Hubungan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan Lembaga Kepresidenan Pada Tahun 1945-1949

Abstrak

Hubungan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan Lembaga
Kepresidenan Pada Tahun 1945-1949
Oleh:
Dwi Indri Astuti

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dibentuk berdasarkan keputusan sidang
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang bertugas untuk membantu
Presiden dalam menjalankan tugasnya yakni menjalankan pemerintahan. Untuk
menjalankan tugasnya KNIP juga didasarkan dengan Undang Undang Aturan
Peralihan Pasal IV, menurut Undang Undang ini segala kekuasaannya dijalankan
oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional Indonesia Pusat. Pada awal
kemerdekaan pemerintahan Indonesia yang baru berkembang dan hanya terdapat
dua lembaga yang menjalankan pemerintahan yakni KNIP dengan lembaga
Kepresidenan untuk menyelesaikan masalah – masalah yang berkaitan dengan
kedaulatan Negara Republik Indonesia baik masalah yang terdapat didalam negara
sendiri maupun yang berkaitan dengan negara lain. Kerjasama dalam menjalankan
tugas yang dilakukan KNIP dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun 19451949 antara lain menyelesaikan perjanjian dengan Belanda, membuat Undang
Undang, menetapkan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan memperbaharui
lembaga negara, dari kerjasama yang dilakukan KNIP dengan Lembaga

Kepresidenan maka terjalin sebuah hubungan antar kedua lembaga KNIP dengan
Lembaga Kepresidenan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakan hubungan kerjasama antar Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun 1945-1949?. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan kerjasama antar Komite Nasional
Indonesia Pusat dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun 1945-1949 . Metode
penelitian yang digunakan adalah metode historis. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi, sedangkan untuk
menganalisis data menggunakan analisis data kualitatif.

Hasil dalam penelitian ini bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan Komite
Nasional Indonesia Pusat dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun 1945-1949
dilihat dari tugas yang dilakukan KNIP bersama Presiden yakni menyelesaikan
perjanjian dengan Belanda, perjanjian ini merupakan Perjanjian Linggar Jati yang
bersama-sama diratifikasi oleh KNIP dengan Lembaga Kepresidenan. Kerjasama
yang kedua yakni memperbaharui lembaga negara KNIP yang dengan
dikeluarkanya PP No.6 Tahun 1946 tentang pembaharuan lembaga KNIP yang
dibahas bersamaan dengan Perjanjian linggar jati di sidang Pleno tanggal 5
Februari-5 Maret di Malang. Serta kerjasama dalam merancang Undang Undang,

Rancangan Undang Undang yang diajukan oleh Presiden baik juga KNIP harus di
setujui oleh kedua lembaga ini salah satunya seperti Undang Undang No.1 Tahun
1945 mengenai kedudukan Komite Nasional Daerah. Dan kerjasama yang terakhir
adalah menetapkan GBHN karena pada awal kemerdekaan GBHN belum ada
yang terdapat hanya Rancangan Pembangaunan Nasional yang telah disetujui oleh
KNIP dengan Lembaga Kepresidenan, sehingga hubungan kerjasama yang terjalin
antar KNIP dengan Lembaga Kepresidenan sangat baik dengan tebukti segala
program kerja pemerintah dapat disepakati bersama.

HUBUNGAN KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT (KNIP)
DENGAN LEMBAGA KEPRESIDENAN
PADA TAHUN 1945-1949

Oleh

Dwi Indri Astuti

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN

Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Dwi Indri Astuti, dilahirkan di Sepang Jaya,
Bandar Lampung pada tanggal 25 Mei 1991 merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Supomo dan Ibu
Rondiah.
Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD
Negeri 1 Sepang Jaya Kecamatan Kedaton Bandar Lampung, selanjutnya
melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Al-Azhar Bandar
Lampung dan selesai pada tahun 2006. Pendidikan selanjutnya dilanjutkan
kejenjang Sekolah Menengah Atas di SMA Al-Azhar 3 Badar Lampung dan

selesai pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Masuk Ujian Lokal
(UML). Pada Tahun 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
di Jawa Tengah, Yogyakarta,dan Jakarta sedangkan pada tahun 2012 penulis
melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan kegiatan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN 2 Tanjung Bintang, Lampung Selatan.

MOTO

Dan Tuhan mu tidak akan membinasakan negeri-negeri
secara zalim, selama penduduknya orang-orang yang
berbuat kebaikan”.
(Q.S. Hud : 117)

PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan mengucap syukur kepada
Allah


SWT,

dengan

segenap

ketulusan

hati

spesial

ku

persembahkan karya sederhana ini untuk :

Orang tua ku yang sangat ku sayangi Bapak Supomo dan Ibu Rondiah yang
menjadi saksi sejarah hidupku, ikhlas dalam memberikan dukungan, ikhlas selalu
berdo’a untuk keberhasilanku, yang tak lelah menasehati dan membimbingku, yang
mengajarkanku banyak hal. Jasa-jasa kalian takkan pernah bisa terbayarkan olehku.

“Robbighfirli

waliwalidayya

warhamhuma

kamaa

robbayani soghiro” aamiin...

Kakak ku Desi Wita Sari, kakak ipar Anton Sujarwo dan adikku satu-satunya
Rifad Fadilla Alfa Reza yang selalu kubanggakan serta keponakan ku yang ku
sayang Aqila Raya Arizki. You are my spirit. Terima kasih atas dukungan dan
do’anya.
Para pendidikku, Guru-guru dan Dosen-dosenku yang telah mengajarkan ku banyak
hal tentang ilmu pengetahuan.
Para Sahabat dan Almamater tercinta Universitas Lampung.

SANWACANA
Alhamdulillahirobbil ‘aalamiin....

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
”Hubungan Komite Nasional Indonesia Pusat dengan Lembaga Kepresidenan
Pada Tahun 1945-1949” pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga
mendapat banyak petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak,
maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., Pembantu Dekan I FKIP Unila.
3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si, Pembantu Dekan II FKIP Unila.
4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah M.H, Pembantu Dekan III FKIP Unila. Dan
juga selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik (PA),
terimaksih atas nasihat dan bimbingannya kepada penulis selama menjadi

mahasiswa, dan terimakasih pula atas arahan dan petunjuknya dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP
Unila.

