PENGARUH INDEPENDENSI, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN PEMAHAMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA INTERNAL AUDITOR (Studi pada PT. Bank Lampung)

(1)

ABSTRAK

Perbedaan Kinerja Keuangan Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL dan RGEC Sebelum dan Sesudah Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011

Oleh Selvi Indrawati

Penelitian ini meneliti perbedaan kinerja bank sebelum dan sesudah adanya peraturan BI No. 13/1/PBI/2011. Pengukuran kinerja keuangan diproksikan dengan rasio-rasio keuangan yang digunakan baik pada metode CAMEL maupun RGEC. Rasio

keuangan yang digunakan dalam metode CAMEL meliputi CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Kualitas Aktiva Produktif), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional), dan LDR (Loan to Deposit). Sedangkan rasio-rasio keuangan dalam metode RGEC yang digunakan adalah CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL gross (Non Performing Loan), dan ROA (Return to Asset).

Penelitian menggunakan 31 sampel perusahan perbankan di Indonesia yang terdaftar di BEI. Dengan menggunakan alat uji parametrik Paired Sample T-test dan uji non parametrik Wilcoxon Sign Rank Test didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rasio BOPO, LDR, dan NPL gross sebelum dan sesudah peraturan BI No. 13/1/PBI/2011, sedangkan untuk rasio CAR, KAP, dan ROA tidak didapatkan perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah peraturan BI No. 13/1/PBI/2011.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perbankan mempunyai peranan dan fungsi penting dalam perekonomian suatu negara yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

menyalurkannya kembali kepada pihak yang kekurangan dana (debitur) dalam bentuk kredit dan produk perbankan lainnya.

Perbankan dalam menjalankan peranan dan fungsi tersebut harus berada dalam kondisi yang sehat. Bank yang tidak sehat dapat berakibat buruk terhadap kinerja bank tersebut dan juga dapat membahayakan pihak lain terutama para nasabah yang dananya dikelola bank. Oleh karena itu, penilaian terhadap kesehatan bank sangatlah penting yang berguna untuk menilai apakah bank berada dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat, atau tidak sehat yang berguna bagi pihak-pihak yang

berkepentingan dalam mengambil keputusan. Bank yang dikatakan dalam kondisi sehat diharapkan agar tetap mempertahankan kesehatan bank berupa peningkatan kinerja dan bagi bank yang kurang sehat atau tidak sehat diharapkan untuk segera melakukan perbaikan baik di dalam intern maupun ekstern bank untuk mencapai kinerja yang lebih baik.


(3)

Kinerja atau kesehatan bank dapat dinilai dengan beberapa indikator penilaian. Penilaian kesehatan bank yang selama ini menggunakan metode CAMEL, yang merupakan singkatan dari faktor penilaian Capital, Asset quality, Management, Earnings, dan Liquidity. Metode ini merupakan metode penilaian kesehatan bank yang berdasarkan peraturan BI no. 6/10/PBI/2004 yang dikeluarkan pada tanggal 12 April 2004. Namun, seiring perkembangan usaha dan kompleksitas usaha bank membuat penggunaan metode CAMEL kurang efektif dalam menilai kinerja bank karena metode CAMEL tidak memberikan suatu kesimpulan yang mengarahkan ke satu penilaian, antar faktor memberikan penilaian yang sifatnya berbeda (Bayu aji permana, 2012). Untuk itu pada tanggal 25 Oktober 2011 Bank Indonesia

mengeluarkan peraturan baru tentang penilaian tingkat kesehatan dengan

menggunakan pendekatan risiko (Risk-Based Bank Rating) yang meliputi empat faktor pengukuran, yaitu profil risiko (risk profile), good corporate governance (GCG), rentabilitas (earnings), dan permodalan (capital) yang selanjutnya disingkat dengan RGEC. RGEC merupakan metode penilaian kesehatan bank yang merujuk pada peraturan Bank Indonesia no. 13/1/PBI/2011 tentang penilaian kesehatan bank umum. Metode RGEC merupakan tata cara penilaian bank yang menggantikan tata cara penilaian bank sebelumnya yaitu CAMEL.

