MODAL DAN SAHAM PT

(1)

MODAL DAN SAHAM PERSEROAN

TERBATAS

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Hukum Perusahaan

Disusun oleh kelompok 1 (V F)

Nuri Fajriati (1111141198)

Rahma Yunie Lestari (1111143197)

Rumenta A Situmorang (1111143040)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2016


(2)

KATA PENGANTAR

Penyusun mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MODAL DAN SAHAM PERSEROAN TERBATAS” untuk memenuhi tugas matakuliah Hukum Perusahaan dengan baik.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Dosen Hukum Perusahaan yang telah membantu dan membimbing penyusun dalam proses pembuatan makalah ini dan juga kepada teman-teman mahasiswa yang telah berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya. Seperti pepatah yang mengungkapkan bahwa “Tiada gading yang tak retak” demikian pula dengan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca terutama dosen pembimbing mata kuliah Hukum Perusahaan yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.

Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih.


(3)

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR………...

...i

DAFTAR

ISI………...

………...…...ii

BAB I PENDAHULUAN

...1

1.1. Latar belakang...1

1.2. Rumusan Masalah...2

1.3. Tujuan Penulisan...2

BAB II PEMBAHASAN

...3

2.1. Pengelolaan Modal Perusahaan Dalam PT...3

2.2. Keuntungan Atau Kerugian Saham atau Modal dalam Perusahaan...11

BAB III PENUTUP

...16

3.1. Kesimpulan ...16

3.2. saran... 17


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu kesatuan usaha yang dari segi hukum di pisahkan dari pemiliknya. Karena terpisah dari dari pemiliknya maka kewajiban pemilik terhadap perusahaannya terbatas sampai jumlah modal yang disetornya. Selain itu, bentuk perseroan memungkinkan untuk mendapatkan modal dari banyak orang, setiap orang yang menyetor menjadi pemilik dari perseroan tadi. Karena pemiliknya terdiri dari jumlah yang cukup banyak, maka pengelolaan perseroan akan diserahkan kepada pihak-pihak lain yang diangkat menjadi pimpinan PT tersebut. Dengan kata lain yang menjalankan PT adalah orang-orang yang diangkat oleh pemilik.

Untuk mendapatkan modal, PT menerima setoran dari pemilik. Sebagai bukti setoran dikeluarkan tanda bukti pemilikan yang berbentuk saham yang di serahkan kepada pihak-pihak yang menyetor modal. Pemilik PT merupakan kumpilan pihak-pihak yang mempunyai saham sehingga disebut pemegang saham. Saham yang di keluarkan oleh PT dapat dicantumkan nama pemiliknya, disebut saham atas, dapat juga tidak dicantumkan nama pemiliknya.


(5)

1.2 Rumusan Masalah

2. Bagaimana modal perusahaan dikumpulkan oleh pemegang saham dan dikelola oleh PT?

3. Bagaimana pembagian keuntungan dan kerugian pemegang saham yang telah menanamkan modal di PT?

1.3 Tujuan Penulisan

2. Mengetahui pengelolaan modal perusahaan yang ditanam oleh pemegang saham

3. Mengetahui pemebagian keuntungan pemegang saham yang telah menanamkan modal di perusahaan


(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengelolaan Modal Perusahaan Dalam PT A. Kekayaan PerseroanTerbatas

Telah dijelaskan diatas bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum. Karenanya perseroan mempunyai kekayaan sendiri terpisah dari kekayaan masing-masing pemegang saham perseroan. Termasuk dalam harta kekayaan perseroan terbatas adalah modal, yang terdiri dari:1

a. Modal perseroan atau modal dasar, yaitu jumlah maksimum modal yang disebuut dalam akta pendirian (Maaschappelijk Kapitaal of Statutair Kapitaal);

b. Modal yang disanggupkan atau ditepatkan (Geplaatst Kapitaal);

c. Modal yang disetor, yakni modal yang benar-benar telah disetor oleh para pemegang saham pad akas perseroan (GestortKapitaal)

Adapun yang disebut aktiva adalah:2

1) Modal yang disetor;

2) Tagihan perseroan terhadap pemegang saham yang belum penuh melunasi sahamnya;

3) Tagihan-tagihan terhadap pihak ketiga; 4) Benda bergerak dan tetap milik perseroan.

1 H.M. N. Purwosutjipto, 2007, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan: Jakarta, hlm.104.


(7)

Adapun yang disebut “passive” adalah utang-utang dan kewajiban-kewajiban lainnya atas perseroan, yang setiap hari selalu berubah, bertambah atau mengurang. Begitupun aktiva, setiap hari selalu berubah, bertambah atau mengurang. Jadi kekayaan persroan itu selalu berubah, karena terjadi dari aktiva diambil passive yang masing-masing setiap hari berubah. Segala perubahan ini setiap hari harus dicatat dalam buku-buku yang disediakan untuk itu (pembukuan Pasal 6 KUHD).

