Biaya Produksi: Biaya Operasi: Biaya Depresiasi dan Amortisasi: Biaya Lain-lain:

92 Tabel 12 Struktur data investasi dan biaya integrasi usaha Agrokakao pola-JASA No Data investasi dan biaya industri pengolahan Satuan 1. Biaya investasi mesin peralatan produksi : 1 Biaya praoperasi pra-investasi 2 Biaya pengadaan lokasi bangunan 3 Biaya bangunan fisik pabrik 4 Biaya bangunan fisik kantor 5 Biaya alat dan unit teknologi pascapanen 6 Biaya pabrik pengolahan lemak dan bubuk kakao 7 Biaya peralatan kantor ATK 8 Biaya investasi kendaraan 9 Biaya Utilitas 10 Biaya peralatan produksi Rpunitpaket Rpm 2 Rpm 2 Rpm 2 Rpunitpaket Rpunitpaket Rpunitpaket Rpunit Rpsatuanpaket Rpunitpaket

2. Biaya Produksi:

1 Biaya tenaga kerja 2 Biaya peralatan produksi 3 Biaya angkutan dari kebun ke pabrik 4 Biaya angkutan dari pabrik ke pelabuhan 5 Potensi produksi biji kering per hektar 6 Biaya produksi biji kakao kering per kg Rporangbln Rpunit Rpkgtrayek Kgkgtrayek Kg triwulan Rpkg biji

3. Biaya Operasi:

1 Biaya administrasi umum 2 Biaya manajemen usaha 3 Biaya pemasaran produk 4 Biaya pengemasan produk Rporangbulan Rporangbulan Rpkg Rppaket

4. Biaya Depresiasi dan Amortisasi:

1 Biaya depresiasi bangunan fisik pabrik 2 Biaya depresiasi bangunan fisik kantor 3 Biaya depresiasi peralatan dan mesin pabrik 4 Biaya depresiasi peralatan laboratorium 5 Biaya depresiasi peralatan kantor ATK 6 Biaya pemeliharaan kendaraan 7 Biaya kendaraan Rpm 2 tahun Rpm 2 tahun Rpunitbulan Rpunitbulan Rpunitbulan Rpunitbulan Rpunitbulan

5. Biaya Lain-lain:

1 Biaya umum yang dibebankan per tahun 2 PPB, PPN dan PPH 3 Pengembalian kredit 4 Biaya asuransi 1 5 Biaya Perawatan Bangunan 1 6 Biaya perawatan mesin dan fasilitas produksi 7 Waktu pembeyaran modal investasi 8 Waktu pembayaran modal kerja Rptahun Rptahun Rptahun Rptahun Rptahun Rptahun Tahun Tahun Catatan : Data harga kesepakatan bahan kaku, harga jual produk, suku bunga pinjaman dan harga BBM dapat menjadi input tambahan melalui pengguna. 93 Sistem Manajemen Basis Model Sistem manajemen basis model berisi model untuk memproses data sehingga menghasilkan informasi dan alternatif keputusan. Pada bagian ini, data atau input skenario ke dalam basis model diolah menjadi output yang dikehendaki. Jika tujuan yang hendak dicapai tidak sejalan dengan keputusan masing-masing komponen yang terlibat, maka input data dapat diubah sesuai dengan skenario yang diinginkan. Model Strategi Sistem Pengembangan Agrokakao Pola-JASA Model strategi sistem pengembangan Agrokakao bertujuan untuk membantu pengguna dalam mengidentifikasi komponen utama aktor, faktor, dan tujuan. Melalui prooses ini, diperoleh komponen kunci strategi sistem pengembangan Agrokakao. Penetapan komponen utama aktor, faktor, dan tujuan yang menjadi prioritas strategi pengembangan Agrokakao pola-JASA diperoleh melalui indentifikasi, informasi, dan hasil diskusi dengan pakar. Prosedur perhitungan dalam pemilihan teknologi mengikuti kaidah analisis hierarki proses AHP dengan tahapan: 1 identifikasi sistem, 2 menyusun hierarki, 3 menyusun matriks gabungan, 4 pengolahan vertikal, 5 pengolahan horizontal, dan 6 penghitungan vektor prioritas dengan tetap memperhatikan konsistensi pendapat sebagai persyaratan utama dalam AHP yang dapat diketahui dengan rumus eigen value. Tahapan penentuan hierarki komponen utama strategi sistem pengembangan Agrokakao Gambar 11. Model Pengembangan Produk Unggulan Komoditas Model pengembangan produk unggulan komoditas bertujuan untuk membantu pengguna dalam menentukan prioritas pengembangan produk unggulan komoditas. Penetapan prioritas alternatif produk kakao olahan unggulan didasarkan pada penilaian pakar atas