Kontrol Diri Dan Materialisme Terhadap Perilaku Pembelian Kompulsif (survey pada konsumen Distro di Jalan Sultan Agung Kota Bandung)

(1)

Bahwa yang bertandatangan di bawah ini, penulis dan pihak perusahaan tempat penelitian, Menyetujui:

“Untuk memberikan kepada Universitas Komputer Indonesia Hak Bebas Royalty Non eksklusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-online-kan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kepentingan riset dan pendidikan”.


(2)

(3)

Nama Lengkap : Dzikri Ahmad Fajari Tempat, Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 8 Juni 1993

Alamat :Jl. Cigadung Raya Barat no. 148 B Kelurahan Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung 40191

Agama : Islam

No Telepon : 085794275219

E-mail : dzikriafz@gmail.com Pendidikan Formal

1997 – 1999 : TK Al Ikhlas 1999 – 2005 : SDN Cikunir IV 2005 – 2008 : MTsN Sukamanah 2008 – 2011 : MAN Sukamanah

2011 – Sekarang : Universitas Komputer Indonesia Pendidikan Non Formal

1. Pelatihan “Public Speaking” bersama mahasiswa Pascasarjana UPI Bandung 2012 2. Pelatihan Mentoring Keislaman UNIKOM Bandung, 2011

3. Pelatihan Character Building Secapa AD Lembang Bandung 2012 Hobi dan Minat

- Jalan-jalan,

- Menjadi Pengusaha,

Bandung, September 2015


(4)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bisnis ritel merupakan bisnis yang cukup diminati oleh para investor. Sepanjang tahun 2014, pasar Indonesia menjadi salah satu pasar terbesar dalam konsumen bisnis ritel di Asia Pasifik. Diantara faktor yang menjadi pemicunya adalah pertumbuhan kelas menengah yang mencapai lebih dari 40 % dan tentu saja mengubah pola hidup masyarakat. (Kompas, 2012).

Kecenderungan pola hidup masyarakat dalam berbelanja saat ini ditentukan oleh banyak hal. Seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat yang lebih mengutamakan kemudahan dalam berbelanja, tidak bisa dipungkiri bahwa ritel yang menyediakan kenyamanan, kepastian harga, dan keanekaragaman barang dalam satu toko akan lebih diminati sehingga konsumen pun bisa berbelanja lebih banyak lagi. Oleh karena itu, belakangan ini dikenal dengan cara pengelolaan secara profesional untuk jaringan toko mencakup departement store, mall, dan supermarket. (Foster, 2008).

Bisnis ritel di Indonesia ada dua macam, yaitu ritel tradisional dan ritel modern. Arti modern di sini adalah penataan barang menurut keperluan yang sama dikelompokkan di bagian yang sama yang dapat dilihat dan diambil langsung oleh pembeli. (Ma’ruf, 2005). Pertumbuhan konsumen di Indonesia pengguna ritel modern mengalami kenaikan sejak tahun 2008-2014. Menurut hasil


(5)

studi perilaku belanja remaja 2014, lebih dari 13 – 21 tahun melakukan belanja di pusat perbelanjaan/mall dalam setahun terakhir. Pertumbuhan ini tidak hanya dipicu oleh pendapatan masyarakat yang cenderung naik, akan tetapi juga pola hidup yang sudah berubah dari pengguna pasar tradisional menuju ritel modern.

Ritel modern yang berkembang di Indonesia cukup banyak. Ragam usaha sangat banyak meliputi pasar modern, pasar swalayan, departement store, boutique, factory outlet, specialty store, trade centre, dan mall/supermall/plaza. Format – format ritel modern ini akan terus berkembang sesuai perekekonomian, teknologi, dan gaya hidup masyarakat. Pada pertengahan tahun 1990 an, muncul satu gerai baru bernama distro (distribution outlet).

Konsep distro berawal pada pertengahan 1990 an di Bandung. Saat itu band – band independen (indie) berusaha menjual merchandise mereka seperti CD/kaset, t-shirt, dan stiker selain di tempat mereka melakukan pertunjukan. Bentuk awal distro adalah usaha rumahan dan dibuat etalase dan rak untuk menjual t-shirt. Selain komunitas musik, akhirnya banyak komunitas lain seperti komunitas punk dan skateboard yang kemudian juga membuat toko – toko kecil untuk menjual pakaian dan aksesori mereka. Pada tahun 2007 diperkirakan ada sekitar 700 unit usaha distro di Indonesia dan 300 diantaranya ada di Bandung. (Wikipedia, 2014).

Bandung merupakan salah satu kota yang mempunyai daya industri di bidang fashion. Terbukti, dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan distro di Bandung mencapai peningkatan lebih dari 100 %. (Kompas, 2008). Tingkat


(6)

kepadatan penduduk dan pertambahan pendapatan juga bisa memacu berkembangnya bisnis ini. Menurut hasil pengamatan pribadi, salah satu pusat distro di Bandung adalah distro - distro yang terletak di sepanjang jalan Sultan Agung. Total ada 19 distro yang berjejeran di sana, seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 1 . 1

Distro di Jln. Sultan Agung No. Nama Distro

1. Bloods 2. Mooze 3. Gummo Ltd. 4. Racing Line 5. Flashy 6. Screamous 7. Dloops

8. Vocuz Evolute 9. Macbeth 10. Cosmic 11. Wadezig! 12. Evil Army 13. Apparel Store 14. Relac

15. Papersmooth

16. Kick Denim Black ID 17. RSCH

18. Blackwear 19. Blackjack

Sumber : survei ke lapangan 2015 (diolah)

Masing – masing dari distro tersebut hanya menjual satu brand (merk) sesuai dengan nama distronya. Walaupun hanya satu brand, akan tetapi variasi barang yang dijual cukup beragam mulai dari baju, jeans, topi, ikat pinggang, ransel, dan asesoris lainnya. Khusus untuk Screamous, penulis mengamati bahwa distro tersebut mempunyai fasilitas cafe dalam store nya.

Mengamati perkembangan distro yang cukup pesat terutama distro yang menjual asesoris fashion dan pendukungnya, membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan objek distro di kota Bandung. Karena dengan


(7)

banyaknya distro, justru memberikan lebih banyak pilihan produk disamping menjadi penyalur hobi bagi yang suka berbelanja. Selain itu, perilaku pembelian kompulsif memang lebih banyak ditemukan pada barang – barang seperti pakaian, sepatu, dan asesoris.

Menurut Lorin Koran pembeli kompulsif merupakan konsumen yang cenderung suka membelanjakan uang untuk membeli barang meskipun barang tersebut tidak mereka butuhkan. Perilaku semacam ini disebut juga keranjingan belanja (shopaholics). Pembeli kompulsif disebut sebagai perilaku konsumen abnormal yang dianggap sebagai sisi gelap konsumsi karena ketidakmampuan konsumen dalam mengendalikan dorongan hati yang kuat untuk selalu melakukan pembelian dan terkadang mempunyai konsekuensi yang berat.

Penyebab pasti perilaku pembelian kompulsif tidak diketahui. Namun Desarbo dan Edwards dalam Tao Sun (2003) menghubungkan beberapa sifat seperti ketergantungan, materialisme konsumen, perfeksionisme, pengingkaran kepribadian, pencarian persetujuan, percaya diri rendah, pencarian kesenangan, dan kurangnya pengendalian hasrat berpengaruh terhadap pembelian kompulsif.

Fenomena pembelian kompulsif sangat erat kaitannya dengan perilaku “shopaholic”. Banyak diantara para pengunjung yang merasa cemas apabila mereka tidak berbelanja selama berhari – hari. Dalam hasil wawancara dengan para responden, mereka setidaknya berbelanja minimal 1 bulan satu kali dan hasil belanjaanya tersebut justru disimpan berhari – hari, kadang tidak digunakan. Hal ini didukung dengan pernyataan psikolog, Rustika Thamrin, S.Psi., CHt., CI., MTLT, dari Brawijaya Women & Children Clinic sebagai berikut :


(8)

"Biasanya kalau shoppaholic itu hanya lapar mata saja, dan hanya untuk mencari kesenangan, tanpa peduli harga, membayar dengan kredit, sampai tidak tahu digunakan untuk apa," (Kompas: 2012).

Pada umumnya, aktivitas pembelian yang dilakukan oleh konsumen didasari atas dua hal, yaitu pembelian secara rasional dan pembelian secara emosional. Pada proses pembelanjaan yang sifatnya rasional, konsumen melakukan pertimbangan yang cermat dan mengevaluasi sifat produk secara fungsional. Namun tidak selamanya konsumen melakukan pembelian rasional, terkadang muncul pembelian yang lebih didasari faktor emosi. Pembelian yang bersifat hedonic, objek konsumsi dipandang secara simbolis dan berhubungan dengan respon emosi (Hirschman & Holbrook 1995 dalam Ariani 2008:46).

Dengan adanya sifat-sifat yang mendasari pembelian produk, maka konsumen akan dihadapkan pada situasi dimana konsumen harus melakukan pengontrolan diri. William dalam anwar (2002:39-48) mengatakan bahwa kontrol diri merupakan salah satu sifat kepribadian yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan konsumsi.

Di samping itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Rini Kartika Sari (2009:6-7) menunjukan bahwa pembelian kompulsif berhubungan positif dengan motivasi, materialisme, dan kontrol diri. Dalam penelitian tersebut, variabel kontrol diri lah yang paling besar pengaruhnya dalam pembelian kompulsif. Bagi perusahaan, pembelian kompulsif merupakan hal yang menguntungkan karena terjadi aktivitas pembelian secara terus-menerus.