Kekayaan sebuah perseroan terbatas yang sifatnya selalu berubah adalah berbeda dengan model perseroan atau modal dasar, yang sifatnya relative tetap, sebab jumlah maksimal sudah ditetapkan dalam akta pendirian. Perubahan atas besarnya jumlah modal perseroan harus mendapat pengesahan dari meneteri Kehakiman, sesudah mana harus didaftarkan dan diumukan seperti biasa.3

Tujuan pembentuk undang-undang mengenai kekayaan perseroan itu aialah untuk mengamankan kekayaan perseroan itu dari segala kerugian bagi kepentingan para pemegang saham dan para kreditur. Karena itu para pemegang saham dan para kreditur berhak mengetahui keadaan sebenarnya dari kekayaan perseroa itu. Hal ini bagi pemegang saham telah dijamin oleh Pasal 12, 52, dan 55 KUHD, sedangkan bagi kreditur dijamin oleh Pasal 6 ayat (1) KUHD. Pasal 55 KUHD mewajibkan para pengurus membuat pemberitaan tentang laba rugi perseroan dengan cara (Pasal 55 ayat (2) KUHD.4

a. Diumumkan dalam rapat umum para pemegang saham. Cara inilah yang lazim dilakukan;

b. Mengirim daftar laba-rugi kepada tiap-tiap pemegang saham. Cara ini suka dijalankan, karena bagi saham atas pembawa atau atas pengganti akar sukar mencari alamat tiap-tiap pemegang saham.

3 Ibid, hlm. 105. 4 Ibid.


(8)

c. Meletakkan daftar laba-rugi itu di kantor pusat perseroan yang bersangkutan, agar dapat dilihat oleh setiap pemegang saham dalam jangka waktu yang sudah ditentukan dalam akta pendirian.

B. Kas Cadangan

Pasal 48 KUHD berbunyi: “untuk menghindarkan bubarnya perseroan disebabkan karena hal-hal seperti tersebut diatas (Pasal 47 KUHD), maka dalam akta pendirian perseroan bisa juga dimuatkan beberapa ketentuan tentang pembentukan sebuah kas cadangan, dengan nama kekurangan-kekurangan dalam keuangan, baik seluruhnya maupun untuk sebagian dapat diatasinya.” Sebagi yang telah kuta ketahui, Pasal 47 KUHD menyebutkan kemungkinan adanya sebuah perseroan yang merugi 50% samapai 75%. Untuk mengihari hal sebagai tersebut dalam Pasal 47 KUHD, dipandang perlu untuk mengadakan suatu kas cadangan, sebagai yang ditentukan dalam Pasal 48 KUHD. Dalam kata perndirian itu bunga-bungan tetap tidak boleh diperjanjikan (Pasal 49 ayat (1) KUHD). Tiap pembagian keuntungan harus dilakukan atas segala pendapatan setelah dikurangi dengan segala pengeluaran. Namun dapatlah diperjanjikan bahwa pembagian keuntungan tidak boleh melebihi suatu jumlah tertentu (Pasal 49 ayat (2) KUHD). Kalau hal ini belum ditetapkan dalam akta pendirian, maka dapatlah hal yang demikian itu diputuskan dalam rapat umum para pemegang saham. Dalam rangka menjaga keamanan kekayaan perseroan, mkaa perlu adanya larangan pembayaran bunga tetap pada modal yang disetor atau saham, sebab kalau hal ini diperbolehkan, meskipun perseroan dalam keadaan merugi, haruslah bunga itu dibayarkan, yang berarti melekaskan proses jatuhnya perseroan.5


(9)

C. Pengurangan Modal Yang Ditempatkan Dan Pembelian Saham-Saham Sendiri Oleh Perseroan

Bila sebuah persroan berjalan lancar dan kekayaannya bertambah besar, maka untuk melebihi meningkatkan keuntungan perseroan, ada dua macam tindakan yang dapat dilakukan, yaitu:6

a. Pengurang modal yang ditempatkan, yakni modal yang disanggupi oleh para pendiri dan pemegang saham. Cara mengurangi modal tersebut misalnya, kepada para pemegang saham yang belum penuh menyetor, dimana untuk tidak menyetor lagi, sehingga modal yang ditempatkan menjadi berkurang. Sudah tentu hal ini baru dapat dilakukan bila keadaan perusahaan sudah kuat, sehingga pengurangan modal yang ditempatkan tidak mengurangi jaminan bagi para kreditur perseroan. Dengan tindakan ini kekayaan perseroan akan bertambah, sebab jumlah modal yang ditempatkan makin berkurang.

b. Pembelian saham-saham sendiri. Dengan tindakan ini jumlah deviden yang harus dibagikan menjadi kurang yang berakibat bertambahnya jumlah laba. Tindakan ini dapat dilakukan, bila jaminan untuk pihak ketiga tidak dikurangi karenanya, karena tujuan utama pembentuk undang-undang dalam pasal-pasal: 41, 43, dan 48 dan 49 KUHD ialah melindungi kepentingan para kreditur perseroan.pembelian saham-saham sendiri ini bisa dilalukan dengan cara:

1) Membeli saham sendiri yang ditawarkan di bursa dengan uang laba yang khusus disisihkan untuk pembelian saham sendiri tersebut,


(10)

sehingga dengan membeli saham sendiri tidak merugikan para kreditur perseroan.