sejumlah keriteria. Keluaran model adalah berupa hierarki prioritas produk kakao olahan unggulan berdasarkan bobot kepentingan masing- masing keriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan produk kakao olahan unggulan diperoleh menurut kaidah analisis hierarki proses AHP dengan tahapan berikut: 1 identifikasi sistem, 2 menyusun 94 hierarki, 3 menyusun matriks gabungan, 4 pengolahan vertikal, 5 pengolahan horizontal, dan 6 penghitungan vektor prioritas dengan tetap memperhatikan bahwa konsistensi pendapat merupakan persyaratan utama yang dapat diketahui dengan menggunakan rumus eigen value. Tahapan penentuan prioritas pengembangan produk unggulan Agrokakao Gambar 12. Gambar 11 Diagram alir tahapan penentuan Gambar 12 Diagram alir tahapan penentuan strategi pengembangan Agrokakao Pengembangan produk unggulan Model Pemilihan Teknologi Produksi Model pemilihan teknologi pascapanen dan industri pengolahan dilakukan untuk membantu pengguna dalam menentukan alternatif pilihan teknologi yang akan digunakan. Penetapan sejumlah keriteria yang digunakan untuk pemilihan alternatif Komponen utama : aktor, faktor, dan tujuan strategi pengembangan Agrokakao SELESAI MULAI Input data hasil penilaian pakar terhadap komponen aktor, faktor, dan tujuan strategi pengembangan Agrokakao Analisis setiap komponen dengan menggunakan Teknik AHP MULAI Input data hasil penilaian pakar terhadap komponen faktorkeriteria pengembangan produk unggulan Agrokakao Analisis setiap komponen faktor menggunakan Teknik AHP Hierarki prioritas keputusan produks unggulan Agrokakao SELESAI Validasi? Verifikasi? Tidak Tidak Ya Ya Verifikasi ? Tidak Ya Validasi? Tidak Ya Identifikasi sistem, menyusun hierarki, menyusun matriks gabungan untuk selanjutnya dinilai oleh sejumlah pakar Identifikasi sistem, menyusun hierarki, menyusun matriks gabungan untuk selanjutnya dinilai oleh sejumlah pakar Implementasi Implementasi 95 prioritas teknologi proses yang sesuai untuk digunakan diperoleh melalui identifikasi, informasi, dan hasil diskusi dengan pakar. Adapun keluaran model ini adalah prioritas pilihan teknologi penanganan pascapanen dan industri pengolahan untuk diterapkembangkan. Prosedur perhitungan pemilihan teknologi produksi menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial MPE dengan tahapan: 1 penentuan alternatif, 2 menyusun keriteria keputusan yang akan dianalisis, 3 menentukan derajat kepentingan relatif setiap keriteria keputusan dengan menggunakan skala 1-9, 4 menghitung nilai terhadap setiap alternatif keputusan, 5 menentukan peringkat atas nilai yang diperoleh dari setiap alternatif keputusan. Diagram alir model pemilihan teknologi proses produksi Agrokakao dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13 Diagram alir model pemilihan teknologi Agrokakao. Prioritas teknologi terpilih untuk digunakan SELESAI MULAI Input Keriteria, alternatif, dan nama pakar, Input Keriteria, alternatif, dan nama pakar Menilai keriteria untuk menentukan menentukan derajat kepentingan relatif Analisis setiap komponen dengan menggunakan MPE Validasi ? Tidak Ya Verifikasi ? Tidak Penentuan alternatif keputusan Penentuan keriteria keputusan Implementasi Ya 96 Model Strukturisasi Sistem dan Kelembagaan Agrokakao Pola-JASA Model strukturisasi sistem dan pengembangan kelembagaan Agrokakao bertujuan untuk membantu pihak pengambil keputusan dalam memahami struktur sistem dan pengembangan kelembagaan Agrokakao pola-JASA. Pendekatan sistem menjadi penting dan sangat strategis karena sistem yang dikaji sangat kompleks dan sarat dengan kepentingan berdasarkan elemen-elemen yang turut membangun sistem sehingga dalam proses pengambilan