(9)

Termasuk diantara ukuran kontrol diri yang rendah, adalah tingginya tingkat keranjingan belanja seseorang. Menurut Ahli Perencana Keuangan, Freddy Pieloor salah satu ukuran “shopaholic” adalah tidak memiliki rencana saat belanja. Berikut pernyataannya :

“Belanja juga membutuhkan rencana. Kurang bijak bila Anda pergi berbelanja tanpa perencanaan terlebih dahulu. Ada beberapa poin yang harus diperhatikan, yaitu: Mau belanja di mana? Apa saja yang dibelanjakan? Dan siapkan dananya. Tuliskan itu dalam selembar kertas atau ponsel Anda. Mereka yang tidak memiliki rencana, cenderung akan membelanjakan apa yang dilihat dan diinginkan seketika itu juga. Namun setelahnya, mereka mengalami penyesalan. Apalagi kalau barang yang dibeli adalah barang-barang konsumtif yang nilainya menyusut dengan sangat cepat dalam waktu singkat”. (Kompas : 2012)

Untuk mengetahui tingkat ke“shopaholic”an konsumen distro di Jln. Sultan Agung, penulis melakukan wawancara dengan melibatkan 20 responden. Adapun isi wawancara tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 1 . 2

Survey awal mengenai gambaran kontrol diri pada pengunjung distro

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda selalu membuat daftar belanja sebelum memutuskan untuk berbelanja ?

8 12

2. Apakah anda merasa tergiur untuk berbelanja jika melihat suasana toko yang menyenangkan ?

4 16

Sumber : survey awal (2015) diolah

Beberapa pengunjung distro pada pertanyaan pertama “saya selalu membuat daftar belanja sebelum memutuskan untuk berbelanja” memperoleh jawaban “ya” sebanyak 8 orang, sedangkan jawaban “tidak” sebanyak 12 orang . Ini mengindikasikan bahwa para pengunjung mempunyai tingkat ke“shopaholic”an yang tinggi dan kontrol diri yang rendah antara membeli


(10)

barang yang dibutuhkan dengan barang yang tidak perlu dibeli serta memungkinkan terjadinya perilaku pembelian kompulsif.

Menurut O’Cass (2004) dewasa ini kebutuhan manusia akan pakaian telah bergeser, mereka membeli pakaian yang tidak hanya berdasarkan pada kebutuhan semata dengan model yang biasa, namun bergeser pada mode yang terjadi pada masyarakat. Selain sebagai kebutuhan, orientasi konsumen pada pakaian adalah untuk menunjang penampilan atau sebagai identitas diri serta yang berhubungan dengan gaya hidup yang disebut sebagai fashion. Produk fashion yang dimaksud di sini merupakan bentuk identifikasi segmen gaya hidup dalam berbusana, seperti pakaian pesta, pakaian kantor, kaos, celana, rok, baju, dan lain sebagainya (Gutman dan Mills, 1982 dalam Park dan Burns, 2005).

Banyak diantara konsumen distro dari kalangan anak muda kelas menengah ke atas yang ingin dianggap fashionable dan bisa mengikuti trend kekinian sehingga bisa mengesankan banyak orang. Mayoritas pengunjung tertarik dengan jenis t-shirt yang digunakan oleh selebriti yang muncul di televisi seperti halnya yang dilakukan ouval RSCH, Racing Line, Evil Army, Kick Denim dalam mengendors selebriti tanah air. (Wawancara Survei Awal).

Hal ini menandakan bahwa faktor kepemilikan akan suatu produk dianggap sangat penting untuk mencapai kepuasan. Sesuai dengan (Fitzmaurice, 2008) bahwa konsumen yang materialistis menganggap kepemilikan barang dan materi sebagai pusat dari kehidupan mereka, menilai kesuksesan sebagai kualitas harta seseorang dan melihat harta sebagai bagian yang penting dalam mencapai kebahagian dan kesejahteraan dalam hidup.


(11)

Hal tersebut juga sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Krugger (1998 dalam Park dan Burn, 2005) yang menyatakan bahwa orang yang berperilaku kompulsif cenderung untuk sangat peduli akan penampilannya dan selalu terlibat dalam pencaharian sesuatu yang tanpa henti terutama terkait dengan pakaian. Kecenderungan seseorang untuk memiliki penampilan yang menarik menyebabkan orang tersebut sering melakukan pembelian tanpa direncanakan untuk produk fashion. Hal ini diperparah lagi saat seseorang secara finansial memiliki kemampuan untuk membeli produk tersebut.

Materialisme adalah suatu sifat yang menganggap penting adanya kepemilikan terhadap suatu barang dalam hal menunjukkan status dan membuatnya merasa senang (Schiffman dan Kanuk, 2008:119). Dalam rangka memperjelas gambaran awal mengenai materialisme pada konsumen distro di kota Bandung, penulis melakukan prasurvey terhadap 20 orang dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 1 . 3

Survey awal mengenai gambaran materialisme pada pengunjung distro

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda memiliki keinginan untuk memiliki barang – barang yang mengesankan orang di sekitar anda?

15 5

2. Apakah anda merasa bahwa membeli barang yang banyak memberikan kesenangan kepada anda ?

16 4

3. Apakah anda merasa bahwa barang – barang yang saya miliki begitu penting bagi hidup anda ?

13 7

Sumber : survey awal (2015) diolah

Mayoritas pengunjung distro pada tabel diatas menjawab “ya”. Seperti halnya pernyataan “membeli banyak barang memberikan kesenangan kepada saya” sebagian besar pengunjung menjawab ya. Selain itu juga, pada pertanyaan “


(12)

barang – barang yang saya miliki begitu penting bagi saya” sebagian besar responden menjawab “ya” sebanyak 13 dari 7 orang. Ciri – ciri ini sangat cocok dengan apa yang diungkapkan oleh Schiffman dan Kanuk. (2008:119)

Berawal dari fenomena – fenomena di atas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian apakah terdapat pengaruh dari masing – masing variabel kontrol diri, materialisme dan pembelian kompulsif pada fenomena yang terjadi di tempat penelitian tersebut. Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Kontrol Diri dan Materialisme terhadap Perilaku Pembelian Kompulsif” (Survey pada Konsumen Distro di Jalan Sultan Agung Kota Bandung).

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Fenomena “shopaholic” yang menghinggapi sebagian konsumen distro di Jalan Sultan Agung ditentukan dua hal, tingkat kontrol diri dalam berbelanja dan tingkat materialismenya. Perilaku pembelian kompulsif juga sangat terkait dengan tingginya keranjingan belanja seseorang. Dalam penelitian Rini Kartika Sari disebutkan bahwa pembelian kompulsif berhubungan positif dengan motivasi, materialisme, dan kontrol diri.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas terdapat beberapa fenomena yang terjadi di tempat penelitian, diantaranya :

1. Konsumen distro di Jl. Sultan Agung bandung memiliki kontrol diri yang rendah dengan ditandai kurangnya perencanaan saat akan membeli produk apa dan resiko apa yang mungkin terjadi setelah pembelian.


(13)

2. Tingkat materialisme juga menghinggapi konsumen distro yang relatif masih remaja ditandai dengan keinginan untuk memiliki banyak barang yang bisa mengesankan orang serta menganggap kepemilikan adalah suatu hal yang sangat penting dan menunjang kebahagiaan.

3. Adanya keinginan kuat untuk mengikuti trend fashion selebritis yang belum tentu cocok dengan budaya kita.

4. Membludaknya pengunujung distro pada akhir pekan menandakan tingkat keranjingan belanja yang tinggi terjadi pada produk jenis pakaian.

1.2.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan diteliti pada pada pengunjung distro di Jln. Sultan Agung ini antara lain :

1. Bagaimana Kontrol Diri pada konsumen distro di Jln. Sultan Agung Bandung

2. Bagaimana Materialisme pada konsumen distro di Jln. Sultan Agung Bandung

3. Bagaimana Perilaku Pembelian Kompulsif pada konsumen pada distro di Jln. Sultan Agung Bandung

4. Seberapa besar pengaruh Kontrol diri terhadap Perilaku Pembelian Kompulsif pada konsumen distro di Jln. Sultan Agung Bandung 5. Seberapa besar pengaruh Materialisme terhadap Perilaku Pembelian


(14)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Dari penelitian ini penulis dapat menerapkan ilmu yang didapat selama ini ke dalam dunia kerja, khususnya dalam Kontrol diri dan Materialisme terhadap Pembelian Kompulsif.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Kontrol diri pada konsumen distro di Jln. Sultan Agung Bandung

2. Untuk mengetahui Materialisme pada konsumen distro di Jln. Sultan Agung Bandung

3. Untuk mengetahui Pembelian Kompulsif pada konsumen distro di Jln. Sultan Agung Bandung

4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kontrol diri terhadap perilaku Pembelian Kompulsif pada konsumen distro di Jln. Sultan Agung Bandung

5. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Materialisme terhadap perilaku Pembelian Kompulsif pada konsumen distro di Jln. Sultan Agung Bandung


(15)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan bagi penulis dan perusahaan.

1. Bagi perusahaan

Dengan penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi dan masukan yang bertujuan untuk menyempurnakan referensi tentang Perilaku Konsumen dalam penerapan Kontrol diri dan Materialisme dalam mempengaruhi Pembelian Kompulsif, sehingga mampu bersaing dengan perusahaan lain.