2) Membeli saham sendiri secara undian. Hal ini baru mungkin kalau dalam anggaran dasar ada ketentuan-ketentuan yang memperbolehkan tindakan tersebut.

D. Saham Atas-Nama dan Kepada-Pembawa

Dalam tiap-tiap akta pendirian suatu perseroan terbatas tentu disebutkan jumlah modal perseroan, yang terbagi dalam jumlah saham-saham. Saham-saham ini dapat dikeluarkan tas-nama dan kepada-pembawa. Saham kepada-pengganti tidak ada (Pasal 40 ayat (1) KUHD).saham itu tidak harus dikeluarkan, artinya dapat dikeluarkan atau tidak. Kalau saham itu dikeluarkan, maka saham itulah satu-satunya alat pembuktian bagi persero atau pemegang saham. Kalau tidak, maka daftar persero yang biasanya ada di kantor perseroan dapat dipakai alat pembuktian bagi persero. Kutipan dari daftra persero yang ditanda tangani oleh direksi dapat pula dipakai sebagai alat bukti turut sertanya seseorang dalam sebuah perseroan. Dalam daftar persero ini dicatat, nama, pekerjaan dan tempat tinggal persero, banyaknya saham yang diambil dan jumlah yang sudah disetor, serta pula peristiwa peraliham saham.7

Kalau saham itu dikeluarkan atas nama, maka nama pembeli ditulis dalam surat saham, yang merupakan bukti bagi pemegangnya. Dalam saham yang dikeluarkan kepada-pembawa, maka nama pemiliknya tidak ditulis dalam saham dan saham kepada-pembawa ini hanya mengesahkan pemeganngnya sebagai pemiliki kecuali bila ada pembuktian sebaliknya (Pasal 534 KUHPER).8

7 Ibid.


(11)

Peralihan saham kepada-pembawa menurut Pasal 613 ayat (3) KUHPER, penyerahan saham kepada pembawa ini cukup dilakukan dari tangan ke tangan atau secara fisik saja. Itu sebabnya Pasal 41 KUHD melarang pengeluaran saham kepada-pembawa sebelum seluruh jumlah nilainya disetor di kas perseroan.

Peralihan saham atas-nama menurut Pasal 42 KUHD merupakan peraturan mengenai peralihan saham atas nama, sebagai kekhususan dari Pasal 613 KUHPER. Pasal 42 KUHD itu memerintahkan pengaturan peralihan saham atas-nama, yaitu:9

a. Pemilik saham dan calon pemilik (pembeli) saham memberitahukan secara resmi kepada direksi perseroan tentang perjanjian mereka memperalihkan sahamnya, dengan pengaturan juru sita dalam fungsinya sebagai juru pemberitahu resmi;

b. Pendaftaran perjanjian anatar pemilik saham dan calon pemiliki saham dalam buku saham perseroan tentang maksud mereka untuk memperalih sahamnya.

E. Hak dan Kewajiban Pemegang Saham

Tentang kewajiban pemegang saham diatur dalam Pasal 40, 42, dan 43 KUHD, sedangkan mengenai hak pemegang saham baru diatur dalam Pasal 49 KUHD. Dari ini dapat disimpukan bahwa asas kepentingan umum, yakni kewajiban pemegang saham terhadap pihak ketiga, lebih didahulukan daripada kepentingan pribadi para pemegang saham (hak-hak pemegang saham atas deviden). Sebagai akibat dari asas tersebut maka, dalam hal pembagian keuntungan perseroan, hal-hal yang bersifat umum harus didahulukan, misalnya: mengenai biaya usaha memperkembangkan perseroan, dll. Baru jika ada sisa , bagi untuk kepentingan semua pemegang saham, yang disebut “dividen”.10

9 Ibid.


(12)

Adapun kewajiban dan hak para pemegang saham dapat diperinci sebagai berikut:11

a. Kewajiban utama pemegang saham adalah menyetor penuh uang saham pad akas perseroan. Kewajibvan lainnya, kalau ada, harus ditetapkan dalam anggaran berdasarkan perjanjian khusus. Kewajiban lian itu tidak boleh diletakkan dengan paksa, walaupun dengan cara mengubah anggaran dasar.

