Bahan PA 27 Oktober 2015

͞KasihMu TUHAN Tiada Duanya͟
Sebuah Telaah Kitab Hosea 14:2-9 dalam PA Fakultas Teologi UKDW
Oleh : Ansye R Lewerissa
Pendahuluan
Judul PA saat ini, sejujurnya secara spontan terlintas dalam pikiran saya setelah membaca
Kitab Hosea dan mengingat-ingat PA minggu-minggu sebelumnya. Sebelum sampai pada
penelaahan mengenai titik akhir dari kitab ini, mungkin perlu menjelaskan mengapa judul saya
seperti ini. Nabi yang namanya berarti Jahwe Menyelamatkan ini, bertugas di kerajaan Israel
Utara. Kisah hidupnya menggambarkan kehendak Allah atas Israel. Penghukuman yang berlaku
terhadap Isreal terjadi dengan alasan bahwa Israel telah melakukan penyelewengan terhadap
kasih setia Allah. Kuiper mengungkapkan bahwa penghukuman atas Israel terjadi karena
kesalahan-kesalahan Bangsa Israel sendiri (lih; 14:2-4 ).1 Namun, cinta kasih Allah tetap ditunjukan
pada bagian kitab Hosea 14 (lih; 5-9). KasihMu tiada duanya, mungkin ini ungkapan tepat menurut
saya dalam menggambarkan Allah pada konteks Hosea.
Kita diiring masuk dengan suasana berbeda yang sangat berlainan dengan fasal
sebelumnya. Jika sebelumnya ada gambaran tentang murka Tuhan (lih Hosea 13 ), maka pada
Hosea 14: 2-9 mengarahkan kita pada perikop Tentang pertobatan dan janji . Dalam buku The
New Jerusalem Bible : Study Edition, Kitab Hosea 14 merupakan bagian kedua sekaligus bagian
terakhir dalam garis besar pembagian kitab Hosea yang memunculkan pertobatan dan rekonsiliasi
Israel. Selanjutnya, Teks ini saya bagi dalam dua bagian: Bagian yang pertama pada ayat 2-4 dilihat
sebagai seruan pertobatan bagi Israel dan pada bagian yang kedua ayat 5-9 sebagai Wujud Kasih

Allah bagi Israel.
Seruan Pertobatan
Kitab Hosea pada fasal 14 muncul dengan kata khasnya untuk membuka perikop ini yakni
Bertobatlah ! (lih. 14:2) sebuah seruan yang bersifat imperatif, ungkapan perintah untuk
melakukan sesuatu. Edward Glenny dalam bukunya Hosea: A Commentary Based on Hosea in
Codex Vaticanus, menjelaskan bahwa Perintah untuk "kembali– Return ditujukan kepada Israel
yang merupakan obyek kasih Allah (11: 1)2. Israel kembali kepada Allah berarti tidak lagi
melakukan kesalahan-kesalahan seperti menyembah berhala dan bersandar pada kekuatan
bangsa-bangsa lain (lih 14:4). Penyesalan Israel menunjukan bahwa Israel telah jatuh dan lemah.
Satu-satunya hal untuk memperoleh kekuatan adalah kembali pada Allah.
Pertobatan, menurut saya adalah pesan sentral dari Nabi Hosea. Bertobat berarti panggilan
untuk berhenti melanggar perintah Tuhan dan kembali kepada Taurat-Nya. Bertobat adalah
respon Israel yang harus dilakukan. Itulah sebabnya, Hosea menyerukan kepada Israel untuk
bertobat dan menyesali perbuatan-perbuatan mereka (lih 14:4). Dalam hal pemulihan hubungan
oleh Allah melalui seruan Hosea, Allah telah menunjukan cinta kasihNya. Meskipun cinta kasih
Allah sering terabaikan oleh ketidaksetiaan Israel.