2. Pihak Lain

Penelitian ini juga ditujukan bagi pihak analis atau siapapun yang ingin menjadikan penelitian ini sebagai sumber informasi yang bermanfaat.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan akademis ini penelitian ini adalah :

1. Memberikan sumbangan konseptual bagi perkembangan ilmu ekonomi dalam bidang manajemen bisnis dan pemasaran khususnya mengenai Kontrol diri dan Materialisme dalam mempengaruhi perilaku Pembelian Kompuslif di distro Jln. Sultan Agung Bandung

2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian selanjutnya dan sebagai bahan referensi yang diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca maupun para konsumen.


(16)

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah seluruh distro yang terletak di Jln. Sultan Agung kota Bandung yang berjumlah 20 store. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini adalah sejak bulan Februari 2015 sampai bulan Agustus 2015.

Tabel 1 . 4

Waktu dan Tempat Penelitian

Keterangan

Bulan

Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Bimbingan

Pembuatan UP Pembuatan

Proposal UP Pengumpulan

Data Pengolahan dan

Analisis Data Penyusunan

Laporan dan Bimbingan


(17)

14 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kontrol Diri

2.1.1.1 Pengertian Kontrol Diri

Setiap individu memiliki suatu kemampuan yang dapat membantu, mengatur dan mengarahkan perilaku, yaitu kontrol diri. Menurut Chaplin (dalam Iin Novita dan Harlina, 2008:7) Kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dan kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku Kompulsif.

Sementara Calhoun dan Acocella (dalam Ghufron dan Risnawita, 2012:637) mendefinisikan kontrol diri sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang; dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Kontrol diri juga berkaitan dengan mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan yang ada dalam dirinya. Seseorang yang memiliki kontrol diri akan mempertimbangkan segala konsekuensi yang akan terjadi sebelum memutuskan sesuatu untuk bertindak.


(18)

2.1.1.2 Indikator Kontrol Diri

Averill (dalam Sarafino, 1990) dan Acep (2013:22) mengungkapkan beberapa aspek yang terdapat dalam kontrol diri seseorang, antara lain :

a) Aspek kontrol perilaku (behavioral control)

Kemampuan mengontrol perilaku merupakan kesiapan atau terjadinya respons yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi keadaan yang tidak menyenangkan.

b) Aspek kontrol stimulus (cognitive control)

Kemampuan mengontrol stimulus ialah kemampuan untuk menggunakan proses dan strategi yang sudah dipikirkan untuk mengubah pengaruh stressor.

c) Aspek kontrol peristiwa (informational control)

Kemampuan menantisipasi peristiwa adalah kemampuan untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian yang tidak dikehendaki, alasan peristiwa tersebut terjadi, perkiraan peristiwa selanjutnya yang akan terjadi, konsekuensi yang akan diterima terkait dengan kejadian tersebut.

d) Aspek kontrol retrospektif (retrospection control)

Kemampuan menilai peristiwa dari segi positif adalah keyakinan tentang apa dan siapa yang akan menyebabkan peristiwa yang penuh dengan stress setelah hal itu terjadi, kemampuan individu untuk mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai atau


(19)

menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis untuk mengurangi tekanan.

e) Aspek kontrol keputusan (decision control)

Kemampuan mengambil keputusan adalah kemampuan individu untuk memilih hasil atau tindakan berdasarkan keyakinannya.

Selain itu, Menurut J.P. Chaplin (dalam Rahayu Ginintasasi, p.5-6) dalam self control terdapat dua dimensi, yaitu:

1) Mengendalikan Emosi

Mengendalikan emosi berarti mampu memahami atau mengenali serta mengelola emosi. Menurut Daniel Goleman, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Senada dengan hal ini, Anthony Robbins menyebutkan bahwa emosi merupakan sinyal untuk melakukan tindakan. Menurutnya emosi bukan akibat atau sekedar respon tetapi justru sinyal untuk melakukan sesuatu.

2) Disiplin

John Maxwell mendefinisikan disiplin sebagai suatu pilihan dalam memperoleh apa yang kita inginkan dengan tidak melakukan apa yang tidak kita inginkan sekarang.


(20)

1) Melakukan hal-hal berdasarkan urutan kepentingannya (menetapkan prioritas).

2) Secara terus menerus melakukan hal-hal tersebut berdasarkan kepentingan dengan disiplin.

2.1.2 Materialisme

2.1.2.1 Pengertian Materialisme

Materialisme adalah suatu sifat yang menganggap penting adanya kepemilikan terhadap suatu barang dalam hal menunjukkan status dan membuatnya merasa senang (Schiffman dan Kanuk, 2008:119; Mowen dalam Sun dan Wu, 2011; Ahuvia dalam Podoshen dan Andrzejewski, 2012).

Podoshen dan Andrzejweski (dalam Ni Nyoman Ayu, 2013:716) materialisme biasanya dimulai dari pengumpulan atas barang-barang diluar kebutuhan pokok. Nilai materialisme yang tinggi membuat konsumen meyakini bahwa benda material merupakan hal yang sangat penting bagi hidup mereka. Menurut Watson, seseorang yang memiliki sifat materialisme cenderung memiliki kemampuan kontrol diri yang rendah dan gemar menghabiskan uangnya dengan menikmati kegiatan belanjanya.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2009 :119) Materialisme adalah “tingkat dimana seseorang dianggap materialistis”. Materialism merupakan topik yang sering dibicarakan dalam surat kabar, majalah, dan TV dan dalam percakapan


(21)

sehari – hari diantara teman. Materialisme disebut sebagai sifat kepribadian yang membedakan antara individu yang menganggap kepemilikan barang sangat penting bagi identitas kehidupan mereka, dan orang – orang yang menganggap kepemilikan barang merupakan hal yang sekunder.

2.1.2.2 Indikator Materialisme

Para peneliti dalam Schiffman dan Kanuk (2009:119) telah menemukan hal – hal yang mendukung ciri – ciri orang yang materialis seperti sebagai berikut:

1. Mereka sangat menghargai barang – barang yang dapat diperoleh dan dipamerkan

2. Mereka sangat egosentris dan egois

3. Mereka mencari gaya hidup dengan banyak barang (misalnya, mereka ingin mempunyai berbagai “barang”, bukannya gaya hidup yang teratur dan sederhana.)

4. Kebnyakan milik mereka tidak memberikan kepuasan pribadi dan kebahagiaan yang lebih besar.

Persoalan dalam materialisme konsumen adalah sebagai berikut (Kanuk, 2009:119) :

1. Sukses : tingkat dimana seseorang merasa baik, sukses, dan ingin mengesankan orang lain

2. Sentralisasi : tingkat dimana seseorang merasa menikmati aktivitas belanja dan memberikan kesenangan diri


(22)

3. Kebahagiaan : tingkat dimana seseorang merasa bahagia jika dapat membeli barang yang disukai.

Belk (1985 : 265) menyatakan bahwa materialisme dapat dijelaskan oleh skala kepemilikan (possessiveness), ketidakmurahan hati (nongenerosity) dan kecemburuan (envy).

Kepemilikan (possessiveness) adalah kecenderungan dan tendensi untuk menahan kontrol atau kepemilikan milik seseorang (Belk, 1985:265). Ketidakmurahan hati (nongenerosity) adalah sebuah ketidak bersediaan untuk memberikan kepemilikan untuk membagi kepemilikan dengan orang lain (Belk, 1984). Kecemburuan (envy) adalah sesuatu yang tidak puas dan penyakit yang muncul pada orang lain dalam kebahagiaan, kesuksesan, reputasi, atau kepemilikan atas segalanya yang diinginkan.

2.1.3 Pembelian Kompulsif

2.1.3.1 Pengertian Pembelian Kompulsif

Menurut O’Guinn dan Faber (1992 : 459) Pembelian kompulsif adalah pembelian yang kronis berulang-ulang yang menjadi respon utama dari suatu kejadian atau perasaan yang negatif” sehingga pembelian kompulsif adalah satu bentuk konsumsi yang merupakan perilaku konsumen abnormal yang dianggap sebagai sisi gelap konsumsi (Shiffman dan Kanuk, 2000 dalam Park dan Burn, 2005) karena ketidakmampuan konsumen dalam mengendalikan dorongan hati


(23)

yang kuat untuk selalu melakukan pembelian, dan terkadang mempunyai konsekuensi yang berat.

Menurut Lorrin Koran (dalam Raeni Dwi Santy, 2011:13), seorang Guru Besar Psikiatri dan Keperilakuan dari Stanford University, Pembeli kompulsif adalah konsumen yang cenderung suka membelanjakan uang untuk membeli barang meskipun barang tersebut tidak mereka butuhkan dan terkadang tidak mampu dibeli, dalam jumlah yang berlebihan (Hoyer dan MacInnis, 2001 dalam Raeni Dwi Santy, 2011:13), perilaku semacam ini disebut juga sebagai keranjingan belanja (shopaholics).

Menurut kutipan Horizon Surbakti (dalam e-journal uajay, 2009:14), Pembelian kompulsif merupakan proses pengulangan yang sering berlebihan dalam berbelanja yang dikarenakan oleh rasa ketagihan, tertekan atau rasa bosan (Solomon, 2002:15) dan pembelanja kompulsif adalah seseorang yang tidak dapat mengendalikan atau mengatasi dorongan untuk membeli sesuatu. Park dan Burns (2005:135).

