”.13

Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Keterbukaan tentang fakta material sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham.14

Karena prinsip keterbukaan adalah jiwa pasar modal itu sendiri, maka perlu dilakukan pengkajian mendalam tentang bagaimana sesungguhnya pelaksanaan dan makna prinsip keterbukaan dan penentuan fakta material di Indonesia. Studi

       13

Indonesia, Undang Undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal pasal 1 angka 25

14

Bismar Nasution, “Keterbukaan dalam Pasar Modal”:Law & Finance Institusional Partnership, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,2001 Hal 1


(34)

perbandingan dengan Amerika Serikat mengenai hal yang sama dapat dilakukan karena sedikitnya tiga alasan.15

Pertama, globalisasi ekonomi menimbulkan akibat yang besar sekali pada bidang hukum. Globalisasi ekonomi juga menyebabkan terjadinya globalisasi hukum. Globalisasi hukum terjadi melalui usaha usaha standarisasi hukum, antara lain melalui perjanjian perjanjian internasional, misalnya General Agreement on Tariff and Trade (GATT). Globalisasi hukum ini terjadi melalui kontrak-kontrak bisnis internasional. Pengusaha pengusaha negara maju membawa transaksi transaksi baru ke negara negara berkembang, maka partner mereka dari negara negara berkembang menerima model model kontrak bisnis internasional. Persamaan ketentuan ketentuan hukum berbagai negara bisa juga terjadi, karena suatu negara mengikuti model negara lain berkaitan dengan institusi institusi hukum baru untuk mendapatkan akumulasi modal. Misalnya peraturan pasar modal berbagai negara dari “Civil Law” maupun “Common Law” berisikan substansi yang serupa atau tidak banyak berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan dana yang mengalir ke pasar pasar negara tersebut tidak lagi terikat benar dengan waktu dan batas batas negara. Mengalirnya dana dana ini diiringi dengan tuntutan ketentuan ketentuan pasar modal yang komperehensif, termasuk tuntutan pelaksanaan prinsip keterbukaan yang semakin kuat.16

Pemikiran tersebut sejalan dengan pernyataan James A.Kehoe, bahwa internasionalisasi pasar modal telah berkembang sangat cepat. Para investor dapat       

15

Ibid hal 1

16


(35)

memiliki akses ke pasar mana saja dan setiap saat di dunia dengan munculnya teknologi canggih dibidang komputer dan telekomunikasi, sehingga memungkinkan terjadinya perdagangan global secara terus menerus. Kehoe menambahkan bahwa meningkatnya partisipasi global di pasar sekunder, membuat dunia usaha yang mencari modal dapat memperoleh sumber keuangan di banyak negara dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Namun Kehoe mengingatkan, bahwa salah satu konsekuensi dari internasionalisasi pasar modal adalah meningkatnya jumlah kejahatan pasar modal yang melampaui batas batas negara (cross-border).17

Internasionalisasi pasar modal sejalan dengan kecenderungan arus globalisasi ekonomi yang membawa pasar modal satu negara terkait dengan pasar modal negara lain, sehingga pasar modal berbagai negara berlomba lomba menjadi pasar modal yang efisien. Oleh karena itu diperlukan peraturan pasar modal yang comparable dalam global market. Pada dasarnya perkembangan teknologi, komunikasi dan mobilitas dana- dana telah telah memberikan kontribusi ekonomi yang saling tergantung dalam kerangka pasar internasional. Di pasar modal saat ini sering kali diperdagangkan surat surat yang dikeluarkan oleh penerbit asing dan mungkin dioperasikan oleh pelaku pelaku usaha yang mempunyai kepentingan asing langsung maupun tidak langsung, melakukan bisnis dengan orang – orang yang berada di luar yurisdikasi. Internasionalisasi pasar modal telah menstimulisasi produk produk saham baru berdasarkan saham saham asing, yang       

17

Jemes A. Kehoe, “Exporting Insider Trading Laws: The Enforcement of U.S. Insider Trading Laws Internationally, “Emory International Review, (Vol.9,1995) hal. 346 dikutip dari Bismar Nasution op cit hal 3


(36)

bisa diperdagangkan secara cross-border. Saham yang diperjual-belikan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) juga dapat diperoleh melalui New York Stock Exchange (NYSE).18

Untuk maksud tersebut beberapa negara telah mengadakan pembaharuan Undang Undang Pasar Modal mereka. Misalnya, Federal Securities Exchanges dan Securities Trading Act (SEA) yang berlaku di Swiss telah mengalami perubahan penting yang mulai efektif berlaku 1 Januari 1995. Tujuan perubahan peraturan ini adalah untuk membuat pasar modalnya efisien, fair, dan jujur dengan cara melakukan keterbukaan, agar dapat memberi jaminan perlindungan investor. Dalam menyambut new era ini, Jerman juga telah memperbaiki “The German Securities Trading Act” pada tahun 1994. Perbaikan peraturan ini bertujuan untuk menciptakan efisiensi peraturan pasar modalnya dengan memberikan penekanan peraturan pasar modalnya dengan memberikan penekanan pengaturan pada prinsip keterbukaan.19 The Netherlands telah membuat peraturan pasar modal yang baru “Wet Toezicht Effectenverkeer” pada 7 Maret 1991 dan mulai berlaku 15 Juni 1992.20

Dalam rangka pembaharuan Undang- undang Pasar Modal maka peraturan pasar modal Amerika Serikat Securities Act 1934 telah menjadi pusat perhatian, beberapa negara mengambil pola peraturan pasar modal Amerika Serikat dalam rangka menciptakan pasar yang efisien, khususnya mengenai pengaturan prinsip       

18

Bismar Nasution Op cit Hal 3

19

Harmut Krause, “The German Securities Trading Act (1994); A Ban on Insider Trading and an issuer’s Affirmative Duty to Disclose Material Nonpublic Information, “The International Lawyer” (Vol 30 no.3, Fall 1996), hal 555- 587. Dikutip dari Bismar Nasution op cit hal 4

