Efisiensi Pengelolaan Dana Dalam Rangka Meningkatkan Rentabilitas Pada Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

EFISIENSI PENGELOLAAN DANA DALAM RANGKA MENINGKATKAN RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA II CABANG KEBUN SAMPALI

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh :

EINSTEIN ATMARIA NAINGGOLAN 122101228

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

NAMA : EINSTEIN ATMARIA NAINGGOLAN

NIM : 122101228

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

JUDUL : EFISIENSI PENGELOLAAN DANA DALAM

RANGKA MENINGKATKAN RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II CABANG KEBUN SAMPALI.

Tanggal : ………….… 2015 DOSEN PEMBIMBING TUGAS AKHIR

NIP. 197410122005012 003 Frida Ramadini, SE, MM

Tanggal : ………….… 2015 KETUA PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

NIP.19741123 200012 2 001 Dr. Yeni Absah, SE, M.Si

Tanggal : ………….… 2015 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

NIP.19560407 198002 1 001


(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia yang diberikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul EFISIENSI PENGELOLAAN DANA DALAM RANGKA MENINGKATKAN RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II KEBUN SAMPALI sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma-III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dengan setulus hati tugas akhir ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Sihol Nainggolan dan Ibunda Elida Sintariana Siahaan yang selalu mencurahkan kasih sayang, dukungan serta doanya kepada penulis. Terima kasih yang sedalam-dalamnya karena telah menjadi orangtua terhebat sedunia, semoga ini menjadi awal dari kesuksesan penulis di masa yang akan datang.

Dalam penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec.Ac.Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Syahfrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si selaku Sekretaris


(4)

ii

Program Studi D-III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Frida Ramadini, SE, MM selaku Dosen Pembimbing Penulis yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Sumarsono selaku Mentor Magang Penulis, Ibu Lina dan seluruh staff PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang telah sangat banyak membantu Penulis dalam Penulisan Tugas Akhir ini.

5. Terkhusus buat kakak, abang dan adik-adikku yang terkasih. Terimakasih buat dukungan dan doa yang tiada henti-hentinya diberikan kepada penulis, terimakasih juga untuk waktu yang disediakan untuk penulis dalam menemani proses penulisan Tugas Akhir hingga terselesaikan. 6. Teristimewa untuk rekan-rekan Pengurus Komisariat GMKI

FEDITA-USU masa bakti 2014-2015, adik-adik anggota GMKI FEDITA-FEDITA-USU Maper 2014 dan tidak lupa buat 1 anggota yang juga teristimewa Firginia Roma Br. Munthe, terimakasih buat segala dukungan yang selalu meningkatkan semangat penulis setiap harinya.

7. Buat sahabat saya Paulus Ramotan Sibarani yang juga memberikan semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir.

8. Teman-Teman yang paling saya sayangi Josmer Simanjuntak, Astri Elisabeth, Ernita Lumbangaol, Maristha Gebitha Sitanggang dan


(5)

teman-iii

teman D-III Manajemen Keuangan Grup D stambuk 2012 yang bersama-sama berjuang dalam tiga tahun ini.

Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan Penulis terima dengan senang hati dan semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2015 Penulis


(6)

iv DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL... . v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1.Sejarah Singkat dan Kegiatan Operasional Perusahaan ... 6

2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 6

2.1.2. Kegiatan Operasional Perusahaan ... 8

2.2. Visi, Misi,Tujuan dan Sasaran Perusahaan ... 10

2.2.1. Visi Perusahaan ... 10

2.2.2 Misi Perusahaan ... 11

2.2.3. Tujuan Perusahaan ... 11

2.2.4. Sasaran Perusahaan ... 12

2.3. Lokasi dan Luas Perkebunan/Perusahaan ... 13

2.4. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas ... 13

2.4.1. Struktur Organisasi ... 13

2.4.2. Deskripsi Tugas ... BAB III PEMBAHASAN 3.1. Modal ... 21

3.1.1 Pengertian Modal ... 21

3.1.2 Jenis-jenis Modal ... 22

3.1.3 Modal Kerja ... 23

3.1.3.1 Pengertian Modal Kerja ... 23

3.1.3.2 Jenis-jenis Modal Kerja ... 27

3.1.3.3 Sumber Modal Kerja ... 29

3.1.3.4 Penggunaan Modal Kerja ... 30

3.1.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja ... 31

3.1.3.6 Manajemen Modal Kerja ... 35

3.1.3.7 Pentingnya Modal Kerja ... 36

3.1.3.8 Efisiensi Modal Kerja ... 38

3.1.3.8.1 Pengertian Efisiensi ... 38

3.1.3.8.2 Efisiensi Modal Kerja ... 39

3.1.4 Rasio Rentabilitas ... 40

3.1.4.1 Pengertian Rentabilitas ... 40


(7)

v

3.1.5 Rentabilitas Modal Sendiri ... 42

3.1.5.1 Pengertian Rentabilitas Modal Sendiri ... 42

3.1.5.2 Rumusan Rentabilitas Modal Sendiri ... 44

3.2 Pembahasan ... 45

3.2.1 Efisiensi Modal Kerja Pada Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali ... 45

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan dan Saran ... 48

4.1.1 Kesimpulan ... 48

4.1.2 Saran ... 49


(8)

vi DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 2.1 Perhitungan Return On Working Perkebunan Nusantara II Kebun


(9)

vii DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 1.1 Struktur Perkebunan Nusantara II Cabang Kebun Sampali


(10)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan di segala bidang merupakan sasaran pemerintah Indonesia dalam mewujudkan tujuan nasionalnya, yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Khusus dalam bidang ekonomi, sasaran yang hendak dicapai dalam jangka panjang adalah adanya tingkat ekonomi yang tinggi dan stabil. Seperti diketahui dewasa ini pemerintah sedang giat-giatnya membangun disegala bidang. Di bidang materiil pemerintah mengadakan perbaikan pembangunan sarana fisik, pemerintah mengadakan perbaikan pembangunan sarana-sarana yang berhubungan dengan bidang materiil, ini akan tercermin dengan adanya perkembagan perekonomian. Dalam dunia maju saat ini, salah satu badan usaha milik negara yaitu PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali dalam perkembangannya telah banyak melakukan andilnya yaitu menopang laju pertumbuhan sektor ekonomi, khususnya dengan segala pelayananya sejak zaman kolonial.

Perkembangan ekonomi yang pesat, menjadi alat bagi pihak PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali untuk turut serta membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi, terutama membantu dalam memproduksi komoditi kelapa sawit dan tebu. Adapun yang menjadi salah satu tantangan dari perkembangan PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali adalah tertahannya dana yaitu modal kerja, sehingga mengganggu dalam kelancaran cash inflownya. Dari permasalahan tersebut menuntut pihak PT. Perkebunan Nusantara


(11)

2

II Kebun Sampali untuk mengantisipasi setiap masalah yang akan dihadapinya dimasa yang akan datang. Salah satunya dengan cara mengefisiensikan pengelolaan dana. Karena dengan mengefisiensi dana, perusahaan dapat mengalokasikan dana tersebut untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Setiap pengeluaran biaya tersebut diharapkan dapat kembali dalam waktu pendek melalui hasil usaha untuk membiayai kebutuhan operasional perusahaan pada periode berikutnya. Dengan demikian dana tersebut akan terus menerus berputar untuk kelangsungan hidup perusahaan. Agar operasional perusahaan dapat berjalan lancar, persediaan dana harus cukup dalam arti dana tersebut harus dapat menutup biaya operasional perusahaan setiap harinya sesuai kebutuhan. Oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan masalah modal kerja khususnya dana agar perusahaan dapat menentukan jumlah dana yang akan digunakan sehingga dapat dihindari adanya kekurangan maupun kelebihan dana yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Rentabilitas menurut Bambang Riyanto (2001 : 35) : “Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”. Dengan demikian maka tingkat rentabilitas yang tinggi dapat mengakibatkan penerimaan yang tinggi pula.

Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi operasional dalam suatu badan usaha, karena keuntungan yang besar belum tentu sebagai jaminan bahwa perusahaan tersebut telah beroperasi secara efisien. Badan usaha yang memiliki modal lebih besar lazimnya akan memperoleh laba yang lebih besar pula dibandingkan badan usaha yang mempunyai modal lebih kecil. Meskipun


(12)

demikian, terdapat kemungkinan badan usaha yang mempunyai modal lebih kecil, lebih efisien dibanding badan usaha yang memiliki modal besar.

Masalah rentabilitas lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar tidak mencerminkan bahwa perusahaan telah bekerja dengan efisien.. Efisiensi baru dapat diperoleh dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dengan kekayaan atau aktiva yang menghasilkan laba tersebut.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis berusaha mencari jalan keluar berdasarkan atas teori-teori yang telah ada, sehingga nantinya akan dapat memberikan masukan sebagai bahan dan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam perusahaan .