2.1.3.2 Karakteristik Pembelian Kompulsif

Park dan Burns (2005: 135) menyatakan bahwa, biasanya pembelanja kompulsif adalah seseorang yang tidak dapat mengendalikan atau mengatasi dorongan untuk membeli sesuatu. Selanjutnya Park juga menyatakan bahwa, beberapa di antara konsumen menunjukkan pembelian secara ekstrim atau yang disebut juga pembelian kompulsif (compulsive buying).


(24)

Compulsive Consumption refers to repetitive shopping, often excessive, as an antidote to tension, anxiety, depression or boredom” (Konsumsi kompulsif lebih kepada pembelian berulang, seringkali berlebihan, sebagai obat untuk ketegangan, kekhawatiran, depresi, atau kebosanan) (Solomon, 2007: 30).

Compulsive Consumption can be defined as an uncontrolled and obsessive consumption of a product or service frequently and in excessive amounts, likely to ultimately cause harm to consumer or others.”

(Konsumsi kompulsif dapat didefinisikan sebagai konsumsi yang tidak terkontrol atau obsesif terhadap produk atau jasa dimana seringkali dalam jumlah yang banyak sehingga mungkin menimbulkan kerugian bagi konsumen atau yang lainnya.) (Sheth dan Mittal, 2004: 187)

Dimensi Pembelian Kompulsif menurut Shiffman dan Kanuk dalam Raeni D. S (2011: 128) dikategorikan dalam 3 hal :

1) Tendency to Spend

Yaitu suatu kecenderungan kuat bagi seseorang untuk membeli sebuah barang dan menghabiskan semua uang yang dimiliki.

2) Reactive Aspect

Yaitu adanya dorongan yang tiba – tiba untuk membeli barang tanpa diikuti pemikiran yang rasional.

3) Postpurchase Guilt


(25)

Pembelian Kompulsif memiliki beberapa karakteristik seperti yang dikutip dari Krueger, 1998 dan Magee, 1994 dalam Iin dan prima (2006:3) sebagai berikut:

1) Pembelian produk ditujukan bukan karena nilai guna produk;

2) Konsumen yang membeli produk secara terus-menerus tidak mempertimbangkan dampak negatif pembelian;

3) Pembelian produk yang tidak bertujuan memenuhi kebutuhan utama dalam frekuensi tinggi dapat mempengaruhi harmonisasi dalam keluarga dan lingkungan sosial;

4) Perilaku ini merupakan perilaku pembelian yang tidak dapat dikontrol oleh individu;

5) Ada dorongan yang kuat untuk mempengaruhi konsumen segara membeli produk tanpa memperhitungakan risiko, misalnya keuangan;

6) Pembelian dilakukan secara tiba-tiba tanpa mencari informasi terlebih dahulu;

7) Pembelian dilakukan untuk menghilangkan kekhawatiran atau ketakutan dalam diri;

8) Perilaku yang ditujukan untuk melakukan kompensasi, misalnya kurangnya perhatian keluarga.


(26)

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya

Tabel 2 . 1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Hasil Persamaan Perbedaan

1. Iin Mayasari dan Prima Naomi (2006) Nilai Materialisme (kesuksesan, Centrality, Happiness), Pengaruh Teman, Pengaruh Media Massa terhadap Pembelian Kompulsif Kecenderungan pembelian kompulsif dapatdipengaruhi oleh perspektif psikologis yang dijelaskan oleh nilai materialisme dan

perspektif sosialisasi yaitu pengaruh teman dan media. Penulis menggunakan materialisme sebagai variabel X dan Pembelian Kompulsif sebagai variabel Y

Penuls tidak menggunakan variabel pengaruh teman dan media masaa sebagai variabel X

2. Russell W. Belk (1985) Kepemilikan, ketidakmurahan hati, dan kecemburuan terhadap Materialisme

Pada studi pertama dihasilkan bahwa kelompok konsumen dari institut religius memiliki tingkat materialisme paling rendah.

Studi kedua, membuktikan bahwa generasi tua lebih rendah dalam hal

materialisme dan generasi muda memiliki tingkat materialisme yang lebih tinggi. Penulis menggunakan variabel Materilisme sebagai variabel X

Penulis tidak menggunakan variabel kepemilikan, kecemburuan dan ketidakmurahan hati sebagai faktor yang mempengaruhi materialisme

3. Rini Kartika Sari

Pengaruh Kontrol Diri, Motivasi, dan Materialisme terhadap Pembelian Kompulsif (Survei Pada Mahasiswa konsumen Universitas Muhammadiyah Purworejo)

variabel kontrol diri, motivasi dan materialisme berpengaruh positif terhadap perilaku pembelian kompulsif. Variabel kontrol diri merupakan variabel yang paling besar

mempengaruhi pembelian kompulsif.

Penulis menggunakan Kontrol Diri, Materialisme, sebagai variabel X dan Pembelian Kompulsif sebagai variabel Y

Penulis tidak menggunakan variabel

motivasi sebagai variabel

dependen yang mempengaruhi variabel independen.

4. Acep Gunaefi (2013)

Pengaruh kontrol diri dan diskon terhadap pembelian impulsif pada NEPS clothing Bandung

Variabel kontrol diri berpengaruh negatif tehadap pembelian impulsif. Sementara variabel diskon berpengaruh posiitif terhadap pembelian impulsif Penulis menggunakan varibel kontrol diri sebagai variabel X

Penulis tidak menggunakan variabel diskon dan pembelian impulsif sebagai variabel X dan Y

5. Fika Ariani Utami & Sumaryono (2008)

Pembelian impulsif ditinjau dari kontrol diri dan jenis kelamin pada remaja

Pembeli kehilangan kontrol diri terhaap perilaku mereka dan terjadi pembelian impulsif

Penulis menjadikan kontrol diri sebagai variabel X

Penulis tidak menggunakan variabel pembelian impulsif sebagai


(27)

variabel Y dan jenis kelamin sebagai dummy variabel

6. AL Bevan –Dye *, A Garnett and N de Kler (2011) Materialism, status consumption and consumer ethnocentrism amongst black generation Y students in South Africa

Adanya hubungan yang kuat dan signifikan antara materialisme dan status konsumsi seiring dengan pertumbuhan genearasi pelajar Y di Afrika Selatan

Penulis menjadikan variable materialisme sebagai faktor yang mempengaruhi proses pembelian

Penulis tidak menggunakan

consumer ethnocentrism

sebagai faktor yang

mempengaruhi status konsumsi

Sumber : diolah dari berbagai sumber (2015)

2.1.5 Kerangka Pemikiran

Salah satu keinginan terbesar manusia adalah diberikan kecukupan terhadap apa yang diinginkannya. Artinya konsumen yang akan membeli barang baik itu yang sifatnya shopping goods ataupun speciality goods bisa memberikan kebahagiaan untuk kehidupannya.

Kontrol diri merupakan salah satu trait yang dilakukan oleh konsumen baik itu sebelum melakukan pembelian, ketika melakukan pembelian, dan memperkirakan apa yang akan terjadi setelah melakukan pembelian tersebut, sehingga dapat dipandang bahwa orang yang sanggup mengontrol dirinya sanggup pula menyesuaikan apa yang dibutuhkan dan yang tidak. Dalam halnya seseorang sanggup mengontrol dirinya, Averill dalam Acep (2013:39) memberikan 5 indikator, diantaranya kemampuan mengontrol perilaku, (b) kemampuan mengontrol stimulus, (c) kemampuan mengantisipasi peristiwa, (d) kemampuan menafsirkan peristiwa, (e) kemampuan dalam mengambil keputusan.


(28)

Seseorang memiliki kontrol diri dalam proses pembelanjaannya, apabila ia memiliki kontrol diri yang baik maka dia tidak akan terpengaruhi oleh faktor apapun dalam proses pembeliannya. Apabila seseorang memiliki kontrol diri yang rendah maka orang tersebut terpengaruhi oleh faktor eksternal untuk membeli produk yang ada di sekitarnya. Selain itu, trait lainnya yang mempengaruhi proses pembelian seorang individu adalah sifat materialismenya. Banyak ciri – ciri yang menggambarkan orang-orang yang materialis, diantaranya (a) mereka sangat menghargai barang-barang yang dapat diperoleh dan dapat dipamerkan, (b) mereka sangat egosentris dan egois, (c) mereka mencari gaya hidup dengan memiliki banyak barang , bukannya gaya hidup yang teratur dan sederhana, (d) kebanyakan dari apa yang mereka miliki tidak memberikan kepuasan dan pribadi dan kebahagiaan yang lebih besar.

Menurut penelitian Dittmar, orang yang materialis adalah calon kuat pembeli kompulsif. Salah satu yang bisa mengaitkan diantra sifat materialisme dan pembelian kompulsif adalah kecenderungan untuk memperbaiki suasana hati dan rendahnya tingkat harga diri dan penerimaan sosial apabila individu tidak bisa membeli barang yang sedang trend misalnya. Kebanyakan pembeli kompulsif justru banyak ditemukan pada produk sepatu, pakaian, dan asesoris.

Selanjutnya pembelian kompulsif merupakan sifat yang abnormal dalam perilaku belanja. Para konsumen justru tidak sanggup mengendalikan diri, kecanduan, dan tindakan mereka bisa merugikan diri sendiri. Barang – barang yang dibeli cenderung tidak digunakan dan jika mereka sedang tertekan, maka


(29)

pelariannya justru pada berbelanja. Apabila sifat ini tidak dihentikan, justru kerugian yang besar akan menimpa individu tersebut.

Individu yang baik harus bisa mengontrol dirinya saat berbelanja, mengendalikan sifat materialismenya supaya tidak melakukan pembelian kompulsif.