20


(37)

keterbukaan, antara lain Brazil telah mengadopsi peraturan prinsip keterbukaan tersebut. Jepang juga telah melakukan perubahan peraturan pasar modalnya yang pada mulanya mengambil pola pengaturan pasar modal Amerika Serikat.21

Untuk membuat Undang- Undang Pasar Modal Indonesia comparable dengan undang undang pasar modal negara negara maju, maka Undang-Undang Pasar Modal Indonesia yang sekarang ada perlu dikaji, khususnya mengenai prinsip keterbukaan. Kajian ini sekaligus sebagai jawaban atas tuduhan investor asing bahwa tingkat kualitas keterbukaan perusahaan-perusahaan nasional sangat rendah. Upaya mengatasi masalah prinsip keterbukaan bertujuan untuk memfungsikan arus informasi ke pasar dan menciptakan informasi yang akurat. Dengan ini pelaku pasar dapat melakukan market dicipline berdasarkan keterbukaan informasi.22

Alasan kedua, memperbandingkan peraturan pasar modal Indonesia dengan Amerika Serikat, adalah karena pengaturan pasar modal di Amerika Serikat, adalah karena pengaturan pasar modal di Amerika Serikat telah teruji melalui perjalanan yang panjang sejak tahun 1933, tepatnya setelah Kongres pertama kalinya membuat Securities Act 1933 dan disetujui sebagai undang undang tanggal 26 Mei 1993. Pada mulanya pengaturan Pasar Modal di Amerika Serikat tersebut dilatarbelakangi pemikiran perlunya anti fraud melalui prinsip keterbukaan yang berasal dari doktrin Franklin D. Roosevelt, Presiden Amerika Serikat, saat pasar modal mengalami kejatuhan pada Oktober 1929. Presiden       

21

Ibid hal 4

22


(38)

Roosevelt menyampaikan pesan kepada Mahkamah Agung dan Kongres mengenai suatu filosofi yang mendasar dalam proposal securities laws dengan doktrin perubahan peraturan kuno caveat emptor23 menjadi caveat vendor.24. Doktrin ini telah menjadi filosofi dan sekaligus tujuan utama Securities Act 1933 yang mengatur penyediaan informasi fakta material dan untuk mencegah perbuatan curang dalam penjualan saham. Filosofi pengaturan Securities Act 1933 yang selanjutnya diperluas pengaturannya oleh Securities Exchange Act 1934 mengenai kewajiban prinsip keterbukaan dan anti fraud dalam pembelian dan penjualan saham di pasar modal pada saat lahirnya adalah untuk menanggapi jatuhnya pasar modal Oktober 1929, yang mengakibatkan krisis keuangan dan great depression, yang pada mulanya kejadian ini berasal dari gagalnya bank dan pialang yang meminjamkan uang untuk membeli saham pada masa great depression.25

Ketiga, sampai tahun 1987 Pasar Modal Amerika Serikat lebih maju atau telah berkembang dibandingkan dengan negara – negara lain. Karena sejak tahun 1700 secara informal kegiatan jual beli saham sudah dilakukan di New-York, Amerika Serikat. Pada tahun 1792, secara resmi dibentuk lembaga bursa di New York oleh 24 pialang yang menjadi cikal-cikal NYSE. Sekarang Pasar Modal Amerika Serikat terus maju atau berkembang, disusul Pasar Modal Jepang.26

       23

Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, Sixth Edition, (St Paul, Minn: West Publishing Co, 1990) Hal 222

24

Ibid hal 222

25

Bismar Nasution op cit hal 6

26


(39)

Dilihat dari majunya Pasar Modal Amerika Serikat, dan banyaknya negara negara yang menjadikan Undang Undang Pasar Modal negara Amerika Serikat (Securities Act) sebagai model undang undang bagi negaranya sendiri, penekanan prinsip keterbukaan yang dilaksanakan Amerika Serikat pastilah memegang peran penting terhadap kesuksesan Pasar Modalnya. Jika dilihat Undang Undang Pasar Modal nomor 8 tahun 1995 di Indonesia dan dibandingkan dengan Securities Act, kedua Undang Undang ini memiliki substansi yang mirip dan sama sama menjunjung pentingnya prinsip keterbukaan dalam pelaksanaan Pasar Modal. Dari hal ini, dapat disimpulkan pentingnya prinsip keterbukaan di Amerika Serikat, tidak kalah petingnya dengan Prinsip keterbukaan yang harus dilaksanakan dalam Pasar modal Indonesia.

Sesuai dengan pembahasan sub bab ini, maka setidak tidaknya ada tiga fungsi dan makna prinsip keterbukaan dalam pasar modal. Pertama, prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor tidak percaya terhadap mekanisme pasar. Sebab prinsip keterbukaan mempunyai peranan penting bagi investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi karena melalui keterbukaan bisa terbentuk suatu penilaian (judgement) terhadap investasi, sehingga investor secara optimal dapat menentukan pilihan terhadap portofolio mereka. Makin jelas informasi perusahaan, maka keinginan investor untuk melakukan investasi makin tinggi. Sebaliknya ketiadaan atau kekurangan seta ketertutupan informasi dapat menimbulkan ketidakpastian bagi investor, dan


(40)

konsekuensinya menimbulkan ketidakpercayaan investor dalam melakukan investasi melalui pasar modal.27

Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Filosofi ini didasarkan pada konstruksi pemberian informasi sacara penuh sehingga menciptakan pasar modal yang efisien, yaitu harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia.28

