PEMBAHASAN UMUM Respon biologi wereng batang cokelat nilaparvata lugens stål terhadap tujuh varietas tanaman padi

45

V. PEMBAHASAN UMUM

Salah satu kendala yang selalu mengancam kelestarian swasembada beras adalah serangan hama WBC. Saat ini sebaran biotipe WBC di Indonesia cenderung didominasi oleh biotipe 3 Baehaki dan Munawar 2007. Penanaman varietas padi unggul tahan WBC merupakan komponen penting dalam usaha meningkatkan produksi pangan. Namun demikian, pengembangan varietas tersebut secara luas dan intensif selalu dihadapkan pada berbagai kendala hama dan penyakit serta cekaman lingkungan. Upaya pengendalian hama WBC dengan menanam varietas tahan merupakan metode yang aman, akan tetapi tantangannya ialah berkembangnya biotipe baru WBC yang mampu mengalahkan daya tahan varietas, sehingga varietas yang dulunya tahan akan berubah menjadi tidak tahan Baehaki dan Widiarta 2009. Padahal pengembangan suatu varietas tahan membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Ketahanan varietas padi terhadap hama WBC ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor biofisik dan faktor biokimia. Seleksi tanaman inang oleh WBC dapat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi atau pertahanan kimia dan pertahanan fisik Smith 2005. Sebaliknya, serangga memiliki mekanisme perilaku dan metabolisme untuk mengatasi sistem pertahanan tanaman. Respon biologi WBC dalam penelitian ini secara garis besar mengarah ke preferensi, aktivitas makan dan peletakan telur. Pada tahapan penerimaan inang dalam proses seleksi tanaman inang oleh serangga, terdapat rangsangan dari tanaman antara lain nutrisi tanaman. Apabila rangsangan-rangsangan tersebut ada, kemudian ditangkap oleh serangga dan serangga akan menerima inang tersebut. Hasil pengamatan terhadap preferensi tempat hinggap, WBC cenderung memilih tanaman rentan seperti TN1, IR26 daripada tanaman tahan PTB33, IR74, dalam hal ini tanaman tahan memperlihatkan mekanisme ketahanan antisenosis terhadap WBC. Selain preferensi untuk hinggap, preferensi peletakan telur pun lebih tinggi pada tanaman rentan seperti TN1. Selain pada TN1, telur juga banyak diletakkan pada varietas inangnya, yaitu biotipe 3 pada IR42 dan biotipe 2 pada IR26. Serangga secara umum akan meletakkan telur pada tanaman yang dapat menjamin kelangsungan hidup keturunanannya. Pada varietas IR74, PTB33 dan Inpari13 terdapat ketahanan terhadap respon peneluran WBC. Ovipositor merupakan alat 46 untuk meletakkan telur, dari penelitian ini, ovipositor biotipe 3 lebih besar ukurannya dari biotipe 2. Morfometrik wereng dapat berubah, dari penelitian Claridge et al. 1984, biotipe 1, 2 dan 3 diinfestasikan dan ditumbuhkan pada varietas rentan TN1, menghasilkan ukuran morfometrik pada ketiga biotipe tersebut menjadi tidak berbeda. Faktor biofisik tanaman inang mempengaruhi perilaku serangga. Pada mekanisme ketahanan tanaman padi, misalnya ketahanan antisenosis, faktor ini dapat mempengaruhi aktivitas makan, peletakan telur atau pemilihan tanaman inang sebagai tempat hidup WBC. Melalui pengukuran terhadap ketebalan epidermis, ternyata perbedaan ketebalan yang nyata hanya terjadi antara varietas TN1 dan PTB33, sedangkan antara PTB33 dan varietas IR26, IR42, IR64, IR74, Inpari13 tidak ada perbedaan nyata dalam ketebalan epidermis. Faktor biofisik lain yang diamati adalah banyaknya trikhoma pada pelepah daun padi, hasilnya adalah tidak terdapat perbedaan jumlah trikhoma pada varietas yang diuji. Trikhoma bukan merupakan faktor resistensi pada tanaman yang diuji Perilaku makan merupakan langkah awal untuk memperoleh nutrisi dan dasar proses fisiologi, sedangkan peletakan telur melengkapi siklus hidupnya Zhong-xian et al. 2005. Dalam penelitian ini, kemampuan makan WBC, diuji melalui uji embun madu, memperlihatkan aktivitas ini lebih tinggi pada varietas rentan yang mengandung sukrosa yang lebih tinggi. Kemampuan makan biotipe 3 juga lebih besar dari biotipe 2. WBC yang hidup pada varietas rentan juga memiliki laju pertumbuhan intrinsik, laju reproduksi bersih yang lebih tinggi, dan waktu penggandaan populasi yang lebih pendek. Kandungan sukrosa yang tinggi pada varietas tanaman padi rentan diduga berperan dalam kebugaran hidup WBC. Sedangkan asam oksalat yang merupakan penghambat makan terkandung lebih banyak pada varietas padi tahan. Menurut Chen 2009, varietas tahan mengandung konsentrasi nutrisi yang rendah dan senyawa pertahanan yang tinggi. Dalam proses penapisan galur di Indonesia, untuk menghasilkan varietas tahan wereng, yaitu dengan menggunakan seedbox screening test, dalam uji tersebut digunakan nimfa instar 2 yang diinfestasikan pada padi berumur 5 hari. Setelah varietas standar rentan TN1 mati, kemudian dilakukan skoring. Dalam 47 metode ini, respon yang diamati hanya respon tanaman. Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa WBC memiliki respon yang berbeda terhadap varietas tanaman padi yang memiliki gen ketahanan yang berbeda, misalnya dalam hal kemampuan makan dan kelangsungan hidup serangga. Oleh karena itu, dalam metode penapisan galur tanaman padi dengan tujuan pembentukan varietas tahan wereng, sebaiknya juga melihat respon WBC, atau untuk melihat respon mekanisme antibiosis tanaman padi terhadap WBC, misalnya dilihat dari tingkat mortalitas WBC, peneluran, bahkan perkembangan hidup WBC. Respon WBC terhadap galur yang diuji, bisa dilakukan setelah penapisan masal, untuk tingkat penapisan lanjutan. 45

VI. KESIMPULAN DAN SARAN