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka penulis merasa tertarik untuk memilih topik pembahasan yang berjudul : “Efisiensi Pengelolaan Dana Dalam Rangka Meningkatkan Rentabilitas pada PT. Perkebunan Nusantara II Cabang Kebun Sampali”

1.2 Rumusan masalah

Modal kerja memegang peranan yang sangat penting guna memperlancar kegiatan operasi perusahaan. Sehubungan dengan keadaan diatas, apabila dikaitkan dengan situasi pada PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali maka permasalahan yang timbul dari penelitian yang penulis lakukan adalah :

1. Bagaimana efisiensi penggunaan modal kerja pada PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali


(13)

4

2. Bagaimana cara mengelola dana agar tetap efisien sehingga dapat meningkatkan rentabilitas pada PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok masalah yang ada di PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali, maka tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal kerja dan tingkat efisiensi pengelolaan dana yang ada di PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali setiap periodenya guna meningkatkan rentabilitas.”

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan

Memberikan masukan yang bermanfaat bagi pihak PTPN II cabang Kebun Sampali, dan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat perencanaan keuangan, yang mampu memaksimalkan nilai perusahaan dan membantu dalam membuat keputusan pendanaan di masa mendatang.

2. Bagi Penulis

a. Merupakan sarana belajar untuk mengidentifikasi dan menganalisa dan merencanakan masalah yang nyata sehingga akan lebih meningkatkan pengertian dan teori-teori di bangku kuliah.

b. Mengetahui sejauh mana teori yang diperoleh dapat diterapkan dalam praktik.

c. Diharapkan dapat memperluas dan memperkaya pengetahuan di bidang keuangan, khususnya mengenai modal kerja dalam suatu perusahaan.


(14)

3. Bagi Pihak Lain

Memperoleh tambahan perbendaharaan dari hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain.


(15)

6 BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat dan Kegiatan Operasional Perusahaan ` 2.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara II (persero) Kebun Sampali berkedudukan di pasar hitam emplasment sampali dan merupakan salah satu perusahaan Negara. PT Perkebunan Nusantara II (persero) Kebun Sampali lahir setelah melalui proses yang cukup panjang setelah pengambilan alih perusahaan-perusahaan milik belanda pada tahun 1957 yang berkaitan dengan perjuangan bangsa Indonesia melepaskan diri dari bangsa Belanda. Adapun perjalanan sejarah kebun sampali adalah sebagai berikut :

a. Periode tanggal 11 Januari 1957 sampai dengan 11 November 1958. Nama Perusahaan : N.V.Verenigde Deeli Maatschappijen.

Berdasarkan : U.U.No.86 tahun 1958. Dewan Direksi : 3 orang.

Luas Daerah : 86.728 ha. Terdiri Dari : 24 Perkebunan.

b. Periode tanggal 20 November 1958 sampai dengan 31 Mei 1960. Nama Perusahaan : PPN.BATU g.g.N.V.V.D.M.

Berdasarkan : U.U.No.86 tahun 1958. Dewan Direksi : 3 orang.

Luas Daerah : 101.633 ha. Terdiri Dari : 440 Perkebunan.


(16)

Nama Perusahaan : PPN.Baru Cabang Sumatera Utara I. Berdasarkan : P.P.No.29/1960.

Dewan Direksi : 3 orang. Luas Daerah : 101.633 ha. Terdiri Dari : 40 Perkebunan.

d. Periode tanggal 1 Oktober 1963 sampai dengan 30 September 1963. Nama Perusahaan : PPN Sumut I (khusus tembakau).

Berdasarkan : P.P.No.143/1961. Dewan Direksi : 3 orang.

Luas Daerah : 58.539 ha. Terdiri Dari : 28 Perkebunan.

Periode tanggal 17 Mei 1969 sampai dengan 30 Maret 1974. Nama Perusahaan : PPN Sumut I (tembakau).

Berdasarkan : P.P.No.130/1965.Dewan Direksi : 3 orang. Luas Daerah : 22.744 ha.

Terdiri Dari : 28 Perkebunan.

e. Periode tanggal 18 April 1968 sampai dengan 30 April 1969. Nama Perusahaan : PPN.IX.

Berdasarkan : P.P.No.14/1968. Dewan Direksi : 3 orang.

Luas Daerah : 53.329 ha. Terdiri Dari : 23 Perkebunan.

f. Periode tanggal 17 Mei 1969 sampai dengan 30 Maret 1974. Nama Perusahaan : PPN.IX.


(17)

8

Berdasarkan : P.P.No.44/1973. Dewan Direksi : 3 orang.

Luas Daerah : 58.319 ha. Terdiri Dari : 22 Perkebunan.

g. Periode tanggal 1 April 1974 sampai dengan 1 Mei 1984. Nama Perusahaan : PPN Nusantara IX.

Berdasarkan : P.P.No.14/1980. Dewan Direksi : 3 orang.

Luas Daerah : 58.539 ha. Terdiri Dari : 28 Perkebunan.

Demikian perjalanan sejarah PTP Nusantara II yang selalu mengalami perubahan hampir setiap tahun hingga April 1996 sampai dengan sekarang yang juga terjadi bergabung antara PTPN II dengan PTPN IX sehingga berubah menjadi PT Perkebunan Nusantara II (persero) Kebun Sampali.

2.1.2 Kegiatan Operasional Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara II (PERSERO) atau di singkat dengan PTPN II dibentuk berdasarkan PP No.7 tahun 1966 pada tanggal 14 Februari 1966. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di wilayah Sumatera Utara dari PTP II dan PTP IX. Selain itu dikembangkan juga tanaman kelapa sawit. PTPN II mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao, gula dan tembakau dengan areal konsesi seluas 103.860 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas 61.577 ha, karet 11.265 ha dan kakao seluas 7.370 ha. Selain penanaman


(18)

komoditi pada areal sendiri + inti PTPN II juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 25.250 ha untuk tanaman kelapa sawit. Disamping itu PTPN II juga mengelola tanaman musiman yaitu tanaman tebu dan tembakau. Tanaman tebu lahan kering ditanam pada areal seluas 16.046 ha, terdiri dari tebu sendiri (TS) 14.476 ha dan tebu rakyat (TR) 1.572 ha, sedangkan tanaman tembakau di tanam pada areal seluas 2.443 ha.

PT Perkebunan Nusantara II memiliki 31 unit usaha perkebunan yaitu: Kebun Tanjung Garbus, Kebun Padang Brahrang-Beklun, Kebun Tanjung Jati, Kebun Mariendal, Kebun Tanjung Keliling, Kebun Bekala, Kebun Kwala Madu, Kebun Limau Mungkur, Kebun Maryke/Bukit Lawang, Kebun Pagar Merbau, Kebun Kwala Madu, Kebun Batang Kwis, Kebun Kwala Bingel, Kebun Bandar Klippa, Kebun Tanjung Beringin, Kebun Saentis, Kebun Basilam, Kebun Sampali, Kebun Helvetia, Kebun Kwala Sawit, Kebun Air Tenang, Kebun Sei Semayang, Kebun Klambir Lima, Kebun Batang Serangan, Kebun Tandem, Kebun Sawit Seberang, Kebun Sawit Hulu, Kebun Klumpang, Kebun Bulu Cina, Kebun Prafi, Kebun Arso dan Kebun Tandem Hilir.

Untuk menghadapi tantangan bisnis global, maka PTP Nusantara II (Persero) kedepan akan terfokus terhadap pengelolaan bisnis perkebunan dan bisnis non perkebunan dengan memanfaatkan asset-aset non produktif serta ekstensifikasi usaha perkbunan melalui Agro Wisata, Agro Bisnis dan Agro Industri. Seluruh unit usaha diintegrasikan dalam beberapa strategi bisnis unit yaitu 5 Distrik Perkebunan, 1 Distrik Rumah Sakit, 2 Unit Penelitian dan 1 Unit Bengkel.

Areal yang dimiliki oleh PTP Nusantara II (Persero) tersebar di wilayah Sumatera Utara dan Papua, dengan total luas areal 112.625 Ha, pada sebaran


(19)

10

wilayah Sumatera Utara seluas 107.104,59 Ha dan wilayah Papua seluas 5.520,52 Ha. Perusahaan juga membangun pabrik/unit pengelolaan berupa Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Fraksionasi, Pabrik Karet Kering, Pabrik Lateks, Pabrik Rubber, Pabrik Kakao dan Pabrik Gula. Sarana pabrik/pengolahan terdapat 15 unit pabrik yaitu ; 8 Unit Pabrik Kelapa Sawit, 1 Unit Pabrik Fraksionasi, 2 Unit Pabrik RSS, 2 Unit Pabrik SIR dan 2 Unit Pabrik Gula dengan kapasitas terpasang dan terpakai sebagai berikut :

a. Kapasitas Terpasang : 1) Pabrik Kelapa Sawit : 280 Ton TBS/Jam 2) Pabrik Fraksionasi : 200 Ton CPO/Hari 3) Pabrik RSS : 19 Ton KK/Hari 4) Pabrik SIR : 19 Ton KK/Hari

5) Pabrik Gula : 8000 Ton TBS/Jam b. Kapasitas Terpakai : 1) Pabrik Kelapa Sawit : 177,33 Ton TBS/Jam

2) Pabrik Fraksionasi : -

3) Pabrik RSS : 4,98 Ton KK/Hari 4) Pabrik SIR : Ton KK/Hari 5) Pabrik Gula : 7600 Ton TCD/Hari

2.2 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Perusahaan 2.2.1 Visi Perusahaan

Turut melaksanakan dan menopang kebijaksanaan serta program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional umumnya. Khusus di sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.