Dengan demikian prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan supply informasi yang benar, agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat. Halm ini menjadi penting karena berkaitan dengan pasar modal sebagai lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan informasi. Tanpa informasi peserta pasar tidak dapat mengevaluasi produk produk lembaga keuangan. Kalau informasi mengenai saham sedikit, maka investor yang melakukan investasi relatif kecil. Bisa juga terjadi bahwa suatu saham yang kualitasnya baik akan tetapi mempunyai harga yang rendah dari semestinya. Hal ini dapat terjadi apabila informasi mengenai saham tersebut tidak tersedia secara luas dan akurat. Dengan perkataan lain, informasi saham yang mutunya rendah dapat mengakibatkan harga saham itu menjadi lebih rendah dari semestinya. Karena itu, untuk menjual saham pada pasar primer dan pasar sekunder, manajemen perusahaan harus menjaga pasar. Artinya semua informasi yang relevan mengenai apa yang ada dan akan ada

       27

Frank H. Easterbrook dan Daniel R. Fischel,1, The Economic Structure of Corporate Law ( Cambridge, Massachusetts, London: Harvar university Press, hal 1996) hal 296 dikutip dari Bismar Nasution op cit hal 8

28


(41)

harus dikemukakan. Jika tidak mereka akan kehilangan kesempatan menjual sahamnya.29

Ketiga, prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan (fraud). Sangat baik untuk dipahami ungkapan yang pernah diungkapkan Barry A.K. Rider: “sun light is the best disinfectant and electric light the best policeman”. Dengan kata lain, Rider menyatakan bahwa :”more disclosure will inevitably discourage wrongdoing and abuse”.30 Selanjutnya dia menyatakan bahwa dalam pasar keuangan pendapat tersebut tidak perlu lagi dibuktikan, tetapi lebih banyak bergantung pada informasi apa yang harus diungkapkan dan kepada siapa informasi itu disampaikan. 31 Fungsi prinsip keterbukaan untuk mencegah terjadinya penipuan ini adalah pendapat yang paling tua.32

Prinsip keterbukaan telah menjadi fokus sentral dari pasar modal, dan Undang Undang Pasar Modal Indonesia juga mengatur pelaksanaan prinsip keterbukaan sehingga investor dan pelaku-pelaku bursa lainnya mempunyai informasi yang cukup dan akurat untuk pengambilan keputusan. 33

B. Pengertian Fakta Material dalam Pasar Modal

Menurut Undang-Undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 angka 7, fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai       

29

Ibid hal 8-9

30 Barry A.K Rider, “ Global Trens in Securities Regulation : The Changing Legal

Climate. Dickinson Journal of International Law”, (Spring, 1995) hal 514 Dikutip dari Bismar Nasution op cit hal 9

32

Bismar Nasution Loc cit hal 9

33


(42)

peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi efek pada Bursa Efek dan keputusan pemodal, calon pemodal serta pihak lain berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.34

Substansi Undang Undang Pasar Modal Indonesia dalam banyak hal mirip dengan Securities Act 1934. Kemiripan tersebut bukan saja dalam beberapa elemennya, tetapi terdapat persamaan dalam beberapa istilah.35 Mengenai fakta material misalnya. Dikutip dari Black Law Dictionary, a fact is material and precludes grant of summary judgement if proof of that fact would have effect of establishing or refuting one of essential elements of a cause of action or defense asserted by the parties, and would necessarily affect application of appropriate principle of law to the rights and obligation of the parties. Secara khusus lagi mengenai Securities, yang jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia memiliki kaitan dengan Pasar Modal, dalam Black Law Dictionary menyatakan, to be a “material” fact within the Securities Act of 1933, it must concern information about which an average prudent investor ought reasonably be informed before purchasing a Security.36

Dari pengertian yang telah dipaparkan diatas, pada intinya, fakta material dalam Pasar Modal adalah suatu bentuk informasi yang penting atau memegang peran penting yang dapat menentukan harga saham, sehingga harus disampaikan kepada investor atau calon investor karena akan sangat memperngaruhi keputusan mereka.

       34

Indonesia, Undang Undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 angka 7

35

Bismar Nasution op cit hal 10

36


(43)

Namun, jika diperhatikan secara mendalam ternyata beberapa peraturan yang terdapat dalam Undang Undang Pasar Modal Indonesia masih bersifat sumir atau tidak terperinci.37 Dalam Penjelasan Undang undang Pasar Modal nomor 8 tahun 1995 memang ada disebutkan apa apa saja yang dikategorikan sebagai fakta material sebatas jenis peristiwa apa yang merupakan fakta material. Namun terkadang apabila dikaitkan dengan peristiwa riil yang terjadi pada kehidupan sehari hari, terdapat kesulitan dalam menentukan apakah hal tersebut merupakan fakta material, karena tidak ada penjelasan yang lebih mendalam lagi secara masing masing terhadap jenis jenis peristiwa yang dikategorikan sebagai fakta material dengan terperinci.

Undang- Undang Pasar Modal Indonesia yang demikian itu membuka loophole yang bisa dimanfaatkan oleh mereka yang tidak beritikad baik. Dengan perkataan lain, karena tidak terperincinya standar penentuan fakta material sangat berpotensi terhadap pelanggaran prinsip keterbukaan yang pada akhirnya dapat menimbulkan perbuatan curang dalam penjualan saham dan merugikan investor. Ketentuan standar penentuan fakta material dan ketentuan perbuatan curang adalah nafas hukum pasar modal.38

Apabila suatu kejadian sulit untuk ditentukan sebagai suatu informasi atau fakta material, maka konsep kewajiban untuk menyampaikan informasi (duty of

       37

Bismar Nasution op cit hal 11

38


(44)

disclose) itu menjadi terhambat. Untuk menentukan apakah suatu informasi adalah fakta material atau bukan tergantung kepada beberapa pandangan.39

Pertama, suatu informasi diklasifikasikan sebagai fakta material bila informasi yang sifatnya tidak publik tersebut 3

/

4 menurut pemegang saham yang berakal sehat, adalah penting bagi para pemegang saham, bukan semata mata karena apa yang ingin mereka ketahui. Bila fakta yang dihilangkan atau pernyataan yang tidak benar itu secara substantif mungkin berarti (penting) sehingga dapat mengubah informasi yang menjadi milik masyarakat, maka fakta tersebut adalah material.