6. Bapak Drs. Hi. Maskun, M.H, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila sekaligus sebagai Dosen Pembahas
Utama, terimakasih atas kesediaannya, serta saran dan kritiknya dalam
penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si, Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila sekaligus sebagai Dosen Pembimbing
II, terimakasih atas saran, kritik, solusi serta bimbingan yang tak kenal
lelah dalam proses penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah FKIP, Bapak Drs. Ali Imron,
M.Hum., Bapak Drs. Wakidi, M.Hum., Bapak Drs.Tontowi, M.Si., Bapak
M. Basri, S.Pd, M.Pd., Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd., serta Ibu Y. Sri
Ekwandari, S.Pd, M.Hum yang telah membimbing penulis selama menjadi
mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.
9. Sahabat-sahabat penulis Khatmi Fadillah, Riza Fitriani, Mida Handayani
dan Emilia terima kasih atas kebersamaan kita selama ini dalam suka
maupun duka, semoga persahabatan dan persaudaraan ini akan tetap
terjalin sampai nanti.
10. Rekan - rekan yang selalu bersama menunggu digedung I Dian Amalia
Chasanah, Ida Nuriani, Nur Maymunah, Yesi Yuanaputri, Siti Marfuatun,
Dwi Ika Sari, Redi Almuzaki, Ferdiana Hariani, Putu Marianto, Afip


Firmansyah, Rita Wulan Sari, Sagita Markawira, Diana Puspita, Guskanur,
Charles Robenta, Marsel dan Mba

Prihantanti terima kasih atas

kebersamaan kita selama ini.
11. Teman-teman pendidikan Sejarah FKIP UNILA angkatan 2009 yang
selalu saya rindukan.
12. Rekan - Rekan Pembimbing, Menejemen dan Karyawan BT/BS MEDICA
Lampung terima kasih atas dukungan yang telah kalian berikan selama ini.
13. Kepala Sekolah dan Dewan Guru TK DARUL KHAIR Tanjug Karang
Pusat; Ibu Hj. Khomsah Istiqomah,A.Md., bu Wiwi, bu Fitri, bu Desti, bu
Suci, bu Restu dan bu Mimi Trima kasih atas dukungan dan pengertianya
selama ini.
14. Teman ku bermain Cristin dan Dama Setiani Trimakasih atas suport dan
kebersamaan yang kalian berikan selama ini.
15. Sepupu-sepupu ku yang ku sayang Adi Setiawan, Indah Murti sari, Tri
Mulyono, Dwi Kurnia Putri, Mb Fitri, Rio, Nanu, Niki, Mas Sigun, Mas
Tarto, Mb Tati, terima kasih atas dukunganya.

16. Rekan-rekan KKN dan PPL Kecamatan Sido Mulyo Tanjung Bintang
Lamsel ; Dwi Saputro, Yulian Surya Pratama, M. Rahman Azizi, Andari
Septriana, Anggi Yunita Triyani, Wirda Eka, Deyla Lufita, Wawan Septiawan,
Rika Septianingsih, Fitriyani April N, Esti Hayuningtyas, Ikhwan Nurhakim, dan
Aditama.Terimakasih atas pengalaman yang penuh perjuangan selama tiga

bulan yang telah menginspirasiku.
17. Seluruh Kakak tingkat angkatan 2006, 2007, dan 2008.
18. Seluruh adik tingkat angkatan 2010, 2011, 2012 dan 2013.

19. Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima
kasih atas segalanya, semoga kita semua mendapat jalan yang diridhoi
Allah SWT
Semoga ALLAH SWT memberikan pahala kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi
yang membaca.
Wassalamu`alaikum Wr. Wb
Bandar Lampung, Juli 2014
Penulis,


Dwi Indri Astuti
NPM. 0913033081

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN ABSTRAK
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP
MOTTO
PERSEMBAHAN
SANWACANA
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN

I.

II.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................
B. Analisis Masalah ............................................................................
1. Identifikasi Masalah ....... ............................................................
2. Pembatasan Masalah................. ..................................................
3. Rumusan Masalah...................... .................................................
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
D. Kegunaan Penelitian .......................................................................
E. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................

1
4
4
5
5
5
6
6

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................
1. Konsep sistem Pemerintah .........................................................
2. Konsep hubungan lembaga .........................................................
3. Konsep Lembaga Kepresidenan .................................................
4. Konsep KNIP ..............................................................................
5. Konsep Kerjasama .....................................................................
B. Kerangka Pikir. ................................................................................
C. Paradigma .......................................................................................

11
11
13
15
16
18
19
20

III. METODE PENELITIAN
A. Metode Yang Digunakan ................................................................
B. Variabel Penelitian ..........................................................................
C. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................
1. Teknik Kepustakaan............ .......................................................
2. Teknik Dokumentasi ...................................................................
D. Teknik Analisis Data .......................................................................

21
24
24
24
25
26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL ............................................................................................
1. Gambaran Umum Perkembangan Sistem Pemerintah Indonesia
pada tahun 1945-1949 ................................................................
2. Gambaran Umum Lembaga Negara tahun 1945-1949 ...............
a. Lembaga KNIP
.........................................................
b. Lembaga Lembaga Kepresidenan .......................................
3. Hubungan kerjasama KNIP dengan Lembaga Kepresidenan
pada tahun 1945-1949 ..............................................................
a. Kerjasama mengenai penyelesaian perjanjian dengan
Belanda ................................................................................
b. Kerjasama dalam merancang Undang Undang ...................
c. Kerjasama dalam menentukan GBHN ................................
d. Kerjasama dalam memperbaharui lembaga negara .............

29
29
33
35
42
48
49
51
53
55

B. PEMBAHASAN............................................................................. 59
1. Hubungan kerjasama KNIP dengan Lembaga Kepresidenan
pada tahun 1945-1949 .............................................................. 59
V.

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………. ......................................................................... 66
B. Saran ………. .................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada sidang PPKI pertama tanggal 18 Agustus 1945 menetapkan:
Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945, memilih dan mengangkat
ketua dan wakil ketua PPKI masing-masing menjadi Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia yang pertama (Ir. Soekarno sebagai presiden
dan Drs. M. Hatta sebagai wakil presiden RI), dan pekerjaan presiden
untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional Pusat yakni
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) (Deliar Noer 2005:16).