Menurut Teguh supangkat (dikutip oleh LPPI, 2011) menjelaskan bahwa latar belakang munculnya peraturan ini adalah global financial reform atau perbaikan keuangan global sebagai respon atas krisis keuangan global tahun 2008 dimana Indonesia sebagai anggota G-20 melakukan penyempurnaan kerangka RBS (Risk


(4)

Based Supervision) dan penilaian tingkat kesehatan bank dengan peningkatan kewaspadaan dari manajemen risiko yang ada. Hal ini terkait pula dengan Basel II dan III, dimana pada Basel III terkait dengan penguatan modal dan penyempurnaan manajemen risiko. Selain itu karena Indonesia harus mengacu pada International Financial Reporting Standard (IFRS).

Dengan adanya pergeseran metode dari metode CAMEL ke RGEC maka terdapat suatu perbaikan penilaian terhadap kesehatan bank. Kesehatan suatu bank perlu diketahui sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan kinerja dalam suatu periode. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis p erbedaan kinerja keuangan bank pada metode CAMEL dan RGEC sebelum dan sesudah peraturan BI No.13/1/PBI/2011 yang mengatur tentang penilaian kesehatan bank umum. Dalam penelitian ini akan diketahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan bank pada metode CAMEL dan RGEC sebelum dan sesudah peraturan tersebut. Untuk menjawab masalah tersebut, peneliti menggunakan analisis perbandingan dengan variabel- variabel yang diproksikan dengan rasio-rasio keuangan dalam faktor penilaian metode CAMEL dan RGEC. Rasio-rasio keuangan dalam metode CAMEL terdiri atas CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Kualitas Aktiva Produktif), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional), dan LDR (Loan to Deposit). Sedangkan rasio-rasio keuangan dalam metode RGEC yang digunakan adalah CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL gross (Non Performing Loan), dan ROA (Return to Asset).


(5)

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik mengambil judul “Perbedaan Kinerja Keuangan Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL dan RGEC Sebelum dan Sesudah Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 ”.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan bank dengan menggunakan metode CAMEL dan kinerja keuangan bank dengan menggunakan metode RGEC sebelum dan sesudah peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011?

1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini dibatasi beberapa hal, seperti:

1. Data yang digunakan adalah Laporan keuangan Laba/rugi dan Neraca selama tahun 2010-2012.

2. Kinerja keuangan perusahaan yang diukur adalah kinerja keuangan secara kuantitatif yang diproksikan dengan rasio keuangan.

3. Tidak mengukur management di CAMEL dan Good Corporate Government (GCG) di RGEC.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah pokok penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat kinerja keuangan bank


(6)

dengan menggunakan metode RGEC sebelum dan sesudah peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011.

1.5. Manfaat penelitian

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian mendatang yang masih ada kaitannya dengan penelitianmengenai analisis perbedaan kinerja keuangan bank berdasarkan metode CAMEL dan RGEC yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012 sebelum dan sesudah peraturan BI No.13/1/PBI/2011. 2. Bagi bank

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak manajemen perbankan dalam penetapan kebijakan terutama menyangkut keuangan dan kebijakan lain terutama berdasarkan perbedaan kinerja keuangan bank dengan menggunakan metode CAMEL dan RGEC.

3. Bagi investor

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi terhadap kinerja bank pada periode tertentu yang pada akhirnya dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak investor untuk mengambil keputusan investasi.


(7)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Bank

Pengertian bank menurut PSAK No. 31 adalah:

“Suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi

memperlancar lalu lintas pembayaran.”

Sedangkan pengertian bank menurut UU RI No. 10 tahun 1998 adalah:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.” 2.2. Jenis-jenis Bank

Kasmir (2003) membagi jenis bank dengan melihat dari berbagai segi, salah satunya adalah bank dilihat dari segi kepemilikannya, yaitu:

1. Bank milik pemerintah, adalah bank yang akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah atau pemerintah daerah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah.