b. Hak-hak pemegang saham:

1) Hak atas sebagian dari keuntungan perseroan sesuai dengan jumlah nilai sahamnya (Pasal 49 KUHD)

2) Berwenang untuk menghadiri rapat umum pemegang saham, berbicara dan melaksanakan hak pemungutan suara (Pasal 55 ayat (2) KUHD)

3) Hak untuk menerima sebagian dari saldo pada pembubaran perseroan, sesudah kreditur semuanya dilunasi;

4) Kewenangan untuk menuntut kepada pengadilan tentang kebatalan dari keputusan rapat umum pemegang saham yang bertentangan dengan undang-undang, hukum atau anggran dasar;

5) Hak-hak lain yang ditetapkan dalam anggaran dasar.

F. Jenis-jenis Saham

Pasal 40, 41, 42, dan 43 KUHD mengatur tentang saham. Yang dimaksud dengan saham disini ialah bagian dari modal perseroan sebagai yang dimaksud dalam pasal 40 ayat (1) KUHD. Ini adalah saham biasa. Kecuali saham jenis ini, masih ada beberapa jenis saham lagi, yaitu: saham


(13)

utama, saham utama kumulatif, saham prioritas, saham pendiri, dan saham bonus, yang dapat diuraikan sebagai berikut:12

a. Saham biasa. Saham ini diberikan kepada setiap orang yang memberikan pemasukan sejumlah uang kepada perseroan.

b. Saham utama. Saham ini mempunyai hak lebih dari saham biasa dalam hal keuntungan dan/atau saldo, pada waktu perseroan itu dibubarkan.

c. Saham utama kumulatif. Saham ini mempunyai hak lebih daripada saham utama, di samping mempunyai ha katas keuntungan dan saldo seperti halnya pada saham utama, juga mempunyai ha katas deviden tunggakan.

d. Saham prioritas. Saham ini adalah saham yang pemiliknya mempunyai hak berbicara khusus.

e. Saham pendiri. Saham ini diberikan sebagai balas jasa terhadap jasa-jasa para pendiri dalam usahanya mendirikan dan dalam memperkembangkan perseroan.

f. Saham bonus. Saha, bonus itu seperti saham biasa dan mengandung hak-hak seperti halnya saham biasa. Saham bonus diberikan kepada mereka yang sudah menjadi pemegangan saham, tanpa adanya setoran uang tunai atau benda-benda lain kepada perseroan.

G. Surat Berharga Lainnya yang Dikeluarkan oleh Perseroan

Kecuali saham, perseroan masih dapat menerbitkan surat-surat berharga jenis lainnya, seperti: resepis saham, bukti pendiri, bukti keuntungan dan obligasi. Sertifikat saham adalah surat berharga yang tidak diterbitkan oleh perseroan, tetapi oleh kantor administrasi berdasarkan


(14)

saham-saham perseroan yang telah dikuasai dan dimiliki, surat-surat berharga tersebut seperti:13

a. Resepis saham, adalah bukti saham sementara, diberikan untuk pada suatu waktu tertentu diganti dengan surat saham biasa.14

b. Bukti kepatutan. Dalam rangka persrroan mengadakan reorganisasi perseroan dapat mengadakan pembelian saham sendiri-sendiri yang artinya beberapa surat saham secara undian dibeli kembali oleh perseroan. Dalam hal ini yang demikian adalah pantas/patut atau adil, bila perseroan memberi kepada bekas pemegang saham tersebut sekedar ganti rugi yang berwujud surat bukti kepatutan.

c. Bukti pendiri dan bukti keuntungan. Balas jasa kepada orang-orang yang telah berjasa dalam mendirikan dan memperkembangkan perseroan dapat berwujud surat saham berdiri. Dari sebab itu banyak persroan berpendapat bahwa kepada orang-orang yang telah berjasa mendirikan atau memperlancar jalannya perseroan diberi surat bukti pendiri atau bukti keuntungan. Pemegang surat ini hanya mempunyai hak atas bagian keuntungan perseroan dan tidak mempunyai hak-hak lain seerti haknya seorang pemegang saham biasa.

d. Obligasi. Obligasi yakni surat utang umum kepada masyarakat yang mempergunakan surat berharga jenis oblisasi. Bila sebuah perseroan akan menambahkan modalnya, ada beberapa jalan yang dapat ditempuh, misalnya: mencari kredit bank, memminjam uang kepada seorang tertentu atau menerbitkan surat-surat berharga tambahan lainya.

e. Sertifikat saham. Surat berharga jenis initidak diterbitkan oleh perseroan, tetapi oleh sebuah kantor administrasi.