keputusan harus dilakukan secara hati-hati agar semua kepentingan dapat terakomodasi. Model strukturisasi sistem dan pengembangan kelembagaan Agrokakao dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri dari sejumlah elemen. Elemen-elemen yang diteliti melalui teknik ISM terdiri atas enam elemen, yaitu: 1 elemen kebutuhan program, 2 elemen kendala utama program, 3 elemen tujuan program, 4 elemen tolok ukur untuk menilai keberhasilan program, 5 elemen sektor masyarakat yang terpengaruhi program, dan 6 elemen lembaga yang terlibat dalam program sstrategi sistem pengembangan Agrokakao pola-JASA. Model ini diharapkan dapat berguna bagi: 1 koperasi pekebun dalam mengelola hasil perkebunannya menjadi produk Agrokakao guna mendapatkan nilai tambah, 2 kalangan investor atau pengusaha yang ingin menanamkan modalnya pada Agrokakao, 3 lembaga pembiayaan usaha dalam menyalurkan kredit untuk pengembangan usaha Agrokakao, dan 4 Pemerintah Daerah serta Dinas lintas sektoral dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan program strategi pengembangan Agrokakao pola-JASA. Diagram alir model strukturisasi sistem dan pengembangan kelembagaan Agrokakao pola-JASA dapat dilihat pada Gambar 14. 97 Tidak Ya Gambar 14 Diagram alir model strukturisasi sistem dan pengembangan kelembagaan Agrokakao pola-JASA. Model Kelayakan Usaha Perkebunan dan Pascapanen Model kelayakan usaha perkebunan dilakukan terintegrasi dengan kegiatan pascapanen biji kakao. Model integrasi usaha ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baka 2001 bahwa bentuk pengusahaan kakao oleh Strukturisasi sistem dan analisis pengembangan kelembagaan Agrokakao pola-JASA Teknik ISM Verifikasi? Cetak Output: Hierarki setiap sub-elemen untuk setiap elemen yang dianalisis Klasifikasi sub-elemen untuk setiap elemen pada setiap peubah kategori ke dalam 4 sektor. Input data strukturisasi sistem dan analisis kelembagaan Agrokakao pola-JASA • Kebutuhan program pengembangan • Kendala program pengembangan • Tujuan program pengembangan • Masyarakat yang terpengaruhi program • Tolok ukur menilai keberhasilan program • Lembaga yang terlibat dalam program Tidak Ya Validasi? Tidak Ya Implementasi Model Mulai Selesai 98 pekebun dengan sasaran menjual hasil perkebunannya dalam bentuk biji kakao gelondongan jelas hanya akan memperkaya pihak agroindustri. Dengan perkataan lain, sistem pengusahaan kakao pada tingkat petani seharusnya dilakukan secara terintegrasi antara usaha perkebunan dan pascapanen. Model kelayakan usaha perkebunan dan pascapanen kakao bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha secara finansial dan risiko usaha perkebunan dan pascapanen kakao secara simultan. Model ini diharapkan dapat berguna bagi: Koperasi Pekebun, pengusaha atau investor, Lembaga pembiayaan usaha, dan Pemerintah Daerah bersama Bappeda dibantu oleh Dinas terkait dalam merumuskan kebijakan program strategi sistem pengembangan Agrokakao. Input data model dilakukan melalui dua cara yaitu data yang telah tersimpan dalam file data struktur biaya usaha perkebunan dan pascapanen dan masukan data atau informasi langsung dari pengguna sesuai kebutuhan. Adapun formulasi untuk menghitung keriteria penilaian investasi dan risiko usaha digunakan formula finansial berupa PBP, NPV, IRR, BC-ratio, dan BEP serta batas bawah keuntungan nominal L. Skenario input yang dilakukan pada model integrasi usaha perkebunan dan pascapanen adalah sumber pendanaan. Adapun analisis sensitivitas dilakukan terhadap suku bunga, harga jual biji kakao kering terfermentasi, dan biaya produksi. Output model integrasi usaha perkebunan dan pascapanen kakao berupa keriteria kelayakan usaha dan informasi mengenai risiko investasi usaha yang ditanamkan dengan menggunakan keriteria risiko menurut Soeharto 2002 yaitu Jika cv ≤ 0.5 usaha berisiko rendah, jika cv ≥ 0.5 dan cv ≤ 0.8 usaha berisiko sedang, dan jika cv 0.8 usaha berisiko tinggi. Diagram alir model integrasi usaha perkebunan dan pascapanen kakao disajikan dalam Gambar 15. 