PENGAWASAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TERHADAP PEMENUHAN JAM MENGAJAR GURU SERTIFIKASI

(1)

PENGAWASAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TERHADAP PEMENUHAN JAM MENGAJAR

GURU SERTIFIKASI Oleh

CINDY GADENSA

Setiap guru sertifikasi diwajibkan untuk memenuhi jam mengajar yaitu 24 jam dalam sepekan sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor 40 tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan, namun pada kenyataannya terdapat guru yang tidak memenuhi kewajiban tersebut dan melakukan pelanggaran dalam memenuhi jam mengajar, tetapi menerima tunjangan sertifikasi. Permasalahan penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi? (2) Apakah faktor penghambat bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara dalam mengawasi pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi?

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan dan studi pustaka. Pengolahan data meliputi tahapan seleksi data, klasifikasi data dan penyusunan data. Analisis data yang digunakan adalah analisis yuridis kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara tidak melaksanakan pengawasan secara maksimal terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi, hal ini diketahui dari tidak adanya pengawasan dalam bentuk inspeksi mendadak (sidak) terhadap guru sertifikasi. Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara hanya menerima laporan tertulis dari pihak sekolah mengenai pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi. (2) Faktor-faktor penghambat pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi terdiri dari: a) Kurang optimalnya pengawasan dari Dinas Pendidikan terhadap pemenuhan jam mengajar 24 jam tatap muka, sehingga menjadi celah bagi guru sertifikasi untuk menggunakan jasa orang lain dalam rangka memenuhi ketentuan jam mengajar tersebut. b) Belum diterapkannya teknologi perekam kehadiran guru dalam proses belajar mengajar, sehingga presensi guru masih dilaksanakan secara manual, dan hal ini dijadikan celah bagi guru sertifikasi untuk melakukan pelanggaran pemenuhan jam mengajar.

Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara disarankan untuk membentuk suatu tim khusus untuk mengawasi guru sertifikasi (2) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara disarankan merealisasikan pengadaan finger print di sekolah-sekolah dalam rangka memantau kehadiran guru sertifikasi dalam memenuhi ketentuan jam mengajar.


(2)

ABSTRACT

SUPERVISION OF EDUCATION AND CULTURE DEPARTMENT ON LAMPUNG NORTH DISTRICT TOWARD FULFILLMENT OF

TEACHING HOURS BY CERTIFICATION TEACHER By

CINDY GADENSA

Each certification teacher are required to meet the teaching hours are 24 hours a week as stipulated in Government Regulation No. 74 Year 2005 regarding Teachers. Therefore, the necessary supervision mechanisms for teachers certified to meet these obligations and did not foul in meeting teaching hours. The problems of this study are: (1) How is the supervision of the Department of Education of North Lampung district on the fulfillment of teaching hours certification teacher ? (2) Is the limiting factor for North Lampung District Education Office in overseeing the fulfillment of teaching hours certification teacher ?

The approach used is a matter of juridical normative and empirical approach. Data collected by field studies and literature. Data processing includes the data selection process, classification of data and compilation of data. Analysis of the data used is qualitative juridical analysis.

The results showed: (1) preventive supervision through socialization and guidance to certification teacher , which aims to make them understand and comply with the provisions of the certification of teachers teaching hours as stipulated Education Ministry Regulation No. 30 of 2011 concerning Amendment to the Regulation of the Minister of National Education No. 39 of 2009 on Compliance Workload of Teachers and Education Unit Supervisor. Besides reporting implemented by the school regarding the fulfillment of the certification of teachers teaching hours as a form of school to certification teacher to teach in schools. (2) The factors inhibiting the supervision of the Department of Education of North Lampung district on the fulfillment of the certification of teachers teaching hours consisting of: a) Less than optimal supervision of the Department of Education on the fulfillment of teaching hours 24 hours face to face, so that a gap for certification teacher to use the services of others in order to comply with the teaching hours. b) There implementation of teacher attendance recording technology in the learning process, so that the presence of teachers is still carried out manually, and it is used as a loophole for certification teacher for compliance violations teaching hours.

Suggestions in this study were: (1) the Head of Education of North Lampung regency is advisable to establish a special team to oversee certification teacher (2) Head of Education of North Lampung regency is recommended to realize procurement finger print in schools in order to monitor the presence of certification teacher in comply teaching hours.


(3)

PENGAWASAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TERHADAP PEMENUHAN JAM MENGAJAR GURU SERTIFIKASI

Oleh

CINDY GADENSA Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

pada

Jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Cindy Gadensa, dilahirkan di Kotabumi Lampung Utara pada tanggal 19 November 1993 sebagai anak pertama dari empat bersaudara, buah hati pasangan Bapak Gatot Suryono S.Kom dan Ibu Sari Kartika.

Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Taman Kanak-Kanak (TK) Muslimin pada tahun 1998. Melanjutkan pendidikan dasar di SD 04 Tanjung Aman Kotabumi Lampung Utara diselsaikan pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pondok Pesantren Daar El–Qolam di Tangerang diselsaikan pada tahun 2008 dan SMA Al-Kautsar Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011.

Pada Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN dan mengambil bagian Hukum Asministrasi Negara (HAN). Penulis menjadi anggota Himpunan Mahasisa Hukum Administrasi Negara (HIMA HAN) tahun 2013/2014. Kemudian pada tahun 2015 penulis menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(7)

PERSEMBAHAN

Aku persembahkan karya ilmiah ini kepada:

Kedua Orang Tuaku

Yang telah merawat dan membesarkanku dengan kesabaran serta selalu berdoa untuk keberhasilanku

Adik Adikku

Jovano, Gerelio, Delvino yang selalu memberi semangat dalam hidup

Sahabat Sahabat

Semua sahabat yang telah memberikan dukungan motivasi, menemani suka duka, dan pendengar keluh kesah selama proses penyeselesaian skripsi ini

Almamater Universitas Lampung

Tempat dimana aku mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman untuk meraih kesuksesan


(8)

M O T O

Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

- Evelyn Underhill-

Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikkan telapak tangan. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras, keuletan, kegigihan, dan

kedisiplinan. -Chairul Tanjung-

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.

- Confusius-

Aku datang, aku bimbingan, aku ujian, aku revisi, dan aku menang. -Anonim-


(9)

SAN WACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, sebab karena rahmat dan karunianya-Nya semata, maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul: Pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap Pemenuhan Jam Mengajar Guru Sertifikasi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan sehingga dapat terselsaikanya skripsi ini ialah berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itulah dalam kesempatan ini penulis menyampikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung dan selaku Pembimbing I (satu) yang telah memberikan saran dan keritik kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

3. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. selaku Sekretaris Bagian Hukum Administrasi Negara sekaligus Pembimbing II (dua) atas kesediannya dan kesabarannya untuk


(10)

membantu, mengarahkan, dan memberi masukan agar terselesaikannya skripsi ini dengan baik;

4. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Pembahas I (satu) yang telah memberikan saran dan keritik kepada penulis agar skripsi ini terselsaikan dengan baik.

5. Bapak Agus Triyono, S.H., M.H. selaku Pembahas II (dua) yang telah memberikan saran dan keritik kepada penulis dalam penyusunan skripsi agar terselsaikan dengan baik.

6. Bapak Sudirman Mechsan, S.H., M.H. (alm) selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis. Terimakasih kepada waktu yang telah diluangkan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

7. Ibu Marlia Eka, S.H., M.H. selaku penerus Pembimbing Akademik yang telah memberi motivasi kepada penulis.

8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak mengajari dan member ilmu kepada saya.

9. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lampun Utara beserta segenap jajarannya yang telah memberikan izin, bantuan dan informasi yang penulis butuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini

10.Keluarga besar HIMA HAN dan seluruh angkatan 2011, terima kasih telah menjadi bagian perjalanan selama menuntut ilmu di Universitas Lampung ini. 11.Teman - teman seperjuangan dari awal belajar di almamater ini Annisa Dian P,

Chelsilia Hernidons, Clara Lucky, Astari Maharani. Yang selalu memberi pencerahan kepada penulis.