(20)

2.2.2 Misi Perusahaan

Profitisasi melalui pendayagunaan, pengelolahan perusahaan dibidang perkebunan, dengan mengusahakan lima budidaya komoditi unggulan yakni kelapa sawi, karet, kakao, tembakau dan tebu secara efisiensi dan ekonomis sehingga dapat mencapai produk yang memenuhi standar kualitas yang dibutuhkan oleh konsumen serta melakukan diversifikasi usaha yang dapat mendukung kinerja perusahaan.

Pengolahan produksi yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang berwawasan lingkungan, memiliki daya saing yang kuat, serta meningkatkan kemitraan dengan petani untuk memenuhi pasar dalam dan luar negri guna kelangsungan usaha dalam mendukung pertanian dan perkebunan.

2.2.3 Tujuan Perusahaan

Adapun tujuan perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan kinerja operasional organisasi dan manajemen serta pemanfaatan peluang bisnis seoptimal mungkin sehingga menjadi perusahaan perkebunan yang sustainable (berkelanjutan) berdaya saing, makmur dan menghasilkan laba sehingga dapat berperan dalam pembangunan daerah dan nasional serta dalam mensejahterakan karyawan

2. Melaksanakan pembangunan dan pengembangan agrobisnis sector

perkebunan sesuai prinsip perusahaan yang sehat, kuat dan tumbuh dalam skala usaha yang ekonomis

3. Meningkatkan posisi portofolio bisnis melalui perbaikan internal semua aspek sumber daya yang dimiliki PTP Nusantara II.


(21)

12

4. Meningkatkan profitabiltas usaha pada kondisi unggulan serta mempertahankan dan meningkatkan sumbangan devisa dibidang perkebunan melalu peningkatan produksi sekaligus mendukung upaya peningkatan ekspor non migas serta memelihara sumber daya alam, lingkungan, konservasi air dan tanah

2.2.4 Sasaran Perusahaan

Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan di bidang perkebunan melalui upaya peningkatan produksi sekaligus mendukung upaya peningkatan ekspor non migas. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya.

Memelihara sumber daya alam dan lingkungan, air, dan menjaga kesuburan tanah. Strategi perusahaan dalam rangka peningkatan kinerja perusahaan serta mengantisipasi era globalisasi tahun 2000 dan ketidakpastian perekonomian pada tahun-tahun mendatang, perusahaan telah mnetapkan berbagai strategi yakni sebagai berikut:

a) Optimalisasi pemanfaatan lahan dengan mengembangkan 2 budidaya unggulan yakni kelapa sawit dan tebu dengan meningkatkan produksi dan prodktivitas.

b) Peningkatan kwalitas produksi yang mempunyai potensi pasar, serta pengawasan harga pokk produksi yang dapat margin memberikan profit yang lebih baik.

c) Meningkatkan kepedulian terhadap kesejahteraan karyawan dalam rangka untuk meningkatkan kegairahan kerja serta produktivitas kerja.


(22)

d) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan terhadap sumber daya manusia dalam lingkup teknis melalui pelatihan dan pendidikan.

2.3. Lokasi dan Luas Perkebunan/Perusahaan

Perkebunan Sampali adalah kebun yang di miliki PT Perkebunan Nusantara II dan kebun Sampali termasuk kedalam wilayah kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, I Provinsi Sumatera Utara

Komoditi yang ada pada kebun sampali ini adalah Sawit dan Tebu. PTP Nusantara II terletak kira-kira 42 Km arah selatan kota madya Medan, dan PTP Nusantara II Sampali berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan kebun saentis

b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kampung Laut Dendang

c. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kebun Bandar kalipa, yaitu kampong Tambak Bayan dan Kampung Bandar Setia

d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Mabar yaitu kompleks Perumahan Cemara Asri

2.4 Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas 2.4.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu sususan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan antara yang satu dengan yang lain dan bagimana


(23)

14

hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi, dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewewang siapa melapor kepada siapa.

Berikut ini bagan perkebunan nusantara II (PERSERO) cabang kebun sampali :

Bagan 1.1 Struktur Perkebunan Nusantara II Cabang Kebun Sampali (Tahun 2015)

KADIS TANAMAN

ASST.DP ASST.K. SAWIT

ASST.SDM/ UMUM

KRANI/ MANDOR

KRANI AFDELING MANDOR

KRANI. DP PENGAMAT/MDR

ASST.DP KRANI I

KRANI ADMIE/ UMUM KRANI DP

PENGAMAT/MDR

ASST. ADMIE TEKNIK

KRANI TEKNIK MANDOR MANAJER


(24)

2.4.2 Deskripsi Tugas

Adapun tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut: 1. Manager

Tugas manager adalah sebagai berikut :

a) Melaksanakan tugas dan kebijaksanaan (policy) yang telah digaeiskan oleh perusahaan

b) Melaksanan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan unti kebun guna menunjang kelancaran tugas pokok secara efektif untuk mencapai produktivitas.

c) Menyediakan informasi yang akurat dan up to date untuk kepentingan manajemen dalam mengambil keputusan.

d) Membantu direksi dalam mencapi sasaran yang akan dicapai perusahaan e) Menaati ketentuan/peraturan perushaan (system operasional dan prosedur

baku)

f) Mengajukan rencana kerja dan anggaran (RKAP) unti kebun.

g) Mengkoordinir pelaksanaan tugas para bawahan yakni Kandis Tanaman dan para asisten (tebu, sawit, admin/keuangan, tekhnik, BA.PM)

h) Mengendalikan kegiatan harian operasional kebun

i) Menyediakan bahan-bahan dan penolongan pabrik sesuai dengan kapasitas optimal dan persyaratan mutu

j) Menjaga kebutusan asset perushaan baik berupa gangguan keamanan yang akan dating dari luar dan intern perusahaan. Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diberikan direksi


(25)

16

2. Kandis Tanaman

Tugas Kandis Tanaman adalah sebagai berikut :

1) Melaksanakan tugas dan kebijaksanaan (policy) yang telah digaeiskan oleh perusahaan

2) Melaksanan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan unti kebun guna menunjang kelancaran tugas pokok secara efektif untuk mencapai produktivitas.

3) Menyediakan informasi yang akurat dan up to date untuk kepentingan manajer dalam mengambil keputusan.

4) Melakukan/melaksanakan tugas-tugas khusus yang disampaikan oleh Manajer yang berkaitan dengan operasional perusahaan

5) Membuat laporan pertanggungjawaban kerja

6) Mengkoordinasikan pemasukan hasi panen dari seluruh asisten bagi kepentingan pabrik

7) Mengkoordinasikan seluruh asisten yang dibawahnya untuk mencapai target/sasaran

8) Menyusun, mengevaluasi dan melakukan perbaikan terhadapn penyimpangan kerja operasional lapangan.

9) Mengendalikan biaya kerja agar kegiatan operasional berjalan efektif dan efisien.

3. Assisten Tebu


(26)

1) Membuat Rencana Anggaran Perusahaan (RKAP) Assisten sesuai dengan norma-norma yang telah ditentukan

2) Melaksanakan tugas-tugas operasional lapangan yang berhubungan dengan bidang tanaman (penanaman, pemeliharaan, panen, angkut) sesuai standart operasional yang telah ditetapkan.

3) Membuat laporan harian, mingguan, bulanan.

4) Memasok hasil panen sesuai dengan kapasistas pabrik dan keuangan agar sesuai standart yang berlaku.

5) Mengontrol administrasi produksi dan keuangan agar sesuai dengan standar yang berlaku

6) Mengendalikan biaya operasional agar pekerjaan berjalan efektif dan efisien. 7) Membantu assisten kepala melaksanakn tugas dan kebijaksanaan (policy)

yang telah digariskan perusahaan

8) Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diberikan oleh assisten kepala/kepala rayon.

4. Assisten Sawit

Tugas Assisten Sawit adalah sebagai berikut :

1) Membuat Rencana Anggaran Perusahaan (RKAP) Assisten sesuai dengan norma-norma yang telah ditentukan

2) Melaksanakan tugas-tugas operasional lapangan yang berhubungan dengan bidang tanaman (penanaman, pemeliharaan, panen, angkut) sesuai standart operasional yang telah ditetapkan.


(27)

18

4) Memasok hasil panen sesuai dengan kapasistas pabrik dan keuangan agar sesuai standart yang berlaku.

5) Mengontrol administrasi produksi dan keuangan agar sesuai dengan standar yang berlaku

6) Mengendalikan biaya operasional agar pekerjaan berjalan efektif dan efisien. 7) Membantu assisten kepala melaksanakn tugas dan kebijaksanaan (policy)

yang telah digariskan perusahaan

8) Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diberikan oleh assisten kepala/kepala rayon.