(8)

2. Bank milik swasta nasional, adalah bank yang seluruh atau sebagian besar dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta pula.

3. Bank milik koperasi, adalah bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh perusahan yang berbadan hukum koperasi.

4. Bank milik asing, yaitu bank yang merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta atau pemerintah asing dimana kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak lain.

5. Bank milik campuran, adalah bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia.

2.3.Kinerja Keuangan Bank

Kamus besar Bahasa Indonesia (2008) mendefinisikan kinerja (performance) adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja merupakan salah satu faktor penting yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Kinerja keuangan dapat diukur dengan efisiensi artinya rasio perbandingan antara masukan dan keluaran.

Kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam kegiatan operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi, maupun sumber daya manusia. Menurut Ikatan Akuntansi Iandonesia (IAI,1996),kinerja dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan kebijakan dan prosedur perusahaan


(9)

yang merupakan kuantifikasi dan efisiensi serta efektifitas dalam mengoperasikan bisnis selama periode akuntansi tertentu. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menilai keberhasilan suatu organisasi. Penurunan kinerja secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya financial distress yaitu keadaan yang sangat sulit bahkan dapat dikatakan mendekati

kebangkrutan. financial distress yang terjadi harus segera diselesaikan, karena apabila tidak segera diselesaikan akan berdampak besar pada bank tersebut dengan hilangnya kepercayaan dari nasabah.

Kinerja bank selama periode tertentu tertuang dalam laporan keuangan yang digunakan oleh pihak luar seperti investor dan kreditor. Perusahaan publik mempunyai kewajiban menerbitkan laporan keuangan tahunan (annual report) kepada para pemodal yang ada di Bursa Efek Indonesia. Laporan keuangan merupakan sumber berbagai macam informasi khususnya informasi akuntansi. Informasi yang ada tersebut bermanfaat sebagai salah satu dasar dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal.


(10)

2.4.Metode Kesehatan Bank 2.4.1. Metode CAMEL

Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan Standar Bank Indonesia. Penilaian tingkat kesehatan bank yang selama ini dikenal dengan metode CAMEL yang terdiri atas Penilaian Kuantitatif dan atau Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor

permodalan (Capital), kualitas aset (Assets Quality), manajemen (Management), rentabilitas (Earnings), dan likuiditas (Liquidity).

Analisis rasio CAMEL dalam menilai kinerja keuangan bank berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 meliputi:

1. Permodalan (Capital)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

a. kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku

b. komposisi permodalan

c. trend ke depan/proyeksi KPMM

d. aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal Bank e. kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal

dari keuntungan (laba ditahan)

f. rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha; g. akses kepada sumber permodalan


(11)

2. Kualitas Aset (Asset Quality)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: a. aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva

produktif

b. debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit c. perkembangan aktiva produktif bermasalah (non performing

asset)dibandingkan dengan aktiva produktif

d. tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)

e. kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif

f. sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif g. dokumentasi aktiva produktif

h. kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. 3. Manajemen (Management)

Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

a. manajemen umum

b. penerapan sistem manajemen risiko

c. kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.


(12)

Penilaian factor rentabilitasmeliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

a. return on assets (ROA) b. return on equity (ROE) c. net interest margin (NIM)

d. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional e. perkembangan laba operasional

f. komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan g. penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya h. prospek laba operasional.

5. Likuiditas (Liquidity)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: a. aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang

dari 1 bulan

b. 1-month maturity mismatch ratio c. Loan to Deposit Ratio (LDR)

d. proyeksi cash flow 3 bulan mendatang

e. ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti f. kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities

management/ALMA)

g. kemampuan Bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya


(13)

h. stabilitas dana pihak ketiga (DPK).

2.4.2. Metode RGEC

Penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan berdasarkan risiko (Risk Based Bank Rating) merupakan penilaian yang komprehensif dan terstruktur terhadap hasil integrasi antara profil risiko dan kinerja yang meliputi penerapan tata kelola yang baik, rentabilitas, dan permodalan.