(11)

Pratiwi, Gasela Febrianda, Yolanda Fisivicia, Suzana Irwan, Dhana Feby Rena, Rani Utami, Bella Viranda, Hindiana Sava, Lady Usa, Surya Asmara, Hayyuni Arwan, Rizki Aprilia. Semoga kita selalu bersama dan sukses buat kita semua. AMIN;

13.Teman-teman yang seperti saudara sendiri Nunik Iswardhani, Mia Respani, Irvan Alvero, Andhika Salavi dan Michael Glenn.

14.Sahabat tersayang yang selalu ada Khumaira, Andre Kurnia Juliansyah, Dendy. 15.Seseorang yang menjadi penyemangat sehari hari penulis, Wailim Aldrin.

16.Rekan- Rekan KKN Desa Purwosari, Batanghari Nuban, Lampung Timur atas pengalaman luar biasa selama 40 harinya.

17.Serta semua pihak yang terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga kebaikan yang telah kalian berikan kepada penulis akan mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat dari Allah SWT. Sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Amin.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 8

1.2.1 Permasalahan ... 8

1.2.2 Ruang Lingkup... 8

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pengawasan ... 10

2.1.1 Pengertian Pengawasan ... 10

2.1.2 Macam-Macam Pengawasan ... 11

2.1.3 Metode dan Prosedur Pengawasan ... 12

2.2 Pengertian Guru ... 18

2.3 Pengertian Sertifikasi Guru ... 23

2.4 Proses Pengusulan Guru Sertifikasi ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Pendekatan Masalah ... 38

3.2 Sumber dan Jenis Data... 38

3.3 Prosedur Pengumpulan Data ... 40

3.4 Prosedur Pengolahan Data ... 41

3.5 Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Gambaran Umum Dinas Pendidikan Lampung Utara ... 42

4.2 Pengawasan Dinas Kabupaten Lampung Utara terhadap Pemenuhan Jam Mengajar Guru Sertifikasi ... 44

4.2.1 Pengawasan Preventif oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara... 46

4.2.2 Pengawasan Represif oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara... 59


(13)

4.3.1 Kurangnya Pengawasan dari Dinas Pendidikan dalam

Bentuk Sidak ... 64

4.3.2 Belum Diterapkannya Teknologi Perekam Kehadiran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar ... 65

BAB V PENUTUP ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi arah yang jelas terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diarahkan kepada:

1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa

2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna


(15)

3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat

4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran

5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat

6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Guru adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat1

Guru harus memiliki kemampuan yang meliputi penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping

1

Winarno Surahmad. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Tarsito. Bandung. 2007. hlm. 25


(16)

3

itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban sebagai berikut:

1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis

2) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan

3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.2

Permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini adalah secara ideal guru memiliki kinerja yang baik sebagai penggerak untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam penyelenggaraaan pendidikan, namun pada kenyataannya motivasi yang diharapakan tersebut tidak selalu berkembang secara wajar dan lancar disebabkan adanya pengaruh dari berbagai faktor baik yang muncul dalam pribadi guru itu sendiri maupun yang terdapat di luar pribadi guru.

Salah satu penyebab rendahnya kinerja guru tersebut dilatar belakangi oleh keadaan ekonomi guru yang kurang memadai, kondisi di lapangan mencerminkan keadaan guru yang tidak sesuai dengan harapan, seperti adanya guru yang bekerja sambilan baik yang sesuai dengan profesinya maupun di luar profesi mereka, terkadang ada sebagian guru yang secara totalitas lebih menekuni kegiatan sambilan dari pada kegiatan utamanya sebagai guru di sekolah. Implikasinya adalah apabila guru memiliki kinerja yang rendah maka akan berdampak pada rendahnya kinerja mereka di sekolah.

2

M. Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Remaja Karya. Bandung. 2005. hlm. 76


(17)

Pemerintah memberikan perhatian serius terhadap profesi dan kesejehteraan guru dalam kapasitasnya sebagai pelaksana pendidikan nasional. Perhatian pemerintah tersebut di antaranya dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Perhatian tersebut pada dasarnya bertujuan agar para guru dapat meningkatkan profesionalitas dan kinerjanya dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik di lembaga pendidikannya masing-masing.3

Sertifikasi terdiri dari sertifikasi guru yang diperoleh melalui penilaian portofolio maupun Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) sebagaimana diatur oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007. Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Guru yang tidak lulus penilaian portofolio dapat melengkapi dokumen portofolio agar mencapai nilai lulus atau mengikuti PLPG yang diakhiri dengan ujian sesuai persyaratan yang ditentukan oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi.

3


(18)

5

Pada era otonomi daerah, pendapatan yang diterima guru bervariasi, baik ditinjau dari jenjang sekolah maupun lokasi daerah. Tunjangan guru di sekolah pada jenjang yang lebih rendah adalah lebih rendah dari pada tunjangan guru di sekolah yang lebih tinggi. Demikian pula, tunjangan guru di sekolah yang berada di kota adalah lebih tinggi daripada tunjangan guru di sekolah yang berada di pinggir kota dan desa. Kondisi ini disebabkan oleh perbedaan kebutuhan sekolah dan kemampuan orang tua dalam memberikan sumbangan dana terhadap sekolah. Ekonomi orang tua di perkotaan adalah cenderung lebih kuat dibandingkan dengan ekonomi orang tua di pinggir kota dan desa. Sedangkan, besarnya tunjangan kepada guru yang diberikan sekolah didasarkan atas Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) dan kekuatan orang tua siswa.

Setiap guru sertifikasi diwajibkan untuk memenuhi jam mengajar yaitu 24 jam dalam sepekan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2005 tentang Guru, tetapi pada kenyataannya guru sertifikasi tidak memenuhi kewajiban tersebut dan melakukan pelanggaran dalam memenuhi jam mengajar.

Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara menghimbau guru untuk memenuhi kewajiban jam mengajar sebagaimana disampaikan pada Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (KUPTD) Dikdas di 23 kecamatan dan pengawas sekolah di Kabupaten Lampung Utara. Kewajiban memenuhi jam mengajar tersebut harus dilaksanakan sebagai melalui sertifikasi, guru telah diberikan tunjangan profesi guru sertifikasi cukup besar. Untuk guru swasta SD, SMP dan SMA sebesar Rp 1,5 juta/bulan dan guru PNS dari SD, SMP dan SMA sebesar 1 bulan gaji pokok tergantung golongan. Semakin tinggi golongan, semakin besar pula tunjangan


(19)

sertifikasi yang dia terima. Pembayarannya, bagi 2.894 orang guru sertifikasi se- Lampung Utara (terdiri dari 807 guru SD, 1.256 guru SMP dan 921 guru SMA) dilakukan per tri wulan melalui via transfer.4

Hal ini sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lampung Utara, yaitu merumuskan kebijaksanaan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang pelayanan pendidikan yang meliputi data dan informasi, pengelolaan pelayanan pendidikan pada TK dan SD, SMP, SMU dan SMK, pendidikan non formal dan pelayanan pengembangan kebudayaan serta melaksanakan ketatausahaan Dinas.

Pedoman Penghitungan Beban Kerja Guru oleh Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2012 mengatur bahwa beban mengajar 24 jam tersebut terdiri dari komponen-komponen yaitu mengajar sebanyak 12 jam pada satuan pendidikan (sekolah) tempat guru tersebut diangkat sebagai guru sertifikasi dan sebanyak 12 jam mengajar dengan mata pelajararan yang sama di sekolah lain, termasuk menjadi Guru Bina atau pamong pada sekolah terbuka, dan sebagai tutor pada lembaga pendidikan formal lainnya. Artinya guru sertifikasi harus memenuhi ketentuan mengajar sebanyak 24 jam.

Salah seorang guru bernama Sentot Fatnur, S.Pd, yang mengajar di salah satu SMK Negeri di Kabupaten Lampung Utara, mengajukan gugatan kepada Dinas

4

http://lampost. co/berita/guru-sertifikasi-gunakan-joki-mengajar-ditindak-tegas. Diakses Sabtu 27 September 2014.