13 Ibid, hlm 111-112.


(15)

2.2 Keuntungan Dan Kerugian Saham Atau Modal Perusahaan A. Harga Saham

Pasal 40 KUHD menentukan bahwa modal perusahaan harus dibagi dalam beberapa saham, baik atas nama, maupun dalam blangko (kepada-pembawa). Karena saham-saham itiu merupakan modal, maka dalam tiao-tiap saham merupakan bagian dari modal, yang menjelma dalam harga saham. Dalam tiap-tiap saham harga saham ini dinyatakan dalam tulisan yang jelas.

Kalau perusahaan yang mempunyai saham tersebut berkembang secara pesat, maka harga saham di bursa akan naik, sesuai dengan tingkat perkembangan perusahaan dan titik bertemunya penawaran dan permintaan. Harga di bursa ini selalu bergerak sesuai dengan perkembangan perusahaan. Harga yang terjadi di bursa ini disebut ‘kurs”. Kenaikan harga kurs ini merupakan tambahan keuntungan bagi pemegang saham, disamping deviden yang dapat diterima dari perusahaan yang bersangkutan pada tiap-tiap tahun. Kalau perusahaan ini baru berdiri atau dalam keadaan merugi, maka harga kurs tidak akan dapat naik atau malahan mungkin turun.15

B. Saham Bagian

Dalam anggaran dasar suatu perseroan sering ada ketentuan bahwa saham tidak bisa dibagi, tetapi ada juga anggaran dasar yang membolehkan pembagian atas saham. Hal yang terakhir ini menimbulkan adanya saham induk dan saham bagian.

Pembagian saham dalam saham-saham bagian ini ada manfaatnya, terutama bila ada peralihan hak milik atas beberapa saham induk kepada beberapa orang, dengan nama masing-masing orang atau tidak dapat menerima sutu saham induk. Dalam hal ini saham induk bisa ditukarkan

15 H.M. N. Purwosutjipto, 2007, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan: Jakarta,hlm.112


(16)

dengan saham-saham bagian, sedemikian rupa, sehingga saham dapat terbagi habis. Dalam undang-undang tidak ditentukan jumlah minimal harga saham, maupun jumlah minimal modal, tetapi ditentukan bahwa jumlah harga saham-saham seluruhnya adalah sama dengan jumlah modal perseroan.16

C. Kapan Sebuah Perseroan Untung dan Kapan Rugi

Sebuah perseroan terbatas dapat dikatakan untung, bila sisa aktiva dikurangi passiva, lebih banyak daripada modal yang ditempatkan. Bila jumlah sisa tersebut kurang daripada modal yang ditempatkan, maka perseroan terbatas itu disebut rugi. Sebab modal yang ditempatkan dijadikan ukuruan adalah karena perseroan masih dapat menuntut kekurangan dan jumlah nominal saham yang belum disetor.17

D. Bila Sebuah Perseroan Rugi 50% atau 75%

Pasal 47 ayat (1) KUHD menetapkan, bila sebuah perseroan terbatas menderita rugi 50% dari modal yang ditempatkan, maka pengurus (direksi) berkewajibanuntuk mendaftarkan dalam daftar umum di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang dan mengumumkannya dalam Tambahan Berita Negara.

Pasal 47 ayat (2) KUHD menenukan, bila kerugian itu sampai berjumlah 75% aatau lebih, maka perseron itu bubar demi hukum dan sejk itu pengurus (direksi) bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan.

Kesukaran pelaksanaan Pasal 47 ayat (2) KUHD itu ialah untuk menetukan saat, pada mana ternyata perseroan terbatas telah menderita rugi sebanyak 75%, karena untuk menentukan apakah perseroan yang bersangkutan teelah merugi 75% itu tidak boleh haya berdasar atas catatan-catatan dalam pembukuan saja, tetapi jga dengan memperhatikan perubahaan-perubahan nilai kurs pada seluruh benda dan hak dar kekayaan perseroan.

16 Ibid., hlm. 113 17 Ibid., hlm. 105


(17)

Menurut Prof. Soekardono, penentuan saat, pada mana perseroan sudaah merugi sebanyak 75% itu harus ditentukan dalam rapat umum para pemegang saham. Dan disana pula lah harus dibahas, apaakah perseroan masih daapat di tolong, dan kalau dapat, bagaimana caranya atau perseroan harus dibubarkan. Jadi pembubaran perseroan itu tidak dengan sendirinya seperti disebut dalam pasal 47 ayat (2) KUHD, tetapi pembubaran itu ditetapkan oleh rapat umum para pemegang saham, yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam perseroan.