Sejak ketetapan PPKI tersebut merupakan awal dari terbentuknya Lembaga
Kepresidenan, karena dalam ketetapan ini menunjuk Presiden dan Wakil Presiden
sebagai pelaksana pemerintahan di Indonesia. Pada awal kemerdekaan sistem
pemerintahan Indonesia adalah Sistem Presidensial yakni kekuasaan tertinggi di
tangan Presiden. Dalam melaksanakan pekerjaan pemerintah Presiden dibantu
oleh sebuah badan yakni Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang tercantun
pada Undang – Undang Dasar Aturan Peralihan pasal IV disebutkan:
Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini,
segala kekuasaanya dijalankan oleh Presiden dengan segala bantuan
sebuah Komite nasional. Sesuai dengan ketentuan dalam Aturan
Pemerintah Pasal IV Undang – Undang Dasar 1945 tersebut, maka

1

dibentuk sebuah Komite Nasional yang tugasnya membantu pekerjaan
presiden (Deliar Noer 2005:16)
Keanggotaan Komite Nasional Indonesia Pusat sendiri diambil dari beberapa
anggota dari PPKI. KNIP dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung
Kesenian Pasar Baru Jakarta.
Pada tanggal 29 Agustus malam bertempatan di gedung Komidi Pasar
Baru, Jakarta, pengurus dan anggota KNIP dilantik, dan sidang
pertamanya dimulai sesudahnya. Sidang ini diketuai Kasman
Singodimejdo, sebagai ketua Panitia Eksekutif. Kasman Singodimedjo,
sebagai ketua Panitia Eksekutif, selesai pidato pembukaanya menghadap
presiden dengan berdiri sebagai perwira bawahan dan menyatakan “siap
sedia menjalankan perintah”. Maka presiden pun melantik segenap
anggota. Ia menegaskan bahwa “kekuasaan adalah di tangan presiden…”
berarti KNIP merupakan pembantu untuk menjalankan kekuasaan ini
(Deliar Noer 2005:23).

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) ini diakui merupakan cikal bakal dari
badan legislatif di Indonesia dan KNIP diresmikan pada tanggal 29 Agustus 1945
sehingga tanggal 29 Agustus dijadikan sebagai hari jadi Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) Republik Indonesia. Setelah kerja keras yang dilakukan PPKI,
akhirnya Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menyelesaikan
tugasnya pada tanggal 21 Agustus 1945. Mereka berhasil merumuskan kriteria
dan tata kerja KNIP dalam arti Pasal IV Aturan Pemerintah UUD 1945. Mengenai
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) ditetapkan antara lain:
1. Komite Nasional dibentuk diseluruh Indonesia dengan pusatnya di
Jakarta.
2. Komite Nasional adalah penjelmaan kebulatan tujuan dan cita-cita
Bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia yang
berdasarkan kedaulatan rakyat.
3. Usaha Komite Nasional ialah :
a. Menyatakan kemauan rakyat Indonesia untuk hidup sebagai bangsa yang
merdeka

2

b.Mempersatukan rakyat dari segala lapisan dan jabatan, supaya terpadu
pada segala tempat diseluruh Indonesia persatuan kebangsaan yang bulat
dan erat
c. Membantu menetapkan rakyat dan turut menjaga keselamatan umun
d.Membantu pemimpin dalam menyelenggarakan cita-cita bangsa
Indonesia dan di daerah membantu Pemerintah Daerah untuk
kesejahteraan umum.
4. Komite Nasional Pusat memimpin dan memberi petunjuk keadaan
Komite-Komite Nasional Daerah (Deliar Noer 2005:75-76).
Dengan memperhatikan kriteria dan tata kerja KNIP dalam arti pasal IV Aturan
Pemerintah UUD 1945 yang tertera di atas dapat ditegaskan bahwa KNIP
merupakan pembantu Presiden dalam menjalankan sistem Pemerintah karena,
KNI juga merupakan:
1. Alat pemersatu bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan
2. Alat yang menerjemahkan kebijaksaan pemerintah kepada rakyat dan
menyampaikan keinginan rakyat pada pemerintah
3. Alat yang memajukan kesejahteraan umum dan menjaga ketentraman
keselamatan umum (Deliar Noer 2005:20).
Mengingat pada awal kemerdekaan keadaan dan situasi Negara Indonesia pada
saat itu belum begitu aman dan melihat dari Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945
ditentukan dalam keputusan baru. Keadaan Indonesia yang tidak tenang
mengakibatkan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), dan Dewan Pertimbangan Agung (DPA) belum dapat dibentuk.
Padahal kita harus menunjukan bahwa Indonesia sudah mampu mengatur Negara
dan pemerintahan yang berasaskan demokrasi. Untuk itu keluarlah Maklumat
wakil Presiden No. X (dibaca eks) pada tanggal 16 Oktober 1945. Maklumat
Wakil Presiden No. X ini memenuhi keputusan KNIP yang mengembangkan
kedudukan dan fungsinya sebagai lembaga legislatif.

3

Maklumat tersebut berbunyi:
Bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat, sebelum terbentuknya Majelis
Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat, diserahi
kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan
Negara, serta menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional Pusat seharihari, berhubungan dengan gentingnya keadaan, dijalankan oleh sebuah
Badan Pekerja yang dipilih antara mereka dan bertanggung jawab kepada
Komite Nasional Pusat (C.T.S Kansil 2000 : 282-283).

Setelah dikeluarkan Maklumat Wakil Presiden No.X mulailah lembaran baru
dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, yakni Komite Nasional Indonesia pusat
(KNIP) diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis – Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) sehingga kedudukan KNIP semakin penting dalam
sistem pemerintah. Setelah dikeluarkan Maklumat Wakil Presiden No.X
kekuasaan presiden berkurang karena kedudukan KNIP yang pada awal
kemerdekaan sebagai pembantu presiden dalam menjalankan tugas pemerintahan
tetapi setelah dikeluarkanya Maklumat Wakil Presiden KNIP diberikan wewenang
sebagai lembaga legislatif, sehingga sistem pemerintahan Indonesia yang awal
kemerdekaan

sistem

pemerintahan

presidensil

berubah

menjadi

sistem

pemerintahan parlementer.