Kedua, penafsiran tentang fakta material berkembang kepada apa yang dimaksud dengan informasi “firm specific”. Standarnya adalah informasi yang spesifik untuk perusahaan yang bersangkutan. Standar informasi yang firm spesific ini merupakan standar baru, suatu terobosan terhadap standar fakta material sebagaimana lazimnya diatur oleh federal securities laws. Berdasarkan standar baru ini, kewajiban penyampaian informasi tidak lahir berdasarkan federal securities laws, tetapi berdasarkan adanya informasi yang bersifat firm spesific. Suatu informasi itu tidak dapat menjadi material, kecuali informasi itu memiliki firm specific.

Pengadilan menggunakan pendekatan firm specific ini dan dengan secara hati hati menghindarkan preseden dalam menentukan kewajiban untuk menyampaikan informasi. Pengadilan juga menghindarkan pendekatan yang       

39


(45)

konvensional yaitu apakah informasi tersebut penting untuk investor yang berakal sehat dalam membuat keputusan investasi. Pendekatan ini digunakan oleh hakim Frank. H. Easerbrook sebagai suatu cara untuk menentukan fakta material, dengan alasan formulasi yang dipakai selama ini dalam beberapa hal tidak cukup.

Ketiga, di Indonesia ada pula yang berpendapat bahwa suatu informasi merupakan fakta material bila informasi tersebut dapat mempengaruhi turun naiknya harga saham.

Para investor khususnya investor profesional institusional harus selalu aktif mengumpulkan berbagai informasi dan memanfaatkannya untuk memahami harga harga saham yang ditawarkan dalam pasar perdana maupun pasar sekunder yang mengandung fakta material. Setiap Perusahaan publik atau emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam (sekarang Otoritas Jasa Keuangan) dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir kerja ke – 2 (kedua) setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, informasi atau fakta material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal.40

Informasi atau fakta material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain sebagai berikut:41

       40

Zulfi Chairi, SH, Keterbukaan (Disclosure) di Pasar Modal , Bagian Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, hal 7diambil dari Repository.usu.ac.id

41

Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep-86/PM/1996 Tanggal : 24 Januari 1996 Tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik


(46)

1. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, pembentukan usaha patungan;

2. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham; 3. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya; 4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5. Produk atau penemuan baru yang berarti;

6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen; 7. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat

utang;

8. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang mateial jumlahnya;

9. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material; 10.Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;

11.Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau Direktur dan Komisaris perusahaan;

12.Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain; 13.Penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan; 14.Penggantian Wali Amanat.

Penentuan fakta material dalam Undang Undang Pasar Modal Indonesia tersebut mirip dengan pendapat pengadilan dalam List v Fashion Park, Inc, 340F, ad 457 (2dCir. 1965) yang menyatakan bahwa “fakta material adalah meliputi fakta fakta yang secara rasional dan objektif mempengaruhi nilai saham perusahaan. Namun, pendapat pengadilan dalam kasus List berkenaan dengan


(47)

fakta material itu tidak diikuti lagi oleh pengadilan berikutnya. Sekarang ini, pengadilan di Amerika Serikat telah mengembangkan konsep baru penentuan fakta material.42

Kepercayaan terhadap informasi menjadi standar penentuan informasi material, pernah dinyatakan melalui Merril Lynch, Pierre, Fenner & Smith. Inc. v, 43 S.E.C.933 (1968). Pengadilan berpendapat bahwa informasi yang dipercayakan Douglas kepada pendaftar sangat penting, karena informasi tersebut dapat mempengaruhi investor untuk membeli atau menahan saham Douglas.43

Dengan demikian, kepercayaan investor rasional terhadap suatu informasi yang dapat mempengaruhi harga, masuk dalam kategori material. Berdasarkan ini, fakta material mencakup seluruh faktor faktor yang mempengaruhi harga saham yang dipercaya investor dapat mempengaruhi harga saham. Ukuran penentuan fakta material berdasarkan keercayaan ini menjadi test, sekaligus memperkaya ketentuan terminologi fakta material.44

Melihat perkembangan yang terjadi dalam kasus – kasus pasar modal , maka terminologi fakta material, yang sekaligus dapat mempengaruhi harga saham telah mengalami perkembangan yang signifikan. Harga saham tersebut dipengaruhi oleh investor yang rasional.45 Dalam peraturan pasar modal yang berlaku sekarang di Indonesia juga disebutkan, bahwa fakta material ditentukan oleh sesuatu yang dapat mempengaruhi investor untuk melakukan investasi.

       42

Bismar Nasution op cit hal 66

43

Ibid hal 72

44

Ibid hal 72

45


(48)

C. Kaitan Fakta Material dan Kewajiban Keterbukaan dalam Pasar Modal

Apabila diperhatikan ketentuan- ketentuan yang diatur dalam hukum pasar modal, maka pengaturannya sangat banyak mengenai ketentuan kewajiban keterbukaan (mandatory disclosure) bagi emiten atau perusahaan publik. Oleh karena itu terdapat pendapat bahwa fokus sentral dari hukum pasar modal adalah prinsip keterbukaan (disclosure principle), oleh karena perannya membuat investor atau pemegang saham dan pelaku pelaku bursa mempunyai informasi yang cukup dan akurat dalam pengambilan keputusannya dalam berinvestasi. Dengan informasi ini dapat diantisipasi terjadinya perbuatan curang atau misleading statement berupa misrepresentation atau omission dan misstatement serta insider trading di pasar modal.46

