Bahan PA 6 Oktober 2015

Materi PA, 06 Oktober 2015
Kehilangan eksistensi diri akibat ketidaksetiaan
Hosea 5: 8-14

Pengantar
Perang saudara yang dikenal dengan perang Siria-Efraim terjadi sekitar tahun 735-734. Tiglat
Pileser III dari Asyur telah membantu kerajaan Yehuda di bawah pemerintahan raja Ahas yang
terancam diserang oleh pihak Israel Utara (raja Pekah) dan Siria raja Rezin). Raja Asyur merebut
dareha pantai dan wilayah diseberang sungai Yordan dan sebagian besar lembah Yizreel
dimasukkan ke dalam kerajaannya. Alhasil, Israel hampir tidak mempunyai lagi otonomi,
sementara ekonominya pun terancam. Keadaan yang menyedihkan itu dimanfaatkan Yehuda
untuk menyerang masukke dalam wilayah yang tinggal dari kerajaan Israel Utara (ayat 10).
Persekutuan Israel dengan raja Rezin dari Damsyik (Siria) tidak mebawa hasil apa pun, justru
sebaliknya (ayat 11). Perikop ini memberikan riwayat perang Siria-Efraim dipandang dari sudut
kerajaan Israel Utara, sedangkan yang dikarang dari sudut pandang kerajaan Selatan (Yehuda)
terdapat dalam Yes 7 (dan 2 Raj 16).

Pembahasan Perikop
Ayat 8-9. Bunyi tanda bahaya! Seruan supaya siap siaga. Tiuplah sangkakala. Rakyat yang ada di
padang harus diperingatkan. Ada bahaya (bdk 8:1). Sang nabi dalam hal ini bertindak selaku
penjaga, penunggu dan pemberi peringatan, sama seperti Habakuk dan Yehezkiel juga. Penduduk

di sejumlah kota mulai diberi isyarat, mulai dari Selatan ke Utara: Gibea (5 km di sebelah Utara
dari Yerusalem), Rama (8 km), Bet-Awen 18 km. Bet- Awen adalah nama lain untuk Betel yang
merupakan salah satu tempat ibadah yang didirikan oleh Yerobeam I (Raj 12:25-13:10). 1 Ketiga
kota itu terletak di pegunungan sentral, dan mengarah ke pusat Israel Utara (Samaria). Dulu kotakota itu termasuk wilayah suku Benyamin (Yos 18:21-28). Namun, jaman Yerobeam I, Betel
sudah masuk wilayah kerajaan Israel. Kemudian, di saat Israel terdesak oleh Kerajaan Asyur, raja
Ahas berupaya memakai kesempatan itu untuk merebut kembali kota- kota tersebut dan
memperkuat batas-batas wilayah dengan kerajaan Utara (“ mengeser batas”, ayat 10). Agresi dari
pihak Selatan itu berarti bahwa kesudahan Efraim sudah semakin dekat. Bagian utama dari
kerajaan Israel, yakni daerah Efraim akan menjadi tandus. Hal ini bukan saja menjadi suatu
perbatasan saja, melainkan menurut pengertian profetis sang nabi, nasib Efraim kelak dapat
disamakan dengan hari penghukuman. Yang dimaksudkan ialah hari TUHAN, secara khusus
berkaitan dengan hari kebinasaan dan pengadilan dan kemusnahan dan Allah sendiri akan
campur tangan.2
1 Alkitab Edisi Studi LAI, Jakarta, Lembaga Alkitab Indonesia, 2010, h. 1425. Betel menjadi tempat suci bagi orang
Israel sebab Yakub, leleuhur mereka pernah, pernah mengalami mimpi istimewa di situ (Kej 28:10-22). Yakub
menamakan tempat itu “Betel” yang berarti ‘rumah Allah”. Untuk menunjukkan bagaimana umat sudah
meninggalkkan Allah. Hosea menyebut tempat ini “Bet-Awen” yang berarti “rumah kejahatan dosa”.
2 Dr. A. de Kuiper, Hosea, (Michigan: Grand Rapids, 1983) h.77.