5. Administrasi/Keuangan

Tugas Administrasi/Keuanga adlah sebagai berikut :

1) Membantu kepala unit dalam melaksanakan tugas dibidang administrasi dan keuangan

2) Menyampaikan saran-saran tentang kondisi keuangan dan administrasi yang berkaitan dengan operasional perusahaan kepada manajer.

3) Mengkoordinir seluruh kegiatan admnistrasi perkantoran. 4) Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja 5) Pengendalia sumber dana dan penggunaan dana.

6) Menyimpan uang kas dan surat-surat berharga milik perusahaan. 7) Pengawasan standar biaya dan fisik.


(28)

6. Assisten Tekhnik

Tugas Assisten Tekhnik adalah sebagai berikut :

1) Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan, perbaikan, operasioanl, dibidang tekhnik/ alat pengangkutan.

2) Menyusun program perawatan peralatan kendaraan. 3) Melakukan inspeksi secara teratur dan memuat reording. 4) Mempersiapkan kebutuhan pihak tanaman.

5) Mengendalikan biaya dan system kerja

6) Membuat laporan pertanggung jawaban hasil kerja tekhnik / perbengkelan. 7) Membuat laporan pertanggung jawaban hasil kerja tekhnik.

7. BA. PAM

Tugas BA. PAM sebagai berikut :

1) Menggunakan biaya keamanan sesuai persetujuan pimpinan unit 2) Menyusun rencana kerja tahunan bidang keamanan

3) Melakukan inspeksi patrol secara otomatis.

4) Pengawasan terhadap keamanan asset perusahaan, tenaga kerja serta keluarga.

5) Membuat laporan pertanggung jawaban atas hasil kerja keamanan. 6) Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diberikan oleh manager/direksi

7) Mengkoordinasi para satpam dan centeng afdelng dalam melakukan tugas tugas keamanan kebun.

8) Melakukan penjagaan keamanan atas tamu-tamu luar yang datang ke area lokasi perumahan supaya seleksi, pengamatan yang dianggap perlu.


(29)

20

9) Mengambil alih tugas-tugas yang berkaitan dengan keamanan para tugas. 10) Melakukan penyusutan awal atas suatu kasus yang telah dilimpahkan oleh


(30)

21 BAB III PEMBAHASAN

3.1. Modal

3.1.1 Pengertian Modal

Modal merupakan elemen yang paling utama dalam keberlangsungan suatu perusahaan, dimana sebagai sumber awal yang digunakan untuk menjalankan aktivitas operasi sehingga mencapai laba yang diharapkan. Hingga kini pengertian modal sangat beragam, yang menyebabkan belum adanya kesepakatan diantara para ahli mengenai pengertian modal. Berikut merupakan pengertian modal mengenai pendapat para ahli. Menurut Polak yang dikutip pernyataannya oleh Bambang Riyanto (2010:18), yaitu: “Modal adalah kekuasaan untuk menggunakan barang-barang modal. Dengan demikian modal ialah terdapat di neraca sebelah kredit. Adapun yang dimaksud ke dalam barang-barang modal ialah barang-barang-barang-barang yang ada di dalam perusahaan yang belum dipergunakan, jadi yang terdapat di neraca sebelah debit”.

Pengertian Modal lainnya dikemukakan S.Munawir (2010:19) pengertian modal didefinisikan sebagai: “Merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya”.

Menurut Kieso dan Weygant yang dialihbahasakan oleh Herman Wibowo (1992:295) menyatakan bahwa: “Dalam keuangan perseroan, modal menunjukan total aktiva dari perusahaan. Dalam hukum, modal adalah bagian dari ekuitas pemegang


(31)

22

saham yang disyaratkan menurut anggaran dasar untuk ditahan dalam perusahaan sebagai perlindungan bagi kreditur”.

Beberapa akuntan mendefinisikan modal secara lebih sempit daripada total aktiva tetapi lebih luas daripada modal legal. Jika akuntan menyebut modal maka yang dimaksud adalah ekuitas pemegang saham atau ekuitas pemilik.

Sedangkan menurut Ardiyos (2005:154) menyatakan bahwa “modal adalah kepentingan pemilik equity dalam bisnis yang merupakan perbedaan antara aktiva dengan kewajiban”. Dari berbagai pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa modal adalah barang-barang berupa uang atau barang kongkret yang tercatat di sebelah debit, maupun berupa uang atau nilai tukar dari barang-barang itu yang tercatat di sebelah kredit yang terdapat di dalam rumah tangga suatu perusahaan, dan memiliki peran produktif untuk menghasilkan keuntungan atau laba yang maksimal bagi suatu perusahaan.

3.1.2 Jenis-jenis Modal

Pada dasarnya modal terbagi menjadi modal aktif dan modal pasif. Berikut pengertian serta jenis-jenis modal menurut Bambang Riyanto (2010:19-21) adalah sebagai berikut :

1. Modal Aktif

Berdasarkan lamanya perputaran, maka dapat dibedakan menjadi aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar ialah aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun). Aktiva tetap ialah aktiva yang tahan lama yang


(32)

tidak atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi. Pengklasifikasian modal aktif tidak hanya berdasarkan lamanya perputaran, akan tetapi ada juga klasifikasi modal aktif berdasarkan fungsi kerjanya aktiva dalam perusahaan. Berdasarkan fungsi bekerja aktiva dalam perusahaan, maka modal kerja aktif dapat dibedakan menjadi modal kerja (working capital assets) dan modal tetap (fixed capital assets).

2. Modal Pasif

Dilihat dari sumbernya, modal pasif dibedakan menjadi modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dai pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta, dll). Sedangkan modal asing adalah modal yang berasal dari kreditur, yang merupakan utang dari perusahaan yang bersangkutan”.

Selain kriteria pembagian modal pasif berdasarkan asalnya, ada juga pembagian modal pasif berdasarkan lamanya pengunaan, dibedakan menjadi modal jangka pendek dan modal jangka panjang

3.1.3 Modal Kerja

3.1.3.1 Pengertian Modal Kerja

Modal kerja merupakan salah satu aspek penting dalam keberlangsungan suatu perusahaan untuk membiayai kegiatan perusahaan, dimana dana yang telah dikeluarkan untuk membiayai kegiatan perusahaan tersebut diharapkan kembali kepada perusahaan melalui hasil penjualan yang mendatangkan laba. Jika dikaitkan dengan jenis modal yang telah dibahas sebelumnya, maka modal kerja termasuk kedalam jenis modal aktif.


(33)

24

Ada beberapa pendapat yang beragam tentang definisi modal kerja menurut para ahli adalah sebagai berikut:

Pengertian modal kerja menurut Bambang Riyanto (2010:20) menyatakan bahwa “pengertian modal kerja dimaksudkan sebagai jumlah keseluruhan aktiva lancar”. Pengertian tersebut sama dengan pengertian modal kerja yang dinyatakan oleh Susan Irawati (2006:89), yaitu ”modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar atau current assets”.

Modal kerja menurut R. Agus Sartono (2001:385) menyatakan bahwa terdapat dua pengertian mengenai modal kerja, yaitu:

1. Gross Working Capital merupakan keseluruhan aktiva lancar yang didasarkan pada jumlah atau kuantitas dana yang tertanam pada unsur-unsur aktiva lancar. Aktiva lancar merupakan kekayaan perusahaan yang secara fisik bentuknya berubah dalam suatu kegiatan proses produksi yang habis dalam satu kali pemakaian dan dapat dicairkan dalam bentuk uang tunai kembali dalam jangka pendek yaitu waktu kurang dari satu tahun.

2. Net Working Capital merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang Lancar”.

Sedangkan modal kerja menurut S. Munawir (2010:114-116), Bambang Riyanto (2010:57), Martono dan Agus Harjito (2010:71) mengungkapkan tiga konsep modal kerja yang sama, yaitu:

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas


(34)

lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto ( gross working capital)

2. Konsep Kualitatif

Apabila konsep kuantitatif modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah aktiva lancar saja, maka pada konsep kualitatif ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban financial yang harus segera dilakukan, dimana bagian dari aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi perusahaan karena untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karenanya maka modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya peusahaan tanpa menggangu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital).

3. Konsep Fungsional

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan”.

Sedangkan menurut Adiwarman Karim (2004:220), mendefinisikan modal kerja sebagai berikut:

“Modal kerja adalah modal lancar yang dipergunakan untuk mendukung operasional perusahaan sehari-hari sehingga perusahaan dapat beroperasi secara normal dan lancar”.


(35)

26

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianti (2002:107) mendefinisikan modal kerja sebagai berikut:

“Modal kerja dipengertiankan sebagai selisih antara total aktiva lancar dan total hutang lancar, maka jumlah modal kerja akan naik atau turun hanya karena transaksi-transaksi yang mempengaruhi baik rekening tidak lancar maupun rekening lancar”.

Adapun definisi lain yang dikemukakan oleh Lukman Syamsudin (2007:200) yaitu “modal kerja berhubungan dengan current account (perkiraan aktiva lancar dan utang lancar) perusahaan”.

Menurut Sutrisno (2009:49) modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk menjalankan aktivitasnya”.