(20)

7

Pendidikan dan Bupati melalui kuasa hukumnya, Herwanto Semenguk, S.H., karena sertifikasinya dicabut secara sepihak karena dianggap melakukan pelanggaran disiplin dan tidak memenuhi ketentuan sebagai guru sertifikasi. Guru tersebut mengajukan gugatan agar nama baiknya yang telah dicemarkan dipulihkan kembali dan hak-haknya sebagai guru sertifikasi dikembalikan seperti semula. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 24 /BKBH/FH.UNILA/X/2014 Tanggal 22 Oktober 2014, menggugat Surat Keputusan Bupati Lampung Utara Nomor: 800/30/III/30-LU/2014 Tentang Penurunan Pangkat Setingkat Lebih Rendah Selama 1 (Satu) tahun a.n Sdr. Sentot Fatnur, S.Pd / NIP. 19620325 198203 1 002 Tertanggal 28 Agustus 2014 yang diterbitkan oleh Bupati. Penggugat terasa dirugikan, sebab penggugat merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung Nomor : 600/UP/1982 Tertanggal 27 Februari 1982 dan telah dinyatakan lulus Sertifikasi sebagai Guru Profesional sesuai dengan Sertifikat Pendidik Nomor 070932203989 Tertanggal 07 Februari 2009 yang dikeluarkan oleh Lembaga Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi bagi guru dalam Jabatan, Rektor Universitas Lampung. Penggugat pada tahun 2013 menerima Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil dengan Jangka Waktu Penilaian Bulan Januari s.d. Desember 2013 dan mendapatkan Nilai Rata-Rata 88,93 dengan sebutan Baik, Tertanggal 31 Desember 2013.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan melakukan penelitian dan menuangkannya ke dalam Skripsi yang berjudul: “Pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara Terhadap Pemenuhan Jam Mengajar Guru sertifikasi”


(21)

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi?

2. Apakah faktor penghambat bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara dalam mengawasi pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi?

1.2.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian penelitian adalah Hukum Administrasi Negara yang dibatasi pada masalah sebagai berikut:

1. Pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi.

2. Faktor penghambat bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara dalam mengawasi pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi.

1.3Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara dalam mengawasi pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi.


(22)

9

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasan dan kajian Hukum Administrasi Negara, khususnya yang berkaitan dengan pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan berguna:

a. Sebagai sumbangan pemikiran dan kontribusi ilmiah bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara dalam melaksanakan pengawasan terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi.

b. Sebagai salah satu referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian mengenai pengawasan di masa-masa yang akan datang.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengawasan

2.1.1 Pengertian Pengawasan

Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu juga merupakan usaha sadar dan sistemik untuk lebih menjamin bahwa semua tindakan operasional yang diambil dalam organisasi benar-benar sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.5

Pengawasan ialah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, atau kebijaksanaan yang telah ditentukan. Jelasnya pengawasan harus berpedoman terhadap rencana (planning) yang telah diputuskan, perintah (order) terhadap pelaksanaan pekerjaan (performance), tujuan dan kebijaksanaan yang telah ditentukan sebelumnya.6

Upaya untuk mendapatkan pengawasan yang efektif, maka perlu dipenuhi prinsip-prinsip dari pengawasan itu sendiri, antara lain:

5

Malayu. S. P. Hasibuan Organisasi dan Manajemen. Rajawali Press. Jakarta. 2002. hlm. 64

6


(24)

11

a. Pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi.

b. Pengawasan harus bersifat objektif, jujur, dan mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.

c. Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut peraturan-peraturan yang berlaku, berorientasi terhadap kebenaran atas prosedur yang telah ditetapkan, dan berorientasi terhadap tujuan dalam pekerjaan.

d. Pengawasan harus menjamin daya dan hasil guna pekerjaan.

e. Pengawasan harus berdasarkan standar yang objektif, teliti dan tepat. f. Pengawasan harus bersifat terus-menerus (continue).

g. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik (feedback) terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan, dan kebijaksanaan untuk waktu yang akan datang. 7

Pengawasan tidak hanya sekali dilakukan, tetapi harus secara terus-menerus serta mempunyai hubungan satu sama lain. Pengawasan merupakan bagian yang terintegrasi dengan manajemen, aparat dari pengawasan diusahakan sekecil mungkin. Oleh karena itu, aparat pengawasan merupakan orang-orang tang memiliki tugas dan fungsi dalam struktur organisasi yang ditentukan secara teliti.

2.1.2 Macam-Macam Pengawasan

Pengawasan dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu pengawasan dari dalam, pengawasan dari luar, pengawasan preventif, dan pengawasan represif. a. Pengawasan dari dalam (internal control): pengawasan dari dalam, berarti

pengawasan yang dilkukan oleh aparat atau unit pengawasan yang dibentuk di

7Ibid.


(25)

dalam organisasi itu sendiri. Aparat atau unit pengawasan ini bertindak atas nama pimpinan organisasi. Aparat atau unit pengawasan ini bertugas mengumpulkan segala data dan informasi yang diperlukan pimpinan.

b. Pengawasan dari luar organisasi (external control): pengawasan external berarti pengawasan yang dilakukan oleh aparat atau unit pengawasan dari luar organisasi itu. Aparat atau unit pengawasan dari luar organisasi tersebut adalah aparat pengawas yang bertindak atas nama atasan pimpinan organisasi itu, atau bertindak atas nama pimpinan organisasi itu karena permintaannya. c. Pengawasan Preventif, pengawasan preventif ialah pengawasan yang

dilaksanakan sebelum rencana itu dilaksanakan. Maksud dari pengawasanpreventif ini adalah untuk mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan dalam pelaksanaan.

d. Pengawasan Repressif, pengawasan repressif ialah pengawasan yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan. Maksud diadakannya pengawasan repressif ialah untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.8

2.1.3 Metode dan Prosedur Pengawasan

Metode pengawasan merupakan pengukuran, atau penetapan opini yang pada hakekatnya merupakan pengambilan keputusan dengan demikian merupakan hasil pemikiran rasional. Metode-metode yang dapat dipergunakan untuk mengukur penyelenggaraan di unit-unit pengawasan adalah:

8


(26)

13

a. Observasi langsung adalah yang paling dianggap paling meyakinkan dan paling banyak digunakan.

b. Metode statistik atau statistikal harus digunakan untuk mengawasi aktivitas-aktivitas yang banyak sekali mengandung detail-detail teknis, atau frekuensinya begitu tinggi sehingga sukar untuk diikuti pancaindera dan perhatian manusia biasa. Untuk itu kita pergunakan metode yang mengandung pengumpulan data yang banyak sekali serta memerlukan pengolahan data statistik untuk dapat mengetahui apa dan bagaimana yang terjadi.

c. Metode laporan banyak juga dipergunakan sejak dahulu, dan terdiri atas tanggungjawab atas suatu usaha, pekerjaan, atau proyek.9

Enam metode lain dalam pengawasan yakni pengawasan langsung, pengawasan tidak langsung, pengawasan formal, pengawasan informal, pengawasan administratif, dan pengawasan teknis. Penjelasannya adalah sebagai berikut: a) Pengawasan langsung ialah apabila aparat pengawasan atau pimpinan

organisasi melakukan pemeriksaan langsung pada tempat pelaksanaan pekerjaan, baik dengan sistem inspektif, verifikatif, maupun dengan sistem investigatif. Metode ini dimaksudkan agar segera dapat dilakukan tindakan perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan sistem pengawasan langsung atasan ini disebut built in control.

b) Pengawasan tidak langsung ialah apabila aparat pengawasan atau pimpinan organisasi melakukan pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan hanya melalui laporan-laporan yang masuk kepadanya. Laporan-laporan tersebut dapat

9


(27)

berupa kata-kata, deretan angka-angka atau statistik yang berisi gambaran atas hasil yang telah tercapai sesuai dengan pengeluaran biaya atau anggaran yang telah direncanakan. Kelemahan pengawasan tidak langsung ini adalah tidak dapat segera diketahui kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan tersebut, sehingga dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar.

c) Pengawasan formal ialah pengawasan secara formal dilakukan oleh unit atau aparat pengawasan yang bertindak atas nama pimpinan organisasinya atau atasan daripada organisasi itu. Dalam pengawasan ini biasanya telah ditentukan prosedur, hubungan dan tata kerjanya. Maksud laporan dari pengawasan ini agar pimpinan selalu dapat mengikuti perkembangan dari segala hal yang terjadi dalam organisasinya.

d) Pengawasan informal ialah pengawasan yang tidak melalui saluran formal atau prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan informal ini biasanya dilakukan oleh pejabat pimpinan dengan melalui kunjungan yang tidak resmi (pribadi) atau secara incognito. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan kekakuan dalam hubungan antara atasan dengan bawahan.

e) Pengawasan administratif ialah pengawasan yang meliputi bidang: keuangan, kepegawaian dan material.

f) Pengawasan teknis ialah pengawasan terhadap hal-hal yang bersifat fisik, misalnya: pemeriksaan terhadap pembangunan gedung, pemerikasaan terhadap pembuatan kapal, pemeriksaan terhadap penanaman padi di sawah, pemeriksaan terhadap kesehatan masyarakat desa, dan sebagainya.


