BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengelolaan Modal Perusahaan Dalam PT A. Kekayaan PerseroanTerbatas
Telah dijelaskan diatas bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum. Karenanya perseroan mempunyai kekayaan sendiri terpisah dari kekayaan
masing-masing pemegang saham perseroan. Termasuk dalam harta kekayaan perseroan terbatas adalah modal, yang terdiri dari:
1
a. Modal perseroan atau modal dasar, yaitu jumlah maksimum modal yang disebuut dalam akta pendirian Maaschappelijk Kapitaal of
Statutair Kapitaal; b. Modal yang disanggupkan atau ditepatkan Geplaatst Kapitaal;
c. Modal yang disetor, yakni modal yang benar-benar telah disetor oleh para pemegang saham pad akas perseroan Gestort Kapitaal
Adapun yang disebut aktiva adalah:
2
1 Modal yang disetor; 2 Tagihan perseroan terhadap pemegang saham yang belum penuh
melunasi sahamnya; 3 Tagihan-tagihan terhadap pihak ketiga;
4 Benda bergerak dan tetap milik perseroan.
1 H.M. N. Purwosutjipto, 2007, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia,
Djambatan: Jakarta, hlm.104. 2
Ibid.
3
Adapun yang disebut “passive” adalah utang-utang dan kewajiban- kewajiban lainnya atas perseroan, yang setiap hari selalu berubah,
bertambah atau mengurang. Begitupun aktiva, setiap hari selalu berubah, bertambah atau mengurang. Jadi kekayaan persroan itu selalu berubah,
karena terjadi dari aktiva diambil passive yang masing-masing setiap hari berubah. Segala perubahan ini setiap hari harus dicatat dalam buku-buku
yang disediakan untuk itu pembukuan Pasal 6 KUHD. Kekayaan sebuah perseroan terbatas yang sifatnya selalu berubah
adalah berbeda dengan model perseroan atau modal dasar, yang sifatnya relative tetap, sebab jumlah maksimal sudah ditetapkan dalam akta
pendirian. Perubahan atas besarnya jumlah modal perseroan harus mendapat pengesahan dari meneteri Kehakiman, sesudah mana harus
didaftarkan dan diumukan seperti biasa.
3
Tujuan pembentuk undang-undang mengenai kekayaan perseroan itu aialah untuk mengamankan kekayaan perseroan itu dari segala kerugian
bagi kepentingan para pemegang saham dan para kreditur. Karena itu para pemegang saham dan para kreditur berhak mengetahui keadaan
sebenarnya dari kekayaan perseroa itu. Hal ini bagi pemegang saham telah dijamin oleh Pasal 12, 52, dan 55 KUHD, sedangkan bagi kreditur dijamin
oleh Pasal 6 ayat 1 KUHD. Pasal 55 KUHD mewajibkan para pengurus membuat pemberitaan tentang laba rugi perseroan dengan cara Pasal 55
ayat 2 KUHD.
4
a. Diumumkan dalam rapat umum para pemegang saham. Cara inilah yang lazim dilakukan;
b. Mengirim daftar laba-rugi kepada tiap-tiap pemegang saham. Cara ini suka dijalankan, karena bagi saham atas pembawa atau atas pengganti
akar sukar mencari alamat tiap-tiap pemegang saham.
3 Ibid, hlm. 105.
4 Ibid.
4
c. Meletakkan daftar laba-rugi itu di kantor pusat perseroan yang bersangkutan, agar dapat dilihat oleh setiap pemegang saham dalam
jangka waktu yang sudah ditentukan dalam akta pendirian.