99 Input File Basis Data Usaha Perkebunan Pascapanen Kakao: 1. Biaya Tetap: - Alat teknologi pascapanen biji kakao - Gaji Karyawan Tetap - Biaya Tetap Lainnya 2. Biaya Tidak Tetap: - Pemeliharaan tanaman - Pupuk, pestisida, dan pemeliharaan - Panen dan pascapanen - Biaya tidak tetap lainnya 3. Target Produksi Kebun: 1300 kghatahun Input Skenario Model Usaha Perkebunan Pascapanen Kakao: • Dept Equity Ratio DER • Sumber dana Bank Konvensional • Tenggang waktu pengembalian pinjaman kredit • Umur ekonomis proyek • Harga jual produk biji kakao fermentasi Tidak Ya Gambar 15 Diagram alir model kelayakan usaha kebun dan pascapanen kakao. Hitung: • Biaya Penyusutan • Biaya Pemeliharaan • Biaya Asuransi Hitung: • Analisis Laba-Rugi • Analisis Cash Flow Hitung: • IRR - PBP • NPV - BEP • BC-ratio - Risiko Usaha Cetak Output: • Keriteria Kelayakan Usaha • Analisis Laba-Rugi • Analisis Cash-Flow • Risiko Investasi Usaha Keriteria kelayakan Valid ? MULAI SELESAI 100 Model Kelayakan Industri Pengolahan Kelayakan model industri pengolahan dirancang dengan tujuan untuk menganalisis kelayakan dan risiko usaha teknologi pengolahan biji kakao. Model ini diharapkan dapat berguna bagi: 1 koperasi pekebun dalam mengelolah hasil perkebunannya dari biji kakao menjadi produk olahan guna mendapatkan nilai tambah komoditas, 2 pengusaha atau investor yang ingin menanamkan modalnya pada industri pengolahan kakao, 3 lembaga pembiayaan usaha untuk penyaluran kredit bagi pengusaha, dan 4 Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi sistem pengembangan Agrokakao berupa formulasi kebijakan, perbaikan infrastruktur, dan mendorong bentuk pengusahaan kakao secara terintegrasi melalui pola-JASA. Input data model kelayakan industri pengolahan kakao dilakukan melalui dua cara yaitu input data yang tersimpan dalam file data struktur biaya pabrik kakao dan masukan data dan informasi langsung dari pengguna. Formulasi yang digunakan untuk menghitung kelayakan investasi dilakukan melalui keriteria finansial berupa PBP, NPV, IRR, BC-ratio, dan BEP serta batas bawah keuntungan nominal ”L”. Data yang digunakan untuk mengukur risiko investasi adalah nilai rata-rata keuntungan per periode atau per tahun. Skenario input yang dilakukan pada model industri pengolahan kakao adalah sumber pendanaan. Adapun analisis sensitivitas dilakukan terhadap suku bunga, harga jual produk lemak dan bubuk kakao, dan biaya produksi. Output model industri pengolahan kakao berupa keriteria kelayakan usaha, informasi mengenai risiko investasi usaha yang ditanamkan. Keriteri untuk menentukan tingkat risiko menganut keriteria Soeharto 2001 yakni Jika cv ≤ 0.5 usaha berisiko rendah, jika cv ≥ 0.5 dan cv ≤ 0.8 usaha berisiko sedang, dan jika cv 0.8 usaha berisiko tinggi. Diagram alir kelayakan model industri pengolahan biji kakao skala kecil dan menengah dapat dilihat dalam Gambar 16. 