Pentingnya prinsip keterbukaan dalam pasar modal, juga telah ditekankan oleh hasil studi International Federation of Stock Exchanges (FIBV) pada tahun 1998. Disebutkan bahwa dalam rangka menuju milenium ketiga orientasi pengembangan pasar modal dunia adalah menciptakan pasar modal- pasar modal yang likuid dan efisien. Untuk mewujudkan kondisi yang demikian pasar modal dimana mana cenderung meningkatkan hal hal yang antara lain terkait dengan keterbukaan. Perlu diingat, bahwa berkembangnya suatu pasar modal sangat tergantung pada kemampuan lembaga lembaga yang ada di pasar modal untuk memberikan keamanan investasi dan kualitas pelayanan yang tinggi. Keamanan       

46

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, Diktat Hukum Pasar Modal, Teaching Material Hukum Pasar Modal Fakultas Hukum USU Hal 2


(49)

dan kualitas jasa yang tinggi diperlukan untuk menarik sumber daya domestik agar terlibat di pasar modal dan juga meupakan tuntutan dari investor internasional. Hasil riset International Organization of Securities Commision (IOSCO) mengungkapkan bahwa pasar modal yang mengembangkan sistem yang aman dan efisien terbukti lebih menarik lagi bagi investor domestik maupun asing.47

Oleh karena itu, perlu pengaturan yang dapat mengembangkan pasar modal menjadi efisien mengingat pasar modal telah lama dipandang sebagai barometer dalam hakekat bisnis. Federal Reverse Board (FRB) memformulasikan kebijaksanaan moneternya dengan mengikuti 12 indikator ekonomi, diantaranya adalah pasar modal. Selama bertahun tahun FRB telah merumuskan, bahwa pasar modal dapat membantu ramalan dan bentuk bisnis yang akan datang.Sebagai salah satu indikator ekonomi, kedudukan pasar modal dalam menunjang perekonomian nasional mempunyai peran yang strategis.48

Untuk lebih memahami pembenaran prinsip keterbukaan tersebut, dapat diikuti pengamatan Coffee tentang perlunya sistem ketebukaan wajib, adalag suatu teori sederhana yang dapat menjelaskan bagaimana sistem keterbukaan difokuskan.49 Pertama, karena informasi memiliki berbagai karakteristik dari suatu barang umum, maka penelitian saham cenderung kurang tersedia. Kurangnya ketersediaan infrmasi bukan berarti bahwa informasi yang diberikan emiten tidak dapat diverifikasi secara optimal dan bahwa kurangnya upaya yang       

47

Bismar Nasution op cit hal 23

48

Ibid hal 23

49


(50)

dilakukan terhadap pencarian informasi material dari sumber emiten. Sistem keterbukaan wajib dapat dilihat sebagai suatu strategi pengurangan biaya dengan konsekuensi masyarakat mensubsidi biaya pencarian guna menjamin adanya informasi dalam jumlah besar dan pengujian akurasi yang lebih baik. Walaupun hasil akhir dari peningkatan upaya yang demikian secara signifikan tidak mempengaruhi keseimbangan dari keuntungan (advantage) antara penjual dan pembeli, atau bahkan tujuan dari distributive fairness yang lebih umum, namun hal itu mampu meningkatkan alokasi efisiensi pasar modal dan pada akhirnya peningkatan tersebut menunjukkan suatu pertumbuhan ekonomi yang lebih produktif.

Kedua, ada dasar substansial untuk dipercaya bahwa ketidakefisienan yang lebih besar akan terjadi tanpa sistem keterbukaan wajib karena biaya sosial yang berlebih akan dikeluarkan investor untuk mengejar laba perdagangan. Sebaliknya pengkolektifan dapat mengurangi saocial waste yang timbul dari kesalahan alokasi sumber daya ekonomi untuk mencapai tujuan ini.

Ketiga, teori self-induced disclosure, yang sekarang populer di antara para teoritisi perusahaan dan sebagaimana diyakini oleh Easterbrook dan Fischel, hanya memiliki validitas terbatas. Suatu kelemahan khusus dalam teori tersebut adalah mengabaikan signifikansi kontrol perusahaan dan terlalu banyak menganggap bahwa kepentingan manajer dan pemegang saham dapat diluruskan secara sempurna. Pada kenyataannya, prasyarat besar yang ditentukan oleh para teoritis ini, diperlukan untuk efektifnya sistem keterbukaan sukarela (disclosure voluntary system) sepertinya tidak memuaskan. Walaupun manajemen dapat


(51)

dipengaruhi melalui incentive contract device untuk mengidentifikasi kepentingan diri sendiri dengan maksimalisasi nilai saham, namun manajemen masih memiliki kepentingan dalam mengakuisisi penyertaan pemegang saham pada suatu harga diskon, sedikitnya sepanjang manajemen masih dapat melakukan insider trading atau leveraged buyouts. Karena insentif bagi keduanya mungkin masih kuat, maka masalah akan muncul sebab manajemen mendapat kentungan dengan memberikan sinyal yang salah terhadap pasar.

Keempat, dalam pasar modal yang efisien, masih ada informasi lain yang dibutuhkan investor rasional untuk mengoptimalkan portofolio sahamnya. Informasi yang demikian sangat baik diberikan melalui suatu sistem keterbukaan wajib.

Pengamatan Coffee tentang perlunya mempertahankan sistem keterbukaan wajib dapat dijadikan sebagai dasar penerapan prinsip keterbukaan bagi emiten atau perusahaan publik. Gunanya untuk mengatur pemberian informasi mengenai keadaan keuangan dan informasi lainnya kepada investor. Dengan perkataan lain, tujuan yang ingin dicapai ketentuan ini adalah untuk menghasilkan berbagai hal yang seharusnya diketahui oleh pembeli sebelum ia membeli suatu saham.50

Dengan pemberian informasi berdasarkan prinsip keterbukaan itu, maka dapat diantisipasi terjadinya kemungkinan investor tidak memperoleh informasi atau fakta material atau tidak meratanya informasi bagi investor disebabkan ada informasi yang tidak disampaikan dan bisa juga terjadi informasi yang belum       

