PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN KONSER MUSIK DI KOTA BANDARLAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN KONSER MUSIK DI KOTA BANDARLAMPUNG

Oleh

Agung Asadillah

Pemberian izin konser musik di Kota Bandarlampung berupa izin keramaian yang diterbitkan oleh kepolisian berdasarkan Juklap Kapolri No.Pol/02/XII/95 tentang Perizinan dan Pemberitahuan Kegiatan Masyarakat. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pemberian izin konser musik di Kota Bandarlampung dan apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam pemberian izin konser musik di Kota Bandarlampung.

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan normatif dan empiris dengan data primer dan sekunder, dimana masing-masing data diperoleh dari penelitian kepustakaan dan dilapangan. Analisis data dideskripsikan dalam bentuk uraian kalimat yang kemudian berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus dapat ditarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor keamanan menjadi hal yang mendasari kepolisian untuk menerbitkan izin keramaian pada sebuah konser musik. Prosedur dan persyaratan yang harus di penuhi oleh penyelenggara konser musik untuk mengajukan permohonan izin keramaian dengan artis lokal adalah membuat surat permohonan yang di tujukan kepada KAPOLRESTA, melampirkan proposal kegiatan, surat rekomendasi dari venue atau tempat konser berlangsung, surat rekomendasi dari polsek setempat, dan pemberian izin keramaian oleh Polresta Bandarlampung. Sedangkan untuk konser musik dengan bintang tamu artis nasional harus menyertakan surat rekomendasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, rekomendasi ambulance, rekomendasi pemadam kebakaran dan izin di terbitkan oleh Polda Lampung. Beberapa faktor penghambat dalam penerbitan izin keramaian ini adalah sumber daya manusia, ketidaklengkapan administrasi, tuntutan waktu dan adanya pungutan biaya dengan jumlah tertentu.


(2)

ABSTRACT

GIVING PERMISSION OF MUSIC CONCERTS AT THE CITY OF BANDARLAMPUNG

By

Agung Asadillah

Granting permission Bandarlampung music concert in the form of a permit issued by the police crowd by Juklap Kapolri No.Pol/02/XII/95 of the Licensing and Community Action Notification. The problem in this research is how the implementation of the licensing of music concerts in Bandarlampung and what is the limiting factor in licensing music concert in Bandarlampung.

This research was conducted through a normative and empirical approach to the primary and secondary data, wherein each of the data obtained from the research literature and in the field. Analysis of the data described in narrative form sentences which are then based on the facts of a special nature may be deduced. The results showed that safety becomes a factor underlying the police to issue licenses to the crowd at a music concert. Procedures and requirements that must be fulfilled by the organizers of the concert music to request permission crowd with a local artist who is making a written request addressed to the police chief, attaching the proposal, a letter of recommendation from the concert venue or a place, a letter of recommendation from the local police, and administration Bandarlampung crowds permission by the Police. As for the music concert with guest star national artists must include a letter of recommendation from the Department of Culture and Tourism, on ambulance, fire brigade and permit recommendations published by the Police Lampung. Some inhibiting factors in the issuance of this crowd is human resources, incompleteness administration, time demands and there is charge by a certain amount.


(3)

PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN KONSER MUSIK DI KOTA BANDARLAMPUNG

Oleh

AGUNG ASADILLAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 15 November 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Abdul Syukur dan Ibu Dianah.

Penulis mengawali pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Kedamaian dan tamat pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 5 Bandarlampung dan tamat tahun 2008, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 12 Bandarlampung dan tamat pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis di terima sebagai mahasiwa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui SNMPTN jalur tertulis atau reguler, dan menjadi Sekretaris Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Perhimpunan Mahasiswa Hukum Untuk Seni (UKM-F PESIKUSI) tahun 2012, Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (HIMA HAN) sebagai Sekertaris Umum pada tahun 2013 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pelongko Wati kecamatan Labuhan Ratu Tujuh, Kabupaten Lampung Timur.


(7)

PERSEMBAHAN

Yang Utama Dari Segalanya...

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.

Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta.

Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah

Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi

Ibu dan Ayah,

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah

memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas

yang bertuliskan kata cinta dan persembahan.

Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah karna kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku,

selalu menasehatiku menjadi lebih baik, Terima Kasih


(8)

MOTO

“True wisdom comes to each of us when we realize how little we understand about life, ourselves, and the world around us”

(Socrates)

“Then which of the favours Of your Lord will ye deny?” (QS Ar Rahman)

“Kekacauan adalah keramaian yang tidak dikendalikan, seperti anak panah yang menembakan diri kesegala arah”


(9)

SANWACANA

Puji syukur Penulis kehadirat Allah SWT dan nabi Muhammad SAW yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pemberian Izin Konser Musik di Kota Bandarlampung”, Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Akademik.

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negara yang telah memberikan arahan kepada Penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Akib, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada Penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Marlia Eka Putri AT, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah juga memberikan bimbingan kepada Penulis selama menyelesaikan skripsi ini.


(10)

5. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Pembahas I yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun kepada Penulis.

6. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. selaku dosen Pembahas II yang juga telah banyak memberi saran dan kritik yang membangun kepada Penulis.

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi Penulis.

8. Segenap Pimpinan, Karyawan/Staff dan Keluarga Besar Fakultas Hukum Universitas Lampung.

9. Abdul Syukur dan Diana sebagai orang tua terbaik yang ini telah memberikan do’a, dukungan, semangat, cinta dan kasih sayang setiap hari. 10. Sovi Lutfia adik tersayang yang selalu membantu, memberikan do’a, dan

dukungan untuk saya.

11. Thasa Aprilia Utama, Lis Sofiana, Budi Utama dan Bimo Meizano sebagai keluarga kedua yang sudah mencurahkan perhatian, do’a dan juga dukungan kepada penulis.

12. Keluarga besar UKM-F Persikusi beserta Panitia Yupture 2014 yang telah memberi pengalaman berorganisasi dalam bingkai kekeluargaan.

13. Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (HIMA HAN) yang selalu memberikan semangat dan do’a.

