Pengantar Sri Baduga Maharaja (1482-1521) Tokoh Sejarah Yang Memitos Dan Melegenda.

2 SRI BADUGA MAHARAJA 1482-1521 Tokoh Sejarah yang Memitos dan Melegenda 1 oleh Mumuh Muhsin Z. 2 ABSTRAK Sri Baduga Maharaja merupakan raja terbesar dan terakhir Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran. Dikatakan demikian karena raja-raja penggantinya merupakan raja-raja “kecil” dan “menghantarkan” kerajaan besar ini menuju pada keruntuhannya. Raja yang kemudian dikenal dengan nama Prabu Siliwangi ini, karena kebesarannya, sangat melegenda dan dimitoskan oleh sebagian masyarakat Sunda, bahkan hingga saat ini.

I. Pengantar

“Dalam rangka menelusuri bukti keberadaan tokoh Sri Baduga Maharaja dan Kerajaan SundaPajajaran, Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga akan mengadakan seminar berjudul ‘Sri Baduga dalam Sejarah, Filologi, dan Sastra Lisan’…”. Ini adalah kalimat pertama dari surat Kepala Balai Pengelolaan Museum Sri Baduga kepada para narasumber seminar. Kalimat ini secara implisit mengisyaratkan setidaknya dua hal. Pertama, munculnya dugaan masih ada orang Ki Sunda yang tidak percaya bahwa Sri Baduga dan Kerajaan SundaPajajaran itu adalah sejarah pernah ada dalam dunia nyata, aya dikieuna. Dengan seminar ini diharapkan, setelah ditunjukkan bukti keberadaannya melalui sumber, data, fakta orang yang semula tidak tidak percaya berubah menjadi percaya. Kedua, masih ada orang Ki Sunda yang ragu akan keberadaan Sri Baduga dan Kerajaan 1 Makalah disampaikan dalam seminar “Sri Baduga dalam Sejarah, Filologi, dan Sastra Lisan”; diselenggarakanoleh Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga, 31 Oktober 2012 di Hotel Baltika, Jl. Gatot Subroto, Bandung. 2 Staf Pengajar Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran. 3 SundaPajajaran sebagai kenyataan sejarah. Melalui seminar ini diharapkan terjadi perubahan dari ragu menjadi yakin. Selebihnya, ada orang yang menganggap bahwa keberadaan Sri Baduga dan Kerajaan SundaPajajaran sudah tamat dan tuntas, tidak perlu dibincangkan lagi. Kalaupun masih ada diskusi, bukan mendiskusikan ada atau tidak adanya, tapi “adanya seperti apa”. Tentu saja merekonstruksi sejarah Kerajaan Sunda dan Sejarah Sri Baduga secara komprehensif merupakan pekerjaan yang besar dan sangat serius; bahkan, bisa jadi, terlalu ambisius mengingat kurangnya sumber yang handal dan lengkap. Berkait dengan dua issue ini keberadaan Sri Baduga dan Kerajaan SundaPajajaran sebaiknya kita merujuk pada dalil: “ada sumber ada sejarah, tidak ada sumber tidak ada sejarah”. Pernyataan yang aksiomatik ini hampir tak terbantahkan lagi kebenarannya. Sekarang pertanyaannya adalah adakah sumber sources, facts yang menunjukkan eksistensi Sri Baduga dan Kerajaan SundaPajajaran? Dalam makalah ini akan dibahas terlebih dahulu mengenai Kerajaan SundaPajajaran, kemudian Sri Baduga. Sumber yang berkaitan dengan Kerajaan SundaPajajaran dan Sri Baduga ini bukan sekedar ada, tapi banyak. Oleh karena itu secara awal dapat dikatakan bahwa eksistensi Kerajaan SundaPajajaran dan Sri Baduga tidak perlu diragukan. Kalau pun ada yang perlu didiskusikan, bukan lagi persoalan “apakah Kerajaan SundaPajajaran dan Sri Baduga pernah ada atau tidak” dan “adakah bukti historis mengenai keberadaannya”, karena persoalan ini sudah sangat jelas dan sudah menjadi fakta keras hard-fact. Akan tapi yang masih menarik didiskusikan adalah mengenai persoalan-persoalan lain seperti mana yang lebih tepat di antara tiga nama yang disebut dalam sumber: Pakuan Pajajaran, Pakuan, atau Pajajaran; apakah Pakuan Pajajaran itu nama keraton, nama ibu kota, atau nama kerajaan; siapa pendiri keraton Pakuan Pajajaran, tahun berapa kerajaan itu didirikan, di mana letaknya, dan sebagainya. Demikian juga dengan Sri Baduga; bagaimana kehidupan keluarganya, bagaimana perjalanan karir politiknya, kepercayaan agama apa yang dianutnya, dan sebagainya. 4

II. Pakuan Pajajaran