Sedangkan dalam pasal 47 ayat (1) KUHD ditentukan, bila ada kerugian 50% pada perseroan, maka pengurus berkewajiban untuk mendaftarkannya ke Paniteraan Pengadilan Negeri, dimana dulu perseroan itu didaftarkannya dan lalu diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. Pasal 47 ayat (2) KUHD itu juga menentukan sikap terhadap pengurus (direksi) yang masih saja mengadakan perjanjian perdagangan bagi perseroannya, meskipun dia sudah tahu bahwa perseroannya menderita rugi 75%. Perjanjian semacam itu tidak batal, tetapi tidak menjadi tanggung jawab perseroan, melainkan menjaddi tanggung jawab para pengurus, yang mulai saat perseroan merugi 75% itu bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan.18

E. Menjual, Menghibahkan, Menggadaikan, MemungutHasil dan Mengalihkan Hak Yang Lain Atas Saham

Dengan Pasal 41 dan 43 KUHD telah diatur tentang peralihan hak saham atas nama, yang cara penyerahannya diatur dalam anggaran dasar. Dari adanya ketentuan-ketentuan dalam Psal 41, 42, dan 43 KUHD, kida dapat menarik suatu kesimpulan bahwa saham boleh dijual belikan, dihibahkan, digadaikan dan peraliha hak yang lain-lain.

a. Menjual Belikan Saham, mengenai jual beli ini diatur dalam Pasal 1457 dsl. KUHPER dan penyerhaannya diatur dalam Pasal 613 KUHPER.

b. Menghibahkan Saham, mengenai hibah ini diatur dalam Pasal 1666 dsl. KUHPE, sedangkan penyerahannya sama dengan


(18)

yang dilakukan pada jual beli saham, yakni pada saham nama dengan sesi (cessie), sedangkan pada saham atas-pembawa dengn penyerahan fisik.

c. Menggadaikan Saham, tentang penggadaian saham itu diatur dalam Pasal 1152 (saam atas-pembawa) dan Pasal 1153 KUHPER (saham nama). Penyerahan saham atas-pembawa dengan secara fisik, sedangkan penyerahan saham atas-nama harusbdiikuti peraturan yang tercantuk dalam anggaran dasar mengenai peralihan saham atas-nama, yakni harus ada pengetetahuan atau persetujuan pengurus perseroaan. Pengurus dapat minta tanda bukti tertulis mengenai pemberitahuan itu, yang harus ada persetujuan dari pemberi gadai. Dalam teori, si penerima gadai tidak mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham, sebab hak suara hanya ada pada pemilik saham, akan tetapi prakttis seorang pemilik saaham yang sahamnya digadaikan, tidak dapat menggunakan hak suaranya, karena untuk itu si pemilik saham harus memperlihatkan surat sahamnya pada saat rapat berlangsung, sedangkan sahamnya ada pada si penerima gadai (kreditur) (Pasal 1152 ayat (1) KUHPER)

d. Memungut Hasil Saham (Vruchtgebruik), memungut hasil adalah perbuatan untuk melaakukan hak pungut hasil,

sedangkan hak pungut hasil adalah hak unntuk menikmati hasil brang orang lain, seagai milikny sendiri, asal si pemungut hasil memelihara barang itu dengan sebaik-baiknya (pasal 756 KUHPER). Hak pungut hasil pasa saham terjadi atas kehendak pemilinya, yang dinyatakan melalui sebuah wasit atau perjanjian, diikuti dengan penyerahan saham yang bersangkutan (passal 759 dan 760). Penyerahan saham atas-nama harus berpedoman pada ketentuan-ketentuan sebagai yang ditetapkan ddalam anggaran dasar sesuai dengan Pasal 42


(19)

KUHD, sedangkan penyerahan saham atas-pebawa cukup dengan fisik (Pasal 613 yat (3) KUHPER).

e. Pengalihan Hak Lainnya Atas Saham, pengalihan hak lainnya atas saham di luar yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar, kecuali peralihan hak atas dasar hukum waris, hanya diperbolehkan dengan persetujuan rapat umum pemegang saham.19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Perseroan terbatas adala perekutuan yang tebentuk badan hukum. Badan hukum ini disebut persekutuan, tetapi perseroan sebab modal badan hukum itu terdiri dari sero-sero atau saham-saham. Karenanya perseroan mempunyai kekaayaan sendiri terpisah dari kekayaan masing-masing pemegang saham perseroan. Termasuk dalam harta kekayaan perseroan terbatas adalah modal. Kekaayaan sebuah perseroan terbatas yang sifatnya relatif tetaap, sebab jumlah maksimal sudah ditetapkan dalam akta pendirian.

Sebuah perseoran terbatas dapat dikatakan untung, bila sisa aktiva dikurangi passiva, lebih banyak daripada modal yang ditempatkan. Bila jumlah sisa tersebut kurang daripada modal yang ditempatkan, ma perseoan terbatas itu disebut rugi.