14. Kepaada keluarga besar 0721.Org, geew bibir, papi fuzzy, masbro, fahri ucok, edo kopi, yaya gendut, bowo gendut, atan bibir, suga pns, anang timbil, ladi kecil, adi tajir, ticiil berbie, ibev hotel, kevin cucung, moeng, sukro dragonball, chef koko dan segenap panitia september project, artery project dan april project yang telah memberikan warna warni masa muda.


(11)

15. Kepada almira, shintya sardi, murni triana, abdul, niko, afrian, ai, ika, iis, ines, andika, kresna, emil, jandri, daniko, fran, ponidi, andy lem, ebol, apip pasir, iqbal, bayu dan seluruh mahasiswa/i fakultas hukum angkatan 2011 yang telah menjadi teman seperjuangan.

16. Keluarga besar Radio Sonora, ate, imam, idham, dinda, husa, anang, nabila, ebeth, tara, iwan, sendi, uni muti, iki, fifi, rahma, emon yang sudah memberikan banyak pengalaman dan ilmu seputar dunia siaran.

17. Staff gedung D, Pak Misyo, Mas Hadi, Kiyay Zul, Pak Sutris, Bu Yenti, Bang Denis yang telah memberi arahan kepada penulis.

18. Sari, Emak, Ncis, Tante Tuti, terima kasih atas waktu, tenaga dan kelapangan hati nya yang telah memberi kemudahan pembayaran makan siang penulis pada saat proses skripsi ini dibuat.

19. Almamater tercinta dan Tanah Airku Indonesia.

Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangsempurnaan skripsi ini. Namun demikian, Penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu hukum pada khususnya dan khalayak pada umumnya.

Bandar Lampung, 2015

Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN BAB Halaman

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 6

1.3. Ruang Lingkup Penelitian...6

1.4. Tujuan Penelitian... 7

1.5. Kegunaan Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian izin... 8

2.2. Jenis dan Sifat izin... 13

2.3. Fungsi izin... 16

2.4. Bentuk Perizinan... 17

2.4.1. Dispensasi... 17

2.4.2. Lisensi... 18

2.4.3. Konsensi... 18

2.4.4. Rekomendasi... 18

2.5. Musik... 19

2.6. Konser Musik... 19

2.7. Izin Keramaian... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah... 22

3.2. Sumber Data... 23

3.2.1. Data Primer... 23

3.2.2. Data Sekunder... 23

3.3. Metode Pengumpulan Data... 24

3.4. Metode Pengolahan Data... 25

3.5. Analisis Data... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 26

4.1.1. Gambaran Umum Polresta Bandarlampung... 26

4.1.2. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandarlampung... 34


(13)

4.2. Pelaksanaan Pemberian Izin Konser Musik di Kota

Bandarlampung... 35

4.3. Faktor Penghambat Pemberian Izin Konser Musik di Kota Bandarlampung... 48

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan... 52 5.2. Saran... 53


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Izin adalah suatu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang.1 Ini adalah paparan luas dalam arti izin. Didalamnya dapat diadakan perbedaan berdasarkan berbagai figur hukum, inti dari hal ini adalah segala jenis izin memiliki inti yang sama, yaitu memberikan perkenan pada sesuatu yang mestinya dilarang. Kemudian terdapat istilah yang mirip dengan izin yaitu pembebasan atau dispensasi, dispensasi memiliki makna yang berbeda dengan izin, izin dalam arti sempit adalah bahwa suatu tindakan dilarang kecuali di perkenankan, dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus. Jadi, persoalannya bukan hanya memberi perkenan dalam keadaan-keadaan yang sangat khusus, tetapi agar tindakan-tindakan yang diperkenankan dilakukan dengan cara tertentu.2

1

N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, “Pengantar Hukum Perizinan”, yang disunting oleh Philipus M. Hadjon, Surabaya: Yuridika, 1993, hlm. 2

2


(15)

2

Kemudian ada istilah perizinan, perizinan adalah suatu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk melakukan suatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau di peroleh oleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan.3 Jadi, izin adalah suatu perkenan atau pengecualian, sedangkan perizinan adalah pelaksanaan untuk mendapatkan suatu izin.

Izin merupakan hal yang sangat penting, seperti yang dikemukakan oleh Philipus M. Hadjon mengatakan Instrumen perizinan digunakan untuk mengarahkan/ mengendalikan (aturan) aktifitas tertentu, mencegah bahaya yang dapat ditimbulkan oleh aktifitas tertentu, melindungi objek-objek tertentu, mengatur distribusi benda langka, Seleksi orang dan/atau aktifitas tertentu. Dengan tujuan yang demikian maka setiap izin pada dasarnya membatasi kebebasan individu. Dengan demikian wewenang membatasi hendaknya tidak melanggar prinsip dasar negara hukum, yaitu asas legalitas.

Kemudian banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat yang memerlukan izin, seperti membangun suatu bangunan atau gedung, berniaga, atau sekedar mengemudipun memerlukan izin, termasuk mengadakan konser musik juga membutuhkan izin. Izin diperlukan dalam konser musik karena biasanya konser musik menimbulkan suara yang cukup keras sehingga dapat mengganggu warga di sekitar lokasi konser, selain itu banyaknya pengunjung yang hadir untuk

3

Adrian Sutedi, “Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik”, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm. 168


(16)

3

menyaksikan konser juga dapat menyebabkan kemacetan pada jalan raya, selain itu tingkat kriminalitas di kerumunan penonton konser menjadi perhatian yang lebih bagi para penyelenggara konser dan pihak berwajib. Atas dasar hal inilah izin sangat diperlukan, selain untuk mengendalikan para penyelenggara konser agar tidak mengadakan konser di tempat yang tidak sesuai, izin juga berguna sebagai pemberitahuan dini kepada masyarakat di sekitar lokasi konser musik, kemudian izin juga berguna sebagai informasi kepada pihak kepolisian agar kerumunan kendaraan pengunjung konser tidak menimbulkan kemacetan, sehingga kegiatan masyarakat yang lainnya akan berjalan seperti biasanya.