Ayat 10-11. Para pemuka Yehuda adalah pemimpin-pemimpin militer dari kerajaan Selatan yang

berikhtiar untuk menggeser batas. Tindakan itu dilarang dalam Ul 27:17, karena tidak sesuai
dengan perjanjian Allah dengan umat-Nya.3 Demikian juga tindakan Yehuda dalam hal ini,
mereka menentang hak dan keadilan Allah yang melindungi orang-orang miskin dan lemah (Ul
19:14; Ams 22:28). Nabi Hosea memang mengecam keras Efraim dengan semua perilaku jahat
mereka, namun tindakan Yehuda juga tidak dapat dibenarkan. Ternyata keadaan keagamaan di
Selatan sama buruknya dengan di Utara (bdk 2 Raj 16:10-18). Oleh karena itu Hosea pun
menyampaikan nubuat dari Allah: ‘ke atas mereka akan Kucurahkan gemasKu seperti air
(=dengan hebat). Seluruh Israel (segala suku, ayat 9), berada di bawah hukuman Allah yang
disampaikan lewat nubuat sang nabi. Di ayat 11, kerajaan Utara, yakni Efraim tertindas, artinya:
Karena kekerasan dan peperangan dari pihak Tiglat-Pileser. Diremukkan oleh hukuman. Dalam
hal pertama, perkosaan hukum oleh Asyur, penaklukkan yang bertentangan dengan
perikemanusiaan, adalah merupakan suatu ‘hukuman” yang meremukkan Efraim. Dalam hal
kedua, hak-hak (dari yang ditaklukkan dan ditindas) ditiadakan. Dalam hal ini, Hosea sang nabi
pada satu sisi berdiri di sisi bangsa yng menderita itu; ia benar-benar solider dengan mereka, juga
dalam penghukuman. Namun pada sisi yang lain, ia juga menunjukkan kepada mereka hal apa
yang membuat mereka menderita, yakni: karena kesalahan mereka sendiri! Sebab ia berkeras
untuk berjalan mengikuti kesia-siaan. Hal itu terkait dengan tindakan kerajaan Israel Utara yang
bersekutu dengan raja Rezin darai Aram (Siria), yang hasilnya sia-sia belaka. Mereka yang
awalnya hendak mengancam Yehuda, sekarang mereka ditimpa oleh nasib yang malang itu.
Ayat 12-14. Ayat 12 menyimpulkan isi ayat 9, 10 dan 11: kebencian di antara saudara dan

perang-saudara di cela oleh Yahweh. Penghukuman atasa Efraim (ayat 9) maupun atas Yehuda
(ayat 10) berasal dari Yahweh. Secara perlahan tapi pasti keduanya akan hancur dan binasa.
Seperti ngengat memakan habis dengan perlahan-lahan (Yes 50: 9) dan belatung merusak tulang
belulang (Hak 3:16). Penyakit dan bisul, artinya: Kebobrokan politik dan militer memang akan
disadari, karena sudah cukup jelas. Namun penyebabnya, yakni penghukuman oleh Yahweh,
disangkal atau diabaikan. Oleh karena itu, baik Efraim maupun Yehuda mencari pertolongan
pada tempat yang salah. Sebelum itu raja Ahas dari Yehuda telah membayar upeti kepada Asyur
dan membiarkan agama-agama yang dianut bangsa itu masuk dan dibiarkan bercampur dengan
penyembahan kepada Yahweh.4 Sementara Efraim mengirim utusan kepada Asyur menyatakan
diri takluk atas kekuasaan Asyur serta bersedia membayar upeti sebagaimana kewajiban bangsa
taklukkan. Tetapi “bisul” itu tidak dapat disebabkan oleh penghukuman Allah atas kejahatan
Efraim; itulah sebabnya asyur pun tidak dapat menyembuhkan kamu dan tidak dapat
melenyapkan bisul itu darimu. Ditegaskan di sini, bahwa poltik mencari sekutu baru itu tidak
akan bermanfaat. Daripada melarikan diri kepada penghukumnya, yaitu Allah, Israel Utara
mengharapakan bantuan dari pihak penyiksanya, yakni Asyur. Suatu hal yang sangat ironis. Pada
bagian akhir, Allah memakai metafora bagaikan tindakan seekor binatang buas yang menangkap
mangsanya, metafora yang menggambarkan betapa Allah sangat murka atas perbuatan umat yang
tidak setia itu. Hanya sepuluh tahun sesudah itu, Samaria direbut, dan seluruh Israel Utara
3 Ul 27:17: Terkutuklah orang yang menggeser batas tanah sesamanya manusia. Dan seluruh bangsa itu harus
berkata: Amin! Dalam pemhamanan orang Israel, kata yang diucapkan memiliki kekuatan. Ini berkaitan erat dengan