2.2.1 Hubungan Kontrol Diri dengan Pembelian Kompulsif

Persfektif psikologis yang diangkat dalam penelitian ini salah satunya adalah faktor kontrol diri. Menurut J.P. Chaplin, Self Control adalah “kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku kompulsif”.

Salah satu anugerah Tuhan kepada manusia adalah kesadaran diri (self awareness). Hal ini berarti manusia memiliki kekuatan untuk mengendalikan diri. Kesadaran diri membuat seseorang dapat sepenuhnya sadar terhadap seluruh perasaan dan emosinya. Dengan senantiasa sadar akan keberadaan diri, seseorang dapat mengendalikan emosi dan perasaannya. Dalam kaitan antara kontrol diri dan keinginan pembelian sebuah produk. Hirschman (1992) dalam Naomi dan Mayangsari (2006 : 2-8) berpendapat bahwa individu yang memiliki kontrol diri yang rendah, cenderung tidak mampu mengalihkan perhatian untuk memiliki produk baru.


(30)

Rini Kartika Sari, (2009:7) dalam penelitiannya terhadap mahasiswa universitas Muhamadiyah Purworejo menyatakan bahwa setiap konsumen harus memiliki kontrol diri terutama bagi yang memiliki kecenderungan untuk mencoba hal-hal baru dengan frekuensi tinggi untuk berusaha menjadi konsumen yang hati-hati dalam menentukan pilihan pembelian. Diantara trait yang diteliti adalah variabel kontrol diri, motivasi, dan materialisme.

Berdasarkan beberapa pernyataan pakar dan penelitian sebelumnya dapat dinyatakan adanya hubungan antara kontrol diri dengan perilaku pembelian kompulsif.

2.2.2 Hubungan Materialisme dengan Pembelian Kompulsif

Menurut Wikipedia, kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia materi adalah bahan, benda dan segala sesuatu yang tampak. Materialis adalah pengikut paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan (harta, uang, dan sebagainya). Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra.

Desarbo dan Edwards dalam Tao Sun (2003) dalam Raeni (2011:112) menghubungkan beberapa sifat seperti ketergantungan, materialisme konsumen, perfeksionisme, pengingkaran, depresi, pencarian persetujuan, pencarian kesenangan, dan kurangnya pengendalian hasrat berpengaruh terhadap pembelian


(31)

kompulsif. Kwak et al (2004) mengusulkan bahwa konsumen yang menunjukan kegigihan dalam kegiatan berebelanja cenderung untuk terlibat dalam pembelian kompulsif.

Materialisme adalah salah satu trait kepribadian yang berkaitan dengan kepemilikan barang atau materi (Richin dan Dawson dalam ejournal uajay : 18). Menurut studi Dittmar (2005 : 467 - 488) menunjukkan bahwa, nilai materialisme yang dimiliki oleh individu menyebabkan seseorang memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian secara kompulsif.

Dittmar et al dalam Raeni (2011:113) menyelidiki hubungan antara kecenderungan membeli kompulsif dan pertimbangan penggunaan pembelian spesifik (misalnya harga, produk, antisipasi suasana menambah pembelian berikutnya), penggunaan barang-barang yang dibeli dalam strategi simbolis penyelsaian diri, dan jumlah yang dirasakan perbedaan diri antara kenyataan dan diri ideal yang kesemuanya merupakan ciri dari perilaku orang yang materialis.

Beberapa teori dan hasil penelitian sebelumnya dapat dijadikan sebagai dasar untuk menjelasakan adanya hubungan antara materialisme dengan perilaku pembelian kompulsif. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas maka dirumuskan paradigma mengenai pengaruh Kontrol diri dan Materialisme terhadap perilaku pembelian kompulsif, seperti yang terlihat pada gambar berikut


(32)

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Menurut Umi Narimawati (2010:63) definisi Hipotesis adalah sebagai berikut:

“Hipotesis merupakan suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih belum sempurna”.

Menurut Sugiyono (2011: 64) hipotesis penelitian adalah:

KONTROL DIRI (X1)

1. Behavioral Control 2. Cognitive Control 3. Decision Control 4. Informational Control 5. Retospective Control Averill dalam Acep (2013 : 22)

PEMBELIAN KOMPULSIF (Y) 1. Tendency to Spend

2. Reactive Aspect 3. Postpurchase Guilt

Shiffman dan Kanuk dalam Raeni Dwi Santy (2011 : 128)

MATERIALISME (X2)

1. Sukses 2. Sentralisasi 3. Kebahagiaan

Shiffman dan Kanuk (2009: 119


(33)

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara dimana belum teruji kebenarannya sehingga harus dilakukan pengujian terlebih dahulu.

Maka hipotesis penelitian ini berdasarkan rumusan masalah adalah sebagai berikut :

H1: Konsumen distro di Jalan Sultan Agung belum memiliki kontrol diri yang baik dalam berbelanja.

H2: Konsumen distro di Jalan Sultan Agung mempunyai sifat materialisme dalam perilaku belanjanya.

H3: Konsumen distro di Jalan Sultan Agung mempunyai sikap pembelian kompulsif dalam perilaku belanjanya.

H4: Kontrol diri berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif pada konsumen distro di Jalan Sultan Agung

H5: Materialisme berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif pada konsumen distro di Jalan Sultan Agung.


(34)

31

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Menurut pendapat Sugiyono (2011:32) mendefinisikan objek penelitian sebagai berikut:

“Objek Penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.

Objek penelitian menurut Husein Umar (2005:303) dalam Umi Narimawati (2010:29) adalah sebagai berikut:

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”. Penulis menjadikan Kontrol diri dan Materialisme sebagai acuan pada perilaku pembelian kompulsif pada konsumen distro di sepanjang Jalan Sultan Agung Bandung.


(35)

3.2 Metode Penelitian

Metode ialah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau suatu kerangka berfikir menyusun gagasan, yang beraturan, berarah dan berkonteks, yang patut (relevant) dengan maksud dan tujuan. Secara ringkas, metode ialah suatu sistem berbuat. Karena berupa sistem maka metode merupakan seperangkat unsur-unsur yang membentuk suatu kesatuan.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif karena penulis ingin mendeskripsikan pengaruh kontrol diri dan materialisme terhadap perilaku pembelian kompulsif pada konsumen distro di Jalan Sultan Agung Bandung.

Menurut Sugiyono (2005 : 21): “ Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”

Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri (2008 : 45) menyatakan bahwa “Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data.


(36)

3.2.1 Desain Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian yang diangkat oleh peneliti yaitu “ Pengaruh Kontrol diri dan Materialisme terhadap perilaku pembelian kompulsif pada konsumen distro di Jalan Sultan Agung kota Bandung “. maka langkah -langkah yang akan dilakukan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data-data dari pihak distro di Jln. Sultan Agung. 2. Mengumpulkan data-data mengenai tanggapan para konsumen atas

produk yang diberikan distro-distro tersebut sehingga mereka membeli produk.

3. Membuat hipotesis untuk membuktikan adanya hubungan atau dampak antara kontrol diri dan materialisme terhadap perilaku pembelian kompulsif.

4. Menganalisa data-data yang diperoleh untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dibuat.

5. Membuat kesimpulan terhadap hasil hipotesis. 6. Menyusun Penelitian.

Metode yang digunakan untuk peneliatian ini adalah metode penelitian survey explanatory yang digunakan untuk menjalankan hubungan kausal antara 3 variabel melalui pengujian hipotesis. Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama, kedua dan ketiga yaitu untuk mengetahui tanggapan konsumen distro tersebut mengenai Kontrol diri dan Materialisme terhadap perilaku pembelian kompulsif digunakan penelitian deskriptif guna menyajikan variabel yang


(37)

terstruktur, faktual, dan akurat mengenai permasalahan di atas dengan menggunakan sumber data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak pemilik dan sales mereka serta penyebaran kuisioner kepada konsumen distro–distro tersebut.

Sedangkan untuk menjawab tujuan penelitian keempat yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kontrol diri dan Materialisme terhadap perilaku pembelian kompulsif baik secara simultan dan parsial, digunakan penelitian yang bersifat verifikatif dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner kepada para konsumen. Untuk mempermudah dan memperjelas jalur dan sasaran penelitian yang dilaksanakan, maka peneliti menggunakan matriks penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Matriks Penelitian Tujuan

Penelitian

Desain Penelitian Jenis

Penelitian

Metode yang

digunakan Unit Analisis

T – 1 Descriptive

Descriptive dan Survey

Konsumen distro

T – 2 Descriptive

Descriptive dan Survey

Konsumen distro

T – 3 Descriptive Descriptive dan Survey

Konsumen distro

T – 4-5

Descriptive &

Verifikatif

Descriptive dan eksplanatory Survey


(38)

3.2.2 Operasionalisasi Tabel

Operasional variabel dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pengukuran variabel-variabel penelitian.

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat-sifat atau nilai dari seseorang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya ( Sugiono, 2004 ).

1. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi penyebab atau timbulnya variabel dependent (terikat). Adapun yang menjadi variabel independent dalam penelitian ini adalah Kontrol diri dan Materialisme.

2. Variabel terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependent adalah pembelian kompulsif.


(39)

Tabel 3 . 2 Operasionalisasi Tabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran

S k a l a Kuesio ner Kontrol Diri

(X1)

Kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dan kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku kompulsif.