Dalam tiap-tiap akta pendirian suatu perseroan terbatas tentu di sebukan jumlah modal perseroan, yang terbagi ddalam jumlah saham-saham. Saham-saham ini dapat dikeluarkan atas-nama (op naam) dan


(20)

kepada pembawa (aan toonder). Dalam anggaran dasar suatu perseroan sering ada ketentuan bahwa saham tidak bisa dibagi, tetapi ada juga anggaran dasar yang membolehkan pembagian atas saham. Hal yang terakhir ini menimbulkan adanya saham induk dan saham bagian. Kalau perusahaan yang mempunyai saham tersebut berkembang secara pesat, maka harga saham di bursa akan naik, sesuai dengan tingkat perkembangan perusahaan dan titik bertemunya penawaran dan permintaan

B. Saran

Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan,agar makalah ini dapat menjadikan maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penyusun makalah ini. Atas kritik,saran dan perhatiannya kami ucapkan terimakasih.


(21)

Daftar Pustaka

Purwosutjipto, H.M.N. 2007.Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 1, Pengetahuan Dasar Hukum Dagang. Cetakan ke-14. Jakarta :Djambatan.


(1)

dengan saham-saham bagian, sedemikian rupa, sehingga saham dapat terbagi habis. Dalam undang-undang tidak ditentukan jumlah minimal harga saham, maupun jumlah minimal modal, tetapi ditentukan bahwa jumlah harga saham-saham seluruhnya adalah sama dengan jumlah modal perseroan.16

C. Kapan Sebuah Perseroan Untung dan Kapan Rugi

Sebuah perseroan terbatas dapat dikatakan untung, bila sisa aktiva dikurangi passiva, lebih banyak daripada modal yang ditempatkan. Bila jumlah sisa tersebut kurang daripada modal yang ditempatkan, maka perseroan terbatas itu disebut rugi. Sebab modal yang ditempatkan dijadikan ukuruan adalah karena perseroan masih dapat menuntut kekurangan dan jumlah nominal saham yang belum disetor.17

D. Bila Sebuah Perseroan Rugi 50% atau 75%

Pasal 47 ayat (1) KUHD menetapkan, bila sebuah perseroan terbatas menderita rugi 50% dari modal yang ditempatkan, maka pengurus (direksi) berkewajibanuntuk mendaftarkan dalam daftar umum di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang dan mengumumkannya dalam Tambahan Berita Negara.

Pasal 47 ayat (2) KUHD menenukan, bila kerugian itu sampai berjumlah 75% aatau lebih, maka perseron itu bubar demi hukum dan sejk itu pengurus (direksi) bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan.

Kesukaran pelaksanaan Pasal 47 ayat (2) KUHD itu ialah untuk menetukan saat, pada mana ternyata perseroan terbatas telah menderita rugi sebanyak 75%, karena untuk menentukan apakah perseroan yang bersangkutan teelah merugi 75% itu tidak boleh haya berdasar atas catatan-catatan dalam pembukuan saja, tetapi jga dengan memperhatikan perubahaan-perubahan nilai kurs pada seluruh benda dan hak dar kekayaan perseroan.

16 Ibid., hlm. 113 17 Ibid., hlm. 105


(2)

Menurut Prof. Soekardono, penentuan saat, pada mana perseroan sudaah merugi sebanyak 75% itu harus ditentukan dalam rapat umum para pemegang saham. Dan disana pula lah harus dibahas, apaakah perseroan masih daapat di tolong, dan kalau dapat, bagaimana caranya atau perseroan harus dibubarkan. Jadi pembubaran perseroan itu tidak dengan sendirinya seperti disebut dalam pasal 47 ayat (2) KUHD, tetapi pembubaran itu ditetapkan oleh rapat umum para pemegang saham, yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam perseroan.

Sedangkan dalam pasal 47 ayat (1) KUHD ditentukan, bila ada kerugian 50% pada perseroan, maka pengurus berkewajiban untuk mendaftarkannya ke Paniteraan Pengadilan Negeri, dimana dulu perseroan itu didaftarkannya dan lalu diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. Pasal 47 ayat (2) KUHD itu juga menentukan sikap terhadap pengurus (direksi) yang masih saja mengadakan perjanjian perdagangan bagi perseroannya, meskipun dia sudah tahu bahwa perseroannya menderita rugi 75%. Perjanjian semacam itu tidak batal, tetapi tidak menjadi tanggung jawab perseroan, melainkan menjaddi tanggung jawab para pengurus, yang mulai saat perseroan merugi 75% itu bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan.18

E. Menjual, Menghibahkan, Menggadaikan, MemungutHasil dan Mengalihkan Hak Yang Lain Atas Saham

Dengan Pasal 41 dan 43 KUHD telah diatur tentang peralihan hak saham atas nama, yang cara penyerahannya diatur dalam anggaran dasar. Dari adanya ketentuan-ketentuan dalam Psal 41, 42, dan 43 KUHD, kida dapat menarik suatu kesimpulan bahwa saham boleh dijual belikan, dihibahkan, digadaikan dan peraliha hak yang lain-lain.