Pendekatan tersebut memungkinkan Bank Indonesia sebagai pengawas melakukan tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu karena penilaian dilakukan secara komprehensif terhadap semua faktor penilaian dan difokuskan pada risiko yang signifikan serta dapat segera dikomunikasikan kepada bank dalam rangka menetapkan tindak lanjut pengawasan. Selain itu sejalan dengan penerapan

pengawasan berdasarkan risiko maka pengawasan tidak cukup dilakukan hanya untuk bank secara individual tetapi juga harus dilakukan terhadap bank secara konsolidasi. Manajemen bank perlu memperhatikan prinsip-prinsip umum berikut ini sebagai landasan dalam menilai tingkat kesehatan bank.

1. Berorientasi Risiko

Penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada risiko-risiko bank dan dampak yang ditimbulkan pada kinerja bank secara keseluruhan. Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan risiko atau mempengaruhi kinerja keuangan bank pada saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan demikian, bank diharapkan mampu mendeteksi secara lebih dini


(14)

akar permasalahan bank serta mengambil langkah-langkah pencegahan dan perbaikan secara efektif dan efisien.

2. Proporsionalitas

Penggunaan parameter/indikator dalam tiap faktor penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank. Parameter/indikator penilaian tingkat kesehatan bank dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP merupakan standar minimum yang wajib digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank. Namun demikian, bank dapat menggunakan parameter/indikator tambahan yang sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas usahanya dalam menilai tingkat kesehatan bank sehingga dapat mencerminkan kondisi bank dengan lebih baik.

3. Materialitas dan Signifikansi

Bank perlu memperhatikan materialitas atau signifikansi faktor penilaian tingkat kesehatan bank yaitu profil risiko, GCG, rentabilitas, dan permodalan serta signifikansi parameter/indikator penilaian pada masing-masing faktor dalam menyimpulkan hasil penilaian dan menetapkan peringkat faktor. Penentuan materialitas dan signifikansi tersebut didasarkan pada analisis yang didukung oleh data dan informasi yang memadai mengenai risiko dan kinerja keuangan bank. 4. Komprehensif dan Terstruktur

Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis serta difokuskan pada permasalahan utama bank. Analisis dilakukan secara terintegrasi, yaitu dengan mempertimbangkan keterkaitan antar risiko dan antar faktor penilaian tingkat kesehatan bank serta perusahaan anak yang wajib dikonsolidasikan.


(15)

Analisis harus didukung oleh fakta-fakta pokok dan rasio-rasio yang relevan untuk menunjukkan tingkat, trend, dan tingkat permasalahan yang dihadapi oleh bank. Penilaian RGEC berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP faktor-faktor penilaiannya adalah :

1. Penilaian profil risiko A. Penilaian risiko inheren

Penilaian Risiko inheren merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan bisnis bank, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan bank. Karakteristik risiko inheren bank ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain strategi bisnis, karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan aktivitas bank, industri dimana bank melakukan kegiatan usaha, serta kondisi makro ekonomi. Penilaian atas risiko inheren dilakukan dengan memperhatikan parameter/indikator yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif yang terdiri atas 8 aspek:

a. Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Dalam menilai risiko inheren atas risiko kredit, parameter/indikator yang digunakan adalah:

- komposisi portofolio aset dan tingkat konsentrasi - kualitas penyediaan dana dan kecukupan pencadangan

- strategi penyediaan dana dan sumber timbulnya penyediaan dana - faktor eksternal.


