Bahan PA 29 September 2015

TANPA JUDUL
Sebuah Telaah Hosea 5:1-7 untuk PA Fakultas Teologi UKDW
Yan O. Kalampung
Pendahuluan
Setelah minggu yang lalu membahas mengenai Israel dalam hubungannya dengan Allah dalam
konteks ritual atau Ibadah, bagian ini nampaknya memulai suatu pembicaraan yang baru. Sejalan dengan
Francis Landy yang mengatakan bahwa bagian ini merupakan bagian yang baru dan ditandai dengan
u gkapa De garlah i i ! 5:1 1, saya juga berpendapat demikian karena dari sudut pandang isinya juga
membicarakan hal yang berbeda. Bagian ini menurut saya lebih banyak membicarakan hubungan antara
Allah dan Isreal (lih. 5:1) yang retak karena kesalahan yang dibuat oleh Bangsa Israel. Pemahaman mengenai
hubungan atau relasi tersebut memicu saya kemudian untuk mengajak Teologi Proses menjadi teman dialog
dalam merenungkan bagian ini. Teologi Proses meyakini bahwa segala sesuatu di dunia ini ada dalam relasi
dan terus berubah karenanya, termasuk Allah.2 Proses yang dialami bersama dalam relasi tersebut akan
menjadi penuntun bagi saya u tuk sedikit
e go ok- go ok agia alkita i i, kare a e arik elihat
bagaimana relasi itu kemudian mempengaruhi bangsa ini dan mempengaruhi Allah. Anyway, Ini hanya karya
imajinatif saya dengan harapan agar PA ini tidak membosankan dan provokatif.
Mereka telah berkhianat
Yang membaca bagian Hosea 5:1-7, akan dengan jelas melihat (setidaknya menurutku) bahwa baitbaitnya memang mengungkapkan kekecewaan yang mendalam Allah terhadap bangsa Israel. Isinya
mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh Bangsa Israel. Gene M. Tucker mengatakan bahwa
bagian Hosea ini sebagian besar mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang menjadi alasan mengapa Bangsa

Israel akan dihukum.3 Realitas adalah sistem ekologis bagi Teologi Proses, itu artinya kenyataan yang terjadi
di dunia walaupun dilakukan oleh satu pihak pasti akan berpengaruh terhadap yang lain. Jadi ada semacam
kesaling-tergantungan di antara semua makhluk di semesta, termasuk Allah.4 Hal tersebut nampak dari
pengkhianatan yang dilakukan Bangsa Israel (lih. 5:3,4&7) kemudian membuat Allah begitu terganggu.
C. Robert Mesle memberi perumpamaan yang menarik mengenai bagaimana Teolog Proses
memahami relasi Allah dengan manusia didasari oleh Cinta, God loves perfectly.5 Allah menjadi teladan
bagaimana cara mencinta yang sesungguhnya. Cinta Allah kepada Bangsa Israel kemudian diuji oleh
ketidaksetiaan dari Bangsa Israel. Perzinahan (5:3) dan pengkhianatan (5:7) bangsa Israel digambarkan
dala ayat 1, pera gkap di Mitzpah da jari g di Ta or . Mitzpah da Ta or sendiri merupakan tempat
dimana bangsa Israel melakukan penyembahan terhadap Baal, sedangkan perangkap dan jaring adalah
perilaku mereka yang kemudian membawa kejatuhan bagi mereka sendiri.6 Allah yang begitu mencintai
Bangsa Israel kemudian menyaksikan mereka berzinah (5:3) dan berkhianat (5:7), betapa sakitnya hati Allah.
Jadi tidak heran kalau kemudian kekecewaan Allah begitu besar dan menyala-nyala seperti api.
Mendekat dan menjauh
Realitas yang dinamis dan terus berproses adalah ciri yang nampak dalam Teologi Proses. Allah dalam
relasi dengan bangsa Israel juga terus berproses dengan melakukan dua hal yaitu mendekat dan menjauh.
Francis Landy, Hosea – Readings : A New Biblical Commentary, (Sheffield : Sheffield Phoenix Press, 2011) h. 71.
Bruce Epperly, Process Theology : A Guide for the Perplexed, (T&T Clark, 2011) h. 28.
3
Ge e M. Tu ker, Hosea , dala Ja es L. Mays Ge . Ed. , Harper’s Bible Co

e tary, (New York : HarperCollins Publishers,
1988) h. 712.
4
Bruce Epperly, Process Theology : A Guide for the Perplexed, h. 22..
5
C. Robert Mesle, Process Theology : A Basic Introduction, (Danvers : Chalice Press, 1993) h. 25.
6
George Arthur Buttrick (ed.), The I terpreter’s Bible, (Nashville-Tennesee, Abingdon Press, 1956) h. 615.
1