B. Analisi Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat
didefinisikan sebagai berikut:
1. Hubungan kerjasama KNIP dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun
1945-1949.

4

2. Hubungan hirarki KNIP dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun 19451949.

2. Batasan Masalah

Agar masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka
penulis akan membatasi masalah mengenai “Hubungan kerjasama KNIP dengan
Lembaga Kepresidenan pada tahun 1945-1949”.

3. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas kembali inti permasalahan yang akan diteliti, maka diperlukan
suatu rumusan masalah. Melalui rumusan masalah ini diharapkan akan lebih
mudah dalam memahami dan menyusun penelitian kepada tahap-tahap
selanjutnya. Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah hubungan
kerjasama KNIP dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun 1945-1949?”
C. Tujuan
Agar penelitian memiliki arah yang jelas, maka setiap penelitian tentunya harus
memiliki tujuan, yakni hasil akhir yang hendak dicapai dari suatu penelitian.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui hubungan kerjasama Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun 1945-1949.

5

D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka kegunaan dari
penelitian ini adalah:
a. Dapat memberikan pengetahuan serta wawasan khususnya dalam bidang
kesejarahan yakni mengenai hubungan Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) dengan Lembaga Kepresidenan dalam sistem pemerintah.
b. Sebagai suplemen materi pada mata kuliah Sejarah Nasional Indonesia dan
mata kuliah lainnya mengenai Komite Nasional Indonesia Pusat.
c. Serta sebagai suplemen materi dalam mengajar sejarah di Sekolah
Menengah Atas (SMA).

E. Ruang Lingkup Penelitian

a. Objek Penelitian

: Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan
Lembaga Kepresidenan.

b. Subjek Penelitian

: Hubungan Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) Dengan Lembaga Kepresidenan.

c. Tempat Penelitian

: Perpustakaan Universitas Lampung dan
Perpustakaan Daerah Lampung.

d. Waktu Penelitian

: 2013

e. Temporal

:1945-1949

f. Bidang Ilmu

: Sejarah

6

REFERENSI

Deliar Noer & Akbarsyah. 2005. Komite Nasional Indonesia (KNIP) Parlemen
Indonesia 1945-1950. Yayasan Risalah : Jakarta. Halaman. 16.
Deliar Noer & Akbarsyah. Ibid . Halaman 16.
Deliar Noer & Akbarsyah. Ibid . Halaman 23.
Deliar Noer & Akbarsyah. Ibid . Halaman. 75-76.
Deliar Noer & Akbarsyah. Ibid . Halaman. 20.
C.T.S Kansil. 2000. Hukum dan Tata Negara RI. Rineka : Jakarta. Halaman 282283.
Ismail Suny. 1985. Pembagian Kekuasaan Negar. Aksara Baru : Jakarta.
Halaman 4

7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan
dijadikan topik penelitian. Dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsepkonsep atau generalisasi-generalisasi yang akan dijadikan landasan teoritis bagi
penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini
antara lain :

1. Konsep Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan berasal dari kata sistem dan pemerintahan. Menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, “sistem adalah
sekelompok bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan sesuatu
maksud.” Apabila salah satu bagian rusak atau tidak dapat menjalankan tugasnya,
maksud yang hendak dicapai itu tidak akan terpenuhi atau setidak-tidaknya sistem
yang telah terwujud akan mendapatkan gangguan. Secara umum, sistem dapat
diartikan sebagai hubungan fungsional antar bagian dalam keseluruhan. Bagian-

8

bagian itu saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Hubungan
itu demikian erat sehingga menimbulkan ketergantungan satu sama lain.
Sementara arti pemerintahan adalah perbuatan, cara atau hal urusan memerintah
yang dilakukan oleh pemerintah (Purwadarminta 1989:955).

Konsep sistem pemerintah menurut C.S.T. Kansil dalam bukunya mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan Sistem Pemerintah yakni:
Sistem pemerintah terdiri dari dua suku kata yaitu “Sistem” dan “
Pemerintah”. Kata “Sistem” berarti menunjukan pada hubungan antar
berbagai lembaga negara sedemikian rupa sehingga merupakan suatu
kesatuan yang bulat dalam menjalankan mekanisme kenegaraan (C.T.S
Kansil 2000: 81).
Inu Kencana Syafiie juga berpendapat dalam bukunya Pengantar Ilmu Pemerintah
megatakan bahwa:
Sistem adalah kesatuan yang utuh dari sesuatu rangkaian, yang kaitmengkait satu sama lain. Bagian atau anak cabang dari suatu sistem,
menjadi induk sistem dari rangkaian selanjutnya. Begitulah seterusnya
sampai pada bagian yang terkecil, rusaknya salah satu bagian akan
mengganggu kesetabilan sistem itu sendiri. Pemerintah Indonesia adalah
suatu cintoh sistem pemerintah dan anak cabangnya adalan sistem
pemerintah daerah, kemudian seterusnya sistem pemerintah
desa/kelurahan (Inu Kencana 1992:101).

Dari beberapa teori yang disampaikan oleh para ahli bahwa sistem pemerintah
adalah sesuatu yang saling kait-mengkait, erat hubunganya satu sama lain dalam
sebuah lembaga pemerintah sehingga jika, salah satunya rusak maka mekanisme
dalam pemerintah yang sedang berjalan akan rusak.
Sistem Pemerintahan Indonesia di awal masa Kemerdekaannya adalah
Sistem Presidensil. Sistem Pemerintahan ini sesuai dengan rumusan
Undang-undang Dasar 1945, dimana Presiden sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi dan kedudukan mentri adalah sebagai pembantu presiden
(Joeniarto 1996: 48)