101 Input File Basis Data Finansial Pabrik Lemak dan Bubuk Kakao : 1. Biaya Tetap: - Investasi Tanah dan Bangunan - Investasi Pabrik dan Peralatan Produksi - Gaji Karyawan Tetap 2. Biaya Tidak Tetap: - Harga beli biji kakao - Upah Tenaga Kerja Harian - Biaya Produksi 3. Target Produksi Pabrik : 250 kgjam Input Skenario Model Usaha Pabrik Bubuk dan Lemak Kakao: • Dept Equity Ratio DER • Lembaga Pembiayaan Usaha Bank Konvensional • Tenggang waktu pengembalian pinjaman kredit • Umur ekonomis proyek • Harga jual produk lemak dan bubuk kakao TIDAK YA Gambar 16 Diagram alir kelayakan model industri pengolahan lemak dan bubuk kakao. Hitung: • Biaya Penyusutan • Biaya Pemeliharaan • Biaya Asuransi Hitung: • Analisis Laba-Rugi • Analisis Cash Flow Hitung: • IRR - PBP • NPV - BEP • BC-ratio - Risiko Usaha Cetak Output: • Keriteria Kelayakan Usaha • Analisis Laba-Rugi • Analisis Cash-Flow • Risiko Investasi Usaha Keriteria kelayakan Valid ? MULAI SELESAI 102 Model Kelayakan Intergrasi Usaha Agrokakao Model kelayakan integrasi usaha Agrokakao dirancang dengan tujuan untuk menganalisis kelayakan dan risiko usaha jika dilakukan secara terintegrasi antara pemeliharaan kebun, pascapanen, dan industri pengolahan biji kakao. Model ini diharapkan dapat berguna bagi: 1 koperasi pekebun dalam mengelolah hasil perkebunannya dari biji kakao menjadi produk olahan guna mendapatkan nilai tambah komoditas, 2 pengusaha atau investor yang ingin menanamkan modalnya pada industri pengolahan biji kakao, 3 lembaga pembiayaan usaha untuk penyaluran kredit bagi pengusaha, dan 4 Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi sistem pengembangan Agrokakao dalam bentuk formulasi kebijakan, pembangunan infrastruktur, dan mendorong bentuk pengusahaan kakao secara terintegrasi melalui pola-JASA . Input data model kelayakan integrasi usaha Agrokakao dilakukan melalui dua cara yaitu: input data yang tersimpan dalam file data struktur biaya integrasi usaha dan masukan data dan informasi langsung dari pengguna. Formulasi yang digunakan untuk menghitung kelayakan investasi dilakukan melalui keriteria finansial berupa: PBP, NPV, IRR, BC-ratio, BEP, dan batas bawah keuntungan nominal ”L”. Data yang digunakan untuk mengukur risiko investasi adalah nilai rata-rata keuntungan per periode setiap tahun. Sedangkan analisis sensitivitas dilakukan terhadap suku bunga, harga beli biji kaka, harga jual produk lemak dan bubuk kakao, dan biaya produksi. Output model kelayakan integrasi usaha Agrokakao adalah keriteria kelayakan usaha dan informasi mengenai risiko investasi usaha. Kriteri untuk menentukan tingkat risiko menganut Soeharto 2001 yakni Jika cv ≤ 0.5 usaha berisiko rendah, jika cv ≥ 0.5 dan cv ≤ 0.8 usaha berisiko sedang, dan jika cv 0.8 usaha berisiko tinggi. Diagram alir kelayakan model integrasi Agrokakao skala kecil dan menengah diperlihatkan dalam Gambar 17. 103 Input File Basis Data Finansial Model Integrasi Agrokakao : 1. Biaya Tetap: - Investasi tanah dan bangunan - Investasi teknologi pascapanen - Investasi Pabrik dan Peralatan Produksi - Gaji Karyawan Tetap 2. Biaya Tidak Tetap: - Harga beli biji kakao - Upah Tenaga Kerja Harian - Biaya Produksi 3. Target Produksi Pabrik : 250 kgjam Input Skenario Model Integrasi Agrokakao: • Dept Equity Ratio DER • Lembaga Pembiayaan Usaha Bank Konvensional • Tenggang waktu pengembalian pinjaman kredit • Umur ekonomis proyek • Harga jual produk lemak dan bubuk kakao TIDAK YA Gambar 17 Diagram alir kelayakan model usaha integrasi Agrokakao. Hitung: • Biaya Penyusutan • Biaya Pemeliharaan • Biaya Asuransi Hitung: • Analisis Laba-Rugi • Analisis Cash Flow Hitung: • IRR - PBP • NPV - BEP • BC-ratio - Risiko Usaha Cetak Output: • Keriteria Kelayakan Usaha • Analisis Laba-Rugi • Analisis Cash-Flow • Risiko Investasi Usaha Keriteria kelayakan Valid ? MULAI SELESAI 104 VALIDASI MODEL Model Strategi Sistem Pengembangan Agrokakao Prioritas strategi sistem pengembangan Agrokakao pola-JASA dianalisis melalui komponen aktor, faktor, dan tujuan untuk mendapatkan skala prioritas pada masing-masing hierarki dengan menggunakan teknik AHP. Komponen aktor yang