(16)

Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option. Risiko pasar meliputi antara lain risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas. Risiko suku bunga dapat berasal baik dari posisi trading book maupun posisi banking book. Dalam menilai risiko inheren atas risiko pasar, parameter/indikator yang digunakan adalah:

- volume dan komposisi portofolio

- kerugian potensial (potential loss) risiko suku bunga dalam Banking Book (Interest Rate Risk in Banking Book-IRRBB)

- strategi dan kebijakan bisnis. c. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Sumber risiko operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal. Dalam menilai risiko inheren atas risiko operasional, parameter/indikator yang digunakan adalah:

- karakteristik dan kompleksitas bisnis - sumber daya manusia

- teknologi informasi dan infrastruktur pendukung - fraud, baik internal maupun eksternal

- kejadian eksternal. d. Risiko Likuiditas


(17)

Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko ini disebut juga risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Risiko likuiditas juga dapat disebabkan oleh

ketidakmampuan Bank melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai risiko likuiditas pasar (market liquidity risk). Dalam menilai risiko inheren atas risiko likuiditas, parameter yang digunakan adalah:

- komposisi dari aset, kewajiban, dan transaksi rekening administrative - konsentrasi dari aset dan kewajiban

- kerentanan pada kebutuhan pendanaan - akses pada sumber-sumber pendanaan. e. Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Dalam menilai risiko inheren atas risiko hukum, parameter/indikator yang digunakan adalah:

- faktor litigasi

- faktor kelemahan perikatan

- faktor ketiadaan/perubahan peraturan perundang-undangan. f. Risiko Stratejik


(18)

Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan bank dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Dalam menilai risiko inheren atas risiko stratejik, parameter/indikator yang digunakan adalah:

- kesesuaian strategi bisnis bank dengan lingkungan bisnis - strategi berisiko rendah dan berisiko tinggi

- posisi bisnis bank

- pencapaian rencana bisnis bank. g. Risiko kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Dalam menilai risiko inheren atas risiko kepatuhan, parameter/indikator yang digunakan adalah:

- jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan

- frekuensi pelanggaran yang dilakukan atau track record ketidakpatuhan bank - pelanggaran terhadap ketentuan atau standar bisnis yang berlaku umum untuk

transaksi keuangan tertentu. h. Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Dalam menilai risiko

inheren atas risiko reputasi parameter/indikator yang digunakan adalah: - pengaruh reputasi negatif dari pemilik bank dan perusahaan terkait - pelanggaran etika bisnis


(19)

- kompleksitas produk dan kerjasama bisnis bank

- frekuensi, materialitas, dan eksposur pemberitaan negatif bank - frekuensi dan materialitas keluhan nasabah.

B.Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko

Penilaian kualitas penerapan manajemen risiko mencerminkan penilaian terhadap kecukupan sistem pengendalian risiko yang mencakup seluruh pilar penerapan manajemen risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan bank Indonesia mengenai penerapan manajemen risiko bagi bank umum. Penilaian kualitas penerapan manajemen risiko bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penerapan manajemen risiko bank sesuai prinsip-prinsip yang diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan manajemen risiko bagi bank umum. Penerapan manajemen risiko bank sangat bervariasi menurut skala, kompleksitas, dan tingkat risiko yang dapat ditoleransi oleh bank. Dengan demikian, dalam menilai kualitas penerapan manajemen risiko perlu diperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank. Penilaian kualitas penerapan manajemen risiko merupakan penilaian terhadap 4 (empat) aspek yang saling terkait yaitu:

a. Tata kelola risiko

b. Kerangka manajemen risiko

c. Proses manajemen risiko, kecukupan sumber daya manusia, dan kecukupan sistem informasi manajemen.


(20)

2. Penilaian Good Corporate Governance (GCG)

Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum No. 8/4/PBI/2006 dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank.