a. Menjual Belikan Saham, mengenai jual beli ini diatur dalam Pasal 1457 dsl. KUHPER dan penyerhaannya diatur dalam Pasal 613 KUHPER.

b. Menghibahkan Saham, mengenai hibah ini diatur dalam Pasal 1666 dsl. KUHPE, sedangkan penyerahannya sama dengan


(3)

yang dilakukan pada jual beli saham, yakni pada saham nama dengan sesi (cessie), sedangkan pada saham atas-pembawa dengn penyerahan fisik.

c. Menggadaikan Saham, tentang penggadaian saham itu diatur dalam Pasal 1152 (saam atas-pembawa) dan Pasal 1153 KUHPER (saham nama). Penyerahan saham atas-pembawa dengan secara fisik, sedangkan penyerahan saham atas-nama harusbdiikuti peraturan yang tercantuk dalam anggaran dasar mengenai peralihan saham atas-nama, yakni harus ada pengetetahuan atau persetujuan pengurus perseroaan. Pengurus dapat minta tanda bukti tertulis mengenai pemberitahuan itu, yang harus ada persetujuan dari pemberi gadai. Dalam teori, si penerima gadai tidak mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham, sebab hak suara hanya ada pada pemilik saham, akan tetapi prakttis seorang pemilik saaham yang sahamnya digadaikan, tidak dapat menggunakan hak suaranya, karena untuk itu si pemilik saham harus memperlihatkan surat sahamnya pada saat rapat berlangsung, sedangkan sahamnya ada pada si penerima gadai (kreditur) (Pasal 1152 ayat (1) KUHPER)

d. Memungut Hasil Saham (Vruchtgebruik), memungut hasil adalah perbuatan untuk melaakukan hak pungut hasil,

sedangkan hak pungut hasil adalah hak unntuk menikmati hasil brang orang lain, seagai milikny sendiri, asal si pemungut hasil memelihara barang itu dengan sebaik-baiknya (pasal 756 KUHPER). Hak pungut hasil pasa saham terjadi atas kehendak pemilinya, yang dinyatakan melalui sebuah wasit atau perjanjian, diikuti dengan penyerahan saham yang bersangkutan (passal 759 dan 760). Penyerahan saham atas-nama harus berpedoman pada ketentuan-ketentuan sebagai yang ditetapkan ddalam anggaran dasar sesuai dengan Pasal 42


(4)

KUHD, sedangkan penyerahan saham atas-pebawa cukup dengan fisik (Pasal 613 yat (3) KUHPER).

e. Pengalihan Hak Lainnya Atas Saham, pengalihan hak lainnya atas saham di luar yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar, kecuali peralihan hak atas dasar hukum waris, hanya diperbolehkan dengan persetujuan rapat umum pemegang saham.19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Perseroan terbatas adala perekutuan yang tebentuk badan hukum. Badan hukum ini disebut persekutuan, tetapi perseroan sebab modal badan hukum itu terdiri dari sero-sero atau saham-saham. Karenanya perseroan mempunyai kekaayaan sendiri terpisah dari kekayaan masing-masing pemegang saham perseroan. Termasuk dalam harta kekayaan perseroan terbatas adalah modal. Kekaayaan sebuah perseroan terbatas yang sifatnya relatif tetaap, sebab jumlah maksimal sudah ditetapkan dalam akta pendirian.

Sebuah perseoran terbatas dapat dikatakan untung, bila sisa aktiva dikurangi passiva, lebih banyak daripada modal yang ditempatkan. Bila jumlah sisa tersebut kurang daripada modal yang ditempatkan, ma perseoan terbatas itu disebut rugi.

Dalam tiap-tiap akta pendirian suatu perseroan terbatas tentu di sebukan jumlah modal perseroan, yang terbagi ddalam jumlah saham-saham. Saham-saham ini dapat dikeluarkan atas-nama (op naam) dan


(5)

kepada pembawa (aan toonder). Dalam anggaran dasar suatu perseroan sering ada ketentuan bahwa saham tidak bisa dibagi, tetapi ada juga anggaran dasar yang membolehkan pembagian atas saham. Hal yang terakhir ini menimbulkan adanya saham induk dan saham bagian. Kalau perusahaan yang mempunyai saham tersebut berkembang secara pesat, maka harga saham di bursa akan naik, sesuai dengan tingkat perkembangan perusahaan dan titik bertemunya penawaran dan permintaan

B. Saran

Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan,agar makalah ini dapat menjadikan maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penyusun makalah ini. Atas kritik,saran dan perhatiannya kami ucapkan terimakasih.


(6)

Daftar Pustaka

Purwosutjipto, H.M.N. 2007.Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 1, Pengetahuan Dasar Hukum Dagang. Cetakan ke-14. Jakarta :Djambatan.