(28)

15

Pemeriksaan ini meliputi jenis kuantitatif (jumlah atau volume) dan kualitatif (mutu) dan biaya yang diperlukan setiap satuannya.10

Beberapa prosedur pengawasan adalah sebagai berikut: a. Observasi

Hal yang perlu dipertimbangkan bahwa pimpinan atau atasan secara periodik harus mengadakan observasi terhadap bawahannya, yaitu mengenai cara bekerja, sistem bekerjanya dan hasil-hasil pekerjaannya serta mengenai pengaruh dari kegiatan observasi tersebut. Observasi sebaiknya direncanakan dan dilakukan secara sistematis.

b. Pemberian contoh

Pemberian contoh merupakan suatu hal yang harus dilakukan pemimpin, karena pemberian contoh seringkali dapat membantu dari kegiatan pengawasan itu sendiri. Hal ini dikarenakan pemberian contoh oleh pimpinan biasanya akan dijadikan norma yang diikuti oleh bawahan. Jadi dapat dikatakan bahwa apa yang dilakukan pimpinan seharusnya dikerjakan juga oleh bawahan. Pimpinan akan segera menindak bawahannya apabila pimpinan tersebut tidak dapat mengerjakannya.

c. Catatan dan laporan

Pencatatan dan pelaporan mempunyai nilai pengawasan, sekalipun dalam penggunaannya diperlukan waktu dan tenaga yang banyak. Pencatatan dan pelaporan ini merupakan hal yang penting bagi organisasi sebagai suatu alat pembuktian.

10


(29)

d. Pembatasan wewenang

Pembatasan wewenang perlu dilakukan supaya tidak terjadi penyimpangan. Suatu jabatan dalam organisasi perlu dilakukan pembatasan wewenang agar tidak melebihi wewenang yang telah diberikan sehingga kemungkinan adanya penyimpangan dalam penggunaan wewenang dapat dihindarkan.

e. Menentukan peraturan-peraturan, perintah-perintah, dan prosedur

Dalam menentukan peraturan, perintah dan prosedur pengawasan, pimpinan mempunyai peranan penting dalam pengawasan tugas rutin dan dapat mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dari pelaksanaan yang dilakukan oleh orang-orang di dalam suatu organisasi.

Peraturan pada umumnya melarang bentuk tingkah laku yang khusus atau apabila diizinkan dapat mengganggu usaha-usaha serta membahayakan kehidupan suatu organisasi. Perintah adalah memberikan informasi kepada individu-individu apa yang harus dikerjakan sesuai dengan situasi yang mengkin terjadi pada suatu waktu yang terus-menerus dan dapat berulang. Sedangkan prosedur adalah mengatur kegiatan yang harus dilakukan yang merupakan suatu rangkaian kegiatan melalui anggota-anggota suatu organisasi untuk melayani dan menerima dalam suatu situasi tertentu.

f. Anggaran

Anggaran merupakan suatu petunjuk untuk mengembangkan dan memajukan organisasi, juga merupakan suatu alat penilaian suksesnya suatu rencana. Di samping itu anggaran merupakan suatu alat pengawasan (control) yang dapat menghubungkan antara rencana pelaksanaan dan pengawasan. Pengawasan melalui anggaran adalah suatu pembatasan dari kegiatan yang menjadi ruang


(30)

17

lingkupnya. Dari anggaran itu juga akan diketahui kekurangan-kekurangan dari perencanaan sebagai dasar untuk meninjau kembali anggaran untuk anggaran selanjutnya. Apabila dana tidak ditinjau kembali berarti perencanaan anggaran kurang sempurna, sebab rencana hanya dapat berjalan dengan sumber dana yang diperlukan.

g. Sensor

Sensor adalah suatu tindakan pengamanan agar kesalahan-kesalahan yang akan diperbuat dapat segera dicegah dan diperbaiki. Dengan kata lain sensor merupakan tindakan preventif yaitu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

h. Tindakan disiplin

Pengawasan melalui tindakan disiplin akan mempunyai pengaruh sampai di mana tindakan yang bersifat korektif dan refresif itu dijalankan. Sensor yang merupakan bentuk yang lunak dari tindakan disiplin, mungkin akan dapat membantu perbaikan dalam beberapa hal. Tetapi dalam hal lain mungkin perlu dilakukan tindakan disiplin yang lebih keras. 11

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pengawasan ditujukan kepada seluruh kegiatan yang sedang berlangsung, sering tidak mudah melakukan pengukuran hasil kerja para anggota organisasi secara tuntas dan final. Pengawasan sebagai tindakan korektif terhadap gejala penyimpangan, penyelewengan dan pemborosan harus bisa diambil.

11


(31)

2.2 Pengertian Guru

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 dinyatakan, guru termasuk pendidik yaitu tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik perguruan tinggi. Selanjutnya pada Pasal 24 Ayat (1) dinyatakan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kemampuan yang berbeda-beda, oleh karena dibutuhkan guru yang memiliki kompetensi dalam pembelajaran di kelas.12

Kompetensi tidak terlepas dari peraturan-peraturan yang memiliki keterkaitan dengan hal tersebut. Beberapa peraturan yang terkait dengan kompetensi guru yaitu: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pasal 1 Ayat (1) menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

12


(32)

19

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau atau mushola dan di rumah. Tugas yang harus dilaksanakan oleh guru sangat berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar, tugas guru ini sangat berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Hakikat profesi guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Guru memiliki tugas dan fungsi seseorang sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai, dan pengevaluasi murid, dalam semua kegiatan belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut bukanlah suatu hal yang mudah, di butuhkan suatu sikap profesionalisme untuk menunjang kelancaran tugas-tugas profesi guru tersebut.13

Guru yang berkompetensi memiliki unsur-unsur sebagai berikut: a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang di bina. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut

13


(33)

dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan yang diakreditasi pemerintah.

b) Pemahaman terhadap peserta didik

Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.

c) Pengembangan perangkat pembelajaran seperti kurikulum/silabus

Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.

d) Perancangan pembelajaran

Guru memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang memamfaatkan sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.

e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.


(34)

21

f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran

Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi.

g) Evaluasi hasil belajar

Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Guru untuk dapat mengevaluasi harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat.

h) Pengembangan peserta didik

Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.14

Guru sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Setiap guru seharusnya dapat mengajar di depan kelas, juga mengajar itu dapat dilakukan pula pada sekelompok murid di luar kelas atau di mana saja. Mengajar adalah merupakan salah satu komponen dari kompetensi-kompetensi pendidikan atau guru, yang setiap guru harus menguasai, terampil dalam melaksanakan tugas

14


(35)

mengajar itu. Mengajar pada hakikatnya adalah memberikan bimbingan kepada anak dalam proses belajar mengajar, hal ini selaras dengan pendapat bahwa mengajar adalah kegiatan guru membimbing dan mendorong murid memperoleh pengalaman yang berguna bagi perkembangan semua potensi yang dimilikinya semaksimal mungkin.

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, berperan dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan dan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai tuntutan yang berkembang. Dalam arti diri guru tidak hanya sebagai pengajar saja akan tetapi sebagai pendidik yang membimbing dan memberikan pengarahan serta menuntun siswa dalam belajar. Berdasarkan dengan ini, sebenarnya guru memiliki peranan yang sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.15

Perkembangan dunia pendidikan sangat pesat, disadari atau tidak bahwa yang menentukan bakat bukan hanya intelegensia (kecerdasan), melainkan juga keterampilan, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi untuk berprestasi. Keterampilan atau daya cipta memungkinkan munculnya penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya. Seorang guru harus mampu mendukung perbedaan individu, mendukung

15

Syaiful Bahri Djamarah. 2000 Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta. 2004. hlm. 8


(36)

23

imajinasi, menjauhkan siswa dari rasa takut, dan kemampuan menelaah siswa secara individu.