Di Kota Bandarlampung sendiri, sejak Bulan Juni sampai Bulan Desember 2014 telah banyak konser musik yang di selenggarakan, seperti konser YUPTURE

(Youth Appreciation For Cultur) yang di selenggarakan di Kolam Renang Pahoman, pada Bulan Juni 2014, kemudian September Project yang di adakan di Kolam Renang Pahoman, pada Bulan September 2014, lalu Festival Akbar yang di selenggarakan di Lapangan Saburai pada Bulan Oktober 2014, kemudian Artery Project yang di selenggarakan di Graha Mandala Alam, pada Bulan November 2014, kemudian Clasounsation yang diselenggarakan di Balai Krakatau pada Bulan November 2014, dan Project Ruang Kosong yang di selenggarakan di Alam Wawai, pada November 2014.

Hampir setiap bulannya diselenggarakan konser musik di Kota Bandaralampung, mengingat jumlah pengunjung konser yang tidak sedikit dan antusiasme kaum muda untuk menyelenggarakan konser musik juga tidak sedikit, maka pengendalian terhadap hal ini sangatlah penting, karena jika tidak dikendalikan,


(17)

4

maka akan merugikan bukan hanya masyarakat sekitar lokasi konser, tetapi juga para penyelenggara konser musik, dan yang dapat mengendalikan hal ini adalah izin.

Bukan hanya pemerintah yang berperan mengendalikan izin, tetapi juga membutuhkan peran dari penyelenggara konser itu sendiri, terdapat setidaknya dua konser musik yang batal karena tidak memiliki izin, diantaranya adalah

Raveland yang di selenggarakan di Kolam Renang Pahoman pada Bulan September 2014 lalu, terpaksa di bubarkan oleh pihak Polrestabes dikarenakan tidak memiliki izin, kemudian Octopool Party yang diselenggarakan di Kolam Renang Alung pada Bulan Oktober 2014 lalu, juga di bubarkan dikarenakan tidak ada izin. Hal ini tentunya sangat merugikan, bukan hanya pada pihak penyelenggara, namun pada pihak sponsor dan pengunjung konser itu sendiri, sehingga peran izin sangatlah penting dalam penyelenggaraan konser musik, kemudian yang tidak kalah pentingnya lagi adalah peran Kepolisian Republik Indonesia. Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Jadi peran kepolisian sangat penting dalam berjalannya suatu konser musik.

Untuk mengadakan konser musik izin yang dibutuhkan adalah izin keramaian, dan yang berhak mengeluarkan izin keramaian untuk konser musik adalah pihak kepolisian di tingkat Polres, untuk di Kota Bandarlampung dalam hal ini yang


(18)

5

berwenang adalah Polresta Bandarlampung, namun jika bintang tamu dalam konser musik itu merupakan artis nasional, maka yang mengeluarkan izin keramaian untuk konser musik tersebut adalah Polda Lampung dengan rekomendasi dari Polresta Bandarlampung, hal ini sesuai dengan Juklap Kapolri No.Pol/02/XII/95 tentang Perizinan dan Pemberitahuan Kegiatan Masyarakat.

Selain pihak kepolisian, salah satu instansi yang juga berperan dalam perizinan konser musik adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandarlampung. Karena salah satu syarat untuk mendapatkan izin keramaian adalah adanya rekomendasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Sudah menjadi wewenang kepolisian untuk menerbitkan izin keramaian pada konser musik, sesuai dengan tujuan kepolisian yang tercantum dalam Pasal 13 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu :

1. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; 2. menegakkan hukum; dan

3. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Sebagaimana yang telah tercantum dalam Pasal 13 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat yang berarti suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta


(19)

6

terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. serta memberikan perlindungan pengayoman dan pelayanan masyarakat merupakan pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang dibantu oleh masyarakat sesuai dengan Hak Asasi Manusia. Fungsi dari pembuatan izin keramaian ini guna mencegah adanya pelanggaran pelanggaran hukum yang tidak menciptakan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat yang di lakukan oleh penyelenggara kegiatan dan oleh orang orang atau kelompok yang ikut serta dalam kegiatan tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti berusaha untuk meneliti bagaimana pelaksanaan pemberian izin konser musik di Kota Bandarlampung.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a) Bagaimanakah pelaksanaan pemberian izin konser musik di Kota Bandarlampung?

b) Apakah yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pemberian izin konser musik di Kota Bandarlampung?

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada kajian ilmu hukum Administrasi Negara, tentang bagaimanakah pelaksanaan pemberian izin konser musik di Kota Bandarlampung dan apa saja yang menjadi faktor penghambat pemberian izin konser musik di Kota Bandarlampung.


(20)

7

1.4. Tujuan Penelitian

a) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pemberian izin konser musik di Kota Bandarlmapung.

b) Untuk mengetahui faktor penghambat pemberian izin konser musik di Kota Bandarlampung.

1.5. Kegunaan Penelitian 1.5.1. Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang ilmu administrasi negara, dan mengembangkan konsep teori kemampuan analisis khususnya tentang pelaksanaan pemberian izin konser musik di Kota Bandarlampung dan apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam pemberian izin konser musik di Kota Bandarlampung.

1.5.2. Kegunaan Praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu hukum di bidang Hukum Administrasi Negara, khususnya mengenai Hukum Perizinan dengan membandingkan praktik di lapangan;

b. Memberikan tambahan literatur dan sumber bacaan, sehingga dapat menjunjung ilmu pengetahuan di bidang Hukum Administrasi Negara dalam lingkup Hukum Perizinan;

c. Sebagai rekomendasi strategis bagi pengusaha/investor yang akan menjalankan suatu event di bidang musik khususnya di Kota Bandarlampung;

d. sebagai tambahan informasi bagi mahasiswa atau pihak-pihak lain yang akan mengadakan penelitian lanjutan dibidang event organizer.


(21)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Izin

Izin sangat sulit untuk di definisikan, hal ini dikemukakan oleh Van der Pot yang mengatakan, “sangat sukar membuat definisi untuk menyatakan pengertian izin itu”, hal ini disebabkan oleh antara para pakar tidak terdapat persesuaian paham, masing-masing melihat dari sisi yang berlainan terhadap objek yang di definisikannya, sukar memberikan definisi bukan berarti tidak terdapat definisi, bahkan terdapat definisi yang beragam tentang izin.1

Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan syah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu.2 Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.3 Perizinan maksudnya dapat berebntuk pendaftaran, rekomendasi sertifikat, penentuan kuota dan izin untuk melaksanakan suatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu

1

Adrian Sutedi, “Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik”, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm. 167

2

Pasal 1 ayat (8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

3

http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-perijinan(diakses pada 20 oktober 2013)


(22)

9

organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan. Sebagai perbuatan hukum yang sepihak dari pemerintah, perizinan menimbulkan hak dan kewajiban bagi si pemohon yang perlu ditetapkan dan diatur dalam peraturan perundangan agar terdapatnya kepastian serta kejelasan, baik mengenai persyaratan dan juga mengenai prosedur pemberian izin.