1
2


A. de Kuiper, Tafsiran Alkitab Hosea, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003) h.155-156
W. E. Glenny, Hosea: A Commentary Based on Hosea in Codex Vaticanus, (Leiden : Brill, 2013) h. 180-181

1

Wujud Cinta Kasih Allah
Cinta kasih Allah seperti ditunjukan dalam pemahaman Francis Landy bahwa, Allah mampu
mencintai Israel secara 'bebas', tanpa kemarahan yang menyertai cinta. Kata 'bebas' digunakan
juga untuk persembahan sukarela (lih Hosea 14: 5) dimana, kasih Allah memanifestasikan diriNya3. Perwujudan kasih Allah dalam kehendak bebasNya, nyata melalui berkat yang didapati oleh
bangsa Israel. Allah mencintai bangsa Israel dalam kehendakNya bukan karena kebaikan-kebaikan
yang dilakukan Israel, sehingga wujud cinta Allah adalah ekspresi dari anugerah dari Allah sendiri.4
Wujud cinta kasih Allah ini yang dilukiskan pada bagian ke dua Hosea 14 : 5-9.
Pada bagian kedua dari Hosea 14 : 5-9, kita dapati bahwa Hosea menyebutkan Janji berkat
Allah kepada Israel. Allah menjadi seperti embun bagi Israel. Perumpamaan ini menunjukan The
Hospitality of God5 dalam pemahaman Jhon Mauchline yakni Keramahan Allah terhadap bangsa
Israel (lih 14:6;7;8). Untuk memberikan semua yang Israel butuhkan maka Allah mengibaratkan
diriNya sebagai embun yang mendatangkan kesuburan dan segala hal itu hanya didapatkan dalam
diri Allah. Allah mengisyaratkan bahwa di balik murkaNya yang mengharuskan dosa dibereskan
dan dihukum, kasih Allah tetap tidak berubah. Allah tetap hadir dalam keramah-tamahanNya
kepada Israel. Memang, penimbunan dosa menyebabkan hukuman Allah tidak bisa dihindari.

Israel harus dihukum berupa pembuangan ke Asyur. Namun, ketika mereka kembali kepada Allah,
Allah menyediakan pemulihan setelah masa pembuangan. Respon Israel terhadap anugerah Allah
adalah bertobat, mengakui semua kesalahan, dan mengakui bahwa tidak ada yang dapat
menolong Israel, kecuali Allah sendiri. Allah kembali mengasihi Israel, memberikan damai
sejahtera, dan "menyuburkan" kembali kehidupan Israel.
Penutup
Kitab Hosea ditutup dengan suatu panggilan hikmat yaitu agar orang-orang yang berhikmat
belajar dari pengalaman (lih 14:10). Terlepas dari kebijaksanaan itu, kita mungkin bisa belajar dari
Hosea untuk melihat Kasih Allah dalam kehidupan bangsa Israel. Sejalan dengan pemahaman
Kuiper yang menyebutkan bahwa murka Allah dikalahkan oleh cinta kasihNya. Ketika membaca,
menggali serta mendalami kebenaran kitab Hosea ini, mungkin kita bisa dengan sigap meresponi
anugerah Allah. Pada dasarnya Allah mengasihi dan tidak menginginkan umat-Nya binasa.
Penghukuman dimaksudkan-Nya bukan untuk membinasakan, melainkan untuk tujuan
pertobatan.
Berdasarkan interpretasi teks ini, maka usulan pertanyaan PA adalah : Jika Allah dalam
kehendak bebasNya bisa untuk tetap mengasihi umatnya yang selalu berbuat dosa. Pertanyaannya
adalah mengapa, cinta Allah lebih sering tidak dipedulikan oleh manusia sehingga kesalahan
sering dilakukan ? Apakah cinta Allah tidak cukup untuk membuat manusia tetap setia?

Wisma Prabasanti, 22-Oktober-2015

Francis Landy, Hosea – Readings : A New Biblical Commentary, (Sheffield : Sheffield Phoenix Press, 2011) h.201
Jhon Mauchline, The Book of Hosea Introduction and Exegesis, dalam The Interpreter’s Bible, A Commentary in
Twelve Volumes-Volume VI, (Nashville-Tennese: Abingdon Press, 1978) h. 722
5
Ibid.,h.720

3

4

2