(Chaplin : 2008)

1. Behavioral Control Tingkat kemampuan sesorang dalam mengontrol keadaan yang tidak menyenangkan O r d i n a l p.1, p.2 2. Cognitive Control Tingkat kemampuan seseorang dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan

p.3 3. Decision Control Tingkat kemampuan seseorang dalam bertindak berdasarkan apa yang diyakininya

p.6 4. Information al Control Tingkat kemampuan untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian yang tidak dikehendaki

p.4

5. Retospectiv e Control

Kemampuan menilai peristiwa dari segi positif sehingga bisa mengurangi stres di kemudian hari

p.5

Materialis me (X2)

Materialisme adalah suatu sifat yang menganggap penting adanya kepemilikan terhadap suatu barang dalam hal menunjukkan status dan membuatnya merasa senang. (Schiffman dan Kanuk, 2008:119) 1. Sukses Tingkat dimana seseorang merasa baik, sukses, dan ingin mengesankan orang O r d i n a l

p. 1, 2, 3, 4, 5.

2. Sentralisa si Tingkat dimana seseorang merasa menikmati aktivitas belanja dan memberikan kesenangan diri

p. 6, 7, 8.

3. Kebahagi aan

Tingkat dimana seseorang merasa bahagia jika dapat membeli barang yang disukai

p. 9, 10, 11. Pembelian Kompulsif Seseorang melakukan 1. Tendency to Spend Tingkat kecenderungan membelanjakan semua uang yang dimiliki

O r

p. 1, 2, 7, 8, 9, 10.


(40)

(Y) pembelian barang tanpa

mempertimbangkan penggunaan barang tersebut serta hanya memenuhi

nafsu/keinginan untuk memiliki barang tersebut (Shiffman dan Kanuk : 2008)

2. Reactive Aspect

Tingkat dorongan untuk belanja yang tidak rasional, cenderung tiba-tiba

d i n a l

p. 3, 4,

6

3. Postpurcha se Guilt

Tingkat perasaan bersalah setelah berbelanja

p. 5, 11

3.2.3 Metode Penarikan Sampel

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu:

3.2.3.1 Populasi

Pengertian populasi menurut Narimawati Umi (2008:72), adalah “Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian”.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah konsumen pengguna jasa distro di Jl. Sultan Agung seperti yang terdapat dalam tabel di bawah ini :


(41)

Tabel 3 . 3 Jumlah Pengunjung

No. Nama Distro Jumlah Pengunjung Rata- Rata

Weekday Weekend

1. Gummo Ltd 32 100 66

2. Racing Line 35 100 68

3. Macbeth 10 50 30

4. Dloops 50 100 75

5. Vocuz Evolute 30 100 65

6. Screamous 30 100 65

7. Bloods 50 100 75

8. Evil Army 50 100 75

9. Relac 100 100 100

10. Papersmooth 50 150 100

11. Kick Denim

Black ID 80 80 80

12. Wadezig! 30 100 65

13. Cosmic 50 100 75

14. Blackjack 30 70 50

15. RSCH 210 210 210

16. Blackwear 45 45 45

17. Mooze 35 100 67

18. Flashy 40 80 60

19. Apparel Store 50 150 100

TOTAL 1.471

Sumber : Prasurvey awal 2015 (diolah)

Secara teknis, penyebaran kuesioner dilakukan dengan metode Stratified Random Sampling. Metode ini dipilih dengan dasar pemikiran bahwa setiap distro memiliki segmen pasar tersendiri. Hal ini terlihat jelas dari variasi brand berdasarkan karakteristik konsumennya sendiri.


(42)

3.2.3.2Sampel

Pengertian sampel menurut Narimawati Umi (2008:77), adalah:

“Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan dalam penelitian”.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengambil sebagian dari subjek populasi yang dianggap mewakili dari keseluruhan. Keputusan ini diambil karena adanya keterbatasan dana, waktu, dan tenaga dari peneliti serta adanya kesulitan jika mengambil data secara keseluruhan atau teknik sampel jenuh.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling probability sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Untuk mengetahui populasinya, maka digunakan teknik sampling simple random sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Oleh karena itu, dalam menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, peneliti menggunkan rumus Slovin seperti berikut ini :

Rumus :


(43)

N = ukuran populasi n = ukuran sampel

e2 = persen kelonggaran ketidakpastian dengan tingkat kesalahan 10 %

Jumlah populasi berjumlah 1.646 orang dengan tingkat kelonggaran 10% (0,1) atau tingkat keakuratan sebesar 90 % (0,9) sehingga sampel yang diambil untuk mewakili populasi tersebut sebesar :

n = 93,63 atau dibulatkan menjadi 94 orang

Dari perhitungan diatas dapat disebutkan bahwa sampel minimal untuk penelitian ini adalah 94 orang.

Adapun mengenai penentuan responden untuk tiap distro, akan berbeda sampelnya. Ini dilihat dari besarnya rata-rata pengunjung tiap distro yang berbeda-beda. Penentuannya dihitung dari rata-rata pengunjung satu distro dikali jumlah sampel minimal yang sudah dibulatkan dibagi total rata-rata pengunjung. Mengenai rinciannya, bisa dilihat dari rumus berikut :

Misal distro Gummo Ltd :


(44)

Rata- rata pengunjung = 66 orang Sampel minimal = 94 orang Total seluruh pengunjung = 1.471 orang

Adapun rincian sampel yang akan dialokasikan pada masing – masing konsumen distro tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3 . 4

Penentuan Jumlah Sampel

No. Nama Distro Jumlah Pengunjung Rata – Rata Pengunjung

Jml. Sampel

Weekday Weekend

1. Gummo Ltd 32 100 66 4

2. Racing Line 35 100 68 4

3. Macbeth 10 50 30 3

4. Dloops 50 100 75 5

5. Vocuz Evolute 30 100 65 4

6. Screamous 30 100 65 5

7. Bloods 50 100 75 5

8. Evil Army 50 100 75 5

9. Relac 100 100 100 6

10. Papersmooth 50 150 100 6

11. Kick Denim

Black ID 80 80 80 5

12. Wadezig! 30 100 65 4

13. Cosmic 50 100 75 5

14. Blackjack 30 70 50 3

15. RSCH 210 210 210 13

16. Blackwear 45 45 45 3

17. Mooze 35 100 67 4

18. Flashy 40 80 60 4

19. Apparel Store 50 150 100 6

TOTAL 1.057 2.035 1.471 94

Sumber : diolah dari berbagai sumber (2015)

Secara teknis, survey lapangan akan dilakukan dalam 5 hari. Adapun 20 distro di atas akan dibagi dalam 5 hari, artinya 1 hari 4 distro. Teknik surveynya


(45)

akan dilakukan pada pukul 15.00 sampai dengan pukul 18.00. Untuk menentukan kosnumen mana yang akan dijadikan responden pertama, penulis membutuhkan angka yang disebut random start. Penentuan random start dilakukan dengan teknik acak gambar dimana surveyor akan memilih angka mana yang keluar pertama. Jika misalnya angka yang mucul adalah angka 3, maka konsumen yang masuk ke distro tertentu pada pukul 15.00 akan menjadi responden pertama. Dengan cara ini diharap keacakan dalam survey dapat terjamin. Selanjutnya responden kedua, ketiga dan seterusnya dipilih setelah surveyor selesai melakukan wawancara dengan responden pertama.

3.2.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.2.4.1 Jenis Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah adalah data primer dan sekunder :

a) Data Primer

Data primer merupakan sumber data dimana data yang diinginkan dapat diperoleh secara langsung dari subyek yang berhubungan langsung dengan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah seluruh data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah responden yang sesuai dengan target sasaran dan dianggap mewakili seluruh populasi data penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan sebagian besar penjaga atau sales distro di sepanjang Jalan Sultan Agung.


(46)

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data dimana subjeknya tidak berhubungan langsung dengan objek penelitian tetapi membantu dan dapat memberikan informasi untuk bahan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, serta situs di internet yang berkenaan dengan materialisme dan kontrol diri yang berpengaruh pada pembelian kompulsif.

Data dan sumber yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3 . 5 Sumber Data

No. Data Jenis Data Sumber

1 Jumlah Pengunjung distro perhari Sekunder Responden 2 Data distro di Jl. Sultan Agung Sekunder Responden 3 Gambaran Self Control Konsumen distro Primer Responden 4 Gambaran Materialisme Konsumen distro Primer Responden

5 Gambaran Pembelian Kompulsif Primer Responden

3.2.4.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan daya yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatori (Explanatory Research), yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer dan sekunder (data yang diambil langsung dari Distro Jl. Sultan Agung). Data primer ini didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut : a) Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu untuk memperoleh data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan penelitian.


(47)

b) Studi Lapangan (Field Research) yaitu dengan mencari dan memperoleh data dari perusahaan yang penulis teliti dengan cara :

1) Observasi, yaitu melakukan pengamatan dan mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan penelitian secara langsung dilapangan.

2) Wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab pihak-pihak yang mempunyai kaitan langsung dengan objek yang diteliti.

3) Kuesioner, yaitu alat penelitian berupa daftar pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden.

Agar peneliti dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya maka harus dilakukan tahapan analisis dan pengujian hipotesis. Untuk melakukan sebuah analisis data dan pengujian hipotesis, terlebih dahulu peneliti akan menentukan metode apa yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian dan merancang metode untuk menguji sebuah hipotesis.