Izin (Verguning) adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Izin juga dapat diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan atau pembebasan dari suatu larangan.4 Beberapa ahli juga berpendapat mengenai definisi izin, diantaranya adalah Utrecht, Perizinan adalah bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan tetapi masih jua memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi Negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning). Kemudian Prins berpendapat bahwa Perizinan adalah pada izin memuat uraian yang limitatif tentang alasan-alasan penolakannya, sedangkan syarat atau bebas dispensasi memuat uraian yang limitatif tentang hal-hal yang untuknya dapat diberikan dispensasi itu, tetapi perbedaan ini tidak selamanya jelas.

Menurut Ateng Syarifuddin, Perizinan adalah bahwa izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh atau als opheffing van

4


(23)

10

een algemen verbodsregel in het concrete geval (sebagai peniadaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa konkret).

Kemudian Bagir Manan mengatakan Perizinan adalah bahwa izin dalam arti luas, suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu secara umum dilarang.5 Izin tidak sama dengan pembiaran, jika suatu aktivitas dari anggota masyarakat yang sebenarnya dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, tetapi tidak dilakukan penindakan oleh aparatur yang berwenang, pembiaran itu bukan berarti diizinkan, jadi dapat diakatakan izin harus ada keputusan konstitutif dari aparatur yang berwenang menerbitkan izin6 sehingga berkenaan dengan fungsi-fungsi hukum modern, izin dapat diletakkan dalam fungsi menertibkan masyarakat.7

Sedangkan pelepasan atau pembebasan atau dispensasi, berlawanan dengan izin, namun keduanya memiliki maksud yang sama yaitu pengecualian yang sungguh-sungguh. Pelepasan adalah kecualian atas larangan sebagai aturan umum. Pemberian perkenan berhubungan erat dengan keadaan-keadaan khusus peristiwa.8

Kemudian ada istilah perizinan, perizinan dapat didefenisikan dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas yakni merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan

5

http://www.negarahukum.com/hukum/perizinan.html, diakses pada hari Rabu, 8 Oktober 2014, pukul 14.30 WIB

6

Helmi, “Hukum Perzinan Lingkungan Hidup”, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, hlm. 78

7

Ridwan H.R., “Hukum Administrasi Negara”, Jakarta: Rajagrafindo, 2006, hlm. 217

8


(24)

11

izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan.

Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenaan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya. Sedangkan dalam arti sempit yakni pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Tujuannya ialah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun di mana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekedarnya. Hal pokok pada izin dalam arti sempit adalah bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenaan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus.

Jadi persoalannya bukanlah untuk hanya memberi perkenaan dalam keadaan-keadaan yang sangat khusus, tetapi agar tindakan-tindakan yang diperkenankan dilakukan dengan cara tertentu/ dicantumkan dalam ketentuan-ketentuan.9

Philipus M. Hadjon mengatakan Instrumen perizinan digunakan untuk mengarahkan/ mengendalikan (aturan) aktifitas tertentu, mencegah bahaya yang

9

N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, “Pengantar Hukum Perizinan”, yang disunting oleh Philipus M. Hadjon, Surabaya: Yuridika, 1993, hlm. 2-3


(25)

12

dapat ditimbulkan oleh aktifitas tertentu, melindungi objek-objek tertentu, mengatur distribusi benda langka, Seleksi orang dan/atau aktifitas tertentu. Dengan tujuan yang demikian maka setiap izin pada dasarnya membatasi kebebasan individu. Dengan demikian wewenang membatasi hendaknya tidak melanggar prinsip dasar negara hukum, yaitu asas legalitas.

Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu badan atau wadah secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan yang diharapkan. pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dan sebagainya).10

Berdasarkan Pasal 1 ayat 6 Peraturan Kepala BKPM No. 12 tahun 2009, yang termasuk dalam pelayanan perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan penanaman modal yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pedoman Tata Cara Permohonan Perizinan Penanaman Modal selain diatur dalam Perka BKPM No. 12 tahun 2009, juga diatur dalam ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi teknis/kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) terkait, gubernur dan bupati/ waliKota.11

10

http://kbbi.web.id/laksana, diakses pada hari Rabu, 8 Oktober 2014, pukul 15.30 WIB

11


(26)

13

2.2. Jenis dan Sifat Izin

Pada dasarnya izin merupakan keputusan pejabat/badan tata usaha negara yang berwenang, Adrian Sutedi dalam bukunya yang berjudul Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik mengemukakan sifat izin, yang isi atau substansinya memiliki bebrapa sifat:

a) Izin bersifat bebas adalah izin sebagai keputusan tata usaha negara yang penerbitannya tidak terikat pada aturan dan hukum tertulis serta organ yang berwenang dalam izin memiliki kadar kebebasan yang besar dalam memutuskan pemberian izin.

b) Izin bersifat terikat adalah izin sebagai keputusan tata usaha negara yang penerbitannya terikat pada aturan dan hukum tertulis dan tidak tertulis serta oragan yang berwenang dalam izin kadar kebebasannya dan wewenangnya tergantung pada kadar sejauh mana peraturan perundang-undangan mengaturnya. Contoh dari izin yang bersifat terikat adalah IMB, izin HO, izin usaha industri, dan lain-lain.

c) Izin yang bersifat menguntungkan, merupakan izin yang isinya mempunyai sifat menguntungkan pada yang bersangkutan. Izin yang bersifat menguntungkan isi nyata keputusan merupakan titik pusat yang memberi augerah kepada yang bersangkutan. Dalam arti yang beersangkutan memiliki hak-hak atau pemenuhan tuntutan yang tidak akan ada tanpa keputusan tersebut. Misalnya SIM, SIUP, SITU dan lain-lain. d) Izin yang bersifat memberatkan, merupakan izin yang isinya mengandung

unsur-unsur memberatkan dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang berkaitan kepadanya. Selain itu izin yang bersifat memberatkan juga