3. Penilaian Rentabilitas (Earnings), meliputi:

a. evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber Rentabilitas, kesinambungan (sustainability) rentabilitas, dan manajemen rentabilitas. b. Penetapan peringkat faktor rentabilitas dilakukan berdasarkan analisis yang

komprehensif dan terstruktur terhadap parameter/indikator rentabilitas. c. Penetapan faktor rentabilitas dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat yakni

peringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat 4, dan peringkat 5. 1. Penilaian Permodalan (Capital), meliputi:

a. evaluasi terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan.

b. Dalam melakukan penilaian, bank perlu mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, dan stabilitas permodalan dengan memperhatikan kinerja peer group serta kecukupan manajemen permodalan bank.

c. Parameter/indikator dalam menilai permodalan meliputi: - Kecukupan modal bank


(21)

2.5.Perubahan metode CAMEL ke metode RGEC

Krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun terakhir member pelajaran berharga bahwa inovasi dalam produk, jasa, dan aktivitas perbankan yang tidak diimbangi dengan penerapan manajemen risiko yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan mendasar pada bank maupun terhadap sistem keuangan secara keseluruhan.

Pengalaman dari krisis keuangan global tersebut mendorong perlunya peningkatan efektivitas penerapan manajemen risiko dan GCG. Tujuannya adalah agar Bank mampu mengidentifikasi permasalahan secara lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat, serta menerapkan GCG dan manajemen risiko yang lebih baik sehingga bank lebih tahan dalam menghadapi krisis. Sejalan dengan perkembangan tersebut di atas, Bank Indonesia menyempurnakan metode penilaian tingkat kesehatan bank umum.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank wajib memelihara kesehatannya. Kesehatan bank yang merupakan cerminan kondisi dan kinerja bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank. Selain itu, kesehatan bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen), dan masyarakat pengguna jasa bank.

Perkembangan industri perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin kompleks dan beragam dapat meningkatkan kerentanan terhadap risiko dan profil risiko bank yang berdampak pada kinerja keuangan bank tersebut. Sejalan dengan itu, pendekatan


(22)

penilaian secara internasional juga mengarah pada pendekatan pengawasan berdasarkan risiko. Peningkatan kerentanan terhadap risiko dan profil risiko serta penerapan pendekatan pengawasan berdasarkan risiko tersebut selanjutnya akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank.

Sesuai dengan perkembangan usaha bank yang senantiasa bersifat dinamis dan berpengaruh pada tingkat risiko yang dihadapi, maka metodologi penilaian tingkat kesehatan bank perlu disempurnakan agar dapat lebih mencerminkan kondisi bank saat ini dan di waktu yang akan datang. Penyesuaian tersebut perlu dilakukan agar penilaian tingkat kesehatan bank dapat lebih efektif digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja bank termasuk dalam penerapan manajemen risiko dengan fokus pada risiko yang signifikan, dan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku serta penerapan prinsip kehati-hatian. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan menyempurnakan penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan pendekatan

berdasarkan risiko dan menyesuaikan faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank. Sesuai PBI No. 13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem penilaian tingkat kesehatan bank berbasis risiko (Risk Based Bank Rating) menggantikan penilaian CAMEL yang dulunya diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004.

2.6.Perbedaan Metode CAMEL dan Metode RGEC

Menurut Age etri budiarti (2012) mengatakan bahwa sebenarnya sistem penilaian kesehatan bank antara CAMEL tidak berbeda jauh dengan RGEC. Beberapa bagian tampak masih sama seperti masih digunakannya sistem penilaian permodalan dan


(23)

rentabilitas. Adapun sistem penilaian manajemen pun diganti menjadi Good Corporate Governance. Sedangkan untuk komponen kualitas asset dan likuiditas dijadikan satu dalam komponen profil risiko.

1. Permodalan CAMEL dan RGEC

Untuk perhitungan CAR baik untuk CAMEL maupun RGEC menggunakan rumus yang sama. Tetapi yang membedakan adalah terletak pada perhitungan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) pada CAMEL, yang masih menggunakan regulasi Basel I, hanya memperhitungkan ATMR dengan menggunakan risiko kredit dan risiko pasar saja. Sedangkan untuk perhitungan ATMR pada RGEC, dimana regulasi Basel II sudah digunakan, selain menggunakan risiko kredit dan risiko pasar, maka ditambah dengan menggunakan risiko operasional.