dianalisis meliputi kelompok pekebun dalam wadah koperasi pekebun, Pemerintah Daerah, Dinas Perindustrian, Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi dan UKM, lembaga keuangan, manajemen pengelola industri, asosiasi petani kakao, asosiasi pengusaha dan eksportir kakao, Perguruan Tinggi, Lembaga penelitian dan pengembangan perkakaoan, dan LSM. Komponen faktor yang dianalisis meliputi ketersediaan SDM di desa yang terampil, penguasaan teknologi, potensi bahan baku, peluang pasar, sarana dan prasarana produksi, kondisi iklim usaha, kekuatan permodalan, infrastruktur, teknologi budidaya, teknologi pascapanen, teknologi industri pengolahan, kemudahan mekanisme birokrasi, standardisasi mutu, dan sistem tataniaga. Sedangkan komponen tujuan yang dianalisis adalah peningkatan nilai tambah, peningkatan pendapatan petani-pekebun, peningkatan daya saing produk, perluasan lapangan dan kesempatan kerja, penciptaan kesempatan investasi, peningkatan devisa, peningkatan produktivitas kebun, peningkatan produk kakao olahan, penciptaan usaha kakao secara terintegrasi dan bersinergi, peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa, dan peningkatan pendapatan asli daerah. Masing- masing hierarki dibuat matriks perbandingan berpasangan untuk selanjutnya dinilai oleh pakar dari berbagai lintas disiplin atau unsur yakni birokrasi, praktisi, akademisi atau perguruan tinggi, serta lembaga penelitian dan pengembangan perkakaoan. Berdasarkan hasil AHP diketahui, aktor utama strategi sistem pengembangan Agrokakao berturut-turut berdasarkan bobot penilaian adalah petani-pekebun yang tergabung dalam koperasi pekebun, Pemerintah Pemerintah Daerah, pengelola agroindustri kakao, Lembaga keuangan, Dinas Perkebunan, Dinas Perindustrian, dan Dinas Koperasi dan UKM, Perguruan Tinggi dan Lembaga penelitian dan pengembangan perkakaoan, asosiasi petani kakao, asosiasi pedagang dan eksportir, 105 dan LSM perkakaoan. Hasil perhitungan atas penilaian pakar terhadap matriks perbandingan berpasangan pada masing-masing hierarki secara rinci dapat dilihat pada Gambar 18 yang dirangkum dalam Tabel 13. FOKUS AKTOR FAKTOR TUJUAN Keterangan: KP.BUN = Kelompok Pekebun Koperasi Pekebun IF.STRKT = Dukungan infrastruktur yang memadai PEMDA = Pemerintah Daerah BD.DAYA = Teknologi budidaya yang baik DISBUN = Dinas Perkebunan P.PANEN = Teknologi pascapanen BANK = Perbankan Lembaga Keuangan BRK.SARI = Kemudahan birokrasi perizinan DISPRN = Dinas Perindustrian ST.MUTU = Pemenuhan standardisasi mutu DK.UKM = Dinas Koperasi dan UKM ST.NIAGA = Jaminan sistem tataniaga M.UKM = Manajemen Agrokakao UKM KTR.SDM = Ketersediaan SDM yang terampil ASPER = Asosiasi pengusaha dan eksportir N.TMBH = Peningkatan nilai tambah komoditas ASTANK = Asosasi petani kakao P.PTN = Peningkatan pendapatan petani-pekebun P.TINGGI = Perguruan Tinggi L.KERJA = Penciptaan lapangan kerja LITBANG = Lembaga penelitian dan pengembangan D.SAING = Peningkatan dayasaing produk EKSPOR = Eksportir kakao P.PAD = Peningkatan pendapatan asli daerah LSM = Lembaga swadaya masyarakat M.INVTS = Mendorong investasi Agrokakao S.PRASR = Srana dan prasarana produksi DEVISA = Peningkatan devisa perekonomian negara TEKNOL = Ketersediaan teknologi produksi P.KEBUN = Peningkatan produktivitas kebun B.BAKU = Ketersediaan bahan baku P.OLAHN = Peningkatan produk kakao olahan PASAR = Prospek pasar produk INTGRST = Mendorong pengusahaan secara terintegrasi SDM = Ketersediaan SDM yang terampil MK.EKM = Meningkatkan pemberdayaan ekonomi MODAL = Ketersediaan modal usaha P.EKNM = Peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah IL-USHA = Iklom usaha yang kondusif Gambar 18 Hasil AHP model strategi sistem pengembangan Agrokakao pola-JASA. KP.BUN 0,1992 PEMDA 0,1657 DISBUN 0,0744 DISPRND 0,0744 BANK 0,1051 DK UKM 0,0744 M-UKM 0,1376 ASPER 0,0149 ASTANK 0,0149 P.TINGGI 0,0484 LITBANG 0,0484 EKSPOR 0,0280 LSM 0,0149 SDM 0,1731 TEKNOL 0,1116 B.BAKU 0,1395 PASAR 0,1559 S.PRASR 0,0898 IL-USHA 0,0414 MODAL 0,1269 IF.STRKT. 