(27)

14

merupakan izin yang memberi beban kepada orang lain atau masyarakat sekitarnya. Misalnya izin yang diberikan kepada perusahaan tertentu, bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya yang merasa dirugikan, izin tersebut adalah beban.

e) Izin yang segera berakhir, merupakan izin yang menyangkut tindakan-tindakan yang akan segera berakhir atau izin yang masa berlakunya relatif pendek, misalnya izin mendrikan bangunan (IMB), yang hanya berlaku untuk mendirikan bangunan dan berakhir pada saat bangunan selesai didirkan.

f) Izin yang berlangsung lama, merupakan izin yang menyangkut tindakan-tindakan yang berakhirnya atau masa berlakunya relatif lama, misalnya izin usaha industri dan izin yang berhubungan dengan lingkungan.

g) Izin yang bersifat pribadi, merupakan izin yang isinya tergantung pada sifat atau kualitas pribadi dan pmohon izin. Misalnya, izin mengemudi (SIM).

h) Izin yang bersifat kebendaan, merupakan izin yang isinya tergantung pad sifat dan objek izin, misalnya izin HO, SITU, dan lain-lain.

Terdapat banyak sifat terkait izin, dengan demikian, izin adalah penyimpangan yang legal dari ketentuan-ketentuan yang di buat oleh pemerintah dan hak-hak orang lain, tanpa melupakan di dalam hak pribadi seorang manusia, terdapat hak orang lain. Pasal 13 ayat (2) Perka BKPM No. 12 tahun 2009 menyebutkan jenis-jenis perizinan penanaman modal, antara lain:

a) Pendaftaran Penanaman Modal (Pendaftaran), adalah bentuk persetujuan awal Pemerintah sebagai dasar memulai rencana penanaman modal.


(28)

15

Jangka waktu penerbitan Pendaftaran menurut Pasal 33 ayat (4) Perka BKPM 12/2009 yaitu 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar;

b) Izin Prinsip Penanaman Modal (Izin Prinsip), adalah izin untuk memulai kegiatan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal. Jangka waktu penerbitan Izin Prinsip berlaku sama bagi investor asing dan investor dalam negeri. Menurut Pasal 34 ayat (4) dan Pasal 35 ayat 5 Perka BKPM 12/2009, Izin Prinsip akan diterbitkan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar;

c) Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal (Izin Prinsip Perluasan), adalah izin untuk melakukan rencana perluasan penanaman modal di bidang usaha yang memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal. Jangka waktu penerbitan Izin Prinsip Perluasan menurut Pasal 36 ayat 3 Perka BKPM 12/2009 yaitu 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar; d) Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal (Izin Prinsip Perubahan), adalah

izin untuk melakukan perubahan atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam Izin Prinsip/ Izin Prinsip Perluasan sebelumnya. Jangka waktu penerbitan Izin Prinsip Perubahan menurut Pasal 42 ayat 3 Perka BKPM No. 12 tahun 2009 yaitu 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar;


(29)

16

e) Izin Usaha, Izin Usaha Perluasan, Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger) dan Izin Usaha Perubahan. Pada Izin Usaha, Izin Usaha Perluasan, dan Izin Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger), jangka waktu penerbitannya menurut Pasal 45 ayat 8 Perka BKPM No. 12 tahun 2009 yaitu 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. Sementara pada Izin Usaha Perubahan, menurut Pasal 45 ayat 9 Perka BKPM No. 12 tahun 2009, jangka waktu penerbitannya yaitu 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar;

2.3. Fungsi Izin

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Permohonan adalah permintaan kepada orang yg lebih tinggi kedudukannya.12 Terkait dengan permohonan izin, biasanya pengajuan permohonan merupakan permulaan dari acara perizinan. Permohonan ialah permintaan dari yang berkepentingan akan suatu keputusan. Jadi, permintaan harus datang dari yang berkepentingan, yakni pihak yang kepentingannya langsung berhubungan dengan suatu keputusan. Bila permintaan tidak dilakukan oleh yang berkepentingan, maka penolakan untuk memberikan izin, tidak merupakan keputusan TUN.13 Dari sudut kepastian hukum dan sehubungan dengan ketentuan jangka waktu bagi keputusan atas permohonan, pada prinsipnya permohonan harus diajukan dengan tertulis, kecuali bila diatur secara lain oleh ketentuan undang-undang. Setidak-tidaknya permohonan memuat tanda tangan, nama dan alamat pemohon, petunjuk mengenai izin yang diminta dan tanggal.

12

http://kbbi.web.id/mohon, diakses pada hari Rabu, 8 Oktober 2014, pukul 15.50 WIB

13

N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, “Pengantar Hukum Perizinan”, yang disunting oleh Philipus M. Hadjon, Surabaya: Yuridika, 1993, hlm. 51


(30)

17

Disamping syarat-syarat formal ini, pemohon selanjutnya harus memberikan data dan surat-surat (dokumen-dokumen, surat-surat bukti) yang diperlukan untuk memutuskan permohonan. Dalam peraturan perundang-undangan khusus dapat di tentukan lebih lanjut, data mana yang di perlukan. Selanjutnya pemohon hanya wajib menyerahkan data yang dengan pantas dapat diperolehnya. Kadangkala disini harus di pertimbangkan siapa yang lebih gampang akan dapat memperoleh informasi tertentu, organ pemerintahan atau pemohon. Disamping itu, pentingnya permohonan harus dibandingkan dengan jerih payah untuk memperoleh data bersangkutan.

2.4. Bentuk Perizinan

Bentuk-bentuk lain dari perizinan itu sendiri adalah dispensasi, izin, lisensi, konsensi dan rekomendasi. Berikut pengertian bentuk-bentuk dari pengertian tersebut.