Pengertian modal kerja selanjutnya menurut Sawir (2005:129), yaitu: “Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi sehari-hari seperti pembelian bahan baku, pembayaran listrik, telepon, upah buruh, hutang dan pembayaran lainnya”.

Selanjutnya menurut Brigham & Houston (2001:150) modal kerja, yaitu: “Modal kerja (working capital) yang kadang disebut modal kerja bruto, investasi perusahaan pada aktiva lancar yang digunakan dalam operasi”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan mengenai modal kerja yaitu menerapkan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang ada dalam perusahaan, dan modal kerja sebagai kelebihan aktiva lancarnya disebut Net


(36)

Working Capital dan yang merupakan keseluruhan aktiva lancarnya sering disebut dengan Gross Working Capital.

3.1.3.2 Jenis-jenis Modal Kerja

Menurut Bambang Riyanto (2010:61) jenis-jenis modal kerja terdapat dua jenis, yaitu:

“1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.

Permanent Working Capital ini dibedakan dalam:

a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital), yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

b. Modal kerja Normal (Normal Working Capital), yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital), modal kerja ini dibedakan menjadi:

a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musiman.

Menurut Bambang Riyanto (2010:61) jenis-jenis modal kerja terdapat dua jenis, yaitu :


(37)

28

1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.

Permanent Working Capital ini dibedakan dalam:

a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital), yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

b. Modal kerja Normal (Normal Working Capital), yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital), modal kerja ini dibedakan menjadi:

a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musiman.

b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital), yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya”.

Dari penjelasan tentang modal kerja diatas jelaslah jika perusahaan menginginkan operasi berjalan secara normal, maka perusahaan harus menyediakan modal kerja yang jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan yang berlaku dan juga sesuai dengan situasi yang mungkin terjadi.


(38)

3.1.3.3 Sumber Modal Kerja

Menurut S. Munawir (2010:120), sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari :

a. Hasil Operasi Perusahaan, adalah jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan.

b. Keuntungan dari Penjualan Surat-Surat Berharga (Investasi Jangka Pendek), adalah surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (marketable securities atau efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas.

c. Penjualan Aktiva Lancar, adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yangtidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva tetap menjadi kas piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut.

d. Penjualan Saham Atau Obligasi, adalah perusahaan dapat mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juaga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya”.

Disamping keempat sumber modal kerja diatas, masih terdapat sumber lain yang masih dapat menambah aktiva lancar perusahaan, walaupun bertambahnya modal kerja, misalnya dengan pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya serta hutang


(39)

30

dari para penjual. Bertambahnya aktiva lancar diimbangi dengan bertambahnya jumlah hutang lancar, sehingga modal kerja dalam arti modal bersih tidak berubah.

3.1.3.4 Penggunaan Modal Kerja

Penggunaan modal kerja diharapkan dilakukan secara efektif dan efisien, hal ini dikarenakan untuk mengurangi perubahan bentuk dan penurunan aktiva yang berlebihan oleh perusahaan.

Penggunaan dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari kenaikan aktiva dan menurunnya passiva. Menurut S.Munawir (2010:124) secara umum dikaitkan bahwa penggunaan modal kerja bisa dilakukan perusahaan untuk:

1. Perusahaan mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar gaji, upah dan biaya operasional lainnya yang digunakan untuk menunjang penjualan.

2. Perusahaan membeli bahan baku atau barang dagangan yang digunakan untuk proses produksi dan pembelian barang dagangan untuk dijual.

3. Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga, pada saat perusahaan menjual surat berharga, namun mengalami kerugian. Hal ini akan mengurangi modal kerja dan segera ditutupi.

4. Pembentukan dana merupakan pemisahan aktiva lancar untuk tujuan tertentu dalam jangka panjang.

5. Pembelian aktiva tetap atau investasi jangka panjang seperti pembelian tanah, bangunan, kendaraan dan mesin.

6. Pembayaran utang jangka panjang yang sudah jatuh tempo seperti pelunasan obligasi, hipotek dan utang bank jangka panjang.


(40)

7. Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar dengan alasan tertentu dengan cara membeli kembali, baik untuk sementara waktu atau selamanya.

8. Pengambilan uang atau barang untuk keperluan pribadi termasuk dalam hal ini adanya pengambilan keuntungan atau pembayaran dividen oleh perusahaan”.

Seperti yang telah diungkapkan diatas, setiap penggunaan modal kerja

dapat menyebabkan pengurangan aktiva lancar. Menurut Jumingan (2006:74) antara lain:

a. Pengeluran biaya jangka pendek dan pembayaran utang-utang jangka pendek (termasuk utang deviden).

b. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan (pada perusahaan perseorangan dan persekutuan).

c. Kerugian usaha atau kerugian insidentil yang memerlukan pengeluaran kas.

d. Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pension pegawai, pembayaran bnga obligasi yang telah jatuh tempo, penempatan kembali aktiva tidak lancar.

e. Pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan investasi jangka panjang. f. Pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembali saham perusahaan

3.1.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja

Penggunaan modal kerja yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan harus ditentukan secara tepat. Jika tidak dilakukan dengan tepat akan terjadi kelebihan atau kekurangan modal kerja dimana hal ini dapat merugikan untuk perusahaan.


(41)

32

Agar terhindar dari kekurangan atau kelebihan modal kerja, maka perusahaan harus benar-benar dalam mempertimbangkan dan menetapkan berapa modal kerja yang harus dimiliki suatu perusahaan.

Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya modal kerja suatu perusahaan menurut S. Munawir (2010:117), yaitu:

1. Jenis Perusahaan

Jenis kegiatan perusahaan dalam praktiknya meliputi dua macam, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan non jasa. Kebutuhan modal dalam perusahaan industri lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa.

2. Syarat kredit

Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil (angsuran) juga sangat mempengaruhi modal kerja.

3. Waktu Produksi

Untuk waktu produksi, artinya jangka waktu atau lamanya memproduksi suatu barang. Makin lama waktu yang dipergunakan untuk memproduksi suatu barang maka akan semakin besar modal kerja yang dibutuhkan, demikian pula sebaliknya. 4. Tingkat perputaran persediaan

Pengaruh tingkat perputaran persediaan terhadap modal kerja cukup penting bagi perusahaan. Semakin kecil atau rendah tingkat perputaran, kebutuhan modal kerja semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, dibutuhkan perputaran persediaan yang cukup tinggi agar memperkecil risiko kerugian akibat penurunan harga serta mampu menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan persediaan”.


(42)

Sedangkan menurut Jumingan (2006:69), modal kerja dipengaruhi faktor-faktor, yaitu: “a. Sifat umum atau tipe perusahaan

b. Waktu produksi

c. Syarat pembelian dan penjualan d. Tingkat perputaran persediaan e. Tingkat perputaran piutang

f. Pengaruh konjungtur (business cycle).

Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja menurut pernyataan Jumingan dan S. Munawir secara garis besar sama, yang membedakan hanya adanya tingkat perputaran piutang dan pengaruh konjungtur (business cycle).

Tingkat perputaran piutang kebutuhan modal kerja tergantung pada waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja semakin rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan perluasan kredit, syarat kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan serta penagihan piutang.

Pengaruh konjungtur (business cycle) pada periode makmur aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang lebih banyak dengan memanfaatkan harga barang yang masih rendah. Ini berarti perusahaan memperbesar tingkat persediaan. Peningkatan jumlah persediaan membutuhkan modal kerja yang lebih banyak. Sebaliknya pada periode depresi volume perdagangan menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barangnya dan menarik piutangnya. Uang


(43)

34

yang diperoleh digunakan untuk membeli surat berharga, melunasi utang ataupun menutupi kerugian.

Menurut Tunggal (2004:96-101) kebutuhan perusahaan akan modal tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut:

1. Sifat atau jenis perusahaan.

2. Waktu yang akan diperlukan untuk memperoduksi dan memperoleh barang yang akan dijual.

3. Cara-cara atau syarat-syarat pembelian dan penjualan. 4. Perputaran Persediaan.

5. Perputaran Piutang.

6. Siklus Usaha (Konjungtur) 7. Musim

Persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja dengan yang dinyatakan oleh S. Munawir dan Jumingan terdapat kesamaan yang membedakan nya adanya musim. Apabila perusahaan tidak dipengaruhi musim, maka penjualan tiap bulan rata-rata sama. Tetapi jika dipengaruhi musim, perusahaan memerlukan sejumlah modal kerja yang maksimum untuk jangka relatif pendek. Ada 2 macam musim yang mempengaruhi modal kerja:

a. Musim dalam hal produktif hanya dilakukan dalam bulan-bulan tertentu saja sedangkan dalam bulan lain tidak ada produksi atau sedikit produksinya.

b. Musim dalam hal penjualan, yaitu penjualan hanya dilakukan dalam bulan-bulan tertentu saja, sedangkan dalam bulan lain penjualan tidak begitu banyak.