9

Jadi, Sistem pemerintah merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan satu sama
lain sehingga dalam sistem pemerintahan di awal kemerdekaan dilaksanakan oleh
Presiden dan dibantu oleh KNIP karena, pada saat itu Indonesia masih dalam
kondisi yang sangat genting, karena kondisi yang sangat genting itu maka
Indonesia belum membentuk lembaga – lembaga negara seperti MPR, DPR dan
MA, sehingga pada awal kemerdekaan Indonesia menganut Sistem Pemerintah
Presidensil. Kondisi saat itu tidak berlangsung lama karena usulan KNIP untuk
membentuk kabinet maka sistem pemerintahan Indonesia yang Presidensil
berubah menjadi sistem pemerintah yang berparlementer.
2. Konsep Hubungan Lembaga
Menurut Soejono Soekanto hubungan yang dinamis yang mempertemukan orang
dengan orang , kelompok dengan kelompok, maupun orang dengan kelompok
disebut dengan interaksi. Bentuk yang dilakukan tidak hanya bersifat kerjasama,
akan tetapi bisa juga berbentuk tindakan persaingan, pertikaian dan sejenisnya.
Soerjono Soekanto juga mengklasifikasikan bentuk Interaksi secara mendasar
yakni terdapat empat macam bentuk Interaksi. “Bentuk – bentuk Interaksi adalah
kerjasama (cooperation), persaingan (competition), akomodasi (accomodation),
dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict)”
(Soerjono Soekanto 1982:65).
Sedangkan lembaga atau yang sering kita dengar dengan Institusi merupakan
organisasi yang tertata melalui pola perilaku yang diatur oleh peraturan yang telah
diterima sebagai setandar. Sedangkan Organisasi menurut Victor A. Thompson
organisasi adalah sistem terencana mengenai usaha kerjasama, dimana setiap

10

peserta mempunyai peranan tugas dan kewajiban untuk dijalankan (Victor
A.Thompson dalam Sutarto 1979:25).
Sartono juga berpendapat dalam buku “Dasar- Dasar Organisasi” mengatakan
bahwa organisasi adalah sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok
yang bekerjasama mencapai tujuan tertentu (Sutarto 1979:36).
Hubungan antar alat-alat kelengkapan suatu negara atau yang lazim disebut
sebagai lembaga negara merupakan hubungan kerjasama antar institusi-institusi
yang dibentuk guna melaksanakan fungsi-fungsi negara.
Berdasarkan teori klasik mengenai negara setidaknya terdapat beberapa fungsi
negara yang penting seperti fungsi membuat kebijakan peraturan perundangundangan (fungsi legislatif), fungsi melaksanakan peraturan atau fungsi
penyelenggaraan pemerintah (fungsi eksekutif) dan fungsi mengadili (fungsi
yudikatif) (Ismail Suny 1985:4).
Di Indonesia lembaga pemegang kekuasaan dibagi dalam beberapa lembaga
tertinggi negara yaitu lembaga eksekutif (presiden), lembaga legislatif (DPR
RI), lembaga yudikatif (MA), lembaga inspektif (BPK), lembaga Konsultatif
(MPR). Masing – masing lembaga tersebut dipisahkan secara tegas
(separation of power) kekuasaannya yang menimbulkan checking power with
power sebagaimana di negara-negara liberal yang menganut demokrasi bebas,
tetapi hanya dengan melaksanakan pembagian kekuasaan (distribution of
power), hal mana masing – masing pemegang kekuasaan tetap ada keterkaitan
dan koordinasi, seperti kewenangan presiden dibidang legislatif (Inu Kencana
Syafiie 2000:100).
Jadi, menurut teori dan pendapat para ahli di atas hubungan lembaga negara
berupa kerjasama untuk melaksanakan fungsi dan wewenang negara sehingga
menciptakan suatu pemerintahan yang baik. Pada awal kemerdekaan lembaga
negara yang ada untuk menjalankan sistem pemerintah pada kurun waktu 19451950 adalah lembaga kepresidenan dan Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai
lembaga legislatif berdasarkan Maklumat Wakil Presiden No.X sehingga terjadi
hubungan antar kedua lembaga tersebut.

11

3. Konsep Lembaga Kepresidenan

Pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945, PPKI memilih Ir.Soekarno dan Moh.
Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden mulai dari situlah Lembaga
Kepresidenan terbentuk.
lembaga kepresidenan atau Presidential Institution merupakan istilah yang
kerap dipergunakan dalam berbagai arti, di Indonesia perkataan Presiden
dipergunakan dalam bahasa asing (seperti inggris) untuk jabatan digunakan
istilah Presidency atau sebagai ajektif dipergunakan istilah Presidential
misalnya “Presidential Government”, sedangkan sebagai pejabat digunakan
istilah President.”Dalam UUD 1945 penggunaan kata “Presiden”
menunjukan pejabat. Hal ini tampak dari rumusan – rumusan yang
menyebut Presiden. Tetapi karena Presiden adalah pemangku jabatan
kepresidenan dengan sendirinya dalam UUD 1945 dan peraturan
perundang-undangan lain yang mengatur mengenai presiden sekaligus
mengandung pula makna pengaturan lingkungan jabatan Presiden (Bargin
Manan 2006 : - ).

Bargin Manah juga berpendapat dalam bukunya berjudul Lembaga Kepresidenan
menggunakan istilah “Presiden sebagai pejabat dan lembaga kepresidenan sebagai
lingkungan jabatan”.
Dalam UUD 1945, lembaga kepresidenan yang bersifat personal, terdiri atas
seorang presiden dan seorang wakil presiden. Lembaga ini dipilih oleh MPR
dengan syarat tertentu dan memiliki masa jabatan selama 5 tahun. Sebelum
menjalankan tugasnya lembaga ini bersumpah di hadapan MPR atau DPR.
Di Indonesia dikenal adanya tiga lembaga yang menjalankan tiga
kekuasaan yang berbeda, yakni; kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif,
kekuasaan yudikatif. Pemerintah menjalankan kekuasaan eksekutif, badan
perwakilan menjalankan kekuasaan legislatif, dan badan yudisial
menjalankan kekuasaan yudikatif (Mariam Budiardjo 2003 : 157).