2.4.1. Dispensasi

Dispensasi adalah kekecualian yang sungguh-sungguh, yakni merupakan kekecualian atas larangan sebagai aturan umum. Pemberian perkenan berhubungan erat dengan keadaan-keadaan khusus peristiwa.14 Dispensasi bertujuan untuk menembus rintangan yang sebetulnya secara normal tidak diizinkan, jadi berarti menyisihkan pelarangan dalam hal yang khusus (relatie legis). Adapun pemberian dispensasi haruslah memenuhi persyaratan tertentu yang diatur didalam peraturan yang berlaku dan agar setiap orang dapat melakukan perbuatan hukum yang dapat menerobos dari peraturan yang telah

14


(31)

18

berlaku, namun hal tersebut tidak terlepas dari peran yang dimiliki kekuasaan yaitu pemerintah untuk memberikan dispensasi yang harus jelas batasnya.

2.4.2. Lisensi

Nama lisensi nampaknya tepat untuk izin dalam menjalankan suatu usaha, izin tersebut tidak menjamin bahwa yang memperoleh lisensi tidak akan campur tangan dalam perusahaan atau bidang usaha yang dilakukan. Meskipun lisensi memberikan suatu keleluasaan terhadap usaha tersebut.

2.4.3. Konsensi

Konsensi senantiasa mengenai pekerjaan yang berkaitan dengan kepentingan umum harus benar-benar dilaksanakan. Maka dari itu pemegang konsensi baik oleh undang-undang maupun dengan cara mengadakan persyaratan, pemegang konsensi hamper senantiasa diwajibkan untuk melaksanakan pekerjaan yang diizinkan kepadanya dalam waktu tertentu dan dapat dilaksanakan dengan penyelenggaraan yang teratur.15

2.4.4. Rekomendasi

Selain dispensasi, lisensi dan konsensi dalam masalah perizinan juga dikenal rekomendasi. Rekomendasi dapat diartikan sebagai pertimbangan yang diberikan oleh badan atau pejabat yang berwenang untuk digunakan dalam pemberian izin pada suatu bidang tertentu. Rekomendasi merupakan instrumen yang cukup penting dalam soal perizinan karena rekomendasi diberikan oleh badan atau pejabat yang mempunyai kompetensi atau kapasitas khusus di bidang tertentu, bahkan didasarkan pada keahlian dalam suatu disiplin tertentu. Penerbitan

15


(32)

19

rekomendasi didahului oleh adanya permohonan yang bias saja ditolak dan pemrosesannya dilakukan, seperti layaknya penerbitan suatu izin pula. Agak berbeda dengan izin, rekomendasi merupakan sesuatu yang tidak langsung mempunyai daya ikat. Artinya, instansi yang berwenang menerbitkan izin dapat menggunakan rekomendasi sebagai acuan atau referensi, tetapi tidak tertutup kemungkinan bagi pejabat atau instansi yang berwenang menerbitkan izin untuk menggunakan pertimbangan lain. Namun demikian, mengingat rekomendasi dikeluarkan oleh badan atau instansi yang mempunyai kewenangan dan keahlian pada bidang tertentu maka mau tidak mau juga diindahkan.16

2.5. Musik

Musik adalah seni yang paling abstrak sekaligus juga merupakan realitas fisika bunyi yang memiliki banyak keunggulan untuk membantu pendidikan watak halus seseorang. Ia telah banyak dikaji oleh para pemikir, kaum agama, pendidik, dan teoretikus seni, selain sebagai seni ia banyak digunakan untuk berbagai keperluan mulai dari tradisi, adat, hiburan, maupun pendidikan.

2.6. Konser Musik

Kejelasan definisi seperti ini memang harus dilakukan terlebih dahulu jika hendak membicarakan konser musik. Konser musik ini tersendiri sering diartikan sebagai sebuah pertunjukan musikalitas yanng mempertunjukkan seniman dalam keadaan personal ataupun kelompok yang mempertontonkan kelebihan mereka dalam bidang seni musik.

16

Purdyatmoko Y. Sri. 2009. Perizinan: Problem dan Upaya Pembenahan. Grafindo: Jakarta. hal. 10-11


(33)

20

Konser musik harus diartikan sebagai sebuah pertunjukan musikalitas seni yang membuat musik itu menjadi sebuah kreasi tersendiri sehingga melibatkan hubungan emosi antara seniman dan para penonton. Jadi pada intinya Konser Musik ini tersendiri merupakan sebuah ajang kreativitas seni atau ajang kreasi para musisi ataupun seniman.17 Di Bandarlampung sendiri telah banyak berbagai aliran musik yang berkembang di masyarakat, seperti Pop, Rock, Jazz, Country,

hingga musik-musik beraliran Electronic seperti Dutch, DubStep, Trap, dan lain-lain, masing-masing aliran musik ini memiliki penggemar yang berbeda-beda dengan tingkah laku penggemar yang juga berbeda beda, sehingga hal ini juga mempengaruhi penerbitan izin konser musik itu sendiri. Untuk mengadakan konser musik sendiri diperlukan izin seperti izin gangguan, hal ini dikarenakan dalam hak setiap orang terdapat hak orang lain, sehingga jika akan mengadakan suatu kegiatan yang menimbulkan keramaian, kegaduhan, maupun gangguan, diperlukan izin ini. Hukum tidak saja merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, melainkan meliputi pula lembaga-lembaga dan proses-proses yang mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan.18

2.7. Izin Keramaian

Bentuk izin yang diperlukan untuk mengendalikan kegiatan keramaian adalah izin keramaian yang harus dibuat atau dipenuhi oleh penanggung jawab kegiatan sebagai pemohon izin. Adapun yang dimaksud dengan izin keramaian adalah izin yang diberikan kepada orang perorang, organisasi atau kelompok dan atau panitia

17

8http//www.freziainfo.com/forum/viewtopic.php?t=2859&sid+d7b01d67c9ab28d218df9535 d886b661, diakses tanggal 8 Oktober 2014, pukul 16.54 WIB

18

Mochtar Kusumaatmadja, “Pembinaan Hukum dalam Rangka Pembangunan Nasional”, Bandung: Binacipta, 1986, hlm. 11


(34)

21

atas permintaannya untuk mengumpulkan orang dalam jumlah banyak baik untuk kegiatan kerohanian, sosial, politik, seni budaya, demonstrasi maupun kegiatan ilmiah.