2

1

Allah mendekat karena ingin menghukum (lih. 5:2) tapi saat didekati malah menarik diri (lih. 5:6). Relasi Allah
dengan dunia menurut Teologi Proses begitu intim dan berkelanjutan, berbeda dengan Teologi lain yang
menekankah hubungan Allah yang berjarak dan tidak berkelanjutan. 7 Jika dilihat dari perspektif Teologi
Proses tersebut, Allah yang mendekat untuk menghukum tapi juga menjauh menandakan relasi yang terjalin
di antara Bangsa Israel dan Allah sudah tidak sehat lagi. Allah seakan-akan tidak ingin menjalin relasi lagi
dengan Bangsa Israel. Allah digambarkan begitu berhasrat untuk menghukum tapi di saat yang sama tidak

ingin didekati lagi. Ini menandakan ada upaya untuk memutuskan hubungan.
Pemahaman seperti itu bisa muncul kalau memang kita hanya menggumuli bagian ayat 1-7 ini.
Bukannya saya menyalahkan pembagian ini, tapi sebenarnya gambaran yang utuh tentang Allah dalam pasal
5:1-7 ini harus dilihat juga dari bagian lain yaitu ayat 15. Dalam 5:15, dijelaskan bahwa Allah akan pergi ke
tempat-Nya agar Bangsa Israel merasa bersalah dan merindukanNya. Jadi, agak lucu bagi saya karena Allah
jika dilihat dalam keutuhan ini menjadi seperti seorang pacar yang sedang ngambek. Marah-marah tapi
sayang. Hanya saja bedanya marahnya Allah begitu dahsyat dengan hukuman yang dahsyat pula. Jadi ini
menjadi semacam Teologi Hukuman agar dirindukan. Mungkin ada semacam ideologi dari teks yang
meyakini bahwa hukuman Allah dihantamkan dengan begitu dahsyat kepada Bangsa Israel agar mereka
boleh merindukan Allah.
Mencari dan tak menemukan
Dalam ayat 1-5, digambarkan bahwa Allah mencurahkan isi hatinya yang begitu kecewa karena
perilaku bangsa Israel. Menariknya adalah bangsa Israel juga tidak diam saja dan berupaya untuk mencari
dan mendekat kepada Allah (lih. 5:6). Dalam Teologi Proses, realitas selalu dibayangkan sebagai sesuatu yang
selalu ongoing. Begitu juga dengan relasi Bangsa Israel dan Allah, juga selalu dinamis. Tapi bangsa Israel
dalam bagian teks yang ditelaah ini, menjadi penting untuk dipertimbangkan. Bangsa Israel melakukan
kesalahan dan ingin mendekat tapi dijauhi oleh Allah agar Bangsa Israel merindukan Ia. Jadi, kalau
direfleksikan untuk kita kini adalah kalau kita merasa dijauhi oleh Allah, janganlah khawatir karena itu
dilakukanNya agar kita semakin merindukan Ia. Dalam penggabungan dengan gambaran tadi, maka kira-kira
jadi seperti ini,

Allah kecewa dan menghukum – Bangsa Israel mecoba mendekat – Allah menjauhkan diri = Allah
melakukan semua itu agar dirindukan.
Demikian proses relasi yang bisa coba saya gambarkan melalui ulasan atas teks ini. Bahwa Allah
melakukan hukuman dan menjauhkan diri walaupun coba didekati oleh Bangsa Israel agar dirindukan. Saya
bingung juga menyebut ini relasi macam apa, mungkinkah ini bisa disebut Benci tapi Rindu? Allah walaupun
kecewa tapi sebenarnya rindu dan ingin mendekat tapi Ia ingin bangsa Israel yang ingin merindu lebih dulu.
Tidak tahu. Tapi yang pasti bahwa relasi itu selalu berproses dan terus berubah adalah realitas menurut
Teologi Proses. Bahwa salah satu fase yang dilewati oleh relasi Bangsa Israel dengan Allah adalah seperti ini
menurut saya. Pertanyaan yang penting kemudian ditanyakan sekarang adalah mau diapakan gambarangambaran Allah dalam relasiNya tadi? Bagi saya, dengan berefleksi dari relasi bangsa Israel dan Allah tadi,
mungkin ini menjadi saat bagi kita untuk bertanya seperti apakah relasi yang kita jalin dengan Allah selama
ini? Apakah penderitaan yang dialami orang-orang selama ini karena Allah ingin dirindukan?
Klitren, 26-September-2015

7

Bruce Epperly, Process Theology : A Guide for the Perplexed, h. 28.

2