2.3 Pengertian Sertifikasi Guru

Menurut Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan Pasal 1 Ayat (1), yang dimaksud dengan sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan.

Sertifikat pendidik diberikan setelah yang bersangkutan terbukti telah memenuhi dua persyaratan utama yaitu kualifikasi pendidikan minimum dan penguasaan kompetensi guru. Untuk kualifikasi pendidikan minimum, buktinya dapat diperoleh melalui ijazah (D4/S1), namun sertifikat pendidik sebagai bukti penguasaan kompetensi minimal sebagai guru harus dilakukan melalui suatu evaluasi yang cermat dan komprehensif dari aspek-aspek pembentuk sosok guru yang kompeten dan profesional.

Guru sebagai agen pembelajaran di Indonesia diwajibkan memenuhi tiga persyaratan yaitu kualifikasi pendidikan minimum, kompetensi, dan sertifikasi pendidik. Ketiga persyaratan untuk mendapatkan sertifikat pendidik tersebut merupakan bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.16

16


(37)

Tuntutan evaluasi yang cermat dan komprehensif ini berlandaskan pada isi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 11 ayat (3) tentang Guru dan Dosen, yang menyebutkan bahwa sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Jadi sertifikasi guru dari sisi proses akan berbentuk uji kompetensi yang cermat dan komprehensif. Jika seorang guru/calon guru dinyatakan lulus dalam uji kompetensi ini, maka dia berhak memperoleh sertifikat pendidik. Bentuk uji kompetensi dalam pelaksanaan sertifikasi guru terdiri dari ujian tertulis dan ujian kinerja. Untuk melengkapi kedua jenis tersebut, peserta sertifikasi juga akan diminta untuk menyusun self appraisal dan portofolio.

Sertifikasi guru bertujuan untuk menentukan tingkat kelayakan seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran di sekolah dan sekaligus memberikan sertifikat pendidik bagi guru yang telah memenuhi persyaratan dan lulus uji sertifikasi. Manfaat uji sertifikasi adalah Pertama, melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri. Kedua, melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumberdaya manusia di negeri ini. Ketiga, menjadi wahana penjamin mutu guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan. Keempat, menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku. 17

17


(38)

25

Profesi guru memiliki tugas melayani masyarakat dalam bidang pendidikan. Tuntutan profesi ini memberikan layanan yang optimal dalam bidang pendidikan kepada msyarakat. Secara khusus guru di tuntut untuk memberikan layanan professional kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Sehingga guru yang dikatakan profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas. profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian. Standar profesi merupakan prosedur dan norma-norma serta prinsip-prinsip yang digunakan sebagai pedoman agar keluaran (out put) kuantitas dan kualitas pelaksanaan profesi tinggi sehingga kebutuhan orang dan masyarakat ketika diperlukan dapat dipenuhi.

Standar di atas menunjukkan bahwa profesi guru merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebab guru akan selalu berhadap dengan siswa yang memiliki karakteristik dan pengetahuan yang berbeda-beda maka untuk membimbing siswa agar berkembang dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang secara tepat berubah, sehingga tuntutan ini mengharuskan guru untuk memenuhi standar penilaian yang ditetapkan, salah satunya adalah sertifikasi profesi guru.


(39)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa sertifikasi profesi guru merupakan suatu sarana atau instrumen untuk mencapai tujuan yaitu menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, meningkatkan martabat guru dan meningkatkan profesionalitas guru. Melalui sertifikasi profesi guru ini maka diharapkan guru akan termotivasi untuk mengaktualisasikan dirinya dalam merealisasikan berbagai tujuan tersebut.

Kaitannya antara sertifikasi profesi guru dengan kinerja guru terletak pada tumbuhnya dorongan di dalam diri guru untuk melakukan berbagai kinerja secara profesional demi mencapai kualitas pendidikan dengan tambahan ilmu pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperolehnya melalui program sertifikasi profesi guru. Secara ideal sertifikasi profesi guru bertujuan bukan untuk mendapatkan tunjangan profesi, tetapi untuk dapat menunjukkan bahwa guru yang mengikuti program sertifikasi telah memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam standar kompetensi guru. Sementara itu tunjangan profesi merupakan konsekuensi logis yang menyertai adanya kemampuan yang dimaksud. Dengan demikian maka diharapkan guru memiliki pemahaman bahwa untuk memperoleh sertifikat profesi harus mempersiapkan diri dengan belajar yang benar untuk menghadapi sertifikasi. Pemahaman yang demikian akan membawa dampak positif, yaitu adanya kesadaran bahwa sertifikasi profesi guru dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja guru dalam berbagai aktivitasnya dalam dunia pendidikan.


(40)

27

Setiap guru sertifikasi memperoleh tunjangan profesi melalui dana transfer diberikan kepada guru yang telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan mengenai penerima tunjangan profesi guru yang melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kriteria guru penerima tunjangan profesi melalui transfer daerah berdasakan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru adalah sebagai berikut:

1. Guru yang mengajar pada satuan pendidikan di bawah binaan Kementerian Pendidikan kecuali guru pendidikan agama

2. Memiliki satu atau lebih sertifikat pendidik yang telah diberi satu nomor regristasi guru oleh Kementerian Pendidikan

3. Memiliki Surat Keputusan Tunjangan Profesi (SKTP) yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan

4. Mengajar sebagai Guru Kelas atau Guru Mata Pelajaran pada satuan pendidikan yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya;

5. Memenuhi beban kerja sebagai Guru dengan kewajiban melaksanakan tugas paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu bagi guru atau ekuivalen dengan 24 jam tatap muka per minggu apabila guru tersebut:

a) Mendapat tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, mengajar paling sedikit 6 jam tatap muka per minggu atau membimbing 40 (empat puluh) peserta didik bagi kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling/konselor

b) Mendapat tugas tambahan sebagai wakil kepala satuan pendidikan, mengajar paling sedikit 12 jam tatap muka per minggu atau membimbing


(41)

80 (delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling/konselor

c) Mendapat tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan, kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala unit produksi mengajar paling sedikit 12 jam tatap muka per minggu;

d) Bertugas sebagai guru Bimbingan Konseling paling sedikit mengampu 150 peserta didik pada satu atau lebih satuan pendidikan;

e) Bertugas sebagai guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka per minggu;

6. Berusia paling linggi 60 (enam puluh) tahun/belum pensiun; 7. Tidak beralih status dari guru atau pengawas sekolah;

8. Tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi lain selain satuan pendidikan dan tidak merangkap sebagai pejabat eksekutif, yudikatif dan legislatif;

Pemberian tunjangan profesi dihentikan apabila guru penerima tunjangan profesi memenuhi satu atau beberapa keadaan sebagai berikut:

a. meninggal dunia;

b. mencapai batas usia pensiun;

c. tidak bertugas lagi sebagai guru pada satuan pendidikan; d. sedang mengikuti tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;

e. tidak memenuhi beban kerja 24 jam tatap muka atau tidak memenuhi ekuivalen 24 jam tatap muka;

f. tidak mengampu mata pelajaran yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang diperuntukannya; kecuali mata pelajaran konversi bidang studi sertifikasi


(42)

29

sebelum kelulusan Tahun 2009 sebagaimana Daftar Penyesuaian/Konversi Bidang Studi Sertifikasi Sebelum dan Setelah Tahun 2009.

g. memiliki jabatan rangkap, sesuai dengan peraturan perundang-undangan; h. mutasi menjadi pejabat struktural;

i. pensiun, diberhentikan sebagai guru, meninggal dunia;

2.4 Proses Pengusulan Guru Sertifikasi

Proses Operasional Standar (POS) sertifikasi guru melalui Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan (PPGJ) sebagaimana dijelaskan dalam Kemendikbud, sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan dan Sosialisasi

a. Publikasi Data Guru

1) Guru yang belum bersertifikat berdasarkan pada pemutahiran data guru yang dilakukan secara on-line pada aplikasi Padamu Negeri

2) Nilai UKA Tahun 2013 dan 2014

3) Data akan dipublikasikan melalui website www.sergur.kemdiknas.go.id

b. Penyusunan Pedoman Sertifikasi Guru melalui PPGJ

1) Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru melalui PPGJ

2) Pedoman Pelaksanaan Sertifikasi Guru melalui PPGJ

3) Pedoman Penyusunan dan Penilaian RPL Sertifikasi Guru melalui PPGJ


(43)

2. Tahap Seleksi dan Penetapan Peserta

a. Penyusunan Daftar Calon Peserta UKA

1) Dinas pendidikan provinsi dan dinas pendidikan Kabupaten/kota, berdasarkan data yang diterima dari Badan PSDMPK-PMP dan LPMP menyusun daftar calon peserta UKA.