3.2.5 Metode Analisis dan Perancangan Hipotesis

Pada dasarnya rancangan analisis data yang digunakan terdiri dari dua bagian yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Menurut Sugiyono (2006:13), data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Sementara untuk data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (skoring). Analisis kualitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah satu, dua dan tiga, yaitu mengenai kontrol diri,


(48)

materialisme serta pembelian kompulsif konsumen dengan cara mengelompokan data, ditabulasikan, kemudian diberikan penjelasan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang keempat, yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kontrol diri dan materialisme terhadap pembelian kompulsif pada konsumen distro di Jalan Sultan Agung Bandung.

Untuk mengungkap aspek-aspek atau variabel-variabel yang diteliti, diperlukan suatu alat ukur atau skala tes yang valid dan dapat diandalkan, agar kesimpulan penelitian tidak akan keliru dan memberikan gambaran yang tidak jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Suatu instrumen ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes tersebut. Untuk itu perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap alat ukur penelitian ini, yaitu kuesioner.

Sugiyono (2004:110) menyatakan bahwa dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Pengujian validitas dan reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS.


(49)

3.2.5.1 Uji Validitas

Pengujian validitas digunakan untuk mengukur alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data menurut Sugiyono (2009:121) menjelaskan mengenai validitas adalah sebagai berikut :

“Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) di ukur”.

Lebih lanjut uji validitas menurut Cooper dalam Narimawati Umi (2010:42), validitas adalah

”Validity is a characteristic of measuraenment concerned with the extent that a test measures what the researcher actually wishes to measure”.

Dari definisi diatas validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat tes (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dalam penelitian ini yaitu untuk menggambarkan variabel Kontrol diri (X1), Materialisme (X2) dan Pembelian Kompulsif (Y).

Tabel 3 . 6

Standar Penilaian untuk validitas Validity

Good 0,50

Acceptable 0,30

Marginal 0,20

Poor 0,10


(50)

Secara teknis valid tidaknya suatu butir pernyataan dinilai berdasarkan kedekatan jawaban responden pada pernyataan tersebut dengan jawaban responden pada pernyataan lainnya. Nilai jawaban responden diukur menggunakan koefisien korelasi, yaitu melalui nilai korelasi setiap butir pernyataan dengan total butir pernyatan lainnya. Butir pernyataan dinyatakan valid jika memiliki nilai koefisien korelasi lebih besar atau sama dengan 0,30. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan rumus korelasi pearson product moment (r). Seperti dilakukan pengujian lebih lanjut, semua item pernyataan dalam kuesioner harus diuji keabsahannya untuk menentukan valid tidaknya suatu item.

Uji validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam kuesioner. Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa yang akan diungkapkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi pearson product moment. Untuk mempercepat dan mempermudah penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan software SPSS 17.0 for windows dengan metode korelasi untuk mencari koefisien korelasi antar variabel dengan rumus sebagai berikut:


(51)

Keterangan:

r = Koefisien korelasi pearson

X = Skor item pertanyaan

Y = Skor total item pertanyaan

N = Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrument

3.2.5.2 Hasil Uji Validitas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji kesahihan setiap item pernyataan dalam mengukur variabelnya. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing pernyataan item yang ditujukan ke pada responden dengan total skor untuk seluruh item. Teknik korelasi yang digunakan untuk menguji validitas butir pernyataan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment. Apabila nilai koefisien korelasi butir item pernyataan yang sedang diuji lebih besar dari r-kritis 0.3. maka dapat disimpulkan bahwa item pernyataan tersebut merupakan konstruksi (construct) yang valid. Adapun hasil uji validitas kuesioner untuk variabel yang diteliti disajikan pada tabel berikut :


(52)

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Variabel Kontrol Diri (X1) Item Pertanyaan

Koefesien

Validitas r-kritis Keterangan

Item Pernyataan 1 0.670 0.300 Valid

Item Pernyataan 2 0.648 0.300 Valid

Item Pernyataan 3 0.665 0.300 Valid

Item Pernyataan 4 0.779 0.300 Valid

Item Pernyataan 5 0.549 0.300 Valid

Item Pernyataan 6 0.776 0.300 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan dengan SPSS version.17

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Variabel Materialisme (X2) Item Pertanyaan

Koefesien

Validitas r-kritis Keterangan

Item Pernyataan 1 0.655 0.300 Valid

Item Pernyataan 2 0.648 0.300 Valid

Item Pernyataan 3 0.429 0.300 Valid

Item Pernyataan 4 0.589 0.300 Valid

Item Pernyataan 5 0.235 0.300 Tidak Valid

Item Pernyataan 6 0.002 0.300 Tidak Valid

Item Pernyataan 7 0.097 0.300 Tidak Valid

Item Pernyataan 8 0.348 0.300 Valid

Item Pernyataan 9 0.623 0.300 Valid

Item Pernyataan 10 0.631 0.300 Valid

Item Pernyataan 11 0.527 0.300 Valid

Item Pernyataan 12 0.272 0.300 Tidak Valid

Item Pernyataan 13 0.453 0.300 Valid

Item Pernyataan 14 0.631 0.300 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan dengan SPSS version.17 Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Variabel Pembelian Kompulsif (Y) Item Pertanyaan

Koefesien

Validitas r-kritis Keterangan

Item Pernyataan 1 0.523 0.300 Valid

Item Pernyataan 2 0.701 0.300 Valid

Item Pernyataan 3 0.396 0.300 Valid

Item Pernyataan 4 0.412 0.300 Valid

Item Pernyataan 5 0.577 0.300 Valid

Item Pernyataan 6 0.482 0.300 Valid

Item Pernyataan 7 0.612 0.300 Valid

Item Pernyataan 8 0.775 0.300 Valid

Item Pernyataan 9 0.619 0.300 Valid

Item Pernyataan 10 0.297 0.300 Tidak Valid

Item Pernyataan 11 0.537 0.300 Valid


(53)

Pada ketiga tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar item pernyataan memiliki koefisien validitas yang lebih besar dari r-kritis 0.3, sehingga item-item tersebut layak digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian.

3.2.5.3 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2009:3), reliabiltas adalah :

“Derajat konsistensi atau keajegan data dalam interval waktu tertentu”.

Selain memiliki tingkat kesahihan (validitas) alat ukur juga harus memiliki kekonsistenan. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data pada dasarnya menunjukan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan, atau kekonsistensian alat tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pernyataan yang sudah valid, untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala yang sama. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas adalah Split Half Method (Spearman-Brown Correlation) Teknik Belah dua. Metode ini menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan genap-ganil). Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

a) Item dibagi dua secara acak (misalnya item ganjil/genap), kemudian dikelompokkan dalam kelompok I dan kelompok II.


(54)

b) Skor untuk masing-masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor total untuk kelompok I dan kelompok II.

c) Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II.

d) Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana

Г1 = reliabilitas internal seluruh item

Гb = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua

Tabel 3 . 10

Standar Penilaian Untuk Reliabilitas Validity

Good 0,50

Acceptable 0,30

Marginal 0,20

Poor 0,10

Sumber : Barker et al, 2002:70

Selain valid instrument penelitian juga harus memiliki keandalan, keandalan instrument penelitiam menunjukan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah.


(55)

3.2.5.2Hasil Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan terhadap butir pernyataan yang termasuk dalam kategori valid. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara menguji coba instrument sekali saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode intenal consistency dengan teknik Split Half. Kuesioner dikatakan andal apabila koefisien reliabilitas bernilai positif dan lebih besar dari pada 0.7, adapun hasil dari uji reliabilitas adalah sebagai berikut:

Tabel 3 . 11

Hasil Uji Realibilitas Variabel Penelitian Variabel

Koefesien

Realibilitas r-kritis Keterangan

X1 0.702 0.700 Realibel

X2 0.837 0.700 Realibel

Y 0.839 0.700 Realibel

Sumber : Hasil Pengolahan dengan SPSS version.17

Nilai reliabilitas butir pernyataan pada kuesioner masing-masing variabel yang sedang diteliti lebih besar dari 0.7, hasil ini menunjukkan bahwa butir-butir peryataan pada kuesioner andal untuk mengukur variabelnya.

3.2.4.3 Uji MSI

Sehubungan dengan penelitian ini yang menggunakan data ordinal seperti dijelaskan dalam operasionalisasi variabel sebelumnya, sedangkan syarat analisis dengan verifikatif uji statistik menggunakan korelasi pearson minimal berskala interval, maka semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu akan ditransformasi menjadi skala interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (Harun Al Rasyid, 1994:131).


(56)

Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data tersebut adalah sebagai berikut:

a) Menghitung frekuensi (f) setiap pilihan jawaban, berdasarkan hasil jawaban responden pada setiap pernyataan.

b) Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pernyataan, dilakukan penghitungan proporsi (p) setiap pilihan jawaban dengan cara membagi frekuensi (f) dengan jumlah responden.

c) Berdasarkan proporsi tersebut untuk setiap pernyataan, dilakukan penghitungan proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban

d) Menentukan nilai batas Z (tabel normal) untuk setiap pernyataan dan setiap pilihan jawaban

e) Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut:

Data penelitian yang sudah berskala interval selanjutnya akan ditentukan pasangan data variabel independen dengan variabel dependen serta ditentukan persamaan yang berlaku untuk pasangan-pasangan tersebut. Adapun di dalam proses pengolahan data MSI tersebut, peneliti menggunakan bantuan program software MSI.


(57)

3.2.6 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.2.6.1 Rancangan Analisis

Menurut Narimawati umi (2010 :41), rancangan analisis dapat di definisikan sebagai berikut :

“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti”.