B. Kas Cadangan
Pasal 48 KUHD berbunyi: “untuk menghindarkan bubarnya perseroan disebabkan karena hal-hal seperti tersebut diatas Pasal 47 KUHD, maka
dalam akta pendirian perseroan bisa juga dimuatkan beberapa ketentuan tentang pembentukan sebuah kas cadangan, dengan nama kekurangan-
kekurangan dalam keuangan, baik seluruhnya maupun untuk sebagian dapat diatasinya.” Sebagi yang telah kuta ketahui, Pasal 47 KUHD
menyebutkan kemungkinan adanya sebuah perseroan yang merugi 50 samapai 75. Untuk mengihari hal sebagai tersebut dalam Pasal 47
KUHD, dipandang perlu untuk mengadakan suatu kas cadangan, sebagai yang ditentukan dalam Pasal 48 KUHD. Dalam kata perndirian itu bunga-
bungan tetap tidak boleh diperjanjikan Pasal 49 ayat 1 KUHD. Tiap pembagian keuntungan harus dilakukan atas segala pendapatan setelah
dikurangi dengan segala pengeluaran. Namun dapatlah diperjanjikan bahwa pembagian keuntungan tidak boleh melebihi suatu jumlah tertentu
Pasal 49 ayat 2 KUHD. Kalau hal ini belum ditetapkan dalam akta pendirian, maka dapatlah hal yang demikian itu diputuskan dalam rapat
umum para pemegang saham. Dalam rangka menjaga keamanan kekayaan perseroan, mkaa perlu adanya larangan pembayaran bunga tetap pada
modal yang disetor atau saham, sebab kalau hal ini diperbolehkan, meskipun perseroan dalam keadaan merugi, haruslah bunga itu
dibayarkan, yang berarti melekaskan proses jatuhnya perseroan.
5
5 Ibid, hlm. 106.
5
C. Pengurangan Modal Yang Ditempatkan Dan Pembelian Saham- Saham Sendiri Oleh Perseroan
Bila sebuah persroan berjalan lancar dan kekayaannya bertambah besar, maka untuk melebihi meningkatkan keuntungan perseroan, ada dua
macam tindakan yang dapat dilakukan, yaitu:
6
a. Pengurang modal yang ditempatkan, yakni modal yang disanggupi oleh para pendiri dan pemegang saham. Cara mengurangi modal
tersebut misalnya, kepada para pemegang saham yang belum penuh menyetor, dimana untuk tidak menyetor lagi, sehingga modal yang
ditempatkan menjadi berkurang. Sudah tentu hal ini baru dapat dilakukan bila keadaan perusahaan sudah kuat, sehingga pengurangan
modal yang ditempatkan tidak mengurangi jaminan bagi para kreditur perseroan. Dengan tindakan ini kekayaan perseroan akan bertambah,
sebab jumlah modal yang ditempatkan makin berkurang. b. Pembelian saham-saham sendiri. Dengan tindakan ini jumlah deviden
yang harus dibagikan menjadi kurang yang berakibat bertambahnya jumlah laba. Tindakan ini dapat dilakukan, bila jaminan untuk pihak
ketiga tidak dikurangi karenanya, karena tujuan utama pembentuk undang-undang dalam pasal-pasal: 41, 43, dan 48 dan 49 KUHD ialah
melindungi kepentingan para kreditur perseroan.pembelian saham- saham sendiri ini bisa dilalukan dengan cara:
1 Membeli saham sendiri yang ditawarkan di bursa dengan uang laba yang khusus disisihkan untuk pembelian saham sendiri tersebut,
6 Ibid, hlm. 106-107.
6
sehingga dengan membeli saham sendiri tidak merugikan para kreditur perseroan.
2 Membeli saham sendiri secara undian. Hal ini baru mungkin kalau dalam anggaran dasar ada ketentuan-ketentuan yang
memperbolehkan tindakan tersebut.
D. Saham Atas-Nama dan Kepada-Pembawa
Dalam tiap-tiap akta pendirian suatu perseroan terbatas tentu disebutkan jumlah modal perseroan, yang terbagi dalam jumlah saham-
saham. Saham-saham ini dapat dikeluarkan tas-nama dan kepada- pembawa. Saham kepada-pengganti tidak ada Pasal 40 ayat 1
KUHD.saham itu tidak harus dikeluarkan, artinya dapat dikeluarkan atau tidak. Kalau saham itu dikeluarkan, maka saham itulah satu-satunya alat
pembuktian bagi persero atau pemegang saham. Kalau tidak, maka daftar persero yang biasanya ada di kantor perseroan dapat dipakai alat
pembuktian bagi persero. Kutipan dari daftra persero yang ditanda tangani oleh direksi dapat pula dipakai sebagai alat bukti turut sertanya seseorang
dalam sebuah perseroan. Dalam daftar persero ini dicatat, nama, pekerjaan dan tempat tinggal persero, banyaknya saham yang diambil dan jumlah
yang sudah disetor, serta pula peristiwa peraliham saham.