50


(52)

tersedia untuk publik telah disampaikan kepada orang orang tertentu, seperti kepada seseorang atau kelompok investor lainnya.Sedangkan informasi itu sangat berfungsi karena berisi fakta material, yang dapat dibuat sebagai bahan pertimbangan bagi investor untuk melakukan investasi.51

Antisipasi tersebut dapat dilakukan dengan adanya sistem keterbukaan wajib bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai keadaan usahanya, baik dari segi keuangan, manajemen, produksi maupun hal hal lain yang berkaitan dengan kegiatan usahanya.52

Pengungkapan informasi tentang fakta material secara akurat dan penuh diperkirakan dapat merealisasikan tujuan prinsip keterbukaan dan mengantisipasi tibulnya pernyataan yang menyesatkan bagi investor.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, terdapat sedikitnya tiga tujuan ditegakkannya prinsip keterbukaan di pasar modal. 53 Pertama, menjaga kepercayaan investor. Pelaksanaan prinsip keterbukaan guna meningkatkan kepercayaan investor atau publik terhadap pasar modal sangat penting untuk diperhatikan. Karena apabila terjadi krisis kepercayaan atau ketidakpercayaan investor terhadap pasar modal dan perekonomian, maka investor menarik modal mereka dari pasar. Akibatnya pasar dan perekonomian akan rusak secara keseluruhan. Ketiadaan keterbukaan atau ketertutupan informasi akan

       51

Ibid hal 26

52

Ibid hal 26

53


(53)

menimbulkan ketidakpastian bagi investor. Akibatnya investor sulit mengambil keputusan untuk berinvestasi melalui pasar modal. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa apabila makin jelas informasi perusahaan, maka keinginan investor untuk berinvestasi semakin tinggi. Sebaliknya ketiadaan atau ketertutupan informasi dapat menimbulkan keragu raguan investor untuk berinvestasi. Dengan demikian dapat dipahami, bahwa tujuan prinsip keterbukaan untuk menjaga kepercayaan investor dalam pasar modal merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilaksanakan.

Kedua, tujuan pelaksanaan prinsip keterbukaan untuk membantu menetapkan harga pasar yang akurat, relevan dengan kebutuhan investor canggih atau profesional yang memerlukan informasi untuk keputusan investasi. Karena dalam pasar modal yang modern harga saham tidak ditentukan oleh investor investor individual amatir atau investor biasa, tetapi oleh investor profesional. Dalam hal ini, tidaklah penting apakah investor biasa mengerti atau tidak tentang informasi yang disampaikan. Yang utama adalah informasi itu harus diinformasikan tanpa memperhatikan siapa yang memperolehnya terlebih dahulu.

Cara penyampaian informasi di atas didasarkan pada asumsi bahwa harga tercermin dari informasi yang efisien. Hal ini membenarkan bahwa keakuratan harga sebagai akibat yang menguntungkan dari keterbukaan.

Tujuan prinsip keterbukaan yang ketiga adalah perlindungan terhadap investor. Tidak berlebihan apabila undang undang pasar modal suatu negara, termasuk Indonesia, mewajibkan prinsip keterbukaan, walaupun negara tersebut


(54)

telah mempunyai ketentuan anti-fraud, sebagaimana diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP). Suatu negara walaupun telah mempunyai ketentuan anti-fraud, tetapi tidak mempunyai peraturan keterbukaan wajib bagi perusahaan go public akan dapat merugikan investor. Dalam keadaan seperti itu perusahaan dapat memberikan informasi sepanjang ia bersedia, atau ia dapat diam tanpa adanya suatu informasi atau memberikan informasi tidak tepat waktu. Apabila ketentuan prinsip keterbukaan ini tidak ada, maka kecenderungan penipuan tersebut sulit dihindari.

Keterbukaan wajib harus ditegakkan sesuai dengan peraturan pasar modal yang mengatur keterbukaan harus dilaksanakan dengan prinsip ketinggian derajat akurasi informasi dan derajat kelengkapan informasi secara fair. Sebaliknya peraturan pasar modal melarang penipuan atas pemberian informasi yang salah, kebenaran yang tidak lengkap dan diam sama sekali terhadap informasi. Pelarangan terhadap pemberian informasi yang tidak akurat tersebut bertujuan agar informasi tidak menyesatkan investor dan tidak merusak harga saham. Harga saham yang akurat berkaitan dengan keakuratan informasi yang diterima investor pada saat pengambilan keputusan dalam perdagangan saham.54

Dari pemaparan diatas, dapat kita lihat bahwa kewajiban keterbukaan dengan fakta material sangat erat kaitannya. Fakta material harus disampaikan oleh emiten atau perusahaan kepada publik atau masyarakat, karena dalam perusahaan publik, saham diperjual belikan secara luas kepada masyarakat. Dengan kata lain, investor atau pemegang saham dari perusahaan go public adalah masyarakat.       

54


(55)

Kewajiban keterbukaan terhadap fakta material harus ditegakkan agar ketiga tujuan sebagaimana yang disebutkan diatas dapat tercapai.

D. Ketentuan Fakta Material Dalam Perundang Undangan di Indonesia

Informasi atau fakta Material menurut UU nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 1 angka 7 adalah informasi atau fakta penting yang relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut. Berdasarkan penjelasan UU nomor 8 tahun 1995 pasal 1 angka 7 ini, Informasi atau Fakta Material adalah antara lain informasi mengenai;55

1. Penggabungan usaha (merger), pengambilalihan (acquisition), peleburan usaha (consolidation) atau pembentukan usaha patungan;

2. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham (stock dividend); 3. Pendapatan dan dividen yang luar biasa sifatnya;

4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5. Produk atau penemuan baru yang berarti; 6. Perubahan tahun buku perusahaan; dan

7. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen. Kemudian ketetuan dalam UU no. 8 Tahun 1995 tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam salah satu peraturan pelaksanaannya, yaitu lewat Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-86/PM/1996 tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Masyarakat (Publik). Antara lain ditentukan bahwa       