kata-kata kutuk dan berkat. Sebagaian kutuk diperuntukkan bagi orang yang melanggar perintah Allah seperti
menyembah berhala (Kel.20:4-5), tidak menghormati orang tua (Kel 20:12), dan membunuh (Ul 5:17). Kutuk lain
diperuntukkan bagi hukum lain, seperti menggeser batas-batas tanah (Ul 19:14), memperlakukan orang miskin
dengan tidak adil(Ul 24:17-18), Melakukan hubungna seksual yang terlarang (Ul 22:22-30), dan menerima suap (Ul
16:18-19). (Lih. Alkitab Edisi Studi LAI, Jakarta, Lembaga Alkitab Indonesia, 2010, h. 321).
4 Dr. A. de Kuiper, Hosea,h.79.

dijadikan propinsi kerajaan Asyur, dan sebagian penduduknya disingkirkan dan diangkut dalam
pembuangan.

Kesimpulan
Nabi adalah juga seorang penyambung lidah Allah. Ia memberikan peringatan terhadap
malapetaka akibat kebijakan poltik yang salah dan perkembangan kekuatan negara-negara
adikuasa di ranah internasional. Dulu kepercayaan diletakkan pada Aram, namun sia-sia. Lalu
pada Asyur, tetapi “ia pun tidak dapat menyembuhkan” (ayat 3). Nabi Hosea melihat segenap
umat Allah berada di bawah penghukuman Tuhan: baik Efraim maupun Yehuda. Perang saudara
sangatlah keji di mata Allah. Perang itu mengakibatkan berakhirnya sejarah Efraim (kerajaan
Isael Utara) sebagai negara merdeka. Dan Yehuda sendiri yang turut andil membawa kebinasaan
atas Efraim, akan turut juga dihukum Allah. Ketidak setiaan umat pada Yahweh membuat mereka
kehilangan eksistensi diri, sebagai umat pilihan. Jati diri umat semata-mata ada oleh karena relasi

mereka dengan Yahweh. Apabila mereka berpaling dari ikatan perjanjian sebagai umat Allah,
maka mereka kehilangan jati diri. Akibatnya mereka membangun ilusi, sebuah “jati diri” baru
yang terlepas dari Allah dan berada di bawah bayang-bayang negara-negara adikuasa yang dikira
mampu memberikan perlindungan dan rasa aman. Mereka lupa, bahwa di luar relasi dengan
Allah (YHWH) tidak ada tempat yang nyaman. Akibat kehilangan jati diri, saudara sendiri pun
tak lagi mereka kenali. Yang diutamakan adalah cari selamat sendiri. Hal paling melukai hati
Allah adalah bahwa akibat ketidaksetiaan umat, maka mereka mempertaruhkan citra Allah
dihadapan bangsa-bangsa lain. Ketika mereka meninggalkan Allah dan berpaling pada penguasa
dunia, maka mereka merendahkan Allah mereka sendiri di hadapan bangsa-bangsa lain. Sebuah
pertaruhan yang teramat sangat mahal yang membuat mereka harus mengahadapi hukuman dari
Allah sendiri. Di belakang segala peristiwa itu tampaklah kepada nabi Hosea, bahwa tangan
Tuhan sedang bekerja di dalam segala sesuatu kea rah hari penghukumannya (ayat 9). Bagaikan
penyakit yang lambat-laun membawa ke kubur (ayat 12), seperti singa buasa (14), Ia
mendekatkan kebinasaan kepada umatNya. Dan tidak ada yang melepaskan (ayat 14). Ngeri
benar murka Allah itu.

Pertanyaan Diskusi
1. Hal apa yang paling mendasar membuat Efraim maupun Yehuda berpaling dari Allah?
2. Menurut anda, apakah penghukuman akan memberikan hasil yang efektif untuk
membangun kesadaran umat atas ketidaksetiaan dan ilusi mencarai keselamatan di luar

Allah?
V.K.W.
Jl. Kusbini No. 12