7
Kalau saham itu dikeluarkan atas nama, maka nama pembeli ditulis dalam surat saham, yang merupakan bukti bagi pemegangnya. Dalam
saham yang dikeluarkan kepada-pembawa, maka nama pemiliknya tidak ditulis dalam saham dan saham kepada-pembawa ini hanya mengesahkan
pemeganngnya sebagai pemiliki kecuali bila ada pembuktian sebaliknya Pasal 534 KUHPER.
8
7 Ibid.
8 Ibid, hlm. 108.
7
Peralihan saham kepada-pembawa menurut Pasal 613 ayat 3 KUHPER, penyerahan saham kepada pembawa ini cukup dilakukan dari
tangan ke tangan atau secara fisik saja. Itu sebabnya Pasal 41 KUHD melarang pengeluaran saham kepada-pembawa sebelum seluruh jumlah
nilainya disetor di kas perseroan. Peralihan saham atas-nama menurut Pasal 42 KUHD merupakan
peraturan mengenai peralihan saham atas nama, sebagai kekhususan dari Pasal 613 KUHPER. Pasal 42 KUHD itu memerintahkan pengaturan
peralihan saham atas-nama, yaitu:
9
a. Pemilik saham dan calon pemilik pembeli saham memberitahukan secara resmi kepada direksi perseroan tentang perjanjian mereka
memperalihkan sahamnya, dengan pengaturan juru sita dalam fungsinya sebagai juru pemberitahu resmi;
b. Pendaftaran perjanjian anatar pemilik saham dan calon pemiliki saham dalam buku saham perseroan tentang maksud mereka untuk
memperalih sahamnya.
E. Hak dan Kewajiban Pemegang Saham
Tentang kewajiban pemegang saham diatur dalam Pasal 40, 42, dan 43 KUHD, sedangkan mengenai hak pemegang saham baru diatur dalam
Pasal 49 KUHD. Dari ini dapat disimpukan bahwa asas kepentingan umum, yakni kewajiban pemegang saham terhadap pihak ketiga, lebih
didahulukan daripada kepentingan pribadi para pemegang saham hak-hak pemegang saham atas deviden. Sebagai akibat dari asas tersebut maka,
dalam hal pembagian keuntungan perseroan, hal-hal yang bersifat umum harus didahulukan, misalnya: mengenai biaya usaha memperkembangkan
perseroan, dll. Baru jika ada sisa , bagi untuk kepentingan semua pemegang saham, yang disebut “dividen”.
10
9 Ibid.
10 Ibid, hlm.109.
8
Adapun kewajiban dan hak para pemegang saham dapat diperinci sebagai berikut:
11
a. Kewajiban utama pemegang saham adalah menyetor penuh uang saham pad akas perseroan. Kewajibvan lainnya, kalau ada, harus
ditetapkan dalam anggaran berdasarkan perjanjian khusus. Kewajiban lian itu tidak boleh diletakkan dengan paksa, walaupun dengan cara
mengubah anggaran dasar. b. Hak-hak pemegang saham:
1 Hak atas sebagian dari keuntungan perseroan sesuai dengan jumlah nilai sahamnya Pasal 49 KUHD
2 Berwenang untuk menghadiri rapat umum pemegang saham, berbicara dan melaksanakan hak pemungutan suara Pasal 55 ayat
2 KUHD 3 Hak untuk menerima sebagian dari saldo pada pembubaran
perseroan, sesudah kreditur semuanya dilunasi; 4 Kewenangan untuk menuntut kepada pengadilan tentang kebatalan
dari keputusan rapat umum pemegang saham yang bertentangan dengan undang-undang, hukum atau anggran dasar;
5 Hak-hak lain yang ditetapkan dalam anggaran dasar.
F. Jenis-jenis Saham
Pasal 40, 41, 42, dan 43 KUHD mengatur tentang saham. Yang dimaksud dengan saham disini ialah bagian dari modal perseroan sebagai
yang dimaksud dalam pasal 40 ayat 1 KUHD. Ini adalah saham biasa. Kecuali saham jenis ini, masih ada beberapa jenis saham lagi, yaitu: saham
11 Ibid. hlm. 109-110.
9
utama, saham utama kumulatif, saham prioritas, saham pendiri, dan saham bonus, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
12
a. Saham biasa. Saham ini diberikan kepada setiap orang yang memberikan pemasukan sejumlah uang kepada perseroan.