(44)

3.1.3.6 Manajemen Modal Kerja

Manajamen modal kerja berkepentingan terhadap keputusan investasi pada aktiva lancar dan utang lancar terutama mengenai bagaimana menggunakan dan komposisi keduanya dalam mempengaruhi resiko suatu investasi. Apabila perusahaan tidak dapat mempertahankan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka kemungkinan perusahaan berada dalam keadaan insolvent (tidak mampu membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo) dan bahkan mungkin bisa terjadi kebangkrutan.

Bagi perusahaan kecil, kewajiban jangka pendek adalah sumber utama dari pendanaan eksternal. Perusahaan jenis ini tidak memiliki akses ke pasar modal berjangka panjang, selain dari pada mendapatkan hasil dari penggadaian bangunan. Perusahaan yang bertumbuh cepat tetapi lebih besar juga menggunakan pendanaan kewajiban jangka pendek. Adanya alasan – alasan inilah sebabnya para manajer keuangan dan staff keuangan mendedikasikan sebagian besar waktunya untuk berbagai masalah modal kerja.

Manajemen kas, sekuritas yang dapat diperjualbelikan, piutang usaha, utang usaha, berbagai utang, dan cara lain pendanaan jangka pendek, adalah tanggung jawab langsung manajer keuangan. Menurut Sawir (2005:133) manajemen modal kerja, yaitu: “Kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Adapun yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah :

a. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.


(45)

36

b. Meminimalkan dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.

c. Pengawasan terhadap arus dan dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber hutang sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo”.

Sasaran tersebut mengindikasikan bahwa modal kerja perusahaan harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Tersedianya modal yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan juga tidak akan mengalami kesulitan keuangan.

Sedangkan menurut Sartono (2008:385) manajemen modal kerja yaitu:

“Manajemen modal yang efektif menjadisangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinannya akan kehilangan pendapatan dan keuntungan”.

3.1.3.7 Pentingnya Modal Kerja

Modal kerja memiliki arti yang penting bagi setiap kelangsungan operasional perusahaan, karena jika kita mengetahui peranan penting modal kerja ini kita dapat memaksimalkan penggunaannya sehingga kegiatan operasional pun berjalan dengan lancar. Tersedianya modal kerja yang cukup dapat menguntungkan untuk perusahaan karena memungkinkan perusahaan melakukan kegiatan operasionalnya secara efisien.


(46)

Selain itu menurut S.Munawir (2010:116) jumlah modal yang cukup dapat memberikan keuntungan, antara lain:

a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar dapat

b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.

c. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.

e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.

f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan”.

Pentingnya modal kerja untuk dibahas dikemukakan oleh Susan Irawati (2006 : 89-90) yaitu,

a. Tingkat profitabilitas perusahaan akan dipengaruhi oleh investasi modal kerja. b. Posisi likuiditas perusahaan akan dipengaruhi oleh investasi dalam modal. c. Sebagian waktu manajer keuangan tersita untuk pengelolaan modal kerja.

d. Khususnya bagi perusahaan niaga dimana sebagaian besar investasinya bukan dalam fixed capital tetapi dalam current capital, maka modal kerja sangat penting bagi perusahaan tersebut.


(47)

38

e. Modal kerja sangat diperlukan sebagai tumpuan bagi perusahaan yang relatif kecil dibandingkan dengan kebutuhannya terhadap fixed capital.

3.1.3.8 Efisiensi Modal Kerja 3.1.3.8.1 Pengertian Efisiensi

Setiap pusat pertanggungjawaban akan diukur kinerjanya atas dasar suatu kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Kriteria yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja suatu pusat pertanggung jawaban tersebut salah satunya dalah efisiensi.

Pengertian efisiensi menurut Abdul Halim dkk (2000:72), yaitu:

“Efisiensi adalah rasio antara output dengan input atau jumlah output per unit dibandingkan dengan input per unit. Ukuran efisiensi bisa dikembangkan dengan menghubungkan antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya standar yang telah ditetapkan sebelumnya misalnya anggaran”.

Menurut RA. Supriyono (2000:329), yang dimaksud dengan efisiensi adalah: “Rasio keluaran terhadap masukan atau jumlah keluaran perunit masukan.

Jadi suatu pusat pertanggungjawaban dikatakan efisien jika :

a. Menggunakan masukan (biaya atau sumber-sumber) yang lebih kecil untuk menghasilkan dalam jumlah yang sama.

b. Menggunakan masukan (biaya atau sumber-sumber) yang sama untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang besar.

c. Menggunakan masukan (biaya atau sumber-sumber) yang lebih kecil untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang lebih besar”.


(48)

Sedangkan menurut Mediaty (2010:259) efisiensi yaitu “ hubungan antara input dan output yang merupakan ukuran apakah penggunaan barang dan jasa yang dibeli atau dipakai oleh organisasi untuk mencapai output tertentu”.

Berdasarkan uraian – uraian tentang pengertian efisiensi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan efisiensi adalah rasio atau perbandingan antara output dengan input. Efisiensi dapat diukur dengan membandingkan antara anggaran biaya dengan realisasi biaya.

3.1.3.8.2 Efisiensi Modal Kerja

Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Efisiensi juga merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataan lain penggunaan yang sebenarnya.

Efisiensi penggunaan modal kerja adalah pemanfaatan modal kerja dalam aktivitas operasional perusahaan secara optimal. Efisiensi modal kerja ini menunjukan prestasi manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan. Semakin efisien penggunaan modal kerja, maka semakin baik kinerja manajemen perusahaan. Efisiensi modal kerja diperlukan suatu perusahaan untuk menjamin kelangsungan dan keberhasilan jangka panjang dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Seperti yang dinyatakan oleh Lukman Syamsudin (2007:200):

“Efisiensi dalam manajemen modal kerja sangat diperlukan untuk mencapai kelangsungan atau keberhasilan jangka panjang dan mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan yang dalam hal ini memperbesar kekayaan bagi para pemilik”.


(49)

40

Keberhasilan jangka panjang sangat dipengaruhi oleh keberhasilan jangka pendek oleh karena itu efisiensi modal kerja ini penting untuk dilakukan karena mendorong perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan.

Dalam menghitung besarnya efisiensi modal kerja menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2006:172) dapat menggunakan rasio yang disebut Return On Working Capital, yaitu

Return On Working Capital= (���������������)/(������������)

Rasio ini menggunakan dasar pemikiran yang sama dengan pengukuran rentabilitas ekonomi. Rasio tersebut menggunakan modal kerja bruto dan bukan modal kerja netto. Hal ini disebabkan karena ukuran laba yang dipergunakan adalah laba operasi. Konsep modal kerja bruto digunakan dengan maksud agar pengukuran efisiensi tidak dipengaruhi pendanaan yang spontan dan/atau pendanaan jangka pendek lainnya.

3.1.4 Rasio Rentabilitas

3.1.4.1 Pengertian Rentabilitas

Rentabilitas merupakan suatu indikator yang digunakan untuk menghitung kinerja suatu perusahaan. Dengan demikian maka tingkat rentabilitas yang tinggi dapat mengakibatkan penerimaan yang tinggi pula.

Menurut Bambang Riyanto (2010:35) pengertian rentabilitas, yaitu:

“Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”. Sedangkan pengertian rentabilitas yang dikemukakan oleh S. Munawir (2010:33), yaitu:


(50)

“Menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”. Sementara itu menurut I. Made Sudana (2011:22) rentabilitas yaitu: “Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal atau penjualan perusahaan”. Sedangkan menurut Kasmir (2008:196) menyatakan bahwa: “Rasio rentabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan”.

Dari berbagai macam definisi tentang rentabilitas yang dikemukakan oleh beberapa ahli, maka rentabilitas kemampuan efektif apa tidaknya suatu kegiatan operasional perusahaan yang membandingkan laba yang dihasilkan dari modal pada suatu periode tertentu.

3.1.4.2 Jenis-Jenis Rentabilitas

Untuk menilai suatu rentabilitas perusahaan terdapat berbagai macam cara dalam menghitungnya. Ini semua tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan. Dibawah ini merupakan jenis-jenis dari rentabilitas :

a. Rentabilitas Ekonomi, menurut Bambang Riyanto (2010:35) : Rentabilitas Ekonomi = Laba Operasi x 100%

Modal

Menurut Martono dan Agus Harjito (2010:61) rentabilitas ekonomi yaitu “kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba usaha dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut”. Rasio ini mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan dan modal yang bekerja dalam


(51)

42

perusahaan. Dengan demikian yang diperoleh dari usaha-usaha diluar perusahaan (dividen, coupon, dan lain-lain) tidak diperhitungkan ke dalam menghitung rentabilitas ekonomi.

b. Rentabilitas Modal sendiri, menurut Lukman Syamsudin (2007:65):

Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Karena ini dipergunakan angka laba setelah pajak. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri suatu perusahaan.

3.1.5 Rentabilitas Modal Sendiri

3.1.5.1 Pengertian Rentabilitas Modal Sendiri

Banyak pendapat yang mengemukakan definisi tentang rentabilitas modal sendiri, menurut Martono dan D. Agus Harjito (2010:60) rentabilitas modal sendiri adalah: “kemampuan mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri”.