Dalam Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara ini, menyatakan peranan penting pihak Kepolisian dalam “keramaian” dan pemberian izin untuk mengadakan suatu kegiatan yang berada dibawah pengawasan aparat Kepolisian agar terciptanya kepercayaan masyarakat yang berada diwilayah tempat dimana “keramaian” itu berlangsung kepada aparat Kepolisian yang mengawasi.


(35)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah

Peneliti menggunakan pendekatan masalah dengan cara normatif empiris. Suatu penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama, menelaah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, peraturan dan sistem hukum.1

Penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan peraturan perundang-undangan atau antara hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakan hukum tersebut.

Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang atau kontrak) secra in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.2

1

Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung. Citra Aditya Bakti hlm.135

2


(36)

23

Penggunaan kedua macam pendekatan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas dan benar terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian guna penulisan skripsi ini.

3.2. Sumber Data

3.2.1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti dari hasil studi dan penelitian di lokasi penelitian. Yaitu wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dengan penelitian yaitu POLRESTA Bandarlampung dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandarlampung.

3.2.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi terhadap bahan hukum, data sekunder yang peneliti gunakan terdiri dari:

1. Bahan hukum primer, yaitu:

a) Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

b) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

c) Peraturan Kepala BKPM No. 12 tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Penanaman Modal

d) Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;

e) Juklap Kapolri No.Pol/02/XII/95 tentang Perizinan dan Pemberitahuan Kegiatan Masyarakat.


(37)

24

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang bersumber dari buku-buku ilmu hukum dan tulisan-tulisan hukum lainnya.

3. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang bersumber dari kamus hukum, kamus besar bahasa indonesia, majalah, surat kabar dan jurnal penelitian hukum serta bersumber dari bahan-bahan yang di dapat melalui internet.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari undang-undang, peraturan pemerintah dan literatur hukum yang berkaitan dengan kekuatan pembuktian keterangan saksi. Hal ini dilakukan dengan cara membaca, mengutip dan mengidentifikasi data yang sesuai dengan pokok bahasan dan ruang lingkup penelitian ini.

b) Studi Lapangan

Untuk memperoleh data primer, studi lapangan ditempuh dengan cara melakukan wawancara dengan memberikan pertanyaan (question) kepada Informan di POLRESTA Bandarlampung yaitu Kasat Intelkam dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandarlampung untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang permasalahan yang peneliti kaji, yaitu tentang Pelaksanaan Pemberian Izin Konser Musik di Kota Bandarlampung.


(38)

25

3.4. Metode Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau artikel yang berkaitan dengan judul dan permasalahan.

b) Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif.

c) Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterprestasikan data.

3.5. Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang dihasilkan dari penelitian dilapangan kedalam bentuk penjelasan dengan cara sistematis sehingga memiliki arti dan dapat ditarik kesimpulan. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan dengan cara induktif yaitu cara berfikir dalam menguraikan data yang diperoleh dengan menempatkan hasil-hasil analisis secara khusus, kemudian ditarik kesimpulan secara umum.3

3


(39)

52

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

a) Pelaksanaan yang benar dalam mengajukan izin keramaian pada konser musik adalah: Membuat surat permohonan yang di tujukan kepada KAPOLRESTA, melampirkan proposal kegiatan/acara, surat rekomendasi dari Venue atau tempat konser berlangsung, surat rekomendasi dari POLSEK setempat, permohonan di ajukan paling lambat 7 (Tujuh) hari sebelum acara, pemberian izin keramaian oleh POLRESTA Bandarlampung, sedangkan untuk konser musik dengan bintang tamu artis nasional, terdapat sedikit perbedaan pada prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu: rekomendasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandarlampung, melampirkan surat rekomendasi Ambulance, melampirkan surat rekomendasi pemadam kebakaran, permohonan diajukan paling lambat 14 (Empat Belas) hari sebelum konser musik berlangsung, pemberian izin keramaian oleh POLDA Lampung.

b) Bebrapa faktor penghambat dalam penerbitan izin keramaian pada konser musik adalah: sumber daya manusia yang tidak mengetahui prosedur yang benar dalam mengajukan izin tersebut, mengajukan izin dalam waktu yang


(40)

53

relatif singkat, keamanan lokasi konser yang tidak memenuhi standar yang telah di tentukan pihak kepolisian, ketidaklengkapan berkas administrasi dalam memohon izin, dan adanya pungutan biaya dalam jumlah tertentu.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti mencoba memberikan saran bagi pihak-pihak terkait demi perbaikan di masa yang akan datang sebagai berikut:

a) Perizinan adalah hal yang utama dalam berjalannya suatu konser musik, selaku penyelenggara konser, sebaiknya mengajukan izin keramaian paling lambat satu bulan sebelum acara berlangsung, agar tidak ada pihak terkait yang dirugikan, baik pihak sponsor, pihak penyelenggara konser, maupun pihak pengunjung konser.

b) Penyelenggara konser musik juga diharapkan mengetahui bagaimana prosedur dan persyaratan pembuatan izin keramaian pada konser musik di Kota Bandarlampung, sehingga penyelenggara konser musik akan dapat memperhitungkan segala hal yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan konser musik.

c) Pihak kepolisian diharapkan dapat menjalin koordinasi yang baik kepada masyarakat di sekitar lokasi konser musik, sehingga dapat mengurangi adanya warga sekitar yang mempermasalahkan adanya konser musik di daerah permukiman mereka dan menghentikan memungut biaya dengan niminal tertentu pada penyelenggara konser musik.