12

Jadi, menurut penulis lembaga kepresidenan adalah lingkungan jabatan bagi
seorang presiden dan wakil presiden yang dipilih oleh MPR, memiliki kekuasaan
eksekutif didalam sistem pemerintahan.
4. Konsep Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)

Sejak ditetapkan dan disyahkannya Undang-Undang Dasar 1945 oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945, maka
pada saat itu berlakulah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Mulai
saat itu penyelenggaraan akan didasarkan kepada ketentuan-ketentuan menurut
Undang-Undang Dasar ini. Dalam melaksanakan penyelenggaraan Negara sebagai
mana telah ditentukan di dalam Undang-Undang Dasar, tentu saja tidak dapat
sekaligus dilaksanakan sepenuhnya dalam waktu yang sangat singkat, untuk itu
maka diperlukan Undang-Undang peralihan. Undang-Undang Dasar telah memuat
pula ketentuan-ketentuan peralihan di dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Semuanya terdiri dari empat pasal aturan peralihan yakni pasal I-IV.
Dalam Undang – Undang Dasar 1945 Aturan Peralihan Pasal IV disebutkan:
“Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Pertimbanngan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini,
segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan Bantuan Komite Nasional”.
Untuk melaksanakan ketentuan pasal IV Aturan Peralihan, pada tanggal 29
Agustus 1945 dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang merupakan
badan pembantu presiden yang keanggotaanya terdiri dari pemuka-pemuka
masyarakat dari berbagai golongan dan daerah-daerah termasuk mantan anggota
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

13

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) adalah sebuah lembaga yang berfungsi
seperti MPR dengan tugas membantu Presiden. KNIP sebagai penjelma tujuan
dan cita-cita bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia.
Anggota KNIP berjumlah 137 orang berdasarkan yang telah diusulkan oleh
daerah para perintis kemerdekaan dan tokoh-tokoh yang aktif dalam gerakan
menuju kemerdekaan. Pembentukan KNIP berdasarkan pasal IV Aturan Peralihan
yang berbunyi, “Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat dan Dewan Pertimbanngan Agung dibentuk menurut Undang-Undang
Dasar ini, segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan Bantuan Komite
Nasional.” (Juniarto 1996 : 47)
Kedudukan Komite Nasional Indonesia sebagai pembantu Presiden ditegaskan
dalam keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal
22 Agustus 1945. Badan ini dibentuk diseluruh Indonesia dengan pusatnya di
Jakarta, berfungsi pula sebagai penjelma kebulatan tujuan dan cita-cita bangsa
Indonesia untuk menyelnggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan
kedaulatan rakyat. Badan tersebut berusaha untuk:
1. Menyatakan kemauan rakyat Indonesia untuk hidup sebagai bangsa yang
merdeka
2. Mempersatukan rakyat dari segi lapisan dan jabatan, supaya terpadu pada
segala tempat di seluruh Indonesia, persatuan kebangsaan yang bulat dan
erat
3. Membantu menentramkan rakyat dan turut menjaga keselamatan umum
4. Membantu pemimpin dalam menyelenggarakan cita-cita bangsa Indonesia
dan di daerah membantu pemerintah daerah untuk kesejahteraan umum
(Deliar Noer 2005 : 19).
Adapun kedudukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) ini kemudian
mengalami perubahan dengan dikeluarkanya Maklumat Wakil Presidenn No. X
yang berbunyi:
14

Bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat, sebelum terbentuknya Majelis
Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat, diserahi
kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan
Negara, serta menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional Pusat seharihari, berhubungan dengan gentingnya keadaan, dijalankan oleh sebuah
Badan Pekerja yang dipilih antara mereka dan bertanggung jawab kepada
Komite Nasional Pusat (C.T.S. Kansil 2000 : 282-283).
Dengan berlakunya Maklumat Wakil Presiden No. X ini, maka kedudukan
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) bukan lagi sebagai badan pembantu
presiden tetapi KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis
Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
5. Konsep Kerjasama
Dalam konteks organisasi maupun lembaga kerjasama antar organisasi itu untuk
mencapai tujuan organisasi ataupun seluruh anggota organisasi. Seperti yang
kemukakan Victor.A Thompson dalam buku Dasar-Dasar Organisasi kerjasama
merupakan setiap peserta mempunyai tugas dan kewenangan untuk dijalankan
agar tercapainya tujuan.
Selain itu juga Thompson berpendapat kerjasama memiliki derajat yang
berbeda, mulai dari koordinasi dan kooperasi (cooperation) sampai pada
derajat yang lebih tinggi yaitu collaboration. “Para ahli pada dasarnya
menyetujui bahwa perbedaan terletak pada kedalaman interaksi, integrasi,
komitmen dan kompleksitas dimana cooperation terletak pada tingkatan
yang paling rendah. Sedangkan collaboration pada tingkatan yang paling
tinggi” (Victor A.Thompson dalam Sutarto 1997 : 25).
Jadi, Kerjasama dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang akan
dicapai. Dalam lembaga Negara kerjasama dapat diperuntukan
fungsi masing-masing lembaga.

menjalankan

Menurut teori trias politik lembaga Negara

memiliki beberapa fungsi yakni fungsi legislatif, fungsi eksekutif, dan fungsi

15

yudikatif. Sehinggga dalam sebuah lembaga Negara untuk menjalankan fungsi
masing-masing lembaga memiliki kerjasama yang baik.

B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang coba dikembangkan dalam penelitian ini adalah hubungan
Komite Nasional Indonesia Pusat dengan Lembaga Kepresidenan. Pada awal
kemerdekaan di Indonesia sistem pemerintah dijalankan oleh dua lembaga yakni
Lembaga Kepresidenan dan KNIP. Karena pada saat itu hanya terdapat dua
lembaga yang menjalankan sistem pemerintahan maka dari dua lembaga ini
terjadilah

hubungan

antar

lembaga

untuk

menjalankan

sebuah

fungsi

pemerintahan yang sesuai dengan UUD 1945, dari hubungan antar kedua lembaga
ini setiap hubungan atau interaksi antar lembaga terdapat adanya kerjasama
(cooperation) untuk menjalankan fungsi masing-masing sehingga tercapai tujuan
yang diinginkan. Dalam kerjasama yang dilakukan KNIP dengan lembaga
kepresidenan terdapat beberapa kerjasama yang dilakukan pada kurun waktu
1945-1949 antara lain menyelesaikan perjanjian – perjanjian dengan Belanda,
merumuskan dan menetapkan Undang – Undang, memperbaharui lembagalembaga negara dan merancang Garis Garis Besar Haluan Negara. Dalam
kerjasama yang dilakukan KNIP dengan Lembaga Kepresidenan dapat kita
ketahui hubungan kerjasama yang terjalin antar Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun 1945-1949.