Adapun pendapat yang dikemukakan oleh Lukman Syamsudin (2007:64) yaitu: “Return on Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (Income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan”.

R. Agus Sartono (2008:92) yang menyatakan bahwa “Return on equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan”.


(52)

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Susan Irawati (2006:61), yaitu:

“Return On Equity yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri”.

Menurut Bambang Riyanto (2010:44) rentabilitas modal sendiri yaitu “perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut”.

Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa rentabilitas modal sendiri atau Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dengan modal sendiri yang tertanam di perusahaan dalam bentuk presentase (%).

Rentabilitas modal sendiri atau sering juga dinamakan rentabillitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Atau dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan modal asing dan pajak. Sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja dalam perusahaan.


(53)

44

3.1.5.2 Rumusan Rentabilitas Modal Sendiri

Dari penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli, rentabilitas dapat dihitung dengan cara membandingkan laba dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Berikut adalah rumusan yang digunakan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri menurut Lukman Syamsudin (2007:65) :

Return On Equity = Net Profit After Tax X 100% Stockholders Equity

Net profit after taxes diartikan sebagai laba bersih setelah dikurangi pajak, sedangkan stockholders equity adalah jumlah modal sendiri yang tertanam di perusahaan yang digunakan untuk operasi sehinggga menghasilkan laba.

2.1.5.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Rentabilitas

Menurut Wasis (1993:71) rentabilitas dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: a. Volume Penjualan

Merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kemajuan perusahaan adalah penjualan. Dengan semakin bertambahnya penjualan maka akan menaikkan volume pendapatan yang diperoleh perusahaan sehingga biaya-biaya akan tertutup juga. Hal ini akan mendorong perusahaan mengefektifkan modal untuk mengembangkan usahanya.

b. Efisiensi penggunaan biaya

Modal dan investasi yang diperoleh perusahaan untuk mengembangkan usahanya harus benar-benar dipelihara dan dipertanggungjawabkan secara terbuka. Dalam


(54)

jangkauan pemeliharaan dan pertanggungjawaban secara terbuka berarti bahwa penggunaan modal harus digunakan untuk usaha-usaha yang tepat dengan pengeluaran yang hemat sehingga keberhasilan usaha akan tercapai yang secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat rentabilitas.

c. Profit margin

Profit margin adalah laba yang diperbandingkan dengan penjualan. profit margin mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan berkaitan dengan besarnya penjualan perusahaan.

d. Struktur modal perusahaan

Struktur modal adalah pembiayaan pembelanjaan permanen perusahaan yang terutama hutang jangka panjang, saham preferen/prioritas dan modal saham biasa, tetapi tidak termasuk hutang jangka pendek”.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Efisiensi Modal Kerja Pada Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali

Efisiensi modal kerja dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan, yaitu menggunakan rasio return on working capital. Rasio return on working capital ini menghitung laba operasi yang dihasilkan oleh aktiva lancar yang digunakan dalam operasi atau usaha perusahaan.

Untuk menghitung Return On Working Capital dari Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali ada dua hal penting yang harus diketahui, yaitu sisa hasil usaha Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali sebagai laba usaha koperasi dan jumlah keseluruhan aktiva lancar Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali. Berikut ini adalah


(55)

46

perhitungan Return On Working Capital dari Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali 2011 – 2013.

Tabel 2.1

Perhitungan Return On Working Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali periode 2011-2013

Tahun Laba Operasi

(Rp)

Aktiva Lancar (Rp)

Return On Working Capital

2011 2.772.179.838 22.649.877.706,467 0,12

2012 1.563.648.574,8 15.994.235.452,43 0,09

2013 3.338.872.600,067 25.352.495.523,33 0,13

Jumlah 0,32

Rata-rata 0,11

Max 0,12

Min 0,09

Sumber : Laporan Keuangan Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali 2010-2013 (data diolah kembali)

Pada tabel 2.1 kita bisa lihat laba operasi (SHU), aktiva lancar (currents assets), dan capaian return on working capital pada PTPN II Kebun Sampali mengalami fluktuasi dari periode 2011-2013. Jika kita bandingkan nilai return on working capital dengan rata-rata nilainya, maka kita bisa melihat dari periode tahun 2011-2013 periode yang memiliki nilai return on working capital berada diatas nilai rata-rata dan periode yang memiliki nilai return on working capital yang berada di bawah nilai rata – rata. Pada tahun 2012 return on working capital PTPN II Kebun Sampali berada dibawah nilai rata-rata yaitu sebesar 0,09. Kemudian pada tahun 2011 dan 2013 return on working capital PTPN II Kebun Sampali berada diatas nilai rata-rata yaitu sebesar 0,12 dan 0,13.

Hal lain yang perlu diketahui selain nilai rata – rata adalah nilai return on working capital tertinggi dan terendah yang terjadi pada PTPN II Kebun Sampali pada rentang 2011-2013. Nilai terendah return on working capital yang dicapai PTPN II Kebun Sampali adalah sebesar 0,09 pada tahun 2012, dimana pada tahun ini PTPN II


(56)

Kebun Sampali menghasilkan laba operasi (SHU) sebesar Rp. 1.563.648.574,8 laba operasi ini dihasilkan dari operasional perusahaan yang menggunakan aktiva lancar (current assets) sebesar Rp. 15.994.235.452,43. Nilai 0,09 itu sendiri berarti setiap Rp.1,- aktiva lancar mampu menghasilkan laba operasi sebesar Rp.0,09,-

Nilai ini tentunya sangat rendah jika dibandingkan dengan nilai rata – rata return on working capital PTPN II Kebun Sampali yang mampu menghasilkan Rp.0,11,- laba operasi (SHU) dari Rp.1,- aktiva lancar, bahkan selisih angka 0,02 memiliki arti bahwa kemampuan PTPN II Kebun Sampali setiap Rp.1,- aktiva lancar menghasilkan laba usaha perusahaan pada tahun 2012 lebih rendah Rp.0,02 dibandingkan dengan kemampuan rata – ratanya.

Lain halnya dengan tahun 2011 dan tahun 2013, PTPN II Kebun Sampali mengalami capaian tertinggi diatas rata-rata nilai return on working capital terjadi pada tahun 2011 sebesar 0,12 yang menghasilkan laba operasi (SHU) sebesar Rp. 2.772.179.838 dan menggunakan aktiva lancar sebesar Rp.22.649.877.706,467 sehingga dapat menghasilkan Rp.0,12,- laba operasi (SHU) dari setiap Rp.1,- aktiva lancar yang digunakan. Dan pada tahun 2013 capaian tertinggi diatas rata-rata nlai return on working capital sebesar 0,13 yang menghasilkan laba operasi (SHU) sebesar Rp.3.338.872.600,067 dan menggunakan aktiva lancar sebesar 25.352.495.523,33 sehingga dapat menghasilkan Rp.0.13,- laba operasi (SHU) dari setiap Rp.1,- aktiva lancar yang digunakan.


(57)

48 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan dan Saran 4.1.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan penelitian efisiensi penggunaan modal kerja pada PTPN II Kebun Sampali, penggunaan modal kerjanya sudah efisien. Karena peningkatan aktiva lancar berbanding lurus dengan peningkatan laba operasi sehingga menghasilkan peningkatan return on working capital juga. Hal tersebut dapat kita lihat pada data berikut yaitu pada tahun 2011 menunjukkan aktiva lancar sebesar 22.649.877.706,467 dengan laba operasi 2.772.179.838 menghasilkan return on working capital sebesar 0,12, pada tahun 2012 menunjukkan aktiva lancar (current assets) sebesar Rp. 15.994.235.452,43 dengan laba operasi (SHU) Rp.1.563.648.574,8 menghasilkan return on working capital sebesar 0,09, dan pada tahun 2013 menunjukkan aktiva lancar (current assets) sebesar 25.352.495.523,33 dengan laba operasi (SHU) Rp.3.338.872.600,067 menghasilkan return on working capital sebesar 0,13.

2. Berdasarkan penelitian, cara mengelola dana pada PTPN II Kebun Sampali agar tetap efisien sehingga dapat meningkatkan rentabilitas pada PTPN II Kebun Sampali yaitu dengan meningkatkan aktiva lancar pada perusahaan supaya mempengaruhi meningkatnya laba operasi perusahaan sehingga return on working capital juga mengalami peningkatan. Artinya dapat disimpulkan bahwa pengelolaan dana yang efisien mempengaruhi meningkatnya rentabilitas ekonomi PTPN II Kebun Sampali.


(58)

4.1.2 Saran

1. Perkembangan modal kerja yang terdapat pada PTPN II Kebun Sampali sudah cukup baik dan efisien, sehingga perusahaan hendaknya mempertahankan manajemen modal kerjanya.

2. Kepada perusahaan, dalam pengelolaan dana hendaknya tidak hanya melihat peningkatan modal kerjanya, tetapi hendaknya dikaitkan pula dengan seluruh aset yang lain (aktiva tetapnya) yang turut serta dalam menghasilkan pendapatan bagi perusahan dengan tujuan menghasilkan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja yang lebih tinggi.