2. Kualitas aset dan likuiditas CAMEL menjadi profil risiko RGEC

Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 13/24/PBI/2011, profil risiko yang wajib dinilai terdiri dari risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko stratejik, risko kepatuhan, dan risiko reputasi. Untuk penilaian kualitas aset memiliki kesamaan dalam penilaian risiko kredit pada profil risiko. Adapun untuk penilaian likuiditas memiliki kesamaan dalam penilaian risiko likuiditas pada profil risiko.

Dalam penilaian CAMEL, jika hasil peringkat suatu bank pada parameter atau indikator pada kualitas aset dan likuiditas buruk, maka dapat diprediksi bahwa bank tersebut akan mengalami kebangkrutan. Tetapi dalam penilaian RGEC, jika hasil peringkat suatu bank pada parameter atau indikator pada Profil risiko buruk, maka bank tersebut belum dapat diprediksi akan mengalami kebangkrutan selama


(24)

parameter penanganan risiko bank itu sangat baik sehingga dapat mencegah atau meminimalisasi akan terjadinya kebangkrutan.

a. Kredit kualitas aset CAMEL menjadi kredit profil risiko RGEC

Seperti halnya perbedaan permodalan seperti penjelasan diatas, maka penilaian kredit pada kualitas aset dan profil risiko pun mengalami perbedaan yang terkait dengan adanya perubahan regulasi juga yaitu adanya revisi PSAK No. 50 dan No. 55 pada tahun 2006 tentang Instrumen Keuangan. Adanya revisi tersebut mengakibatkan adanya perubahan pecadangan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) menjadi CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebenarnya PPAP sejenis dengan CKPN karena sama-sama merupakan pencadangan pada kredit. Yang membedakan adalah perlakuannya, dimana pencadangan kredit pada PPAP didasarkan pada ketentuan kolektibilitasnya sedangkan untuk pecadangan kredit pada CKPN didasarkan pada data kerugian kredit yang telah terjadi.

b. Likuiditas CAMEL menjadi likuiditas profil risiko RGEC

Parameter atau indikator yang digunakan untuk memperhitungkan antara likuiditas CAMEL dengan likuiditas profil risiko sebagian besar memiliki

persamaan. Yang membedakan adalah bahwa pada parameter likuiditas CAMEL terdapat perhitungan rasio LDR (Loan Deposits Ratio) sedangkan pada parameter likuiditas profil risiko tidak terdapat adanya perhitungan rasio tersebut.

3. Manajemen CAMEL menjadi Good Corporate Governance RGEC Pada manajemen CAMEL, selain menggunakan parameter atau indikator Good Corporate Governance pada manajemen umum, digunakan pula penerapan sistem


(25)

manajemen risikonya serta kepatuhan bank terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, dimana pada komponen RGEC, kepatuhan tersebut terdapat dalam penjelasan mengenai risiko kepatuhan pada profil risiko.

4. Rentabilitas CAMEL dan RGEC

Pada rentabilitas CAMEL, terdapat parameter atau indikator perhitungan BOPO (Beban Operasional dibagi dengan Pendapatan Operasional), sedangkan Rentabilitas RGEC tidak ada perhitungan BOPO. Sebagai gantinya, pada Rentabilitas RGEC terdapat parameter atau indikator Beban Operasional dibagi dengan Total Aset dan Pendapatan Operasional yang juga dibagi dengan Total Aset.

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian lain dilakukan oleh Bayu aji permana (2012) tentang analisis tingkat kesehatan bank berdasarkan metode CAMELS dan RGEC. hasil penelitian yang menggunakan analisis deskriptif memberikan kesimpulan bahwa metode CAMELS sebenarnya telah memberikan gambaran tingkat kesehatan bank yang efektif akan tetapi metode CAMELS tidak memberikan suatu kesimpulan yang mengarahkan ke satu penilaian. Antar faktor memberikan penilaian yang sifatnya bisa berbeda. Sedangkan metode RGEC lebih menekankan akan pentingya kualitas manajemen. Manajemen yang berkualitas tentunya akan mengangkat faktor pendapatan dan juga faktor permodalan secara langsung maupun tidak langsung.