16

C. Paradigma

KNIP

Lembaga Kepresidenan

Hubungan Kerjasama KNIP
dengan Lembaga Kepresidenan
pada Tahun 1945-1949

Penyelesaian
perjanjian
dengan Belanda

Merancang
Undang - Undang

Membuat
GBHN

Memperbaharui
Lembaga Negara

Garis Hubungan kerjasama
Garis bentuk kerjasama

17

REFERENSI

Purwadarminta. 1989. Kamus Umum Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta. Halaman
955.
C.T.S Kansil. 2000. Hukum dan Tata Negara RI . Rineka : Jakarta. Halaman 81.
Inu Kencana.1992. Pengantar Ilmu Pemerintah. Eresco : Bandung. Halaman
101.
Joeniarto. 1996. Sejarah Ketatanegaraan RI. Bumi Aksara : Jakarta. Halaman 48
Soerjono Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantat. PT Raja Grafindo Persada :
Jakarta. Halaman 65.
Victor A. Thompson dalam Sutarto. 1979. Dasar – Dasar Organisasi. Gajah
Mada University Press : Yogyakarta. Halaman 25
Sutarto.1979. Dasar – Dasar Organisasi. Gajah Mada University Press :
Yogyakarta. Halaman 36
Ismail Suny.1985. Pembagian Kekuasaan Negara. Asara Baru : Jakarta. Halaman
4
Inu Kencana Syafiie. 2000. Sistem Pemerintah Indonesia. Rineka Cipta : Jakarta.
Halaman 100
Bargin Manan, Lembaga Kepresidenan, FH UII PRESS, Yogyakarta, 2006.
Dikutip dalam Web.
http://fristianhumalanggionline.wordpress.com/2008/05/26/tinjauanhistoris-yuridis-lembaga-kepresidenan-dalam-sistem-ketatanegaraanindonesia/. Yang diakses pada 25/03/2013 pukul 10:00 WIB
Mariam Budiardjo. 2003. Dasar Dasar Politik. PT.Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta. Halaman 157
Juniarto. 1996. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Bumi Aksara :
Jakarta. Halaman 47
Deliar Noer, dan Akbarsyah. 2005. Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Parlemen Indonesia 1945-1950. Yayasan Risalah : Jakarta. Halaman 19.
CTS. Kansil.2000. Hukum Dan Tata Negara RI. Rineka : Jakarta. Halaman 282283.
Victor A. Thompson dalam Sutarto. 1979. Dasar-Dasar Organisasi, Gajah Mada
Universitas Press : Yogyakarta. Halaman 25.

18

III. METODE PENELITIAN

A. Metode yang digunakan

Metode adalah cara yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu
permasalahan di dalam suatu penelitian. Metode penelitian merupakan suatu cara
atau jalan untuk memperoleh pemecahan terhadap suatu permasalahan. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, karena penelitian ini
mengambil obyek peristiwa-peristiwa pada masa lalu.
Yang dinamakan metode sejarah disini adalah suatu proses menguji menganalisis
secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Metode sejarah sebagai suatu
proses yang telah dilaksanakan oleh sejarawan dalam usaha mencari,
mengumpulkan, menguji, memilih, memisah dan menyajikan fakta sejarah serta
tafsiranya dalam susunanya yang teratur.
Menurut Nugroho Notosusanto bahwa metode sejarah ialah “Sekumpulan perinsip
dan aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara
efektif dalam mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan
kemudian menyajikan suatu sintese dari pada hasil-hasilnya (biasanya dalam
bentuk tertulis)” (Nugroho Notosusanto 1964:10-11).

19

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode historis adalah suatu cara di
dalam proses pengujian dan analisis data yang sudah terkumpul untuk dijadikan
bahan sejarah yang tertulis. Adapun langkah-langkah dalam penelitian historis,
yaitu:
1. Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber
sejarah
2. Kritik yaitu menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli, baik isi
maupun bentuknya
3. Interpretasi yaitu setelah memperoleh fakta yang diperlukan, maka kita
harus merangkaikan fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal
4. Historiografi yaitu merupakan kegiatan penulisan dalam bentuk laporan
hasil penelitian (Nugroho Notosusanto 1964 : 11).
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka langkah-langkah yang akan peneliti
lakukan adalah:
a. Heuristik
Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber sejarah.
Proses yang dilakukan penulisan dalam heuristik adalah mencari sumber-sumber
sejarah berupa arsip dan dokumen diperpustakaan yang sesuai dengan tema
penulisan dan juga mencari sumber-sumber data dan fakta yang berasal dari
pustaka yang dapat dijadikan literatur dalam penulisan. Sumber-sumber yang ada
kaitanya mengenai Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Lembaga
Kepresidenan dan teori-teori mengenai kelembagaan. Kegiatan ini dilakukan di
Perpustakaan Universitas Lampung, Arsip dan Perpustakaan Daerah Lampung
serta pencarian data di internet yang sesuai dengan tema penelitian.

20

b. Kritik
Kritik adalah menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli atau palsu dan apakah
dapat digunakan atau sesuai dalam penelitian.
Setelah data-data terkumpulkan, kemudian penelitian melakukan kritik terhadap
sumber-sumber yang telah didapatkan. Kritik ini dilakukan untuk menguji apakah
data valid atau tidak serta dapat menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan.
Kritik pada dasarnya berupa kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstrn adalah
kritik dengan melihat apakah sumber data yang didapat itu asli atau palsu,
sedangkan kritik intern bertujuan untuk meneliti kebenaran isi dari sumber yang
didapat. Setelah data dikumpulkan yang berkaitan mengenai tema penelitian yakni
Hubungan Kelembagaan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan
Lembaga Kepresidenan dalam sistem pemerintahan pada tahun 1945-1949.
c. Interpretasi
Pada tahap ini setelah mendapatkan fakta-fakta yang dilakukan, maka penulis
merangkaikan fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal, dalam hal ini
penulis berupaya untuk menganalisis data dan fakta yang telah diperoleh dan
dipilih sesuai dengan kajian penulis.
d. Historiografi
Historiografi adalah suatu kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil
penelitian, dalam hal ini penulis membuat laporan hasil penelitian berupa
penulisan skripsi dari apa yang didapatkan penulisan saat heuristik, kritik, dan
interpretasi. Penulisan skripsi disusun berdasarkan metode penulisan karya ilmiah