55


(56)

apabila terjadi kejadian atau fakta material, maka haruslah melaporkan kepada Bapepam dan mengumumkannya kepada masyarakat selambat lambatnya pada hari kerja ke dua setelah kejadian tersebut.56

Dalam keputusan ketua Bapepam tersebut (No. 86/Pm/1996) kembali diberikan contoh (yang lebih terperinci) tentang informasi atau kejadian material yang diperkirakan dapat mempengaruhi nilai efek dari perusahaan tersebut atau keputusan investasi modal. Contoh contoh informasi atau fakta material tersebut adalah sebagai berikut:57

1. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, pembentukan usaha patungan;

2. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham; 3. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya; 4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5. Produk atau penemuan baru yang berarti;

6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen; 7. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat

utang;

8. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang mateial jumlahnya;

9. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material; 10.Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;

       56

Zulfi Chairi, SH op cit hal 19

57

Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep-86/PM/1996 Tanggal : 24 Januari 1996 Tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik


(57)

11.Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau Direktur dan Komisaris perusahaan;

12.Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain; 13.Penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan; 14.Penggantian Wali Amanat;

15.Perubahan tahun fiskal perusahaan.

Disamping hal hal yang telah disebutkan diatas, maka menurut UU no 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal serta berbagai Perundang undangan lainnya, masih banyak kejadian atau hal lain yang mesti dilaporkan atau bahkan diumumkan kepada masyarakat.

Beberapa di antara kewajiban menyampaikan laporan insidentil khusus adalah sebagai berikut:58

a. Laporan karena benturan kepentingan.

Yang dimaksud dengan benturan kepentingan di sini adalah adanya kepentingan ekonomis yang berbeda antara perusahaan dengan pribadi direktur, komisaris, atau pemegang saham utama perusahaan. Perundang undangan mensyaratkan agar umumnya transaksi yang mempunyai benturan kepentingan tersebut harus disampaikan kepada Bapepam no. Kep-84/PM/1996. Bahkan dalam hal terjadinya benturan kepentingan dalam bentuk yang secara populer dikenal dengan istilah “akuisisi internal” maka di samping harus memenuhi       

58


(58)

berbagai persyaratan lainnya, dipersyaratkan pula agar pengumuman akan diselenggrakan rapat umum pemegang saham (RUPS) mesti dilakukan lewat dua surat kabar yang beredar secara nasional

b. Laporan Realisasi Penggunaan Dana

Karena dana hasil dari listing emiten diperoleh dari masyarakat (investor publik) maka masyarakat tetap berkepentingan agar dana tersebut dipergunakan sesuai dengan yang semula dijanjikan oleh emiten. Untuk it sebagai pengawasannya, maka emiten wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum tersebut kepada Bapepam selama sisa dana tersebut dilakukan secara bertahap setiap tiga bulan sekali, yaitu bulan Maret, Juni. September, dan Desember yang dalam hal ini disampaikan kepada Bapepam selambat lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya

c. Keterbukaan Informasi Dalam Hal terjadinya Tender Offer Menurut pasal 83 UU. No 8 tahun 1995, maka pihak yang melakukan penawaran tender untuk membeli efek pada perusahaan terbuka wajib mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan kewajaran, dan pelaporan sebagaimana ditetapkan oleh perundang undangan.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kewajiban Keterbukaan dalam Pasar Modal, adalah prinsip dan jiwa dari

Pasar Modal yang harus ditegakkan dengan cara menyampaikan fakta fakta ataupun informasi informasi penting yang relevan yang mempengaruhi harga Efek serta keputusan Pemodal ataupun Calon Pemodal dalam berinvestasi di perusahaan publik, ataupun yang disebut fakta material, kepada masyarakat atau publik dengan tujuan untuk:

a. Menjaga kepercayaan publik terhadap pasar;

b. Menciptakan mekanisme pasar yang efisien;

c. Mencegah Penipuan atau fraud.

2. Merger perusahan publik, adalah salah satu fakta material yang disebutkan

dalam Undang Undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 dalam penjelasan pasal 1 ayat 7, yang memiliki pengertian, penggabungan yang

dilakukan antara dua atau lebih perusahaan yang go public , dimana

perusahaan yang menggabungkan diri akan bubar, dengan ketentuan dan syarat:


(2)

a. Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha hanya dapat dilaksanakan bila hal tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. Direksi dan komisaris Perusahaan Publik atau Emiten yang akan

melakukan Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha wajib membuat pernyataan kepada Bapepam dan Rapat Umum Pemegang Saham bahwa Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha dilakukan dengan memperhatikan kepentingan Perseroan, masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha, serta ada jaminan tetap terpenuhinya hak hak pemegang saham publik dan karyawan.

c. Surat pernyataan sebagaimana dimaksud diatas harus didukung

oleh pendapat yang diberikan pihak independen.

d. Perusahaan publik atau Emiten yang akan melakukan

Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha wajib menyampaikan pernyataan penggabungan usaha atau pernyataan peleburan usaha kepada Bapepam yang berisi Rancangan Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha.

Pengaturan secara khusus mengenai Merger atau Penggabungan

Perusahaan Publik diatur dalam Peraturan Nomor IX.G.1 tentang Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha Perusahaan Publik atau Emiten yang termasuk dalam lampiran Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Nomor Kep-52/PM/1997 tanggal 26 Desember 1997.


(3)

Karena Merger adalah salah satu dari fakta material yang disebutkan

dalam Undang-Undang Pasar Modal, maka, Merger wajib diinformasikan

kepada masyarakat.