2) Dinas pendidikan harus memastikan bidang studi yang akan dipilih oleh guru dalam mengikuti UKA.

3) Nama guru yang dinominasikan sebagai calon peserta UKA diumumkan melalui pengumuman yang ditempel di papan pengumuman sekolah dan dinas pendidikan.

Dinas pendidikan menginstruksikan kepala sekolah agar:

1) Menyampaikan informasi tentang keikutsertaan dalam UKA kepada guru yang bersangkutan.

2) Guru yang bersangkutan dapat menyetujui/mengkoreksi bidang studi yang akan dipilih dalam UKA.

3) Daftar calon peserta UKA guru tersebut dikirim ke LPMP dan Badan PSDMPK-PMP.

b. Pemilihan Bidang Studi UKA oleh Guru

1) Guru harus memilih/menentukan bidang studi yang diikuti dalam UKA. 2) Bidang studi yang dipilih harus tercantum dalam Kurikulum 2013 dan

linier dengan kualifikasi S1/D-IV yang dimiliki.

3) Bidang studi yang akan diujikan harus sesuai dengan bidang studi sertifikasi guru melalui PPGJ yang telah ditetapkan.


(44)

31

4) Khusus bagi guru produktif SMK, soal uji kompetensi didasarkan atas program studi keahlian bukan berdasarkan paket keahlian.

5) Informasi lengkap tentang program studi keahlian dan paket keahlian dapat dilihat pada Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan.

c. Menetapkan Lokasi UKA

1) LPMP berkoordinasi dengan dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota untuk menentukan tempat uji kompetensi (TUK).

2) Lokasi TUK yang ditetapkan harus mempertimbangkan kemudahan akses ke lokasi dan dapat dijangkau dengan kendaraan umum.

3) Pelaksanaan UKA dengan sistim off-line dapat menggunakan ruang kelas di sekolah atau ruang sidang/ruang pertemuan kantor dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota.

4) UKA dengan sistim on-line dilaksanakan di sekolah yang sudah pernah menjadi tempat uji kompetensi (TUK) pada pelaksanaan UKA on-line.

d. Daftar Peserta UKA per Lokasi TUK

1) LPMP menyusun daftar guru peserta UKA per TUK berdasarkan pertimbangan asal sekolah/domisili guru, kapasitas TUK dan pengelompokan bidang studi yang dipilih.

2) Masing-masing calon peserta akan memperoleh Kartu Peserta Uji Kompetensi yang dicetak dari AP2SG-PPGJ.

3) LPMP harus menginformasikan dan mengirim undangan dan Kartu Peserta Uji Kompetensi kepada guru calon peserta UKA paling lambat 2 minggu sebelum hari pelaksanaan UKA.


(45)

4) Surat undangan dan kartu disampaikan langsung kepada guru bersangkutan dan dialamatkan ke sekolah tempat mengajar.

5) LPMP juga harus membuat pengumuman berupa daftar nama peserta, tempat dan tanggal pelaksanaan UKA, ditempel di papan pengumuman LPMP, dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota serta dimuat di website LPMP.

6) Guru wajib meneliti/ memastikan kebenaran/kesesuaian nomor peserta, kode bidang studi sertifikasi dan soal uji kompetensi yang akan diikuti, penggantian kode bidang studi tidak dapat dilakukan pada saat uji kompetensi berlangsung.

7) Koreksi bidang studi yang tercantum dalam Kartu Peserta Uji Kompetensi kepada LPMP melalui dinas pendidikan masing-masing. 8) Kartu Peserta Uji Kompetensi sesuai bidang studi yang baru/dikoreksi

akan diberikan oleh panitia sebelum pelaksanaan UKA di TUK. e. Pelaksanaan Uji Kompetensi Awal (UKA)

1) Uji kompetensi secara off-line atau on-line bertempat di TUK yang telah

ditetapkan bersama oleh LPMP dan dinas pendidikan

provinsi/kabupaten/kota.

2) Seluruh calon peserta sertifikasi guru melalui PPGJ Tahun 2015 yang sudah dicantumkan dalam Daftar Calon Peserta UKA harus mengikuti uji kompetensi awal sesuai bidang studi yang dipilih dan dilaksanakan di lokasi yang sudah ditentukan di masing-masing kabupaten/kota.


(46)

33

3. Calon Peserta Sertifikasi Guru melalui PPGJ

a. Penetapan Calon Peserta Sertifikasi Guru melalui PPGJ

1) Badan PSDMPK-PMP berdasarkan hasil UKA guru Tahun 2013/2014 dan 2015 menetapkan peserta sertifikasi guru Tahun 2015.

2) Daftar peserta sertifikasi guru Tahun 2015 dikirimkan ke dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota dengan tembusan ke LPMP dan LPTK penyelenggara

b. Daftar Calon Peserta Sertifikasi Guru melalui PPGJ Tahun 2015

1) Dinas pendidikan provinsi menyusun daftar calon peserta sertifikasi guru Tahun 2015.

2) Dinas pendidikan kabupaten/kota menyusun daftar calon peserta sertifikasi guru melalui PPGJ Tahun 2015.

3) Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota mengumumkan nama guru calon peserta sertifikasi guru Tahun 2015 melalui kepala sekolah tempat guru mengajar dan papan pengumuman dinas pendidikan.

c. Penyusunan Berkas Administrasi

Berkas administrasi yang harus disusun oleh calon peserta sertifikasi guru melalui PPGJ Tahun 2015 adalah:

1) Fotokopi Ijazah S-1 atau D-IV, serta Ijazah S-2 dan atau S-3 (bagi yang memiliki)

2) Fotokopi SK pangkat/golongan terakhir


(47)

4) Fotokopi SK pengangkatan sebagai guru sejak pertama menjadi guru sampai dengan SK terakhir

5) Pasfoto terbaru berwarna (enam bulan terakhir dan bukan polaroid) ukuran 3x4 cm sebanyak 4 lembar

6) Surat Pernyataan dari calon peserta bahwa berkas/dokumen yang diserahkan dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya

Guru yang telah memiliki sertifikat pendidik harus menyertakan:

1) Surat Keputusan Mutasi dari Bupati/Walikota sebagai tindak lanjut dari Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor 05/X/PB/2011, Nomor SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, Nomor 48 Tahun 2011, Nomor 158/PMK.01/2011, Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil.

2) Surat keterangan dari kepala sekolah dan disetujui oleh kepala dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota bagi guru bukan PNS yang sudah dimutasi oleh yayasan.

3) Fotocopy Sertifikat Pendidik yang legalisasi oleh LPTK penyelenggara. 4) Dokumen/berkas yang dikumpulkan harus dilengkapi dengan format

verifikasi kelengkapan dokumen/berkas sebagaimana Lampiran 6 yang telah diisi. Format verifikasi kelengkapan data ini kemudian diteruskan ke dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota dan LPMP untuk diisikan pada kolom yang bersangkutan.


(48)

35

Setiap pergantian jenis dokumen/berkas diberi pembatas kertas berwarna. 1) Pengumpulan berkas dimulai setelah pengumuman penetapan peserta,

paling lambat tanggal 15 Maret 2015.