21

yang berlaku di Universitas Lampung. Dalam tahap historiografi ini peneliti
melakukan penulisan yang dituangkan dalam sebuah pembahasan dan hasil dalam
skripsi.
B. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimin Arikunto, variabel adalah objek suatu penelitian atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto 1998:91).
Pendapat lain mengatakan yang dimaksud sengan variabel adalah suatu gejala
yang akan menjadi objek pengamatan (Suharsimi Arikunto 1998:126).
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud variabel
adalah sesuatu obyek yang menjadi sentrum kajian dalam sebuah penelitian.
Variable dalam penelitian ini adalah hubungan Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) dengan Lembaga Kepresidenan pada tahun 1945-1949 dengan objek
penelitiannnya adalah Komite Nasional Indonesia Pusat.
C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian memerlukan data karena itu dilakukanlah kegiatan pengumpulan
untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai penelitian yang akan diteliti.
Adapun dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti
menggunakan dua teknik yaitu:
1. Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan
bermacam-macam materi yang terdapat di ruang perpustakan, misalnya dalam

22

bentuk koran, naskah, catatan, kisah sejarah dokumen-dokumen dan sebagainya
yang relevan dengan penelitian (Koentjoroningrat 1983:133).
Berguna sebagai sumber berbagai informasi baik berupa teori-teori, generalisasi
maupun konsep yang dikemukakan oleh para ahli yang ada pada sumber
kepustakaan, dengan jalan mempelajari buku atau literatur yang ada hubunganya
dengan permasalahan yang akan peneliti bahas. Data-data berasal dari sumbersumber informasi yang berupa buku-buku referensi (bahasa asing atau bahasa
indonesia/terjemahan) surat kabar atau majalah, foto-foto maupun peta yang
relevan. Kegiatan ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Lampung,
Perpustakaan daerah lampung dan Perpustakaan sejarah.
2. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari
catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang dilakukan oleh
seorang psikolog dalam meneliti perkembangan seseorang melalui catatan
pribadinya (Abdurrahman Fhatoni 2006:112).
Digunakan untuk memperoleh data masa lampau dan data masa sekarang, sebab
bahan-bahan dokumentasi mempunyai arti metodelogi yang sangat penting dalam
penelitian masyarakat yang mengambil orientasi historis. Data-datanya berasal
dari sumber-sumber informasi berupa buku-buku referensi, surat kabar atau
majalah dan foto-foto yang relevan dan berkaitan dengan tema penulisan yakni
hubungan kelembagaan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan
Lembaga Kepresidenan.

23

D. Teknik Analisis Data
Setelah data penelitian diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mengelola
data dan menganalisis data untuk diinterpretasikan dalam jawaban permasalahan
penelitian yang telah diajukan. Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif
maka data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dengan
demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data kualitatif.
Adapun definisi penelitian kualitalif menurut P. Joko Subagyo adalah
Penelitian kualitatif adalah data yang berupa informasi, uraian dalam
bentuk bahasa proses kemudian dikaitkan dengan data lainya untuk
mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya,
sehingga memperoleh gambaran baru ataupun menguatkan suatu
gambatan yang sudah ada dan sebaliknya (Joko Subagyo 1997:67).
Dalam sebuah penelitian, analisis data merupakan hal yang sangat penting karena
data yang sudah diperoleh akan lebih memiliki arti bila telah dianalisis.
Kecermatan dalam memilih teknik analisi data deskriptif kualitatif karena data
yang didapatkan tidak berupa angka-angka, akan tetapi data berupa fenomenafenomena dan kasus – kasus dalam bentuk laporan dan karangan sehingga harus
dideskripsikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Pada prinsipnya analisis data
dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Analisis data dilakukan
melalui beberapa tahapan. Tahapan – tahapan dalam proses analisi data kualitatif
meliputi:
a. Reduksi Data
Yaitu sebuah proses pemulihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan dilapangan.
Reduksi data juga merupakan bentuk analisis yang tajam, menggolongkan,
24

mengarahkan, serta membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data
sampai akhirnya bisa menarik sebuah kesimpulan.
b. Penyajian Data
Yaitu data yang dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun, memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dengan penyajian data tersebut akan dapat dipahami apa yang terjadi dan apa
yang harus dilakukan sehingga menganalisis atau mengambil tindakan
nantinya akan berdasarkan pemahaman yang didapatkan dari penyajian
tersebut. Setelah data disimpulkan mengenai hubungan kelembagaan komite
nasional Indonesia pusat (KNIP) dengan lembaga kepresidenan dalam sistem
pemerintahan maka data yang didapat disajikan berupa tulisan yang dapat
menjawab dari sebuah penelitian yang diteliti dan mudah dimengerti
sipembaca.
c. Verifikasi Data
Yakni menarik sebuah kesimpulan secara utuh setelah semuah makna-makna
yang muncul dari data yang sudah diuji kebenaranya, kekokohanya,
kecocokanya sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan yang jelas kegunaan
dan kebenaranya. Verfikasi data ini merupakan tahap terakhir dalam analisis
data setelah penyajian data. Setelah data sudah kuat kebenaranya mengenai
hubungan kelembagaan KNIP dengan lembaga kepresidenan dalam sistem
pemerintahan dan langkah selanjutnya menarik sebuah kesimpulan yang jelas
kegunaanya dan kebenaranya.

25

REFERENSI

Nugroho Notosusanto. 1964. Hakekat Sejarah dan Asas-Asas Metode Sejarah.
ISBA : Bandung. Halaman 10-11
Nugroho Notosusanto. Ibid. Halaman 11
Suharsimi Arikunto.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Rineka Cipta : Jakarta. Halaman 91.
Suharsimi Arikunto. Ibid. Halaman 126.
Koentjoroningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Sejarah. PT. Gramedia :
Jakarta. Halaman 133
Abdurrahman Fhatoni. 2006. Metodologi Penelitian & Teknik Pengumpulan
Skripsi. Rineka Cipta : Jakarta. Halaman 112.
Joko Subagyo. 1997. Metode Penelitian. Bina Aksara : Jakarta. Halaman 67.

26

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan dar