3. Berdasarkan Pasal 1 ayat 7 Undang-Undang Pasar Modal, yang

menyatakan bahwa fakta material adalah informasi penting yang relevan serta mempengaruhi harga Efek dan keputusan Pemodal ataupun Calon Pemodal dalam berinvestasi, dan harus disampaikan kepada publik dalam rangka menegakkan prinsip keterbukaan dalam Pasar Modal, maka

preliminary merger negotiation atau pembicaraan awal merger perusahaan

publik telah memenuhi kriteria untuk dikategorikan sebagai fakta material dan wajib diinformasikan dalam pelaksanaan kewajiban keterbukaan di Pasar Modal.

B. SARAN

Berdasarkan uraian Bab-Bab terdahulu dan kesimpulan, selanjutnya dapat dirumusakan saran sebagai berikut:

1. Hendaknya Emiten atau Perusahaan Publik senantiasa memberikan

fakta material yang benar adanya pada masyarakat demi menegakkan Prinsip Keterbukaan tanpa maksud mengambil keuntungan dari masyarakat dengan menaik-turunkan harga saham, dan senantiasa memberitahukan fakta material tepat waktu dan dalam kondisi yang


(4)

2. Perusahaan Publik atau Emiten yang akan melakukan merger hendaknya benar benar mempertimbangkan keputusan untuk merger apakah merugikan masyarakat serta pemegang saham atau tidak. Serta agar pemegang pemegang saham minoritas benar benar terlindungi.

3. Undang-Undang Pasar Modal seharusnya dapat dikaji dan ditelaah lagi

penentuan fakta material khususnya mengenai merger dan

pembicaraan awal merger perusahaan publik, dengan menetapkan

bahwa pembicaraan awal memang wajib disampaikan kepada publik dan bersifat material atau menyatakan pembicaraan awal yang tidak

pasti tidak boleh diberitakan, untuk mencegah misleading statement

dan penyalahgunaan informasi demi keuntungan pihak pihak yang tidak bertanggung jawab. Karena apabila dibiarkan ‘mengambang’

apakah pembicaraan awal merger ini materil atau tidak, bagi pihak

pihak yang ingin mencari keuntungan, dapat dengan mudah melaksanakan niatnya dan tidak merealisasikan apa yang sudah diberitakan, dan tidak akan dikenakan sanksi, karena tidak ada peraturan yang menyatakan pembicaraan awal merupakan fakta material, atau pelarangan pemberitaan pembicaraan awal merger perusahaan publik yang belum pasti.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Buku.

Black, Henry Campbell , Black’s Law Dictionary Centennial Sixth Edition, St.

Paul, Minn: West Publishing co. 1990

Chandra, Prasanna, Financial Management, Theory and Practice, Tata

McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi, 5th Edition, 2001

Chairi, Zulfi, Keterbukaan (Disclosure) di Pasar Modal , Bagian Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

CV Eko Jaya, Himpunan Peraturan Perundang Undangan Republik Indonesia

Tahun 1999, Jakarta, Cetakan ke-1, 1999  

CV Eko Jaya, Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Republik Indonesia

Tahun 1995, Jakarta, ,Cetakan ke-1, 1998 

Easterbrook, Frank H. dan Daniel R. Fischel,1, The Economic Structure of

Corporate Law, Cambridge, Massachusetts, London: Harvard University

Press, 1996 

Harahap, M.Yahya, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009  

Kehoe, Jemes A. Exporting Insider Trading Laws: The Enforcement of U.S.

Insider Trading Laws Internationally, Emory International Review,

Vol.9,1995 

Krause, Harmut “The German Securities Trading Act (1994); A Ban on Insider

Trading and an issuer’s Affirmative Duty to Disclose Material Nonpublic

Information, “The International Lawyer” ,Vol 30 no.3, Fall, 1996 

Nasution, Bismar Keterbukaan dalam Pasar Modal: Law & Finance Institusional

Partnership, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,2001

Nasution, Bismar, Diktat Hukum Pasar Modal, Teaching Material Hukum Pasar

Modal Fakultas Hukum USU

Oesterie, Dale A., The Law of Mergers, Acquisitions, and Reorganizations,West

publishing co. 1991 

Rider, Barry A.K , “ Global Trens in Securities Regulation : The Changing Legal

Climate. Dickinson Journal of International Law”, Spring, 1995

Smith, Gary D, Bussiness Strategy and Policy, 2nd edition, Houghton, Mifflin


(6)

Simanjuntak , Cornelius, SH., MH, Hukum Merger Perseroan Terbatas, Teori

dan Praktek, PT Citra Aditya Bakti, Bandung 2004

Windha, Merger, Konsilidasi, Akuisisi dan Spin off, Teaching Material Hukum

Organisasi Perusahaan Fakultas Hukum

Zulmawan , Wawan, Panduan Praktis Merger atau Akuisisi Perusahaan, Permata

Aksara, Jakarta, 2003 Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 27 tahun 1998 tentang

Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas 

Peraturan Nomor IX.G.1 tentang Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha

Perusahaan Publik atau Emiten dalam lampiran keputusan Badan

Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Nomor Kep-52/PM/1997

Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta nomor: Kep-001/BEJ/012000 tanggal 4

Januari 2000 tentang Peraturan Pencatatan Efek nomor I-G : Tentang

Penggabungan Usaha Atau Peleburan Usaha Internet.

http://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan-umum diakses pada tanggal 16 September 2013 pukul 20.17

http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar-Modal diakses pada tanggal 16 September 2013 pukul 21.18

http://ercolaw.com/index.php?option=com_content&view=article&id=58:keterbu kaan-informasi-di-pasar-modal&catid+25:the-project&itemid=50 diakses pada tanggal 16 September 2013 pukul 23.23

http://edwardwendy060.blogdetik.com diakses pada tanggal 9 Oktober 2013 pukul 19.13

http://m.hukumonline.com diakses tanggal 9 Oktober 2013 pukul 20.30 http://pustakabakul.blogspot.com diakses tanggal 9 Oktober 2013 pukul 21.14 http://repository.usu.ac.id diakses tanggal 13 Oktober 2013 pukul 19.00 http://scribd.com diakses 19 Oktober 2013 pukul 20.30