2) Data guru yang akan mengikuti sertifikasi guru melalui PPGJ harus benar dan valid karena akan digunakan sebagai dasar untuk menetapkan soal uji kompetensi, bidang studi sertifikasi guru, dan data yang akan dicantumkan dalam sertifikat pendidik.

d. Verifikasi Berkas Administrasi Guru oleh Dinas Pendidikan

1) Berkas administrasi guru calon peserta sertifikasi diverifikasi dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan mengirimkan hasil ke LPMP. 2) Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/ kota berkewajiban memverifikasi

keabsahan ijasah S-1/D-IV peserta sertifikasi dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan.

e. Verifikasi Berkas Administrasi Guru oleh LPMP

1) LPMP memeriksa kembali kelengkapan persyaratan, memilah dan mengelompokkan calon peserta sertifikasi menurut asal sekolah/ domisili guru dan bidang studi yang akan diikuti.

2) LPMP melakukan verifikasi kelengkapan dengan cara mengisi format verifikasi kelengkapan data yang sudah diisi oleh guru dan dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota.

3) Setelah verifikasi/persetujuan dilakukan, maka sistem AP2SG- PPGJ akan memberikan nomor peserta dalam format A1


(49)

4) Berkas administrasi guru yang sudah diverifikasi LPMP dan dinyatakan belum lengkap akan dikembalikan ke guru melalui dinas pendidikan yang bersangkutan untuk diperbaiki.

f. Pengumpulan Berkas Administrasi Yang Diperbaiki Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota mengumpulkan berkas administrasi guru yang harus diperbaiki untuk diteruskan ke guru yang bersangkutan.

g. Perbaikan Berkas Administrasi oleh Guru

1) Guru memperbaiki berkas administrasi sesuai dengan koreksi dari dinas pendidikan dan LPMP.

2) Berkas perbaikan diserahkan kembali ke dinas pendidikan untuk diverifikasi ulang dan diteruskan ke LPMP

3) Perbaikan berkas administrasi oleh guru diserahkan ke dinas pendidikan

4) Guru yang tidak menyerahkan berkas sampai batas waktu tersebut dinyatakan gugur sebagai calon peserta PPGJ.

h. Mencetak Format B.1

LPMP mencetak Format B1 berdasarkan daftar calon peserta yang telah memenuhi persyaratan administrasi, ditandatangani oleh Kepala LPMP dan mengirim ke dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan LPTK.

i. Mencetak Format A.1

1) Dinas pendidikan mencetak Format A1 sebanyak 2 (dua) rangkap, ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/Kota atau pejabat yang ditunjuk dan dibubuhi stempel pengesahan.

2) Dinas pendidikan mengirim 1 lembar Format A1 yang telah ditandatangani dan dicap kepada calon peserta melalui PPGJ.


(50)

37

j. Menerima Format A.1

1) Peserta sertifikasi guru melalui PPGJ menerima Format A1 asli (bukan foto kopi) dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

2) Format A1 wajib dibawa peserta pada saat datang mengikuti proses pelaksanaan sertifikasi guru melalui PPGJ di LPTK.

3) Guru menerima Format A1 sebagai tanda persetujuan untuk menyiapkan dokumen RPL.18

Berdasarkan uraian di atas di atas, maka dapat di gambarkan bagan alur pelaksanaan sertifikasi guru, yaitu sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Alur Pelaksanaan Sertifikasi Guru

18


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris.

a. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan melalui studi kepustakaan (library research) dengan cara membaca, mengutip dan menganalisis teori-teori hukum dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian.

b. Pendekatan yuridis empiris adalah upaya untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman dari permasalahan berdasarkan realitas yang ada berdasarkan hasil wawancara di lokasi penelitian19

3.2Sumber dan Jenis Data

Berdasarkan sumbernya, data terdiri dari data lapangan dan data kepustakaan. Data lapangan adalah yang diperoleh dari lokasi penelitian, sementara itu data kepustakaan adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan. Jenis data meliputi data primer dan data sekunder.20 Data yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

19

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1983, hlm. 7. 20


(52)

39

3.2.1 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan (library research), dengan cara membaca, menelaah dan mengutip terhadap berbagai teori, asas dan peraturan yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bahan Hukum Primer, terdiri dari:

(a) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(b) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (c) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen

(d) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

(e) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

(f) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik

(g) Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan

(h) Permendiknas Nomor 40 Tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan melaui jalur pendidikan

(i) Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lampung Utara


(53)

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder dalam penelitian bersumber dari bahan-bahan hukum yang dapat membantu pemahaman dalam menganalisa permasalahan, berbagai buku hukum, arsip dan dokumen, brosur, makalah dan sumber internet.

3.2.2 Data Primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian dengan cara melakukan observasi dan wawancara (interview) dengan narasumber yang mengetahui masalah yang akan diteliti. Narasumber penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepala Seksi Penyusunan dan Penyajian Data

Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara : 1 orang

2. Kepala Seksi Penyusunan dan Rencana Program

Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara : 1 orang

3. Kepala SMP Negeri 1 Muara Sungkai

Kabupaten Lampung Utara : 1 orang +

Jumlah : 3 orang

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan:

1) Studi pustaka (library research), adalah pengumpulan data dengan melakukan serangkaian kegiatan membaca, menelaah dan mengutip dari bahan kepustakaan serta melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok bahasan

2) Studi lapangan (field research), dilakukan sebagai usaha mengumpulkan data secara langsung di lapangan penelitian guna memperoleh data yang


(54)

41

dibutuhkan melalui wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4 Prosedur Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka tahap selanjutnya dilakukan pengolahan data, dengan prosedur sebagai berikut:

1. Seleksi Data. Data yang terkumpul kemudian diperiksa untuk mengetahui kelengkapan data selanjutnya data dipilih sesuai permasalahan yang diteliti. 2. Klasifikasi Data. Penempatan data menurut kelompok-kelompok yang telah

ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan dan akurat untuk kepentingan penelitian.

3. Penyusunan Data. Penempatan data yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada subpokok bahasan sesuai sistematika yang ditetapkan untuk mempermudah interpretasi data

3.5 Analisis Data

Setelah pengolahan data selesai, maka dilakukan analisis data. Setelah itu dilakukan analisis kualitatif, artinya hasil penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang mudah dibaca dan dimengerti untuk diinterprestasikan dan ditarik kesimpulan secara umum yang didasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus terhadap pokok bahasan yang diteliti.


(55)

BAB V P E N U T U P

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi dilaksanakan sebagai berikut:

b. Pengawasan preventif melalui sosialisasi dan pembinaan terhadap guru sertifikasi, yang bertujuan agar mereka memahami dan menaati ketentuan jam mengajar guru sertifikasi sebagaimana diatur Permendiknas Nomor 30 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan. Selain itu dilaksanakan pelaporan oleh pihak sekolah mengenai pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi sebagai bentuk pertanggungjawaban sekolah terhadap guru sertifikasi yang mengajar di sekolah.

c. Pengawasan represif melalui penerapan sanksi bagi guru sertifikasi yang tidak memenuhi ketentuan jam mengajar, yaitu guru yang tidak dapat memenuhi kewajiban melaksanakan pembelajaran 24 jam tatap muka dan dihilangkan haknya untuk mendapat tunjangan profesi, tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan.


(56)

69

2. Faktor-faktor penghambat pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi adalah: b. Kurang optimalnya pengawasan dari Dinas Pendidikan terhadap

pemenuhan jam mengajar 24 jam tatap muka, sehingga menjadi celah bagi guru sertifikasi untuk menggunakan jasa orang lain dalam rangka memenuhi ketentuan jam mengajar tersebut.

c. Belum diterapkannya teknologi perekam kehadiran guru dalam proses belajar mengajar, sehingga presensi guru masih dilaksanakan secara manual, dan hal ini dijadikan celah bagi guru sertifikasi untuk melakukan pelanggaran pemenuhan jam mengajar.