b. Saham utama. Saham ini mempunyai hak lebih dari saham biasa dalam hal keuntungan danatau saldo, pada waktu perseroan itu
dibubarkan. c. Saham utama kumulatif. Saham ini mempunyai hak lebih daripada
saham utama, di samping mempunyai ha katas keuntungan dan saldo seperti halnya pada saham utama, juga mempunyai ha katas deviden
tunggakan. d. Saham prioritas. Saham ini adalah saham yang pemiliknya
mempunyai hak berbicara khusus. e. Saham pendiri. Saham ini diberikan sebagai balas jasa terhadap jasa-
jasa para pendiri dalam usahanya mendirikan dan dalam memperkembangkan perseroan.
f. Saham bonus. Saha, bonus itu seperti saham biasa dan mengandung hak-hak seperti halnya saham biasa. Saham bonus diberikan kepada
mereka yang sudah menjadi pemegangan saham, tanpa adanya setoran uang tunai atau benda-benda lain kepada perseroan.
G. Surat Berharga Lainnya yang Dikeluarkan oleh Perseroan
Kecuali saham, perseroan masih dapat menerbitkan surat-surat berharga jenis lainnya, seperti: resepis saham, bukti pendiri, bukti
keuntungan dan obligasi. Sertifikat saham adalah surat berharga yang tidak diterbitkan oleh perseroan, tetapi oleh kantor administrasi berdasarkan
12 Ibid, hlm. 110-111.
10
saham-saham perseroan yang telah dikuasai dan dimiliki, surat-surat berharga tersebut seperti:
13
a. Resepis saham, adalah bukti saham sementara, diberikan untuk pada suatu waktu tertentu diganti dengan surat saham biasa.
14
b. Bukti kepatutan. Dalam rangka persrroan mengadakan reorganisasi perseroan dapat mengadakan pembelian saham sendiri-sendiri yang
artinya beberapa surat saham secara undian dibeli kembali oleh perseroan. Dalam hal ini yang demikian adalah pantaspatut atau adil,
bila perseroan memberi kepada bekas pemegang saham tersebut sekedar ganti rugi yang berwujud surat bukti kepatutan.
c. Bukti pendiri dan bukti keuntungan. Balas jasa kepada orang-orang yang telah berjasa dalam mendirikan dan memperkembangkan
perseroan dapat berwujud surat saham berdiri. Dari sebab itu banyak persroan berpendapat bahwa kepada orang-orang yang telah berjasa
mendirikan atau memperlancar jalannya perseroan diberi surat bukti pendiri atau bukti keuntungan. Pemegang surat ini hanya mempunyai
hak atas bagian keuntungan perseroan dan tidak mempunyai hak-hak lain seerti haknya seorang pemegang saham biasa.
d. Obligasi. Obligasi yakni surat utang umum kepada masyarakat yang mempergunakan surat berharga jenis oblisasi. Bila sebuah perseroan
akan menambahkan modalnya, ada beberapa jalan yang dapat ditempuh, misalnya: mencari kredit bank, memminjam uang kepada
seorang tertentu atau menerbitkan surat-surat berharga tambahan lainya.
e. Sertifikat saham. Surat berharga jenis initidak diterbitkan oleh perseroan, tetapi oleh sebuah kantor administrasi.
13 Ibid, hlm 111-112.
14 Van der Heijden- V.d. Grinten, Hanboek, druk 8, bl. 275. No. 189.
11
2.2 Keuntungan Dan Kerugian Saham Atau Modal Perusahaan A. Harga Saham