0,0691 BD.DAYA 0,0186 P.PANEN 0,0186 BRK.RASI 0,0186 ST.MUTU 0,0184 ST.NIAGA 0,0186 P. PTN 0,1350 N.TMBH 0,1778 D.SAING 0,1566 L. KERJA 0,101 P.EKNMI 0,0377 KTR.SDM 0,0189 M. INVTS 0,0363 DEVISA 0,0296 P.KEBUN 0,0390 P.OLAHN 0,0557 INTGRSI 0,0710 MK EKM 0,0287 P. PAD 0,0972 STRATEGI SISTEM PENGEMBANGAN AGROKAKAO POLA-JASA 106 Strategi sistem pengembangan Agrokakao dengan menempatkan petani- pekebun, Pemerintah Daerah, manajemen pengelolaan Agrokakao, dan lembaga keuangan sebagai pelaku kunci merupakan suatu keputusan yang tepat. Selain komponen pelaku kunci tersebut, juga diperlukan dukungan pelaku lainnya seperti: asosiasi petani kakao, asosiasi pengusaha kakao, lembaga penelitian dan pengembangan perkakaoan, perguruan tinggi, dan LSM. Pemerintah Daerah sebagai lembaga pendukung program pengembangan Agrokakao merupakan faktor kunci sehingga diharapkan dapat memberi dukungan maksimal dalam hal perbaikan sarana dan prasarana produksi, infrastruktur, perangkat kebijakan, dan kemudahan birokrasi. Peraturan Daerah mengenai pungutan pajak dan retribusi diharapkan dapat meringankan UKM. Faktor utama strategi sistem pengembangan Agrokakao berturut-turut dari prioritas tertinggi sampai terendah berdasarkan hasil AHP adalah ketersediaan SDM di desa yang terampil, peluang pasar produk kakao olahan, ketersediaan bahan baku, ketersediaan modal usaha, kemudahan mengakses teknologi, dukungan sarana dan prasarana, perbaikan infrastruktur, iklim usaha yang kondusif, teknologi budidaya, teknologi pascapanen, kemudahan sistem birokrasi, jaminan sistem tataniaga, dan pemenuhan strandar mutu produk. Berdasarkan hasil AHP diketahui bahwa faktor utama yang harus diperhatikan dalam program pengembangan Agrokakao adalah ketersediaan SDM di desa yang terampil. Selain ketersediaan SDM di desa yang terampil, faktor lain yang juga penting adalah kepastian pasar produk kakao olahan. Faktor SDM dan kepastian pasar produk kakao olahan belum cukup dijadikan dasar untuk pengembangan Agrokakao, tetapi jaminan dan mekanisme perolehan bahan baku bagi industri pengolahan adalah hal penting. Faktor utama lainnya adalah adanya jaminan lembaga pembiayaan usaha. Hal ini penting karena program pengembangan Agrokakao mustahil dapat dijalankan dengan baik tanpa dukungan modal, terlebih lagi karena perencanaan pengembangan Agrokakao ini dirancang dalam skala UKM yang lebih dominan mengandalkan sumber pembiayaan dari lembaga perbankan dibanding modal sendiri atau dengan rasio pembiayaan DER: 60 : 40. Keempat faktor utama 107 tersebut ternyata masih membutuhkan dukungan faktor lain yaitu ketersediaan teknologi produksi yang akan digunakan dalam kegiatan proses produksi. Apabila kelima faktor tersebut di atas telah terpenuhi dengan tetap memperhatikan faktor pendukung lainnya seperti infrastruktur, sarana dan prasarana produksi, iklim usaha, mekanisme birokrasi, sistem tataniaga, dan pemenuhan standardisasi mutu, maka dapat dipastikan bahwa program pengembangan Agrokakao berorinetasi sentra produksi akan tumbuh menjadi bentuk usaha yang tangguh dan berkelanjutan. Tujuan utama pengembangan Agrokakao secara berurutan dari yang tertinggi sampai terendah berdasarkan hasil AHP terhadap komponen tujuan adalah peningkatan nilai tambah, peningkatan daya saing produk Agrokakao, peningkatan pendapatan