(41)

54

d) Sebaiknya pemerintah membuat regulasi dan menetapkan besaran biaya administrasi pada pengajuan izin keramaian pada konser musik di Kota Bandarlampung jika memang diperlukan, agar tidak ada lagi pungutan biaya dengan nominal tertentu yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Selain itu, hal ini juga dapat memberikan kenyamanan pada penyelenggara konser musik itu sendiri selaku pemohon, karena sudah ada kepastian terkait estimasi dana yang memang harus di keluarkan untuk mengurus izin keramaian pada konser musik tersebut


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Jum, 2012“Hukum Administrasi negara”, Yogyakarta: Graha Ilmu

Atmosudirjo, Prajudi, 1994, “Hukum Administrasi Negara” Jakarta: Ghalia Indonesia

Effendi, Taufiq. 2004. Tingkatkan Pelayanan Publik. Jakarta: Suara Pembaruan. Helmi, 2012, “Hukum Perzinan Lingkungan Hidup”, Jakarta: Sinar Grafika Juklap Kapolri No. Pol / 02 / XII / 95 Tentang Perizinan dan Pemberitahuan

Kegiatan Masyarakat

Kusumaatmadja, Mochtar, 1986, “Pembinaan Hukum dalam Rangka

Pembangunan Nasional”, Bandung: Binacipta

Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti

N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, 1993, “Pengantar Hukum Perizinan”, yang disunting oleh Philipus M. Hadjon, Surabaya: Yuridika.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 27 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 1996 Tentan Penyelenggaraan Kepariwisataan.

Purdyatmoko Y. Sri. 2009. Perizinan: Problem dan Upaya Pembenahan. Grafindo: Jakarta.

Ridwan H.R., 2006, “Hukum Administrasi Negara”, Jakarta: Rajagrafindo

Sutedi, Adrian, 2011, “Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik”, Jakarta: Sinar Grafika.


(43)

Undang-Undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.


(1)

3.4. Metode Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau artikel yang berkaitan dengan judul dan permasalahan.

b) Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif.

c) Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterprestasikan data.

3.5. Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang dihasilkan dari penelitian dilapangan kedalam bentuk penjelasan dengan cara sistematis sehingga memiliki arti dan dapat ditarik kesimpulan. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan dengan cara induktif yaitu cara berfikir dalam menguraikan data yang diperoleh dengan menempatkan hasil-hasil analisis secara khusus, kemudian ditarik kesimpulan secara umum.3

3


(2)

52

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

a) Pelaksanaan yang benar dalam mengajukan izin keramaian pada konser musik adalah: Membuat surat permohonan yang di tujukan kepada KAPOLRESTA, melampirkan proposal kegiatan/acara, surat rekomendasi dari Venue atau tempat konser berlangsung, surat rekomendasi dari POLSEK setempat, permohonan di ajukan paling lambat 7 (Tujuh) hari sebelum acara, pemberian izin keramaian oleh POLRESTA Bandarlampung, sedangkan untuk konser musik dengan bintang tamu artis nasional, terdapat sedikit perbedaan pada prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu: rekomendasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandarlampung, melampirkan surat rekomendasi Ambulance, melampirkan surat rekomendasi pemadam kebakaran, permohonan diajukan paling lambat 14 (Empat Belas) hari sebelum konser musik berlangsung, pemberian izin keramaian oleh POLDA Lampung.

b) Bebrapa faktor penghambat dalam penerbitan izin keramaian pada konser musik adalah: sumber daya manusia yang tidak mengetahui prosedur yang benar dalam mengajukan izin tersebut, mengajukan izin dalam waktu yang


(3)

relatif singkat, keamanan lokasi konser yang tidak memenuhi standar yang telah di tentukan pihak kepolisian, ketidaklengkapan berkas administrasi dalam memohon izin, dan adanya pungutan biaya dalam jumlah tertentu.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti mencoba memberikan saran bagi pihak-pihak terkait demi perbaikan di masa yang akan datang sebagai berikut:

a) Perizinan adalah hal yang utama dalam berjalannya suatu konser musik, selaku penyelenggara konser, sebaiknya mengajukan izin keramaian paling lambat satu bulan sebelum acara berlangsung, agar tidak ada pihak terkait yang dirugikan, baik pihak sponsor, pihak penyelenggara konser, maupun pihak pengunjung konser.

b) Penyelenggara konser musik juga diharapkan mengetahui bagaimana prosedur dan persyaratan pembuatan izin keramaian pada konser musik di Kota Bandarlampung, sehingga penyelenggara konser musik akan dapat memperhitungkan segala hal yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan konser musik.

c) Pihak kepolisian diharapkan dapat menjalin koordinasi yang baik kepada masyarakat di sekitar lokasi konser musik, sehingga dapat mengurangi adanya warga sekitar yang mempermasalahkan adanya konser musik di daerah permukiman mereka dan menghentikan memungut biaya dengan niminal tertentu pada penyelenggara konser musik.


(4)

54

d) Sebaiknya pemerintah membuat regulasi dan menetapkan besaran biaya administrasi pada pengajuan izin keramaian pada konser musik di Kota Bandarlampung jika memang diperlukan, agar tidak ada lagi pungutan biaya dengan nominal tertentu yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Selain itu, hal ini juga dapat memberikan kenyamanan pada penyelenggara konser musik itu sendiri selaku pemohon, karena sudah ada kepastian terkait estimasi dana yang memang harus di keluarkan untuk mengurus izin keramaian pada konser musik tersebut


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Jum, 2012“Hukum Administrasi negara”, Yogyakarta: Graha Ilmu

Atmosudirjo, Prajudi, 1994, “Hukum Administrasi Negara” Jakarta: Ghalia Indonesia

Effendi, Taufiq. 2004. Tingkatkan Pelayanan Publik. Jakarta: Suara Pembaruan. Helmi, 2012, “Hukum Perzinan Lingkungan Hidup”, Jakarta: Sinar Grafika Juklap Kapolri No. Pol / 02 / XII / 95 Tentang Perizinan dan Pemberitahuan

Kegiatan Masyarakat

Kusumaatmadja, Mochtar, 1986, “Pembinaan Hukum dalam Rangka

Pembangunan Nasional”, Bandung: Binacipta

Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti

N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, 1993, “Pengantar Hukum Perizinan”, yang disunting oleh Philipus M. Hadjon, Surabaya: Yuridika.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 27 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 1996 Tentan Penyelenggaraan Kepariwisataan.

Purdyatmoko Y. Sri. 2009. Perizinan: Problem dan Upaya Pembenahan. Grafindo: Jakarta.

Ridwan H.R., 2006, “Hukum Administrasi Negara”, Jakarta: Rajagrafindo

Sutedi, Adrian, 2011, “Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik”, Jakarta: Sinar Grafika.


(6)

Undang-Undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.