5.2Saran

Beberapa saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara disarankan untuk membentuk suatu tim khusus untuk mengawasi guru sertifikasi dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Inspeksi mendadak (sidak) perlu diintensifkan guna menghindari guru sertifikasi yang tidak melaksanakan kewajiban mengajar secara penuh sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. 2. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara disarankan

merealisasikan pengadaan finger print di sekolah-sekolah dalam rangka memantau kehadiran guru sertifikasi dalam memenuhi ketentuan jam mengajar. Hal ini penting dilakukan dalam rangka mencegah dan meminimalisasi terjadinya kecurangan pemenuhan jam mengajar oleh guru sertifikasi.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, Hamid. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung. Alfabeta. 2009. Djamarah, Syaiful BahriGuru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Rineka

Cipta. Jakarta.2004.

Himawan, Muammar. Pokok-Pokok Organisasi Modern. Bina Ilmu. Jakarta. 2004.

Hasibuan, Malayu.S.P. Organisasi dan Manajemen. Rajawali Press. Jakarta 2002.

Kusnandar. Guru Profesional. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2008. Lubis, Ibrahim. Pengawasan Proyek dalam Manajemen. Ghalia Indonesia.

Jakarta.2004

Purwanto, M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Remaja Karya. Bandung.2005.

Surahmad, Winarno. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Tarsito. Bandung. 2007.

Samani, Muchlas. 2006. Sertifikasi Guru di Indonesia. Penerbit SIC. Jakarta. Siagian, Sondang. Fungsi-Fungsi Manajerial. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 2005. Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1983 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah


(58)

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Mutu Pendidikan Nasional

Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan

Permendiknas Nomor 40 tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Mutu Pendidikan Nasional

Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lampung Utara


(1)

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder dalam penelitian bersumber dari bahan-bahan hukum yang dapat membantu pemahaman dalam menganalisa permasalahan, berbagai buku hukum, arsip dan dokumen, brosur, makalah dan sumber internet.

3.2.2 Data Primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian dengan cara melakukan observasi dan wawancara (interview) dengan narasumber yang mengetahui masalah yang akan diteliti. Narasumber penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepala Seksi Penyusunan dan Penyajian Data

Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara : 1 orang

2. Kepala Seksi Penyusunan dan Rencana Program

Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara : 1 orang 3. Kepala SMP Negeri 1 Muara Sungkai

Kabupaten Lampung Utara : 1 orang +

Jumlah : 3 orang

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan:

1) Studi pustaka (library research), adalah pengumpulan data dengan melakukan serangkaian kegiatan membaca, menelaah dan mengutip dari bahan kepustakaan serta melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok bahasan

2) Studi lapangan (field research), dilakukan sebagai usaha mengumpulkan data secara langsung di lapangan penelitian guna memperoleh data yang


(2)

41

dibutuhkan melalui wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4 Prosedur Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka tahap selanjutnya dilakukan pengolahan data, dengan prosedur sebagai berikut:

1. Seleksi Data. Data yang terkumpul kemudian diperiksa untuk mengetahui kelengkapan data selanjutnya data dipilih sesuai permasalahan yang diteliti. 2. Klasifikasi Data. Penempatan data menurut kelompok-kelompok yang telah

ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan dan akurat untuk kepentingan penelitian.

3. Penyusunan Data. Penempatan data yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada subpokok bahasan sesuai sistematika yang ditetapkan untuk mempermudah interpretasi data

3.5 Analisis Data

Setelah pengolahan data selesai, maka dilakukan analisis data. Setelah itu dilakukan analisis kualitatif, artinya hasil penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang mudah dibaca dan dimengerti untuk diinterprestasikan dan ditarik kesimpulan secara umum yang didasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus terhadap pokok bahasan yang diteliti.


(3)

BAB V P E N U T U P

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi dilaksanakan sebagai berikut:

b. Pengawasan preventif melalui sosialisasi dan pembinaan terhadap guru sertifikasi, yang bertujuan agar mereka memahami dan menaati ketentuan jam mengajar guru sertifikasi sebagaimana diatur Permendiknas Nomor 30 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan. Selain itu dilaksanakan pelaporan oleh pihak sekolah mengenai pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi sebagai bentuk pertanggungjawaban sekolah terhadap guru sertifikasi yang mengajar di sekolah.

c. Pengawasan represif melalui penerapan sanksi bagi guru sertifikasi yang tidak memenuhi ketentuan jam mengajar, yaitu guru yang tidak dapat memenuhi kewajiban melaksanakan pembelajaran 24 jam tatap muka dan dihilangkan haknya untuk mendapat tunjangan profesi, tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan.


(4)

69

2. Faktor-faktor penghambat pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi adalah: b. Kurang optimalnya pengawasan dari Dinas Pendidikan terhadap

pemenuhan jam mengajar 24 jam tatap muka, sehingga menjadi celah bagi guru sertifikasi untuk menggunakan jasa orang lain dalam rangka memenuhi ketentuan jam mengajar tersebut.

c. Belum diterapkannya teknologi perekam kehadiran guru dalam proses belajar mengajar, sehingga presensi guru masih dilaksanakan secara manual, dan hal ini dijadikan celah bagi guru sertifikasi untuk melakukan pelanggaran pemenuhan jam mengajar.

5.2Saran

Beberapa saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara disarankan untuk membentuk suatu tim khusus untuk mengawasi guru sertifikasi dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Inspeksi mendadak (sidak) perlu diintensifkan guna menghindari guru sertifikasi yang tidak melaksanakan kewajiban mengajar secara penuh sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. 2. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara disarankan

merealisasikan pengadaan finger print di sekolah-sekolah dalam rangka memantau kehadiran guru sertifikasi dalam memenuhi ketentuan jam mengajar. Hal ini penting dilakukan dalam rangka mencegah dan meminimalisasi terjadinya kecurangan pemenuhan jam mengajar oleh guru sertifikasi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, Hamid. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung. Alfabeta. 2009. Djamarah, Syaiful BahriGuru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Rineka

Cipta. Jakarta.2004.

Himawan, Muammar. Pokok-Pokok Organisasi Modern. Bina Ilmu. Jakarta. 2004.

Hasibuan, Malayu.S.P. Organisasi dan Manajemen. Rajawali Press. Jakarta 2002.

Kusnandar. Guru Profesional. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2008. Lubis, Ibrahim. Pengawasan Proyek dalam Manajemen. Ghalia Indonesia.

Jakarta.2004

Purwanto, M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Remaja Karya. Bandung.2005.

Surahmad, Winarno. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Tarsito. Bandung. 2007.

Samani, Muchlas. 2006. Sertifikasi Guru di Indonesia. Penerbit SIC. Jakarta. Siagian, Sondang. Fungsi-Fungsi Manajerial. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 2005. Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1983 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah


(6)

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Mutu Pendidikan Nasional

Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan

Permendiknas Nomor 40 tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Mutu Pendidikan Nasional

Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lampung Utara


Dokumen yang terkait

PERAN DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU

0 8 13

Upaya Dinas Pendidikan Kabupaten Pati Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pasca Sertifikasi Profesi Guru

0 34 177

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI MOTIVASI DAN PEMENUHAN JAM MENGAJAR GURU SMP DI KABUPATEN Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Motivasi Dan Pemenuhan Jam Mengajar Guru Smp Di Kabupaten Karanganyar.

0 3 14

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI MOTIVASI DAN PEMENUHAN JAM MENGAJAR GURU SMP DI KABUPATEN Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Motivasi Dan Pemenuhan Jam Mengajar Guru Smp Di Kabupaten Karanganyar.

0 3 17

BAB 1 Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Motivasi Dan Pemenuhan Jam Mengajar Guru Smp Di Kabupaten Karanganyar.

0 4 8

PERBEDAAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU SERTIFIKASI DENGAN GURU NONSERTIFIKASI Perbedaan Motivasi Mengajar Antara Guru Sertifikasi Dengan Guru Nonsertifikasi.

0 2 14

KONTRIBUSI KOMPENSASI DAN MOTIVASI MENGAJAR TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN TUMIJAJAR, TULANG BAWANG BARAT,LAMPUNG :Studi Analitik terhadap Guru Sertifikasi dan Non Sertifikasi.

0 2 76

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMENUHAN JAM MENGAJAR GURU SERTIFIKASI DI SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA.

0 0 141

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II PEMETAAN JAM MENGAJAR GURU SMA DAN SMK DI DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWOREJO.

0 0 41

PENGARUH PENGAWASAN EKSTERNAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA GURU MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

0 0 23