petani-pekebun, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan asli daerah, penciptaan Agrokakao secara terintegrasi dan bersinergi, peningkatan produktivitas kebun, peningkatan produk kakao olahan, pemberdayaan ekonomi pekebun, menciptakan iklim usaha, peningkatan devisa, peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, dan peningkatan kualitas SDM di desa melalui transfer pengetahuan, teknologi, dan keterampilan. Peningkatan nilai tambah komoditas, peningkatan daya saing produk kakao olahan, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan petani-pekebun, dan peningkatan pendapatan asli daerah adalah tujuan utama pengembangan Agrokakao pola-JASA . Peningkatan nilai tambah komoditas kakao melalui industri pengolahan yang ada selama ini belum dapat dirasakan langsung oleh petani-pekebun. Hal ini dikarenakan oleh industri pengolahan tergolong skala usaha besar dan terkonsentrasi di sekitar perkotaan yang jauh dari sentra produksi bahan baku. Hasil pengamatan lapang dan diskusi pakar mengenai potensi petani-pekebun untuk mendapatkan nilai tambah maksimal melalui kegiatan industri pengolahan sangat memungkinkan. Kemungkinan itulah yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu merancang bangun model sistem penunjang keputusan pengembangan Agrokakao dengan membangun industri pengolahan di sentra produksi melalui kekuatan petani-pekebun dalam wadah koperasi pekebun. Unit industri pengolahan skala UKM dalam wadah koperasi pekebun kemudian bekerja sama yang sinergi 108 melalui jejaring usaha untuk membangun kekuatan dan peluang usaha baru sebagai upaya dalam mengatasi kendala yang dihadapi selama ini. Melalui program pengembangan Agrokakao pola-JASA diharapkan petani- pekebun mendapatkan keuntungan ganda karena adanya pasar produk hasil perkebunannya, juga akan mendapatkan deviden dari industri pengolahan setiap periode waktu tertentu dalam bentuk sisa hasil usaha. Sumber pendapatan lain dapat diperoleh jika diantara anggota keluarga petani-pekebun ada yang direkrut menjadi karyawan pada industri pengolahan. Tujuan penting lainnya adalah peningkatan daya saing produk. Hal ini dapat dicapai melalui upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi petani dalam pemeliharaan kebun dan penanganan pascapanen sehingga diperoleh peningkatan produksi dan mutu biji kakao. Apabila biji kakao yang dihasilkan oleh petani- pekebun bermutu baik untuk menjadi bahan baku industri pegolahan, maka output industri pengolahan juga akan bermutu baik. Dengan demikian, produk industri pengolahan kakao skala UKM akan berdaya saing tinggi sehingga nilai jual akan meningkat yang akan berdampak langsung pada peningkatan penerimaan petani- pekebun, penciptaan lapangan dan kesempatan kerja, terutama masyarakat yang ada di desa. Hal ini sangat dimungkinkan karena program pengembangan Agrokakao yang dirancang berorientasi sumber daya. Peningkatan pendapatan petani-pekebun juga merupakan tujuan utama dari program ini. Itulah sebabnya, mengapa konsep program pengembangan Agrokakao ini dirancang berorientasi sentra produksi agar petani-pekebun mendapatkan nilai tambah produk secara adil dan proporsional. Apabila tujuan utama yang telah disebutkan di atas tercapai, maka pada gilirannya akan tercipta peningkatan pendapatan asli daerah. Hierarki hasil analisis kompenen utama pengembangan Agrokakao pola-JASA dirangkum dalam Tabel 13. dari Tabel 13 digambarkan segitiga komponen utama aktor, faktor, dan tujuan strategi pengembangan Agrokakao pola-JASA Gambar 19. 109 Tabel 13 Hierarki komponen utama strategi pengembangan Agrokakao pola-JASA No. Uraian Bobot Prioritas 1. Fokus : Strategi Sistem Pengembangan Agrokakao Pola-JASA 1,000 1

2. Aktor