(59)

50

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. (2004). Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Adiwarman Karim. (2004). Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta:Raja Grafindo. Agnes Sawir. (2005). Kebijakan Pendanaan Dan Restruksi Perusahaan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka.

Bambang Riyanto. (2010). Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.

Brigham, F, Eugene dan Houston, F, Joel. (2001). Manajamen Keuangan. Jakarta: Erlangga.

Dwi Prastowo dan Rifka Julianti. (2002). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:UPP AMP YPKN.

I. Made Sudana. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori Dan Praktik. Jakarta: Erlangga.

Jumingan. (2006). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Kasmir. (2008). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Kieso dan Weygant Alihbahasakan Herman Wibowo. (1992). Accounting Principle. 6 th Edition. New York:John Wiley and Sons, Inc.

Lukman Syamsuddin. (2007). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta PT. Rajagrafindo Persada.

Martono dan Agus Harjito. (2010). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonesia. Mediaty. (2010). Akuntabilitas Jurnal Ilmiah Akuntansi Vol 161-328. Jakarta: Universitas Pancasila Fakultas Ekonomi.

Munawir, S. (2010). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty.

R. Agus Sartono. (2001). Manajamen Keuangan Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.

R. A. Supriyono. (2000). Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta : BPFE. Susan Irawati. (2006). Manajemen Keuangan. Bandung : Pustaka.

Sutrisno. (2009). Manajemen Keuangan Teori, Konsep, Aplikasi. Yogyakarta: Ekonesia. Tunggal,Widjaja, Amin. (2004). Dasar-Dasar Analisis Laporan Keuangan.Yogyakarta:


(60)

Rineka Cipta.


(1)

perhitungan Return On Working Capital dari Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali 2011 – 2013.

Tabel 2.1

Perhitungan Return On Working Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali periode 2011-2013

Tahun Laba Operasi (Rp)

Aktiva Lancar (Rp)

Return On Working Capital 2011 2.772.179.838 22.649.877.706,467 0,12 2012 1.563.648.574,8 15.994.235.452,43 0,09 2013 3.338.872.600,067 25.352.495.523,33 0,13

Jumlah 0,32

Rata-rata 0,11

Max 0,12

Min 0,09

Sumber : Laporan Keuangan Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali 2010-2013 (data diolah kembali)

Pada tabel 2.1 kita bisa lihat laba operasi (SHU), aktiva lancar (currents assets), dan capaian return on working capital pada PTPN II Kebun Sampali mengalami fluktuasi dari periode 2011-2013. Jika kita bandingkan nilai return on working capital dengan rata-rata nilainya, maka kita bisa melihat dari periode tahun 2011-2013 periode yang memiliki nilai return on working capital berada diatas nilai rata-rata dan periode yang memiliki nilai return on working capital yang berada di bawah nilai rata – rata. Pada tahun 2012 return on working capital PTPN II Kebun Sampali berada dibawah nilai rata-rata yaitu sebesar 0,09. Kemudian pada tahun 2011 dan 2013 return on working capital PTPN II Kebun Sampali berada diatas nilai rata-rata yaitu sebesar 0,12 dan 0,13.

Hal lain yang perlu diketahui selain nilai rata – rata adalah nilai return on working capital tertinggi dan terendah yang terjadi pada PTPN II Kebun Sampali pada rentang 2011-2013. Nilai terendah return on working capital yang dicapai PTPN II Kebun Sampali adalah sebesar 0,09 pada tahun 2012, dimana pada tahun ini PTPN II


(2)

47

Kebun Sampali menghasilkan laba operasi (SHU) sebesar Rp. 1.563.648.574,8 laba operasi ini dihasilkan dari operasional perusahaan yang menggunakan aktiva lancar (current assets) sebesar Rp. 15.994.235.452,43. Nilai 0,09 itu sendiri berarti setiap Rp.1,- aktiva lancar mampu menghasilkan laba operasi sebesar Rp.0,09,-

Nilai ini tentunya sangat rendah jika dibandingkan dengan nilai rata – rata return on working capital PTPN II Kebun Sampali yang mampu menghasilkan Rp.0,11,- laba operasi (SHU) dari Rp.1,- aktiva lancar, bahkan selisih angka 0,02 memiliki arti bahwa kemampuan PTPN II Kebun Sampali setiap Rp.1,- aktiva lancar menghasilkan laba usaha perusahaan pada tahun 2012 lebih rendah Rp.0,02 dibandingkan dengan kemampuan rata – ratanya.

Lain halnya dengan tahun 2011 dan tahun 2013, PTPN II Kebun Sampali mengalami capaian tertinggi diatas rata-rata nilai return on working capital terjadi pada tahun 2011 sebesar 0,12 yang menghasilkan laba operasi (SHU) sebesar Rp. 2.772.179.838 dan menggunakan aktiva lancar sebesar Rp.22.649.877.706,467 sehingga dapat menghasilkan Rp.0,12,- laba operasi (SHU) dari setiap Rp.1,- aktiva lancar yang digunakan. Dan pada tahun 2013 capaian tertinggi diatas rata-rata nlai return on working capital sebesar 0,13 yang menghasilkan laba operasi (SHU) sebesar Rp.3.338.872.600,067 dan menggunakan aktiva lancar sebesar 25.352.495.523,33 sehingga dapat menghasilkan Rp.0.13,- laba operasi (SHU) dari setiap Rp.1,- aktiva lancar yang digunakan.


(3)

48 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan dan Saran 4.1.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan penelitian efisiensi penggunaan modal kerja pada PTPN II Kebun Sampali, penggunaan modal kerjanya sudah efisien. Karena peningkatan aktiva lancar berbanding lurus dengan peningkatan laba operasi sehingga menghasilkan peningkatan return on working capital juga. Hal tersebut dapat kita lihat pada data berikut yaitu pada tahun 2011 menunjukkan aktiva lancar sebesar 22.649.877.706,467 dengan laba operasi 2.772.179.838 menghasilkan return on working capital sebesar 0,12, pada tahun 2012 menunjukkan aktiva lancar (current assets) sebesar Rp. 15.994.235.452,43 dengan laba operasi (SHU) Rp.1.563.648.574,8 menghasilkan return on working capital sebesar 0,09, dan pada tahun 2013 menunjukkan aktiva lancar (current assets) sebesar 25.352.495.523,33 dengan laba operasi (SHU) Rp.3.338.872.600,067 menghasilkan return on working capital sebesar 0,13.

2. Berdasarkan penelitian, cara mengelola dana pada PTPN II Kebun Sampali agar tetap efisien sehingga dapat meningkatkan rentabilitas pada PTPN II Kebun Sampali yaitu dengan meningkatkan aktiva lancar pada perusahaan supaya mempengaruhi meningkatnya laba operasi perusahaan sehingga return on working capital juga mengalami peningkatan. Artinya dapat disimpulkan bahwa pengelolaan dana yang efisien mempengaruhi meningkatnya rentabilitas ekonomi PTPN II Kebun Sampali.


(4)

49

4.1.2 Saran

1. Perkembangan modal kerja yang terdapat pada PTPN II Kebun Sampali sudah cukup baik dan efisien, sehingga perusahaan hendaknya mempertahankan manajemen modal kerjanya.

2. Kepada perusahaan, dalam pengelolaan dana hendaknya tidak hanya melihat peningkatan modal kerjanya, tetapi hendaknya dikaitkan pula dengan seluruh aset yang lain (aktiva tetapnya) yang turut serta dalam menghasilkan pendapatan bagi perusahan dengan tujuan menghasilkan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja yang lebih tinggi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. (2004). Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Adiwarman Karim. (2004). Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta:Raja Grafindo. Agnes Sawir. (2005). Kebijakan Pendanaan Dan Restruksi Perusahaan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka.

Bambang Riyanto. (2010). Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.

Brigham, F, Eugene dan Houston, F, Joel. (2001). Manajamen Keuangan. Jakarta: Erlangga.

Dwi Prastowo dan Rifka Julianti. (2002). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:UPP AMP YPKN.

I. Made Sudana. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori Dan Praktik. Jakarta: Erlangga.

Jumingan. (2006). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Kasmir. (2008). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Kieso dan Weygant Alihbahasakan Herman Wibowo. (1992). Accounting Principle. 6 th Edition. New York:John Wiley and Sons, Inc.

Lukman Syamsuddin. (2007). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta PT. Rajagrafindo Persada.

Martono dan Agus Harjito. (2010). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonesia. Mediaty. (2010). Akuntabilitas Jurnal Ilmiah Akuntansi Vol 161-328. Jakarta: Universitas Pancasila Fakultas Ekonomi.

Munawir, S. (2010). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty.

R. Agus Sartono. (2001). Manajamen Keuangan Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.

R. A. Supriyono. (2000). Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta : BPFE. Susan Irawati. (2006). Manajemen Keuangan. Bandung : Pustaka.

Sutrisno. (2009). Manajemen Keuangan Teori, Konsep, Aplikasi. Yogyakarta: Ekonesia. Tunggal,Widjaja, Amin. (2004). Dasar-Dasar Analisis Laporan Keuangan.Yogyakarta:


(6)

51

Rineka Cipta.