3.2.6.1.1 Analisis Deskriptif

Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan. Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang terjadi di lapangan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana masing masing variabel penelitian. Metode kualitatif yaitu metode pengolahan data yang menjelaskan pengaruh dan hubungan yang dinyatakan dengan kalimat. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat faktor penyebab. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:


(58)

a) Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternatif jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang menggambarkan peringkat jawaban.

b) Dihitung total skor setiap variabel / subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua responden.

c) Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor. d) Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik

deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik.

e) Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini, digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut:

Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi. Analisis deskriptif dilakukan mengacu kepada setiap indikator yang ada pada setiap variabel yang diteliti dengan berpedoman pada tabel berikut:


(1)

vi

2.1.3.1 Pengertian Pembelian Kompulsif ... 19

2.1.3.2 Karakteristik Pembelian Kompulsif ... 21

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 23

2.2 Kerangka Pemikiran... 24

2.2.1 Hubungan Kontrol Diri dengan Pembelian Kompulsif ... 26

2.2.2 Hubungan Materialisme dengan Pembelian Kompulsif ... 27

2.3 Hipotesis ... 29

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 31

3.2 Metode Penelitian ... 32

3.2.1 Desain Penelitian ... 33

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 35

3.2.3 Metode Penarikan Sampel ... 37

3.2.3.1 Populasi ... 37

3.2.3.2 Sampel ... 39

3.2.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 42

3.2.4.1 Jenis Data ... 42

3.2.4.2 Metode Pengumpulan Data ... 43

3.2.5 Metode Analisis dan Rancangan Hipotesis ... 45

3.2.5.1 Uji Validitas ... 46

3.2.5.2 Hasil Uji Validitas ... 48

3.2.5.3 Uji Reliabilitas ... 50

3.2.5.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 52

3.2.5.3 Uji MSI ... 53

3.2.6 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 54

3.2.6.1 Rancangan Analisis ... 54

3.2.6.1.1 Analisis Deskriptif ... 54

3.2.6.1.2 Analisis Verifikatif ... 56

3.2.6.1 Pengujian Hipotesis ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 64


(2)

vii

4.2 Karakteristik Responden ... 65

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 66

4.3 Analisis Deskriptif ... 67

4.3.1 Hasil Analisis Deskriprif Kontrol Diri (X1) ... 67

4.3.2 Hasil Analisis Deskriprif Materialisme (X2) ... 74

4.3.3 Hasil Analisis Deskriprif Pembelian Kompulsif (Y) ... 85

4.4 Analisis Verifikatif... 96

4.4.1 Persamaan Regresi Linier Berganda ... 97

4.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 98

4.4.3 Analisis Korelasi ... 101

4.4.4 Analisis Koefisien Determinasi ... 104

4.4.5 Uji Hipotesis (Uji-T) ... 106

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 112

5.2 Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 116


(3)

116

DAFTAR PUSTAKA

Acep, Gunaefi. 2013. Pengaruh Kontrol Diri dan Diskon terhadap Pembelian Impulsif. Maret. Universitas Komputer Indonesia p. 12-30

AL Bevan –Dye *, A Garnett and N de Kler. 2011. Materialism, status consumption and consumer ethnocentrism amongst black generation Y students in South Africa. P.1-10

Anonim. Ejournal uajay (Universitas Atma Jaya) p-10-21

Belk, Russell W. (1985), "Materialism: Trait Aspects of Living in The Material World", Journal of Consumer Research, 12(3), 265-280

Dittmar. 2005. Compulsive buying – a growing concern? An examination of gender, age, and endorsement of materialistic values as predictors. British Journal of Psychology (2005), 96, 467–491

Fika Ariani Utami & Sumaryono. 2008. Pembelian impulsif ditinjau dari kontrol diri dan jenis kelamin pada remaja. P.5-10

Freddy Pieloor dan Wawa (2012) 5 Kategori "Shopaholic". Diakses pada 1 Mei 2015 dari http://tekno.kompas.com/read/2012/04/03/17344733/5.kategori. quotshopaholicquot

Garnett dan Klerk. 2012. Materialism, status consumption and consumer ethnocentrism amongst black generation Y students in South Africa. African Journal of Business Management Vol. 6(16), pp.5578-5586.

Herlina dan Sofi, dkk. (2004) Kontrol Diri dan Kecenderungan Kecanduan Internet. Indonesian Psycologycal Journal Vol. 1. Universitas Gajah Mada p.6-8

Hilda B. Alexander. (2015) Harga Minyak Anjlok, Bisnis Ritel dan Logistik Paling Diuntungkan. Diakses pada 17 Januari 2016 dari http://properti.kompas.com/read/2015/01/16/105358121/Harga.Minyak.An jlok.Bisnis.Ritel.dan.Logistik.Paling.Diuntungkan

Rini Kartika Sari. 2013. Pengaruh Kontrol Diri, Motivasi, dan Materialisme terhadap perilaku pembelian kompulsif (Survei Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo). April p.4-5

Kotler dan Keller, K, L.2007. Manajemen Pemasaran. Edisi 12 jilid 1. Jakarta : Indek


(4)

117

Lisan, Henky dan Ida. Pencegahan Perilaku Compulsive buying Pengguna Kartu Kredit dengan Perencanaan Keuangan Pribadi . Universitas Kristen Maranatha p.3-4

Naomi, Prima dan Iin Mayangsari. 2009. Faktor – faktor yang mempengaruhi siswa SMA dalam perilaku pembelian kompulsif, http://jurnal.upi.edu/file/Prima.pdf.

Ni Nyoman Ayu dan I Gusti Agung (2013) Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek, dan Materialisme terhadap Loyalitas Merek Pengguna Merek Apple di Kota Denpasar Jurnal Universitas Udayana p.714-728

Podoshen, J.S., and Andrzejewski, S.A. (2012) An Examination of the Relationships Between Materialisme,Conspicuous Consumption, Impulse Buying, and Brand Loyalty. Journal of Marketing Theory and Practice, 20(3).pp:319-33

Raeni, Dwi Santy. 2011. Pengaruh Kepribadian (The Big Five Personality), dan Materialisme Konsumen terhadap Pembelian Impulsif dan Dampaknya terhadap Perilaku Pembelian Kompulsif pada Pengunjung Mall di Kota Bandung. November. p.1-30, p.125-129.

Ridgway Nancy M. dan K.K. Monika. (2008) Keranjingan Shopping, Pertanda Tekanan Jiwa?. Diakses pada 26 April 2015 dari http://nasional.kompas. com/read/2008/ 09/21/1550591/ keranjingan.shopping.pertanda.tekanan.jiwa

Rustika Thamrin dan Dini. (2012) Belanja jadi pelarian akibat stres ?. Diakses pada 1 Mei 2015 dari http://female.kompas.com/read/2012/02/16/1007418 5/belanja-jadi-pelarian-akibat-stres

Sandra Kartika (2013) Ini dia 7 ciri Shopaholic. Diakses pada 1 Mei 2015 dari http://www.teen.co.id/teen-magazine/growing-up/2917-ini-dia-7-ciri-shopaholic.html

Schiffman, Leon G dan Kanuk, Leslie Lazar. 2009. Consumer Behavior tenth edition. Department of Marketing Stillman School of Business Seton Hall University.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta.

Winata, R. dan Sukaatmaja I.P. 2013. Pengaruh Sifat Materialisme dan Kecanduan Internet terhadap Perilaku Pemebelian Impulsif secara Online. Universitas Udayana p.751-757


(5)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan nikmat dan kasih sayangnya kepada kita sebagai hamba-Nya. Atas segala rahmat, karunia yang telah diberikan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunanSkipsiini

Penyusunan Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang S1 pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia, dengan judul “KONTROL DIRI DAN

MATERIALISME PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN

KOMPULSIF PADA KONSUMEN DISTRO DI JALAN SULTAN AGUNG

KOTA BANDUNG”.

Penulis menyadari dari perkembangan ilmu yang dinamis terus berkembang sehingga mengahasilkan ilmu baru yang lebih baik dari saat ini. Masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, koreksi dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis dalam pencapaian kesempurnaan penyusunan Skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia. 2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si. selaku Pembina dan

Penanggungjawab mahasiswa beasiswa unggulan tahun angkatan 2011.

3. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, S.E., M.Si, Spec. Lic. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.


(6)

iv

4. Dr. Raeni Dwi Santy, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia dan sekaligus pembimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

5. Ibu Trustorini Handayani, S.E., M.Si. selaku dosen pembina mahasiswa spesialisasi bisnis sekal

6. Bpk. Oman Sukirman, S.E., M.M. selaku dosen wali kelas manajemen 1 tahun angkatan 2011.

7. Fajar sebagai SDM dari Ouval Reasearch Buah Batu dan pembimbing yang telah memberikan izin pada penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Ayahanda dan Ibundaku tercinta kupanjatkan do’a, semoga segala bantuan dan dorongan yang telah diberikan akan mendapat balasan dan pahala yang berlipat ganda dari Allah S.W.T.

9. Semua teman yang telah membantu dan teman-teman MN 1, khususnya genk kostan Cigadung yang telah memberikan semangat demi terselesaikannya penyusunan Skripsi ini.

10. Pimpinan dan segenap staff PT. Asuransi Asei Indonesia Cabang Bandung yang sudah memberikan izin pada penulis untuk bekerja sekaligus menyusun Skripsi ini dengan banyak keterbatasan.

11. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan yang tidak dapat penulis sebutkan. Semoga kebaikannya dapat dibalas oleh Allah S.W.T.

Akhirnya penulis panjatkan doa semoga Allah S.W.T. memberikan Taufik dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bandung, September 2015