(26)

2.8. Kerangka penelitian

Gambar 1 kerangka Penelitian

2.9.Pengembangan Hipotesis

Krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun terakhir memberi pelajaran berharga bahwa inovasi dalam produk, jasa, dan aktivitas perbankan yang tidak diimbangi dengan penerapan manajemen risiko yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan mendasar pada bank maupun terhadap sistem keuangan secara keseluruhan. Ketidaktepatan dalam pengelolaan bank dan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh bank membuat Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan di Indonesia mengeluarkan peraturan mengenai penilaian kesehatan bank umum No. 13/1/PBI/2011 sebagai tolok ukur perbankan dalam menilai kesehatan

CAR CAMEL Sebelum PBI No.

13/1/PBI/2011

Sesudah PBI No. 13/1/PBI/2011

CAR CAMEL

KAP CAMEL KAP CAMEL

BOPO CAMEL BOPO CAMEL

LDR CAMEL NPL RGEC NPL RGEC CAR RGEC CAR RGEC LDR CAMEL

ROA RGEC ROA RGEC

Ha1 Ha2 Ha3 Ha4 Ha5 Ha6 Ha7


(27)

bank yang berbasis risiko. Dengan adanya peraturan BI yang baru ini diharapkan membuat perubahan dalam kesehatan bank sehingga kinerja bank dapat lebih ditingkatkan lagi.

Kinerja keuangan suatu perbankan adalah prestasi yang dicapai dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan bank. Kinerja keuangan merupakan salah satu ukuran keberhasilan bahwa pengelolaan bank telah dilaksakanan dengan baik. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank maka dapat dilihat dari laporan keuangan bank yang disajikan secara periodik oleh bank, biasanya bank membuat laporan keuangan setiap triwulan atau setiap semester.laporan keuangan sangat berguna bagi pihak intern dan ekstern bank dalam mengambil keputusan sehingga laporan keuangan bank perlu di analisis untuk melihat kinerja keuangan bank. Analisis yang digunakan adalah analisis dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sesuai dengan standar yang berlaku.

Dalam penelitian ini yang membandingkan kinerja keuangan bank pada metode CAMEL dan RGEC sebelum dan sesudah peraturan Bank Indonesia No.

13/1/PBI/2011 menggunakan rasio-rasio keuangan yang ada dalam faktor penilaian CAMEL dan RGEC. Pada CAMEL rasio yang digunakan adalah CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Kualitas Aktiva Produktif), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional), dan LDR (Loan to Deposit). Sedangkan rasio-rasio keuangan dalam metode RGEC yang digunakan adalah CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL gross (Non Performing Loan), dan ROA (Return to Asset).


(28)

Ha1: Terdapat perbedaan CAR (Capital Adequacy Ratio) pada metode CAMEL sebelum dan sesudah peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011.

Ha2: Terdapat perbedaan KAP (Kualitas Aktiva Produktif) pada metode CAMEL sebelum dan sesudah peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011.

Ha3: Terdapat perbedaan BOPO pada metode CAMEL sebelum dan sesudah peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011.

Ha4: Terdapat perbedaan LDR (Loan to Deposit) pada metode CAMEL sebelum dan sesudah peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011.

Ha5: Terdapat perbedaan CAR (Capital Adequacy Ratio) pada metode RGEC sebelum dan sesudah peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011.

Ha6: Terdapat perbedaan NPL gross (Non Performing Loan) pada metode CAMEL sebelum dan sesudah peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011.

Ha7: Terdapat perbedaan ROA (Return to Asset) pada metode CAMEL sebelum dan sesudah peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011.


(29)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Sumber Data

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan komparatif. Sumber data penelitian ini yaitu berasal dari data sekunder berupa Laporan Keuangan selama tahun 2010 sebelum peraturan dan 2012 sesudah peraturan BI No. 13/1/PBI/2011 diperoleh melalui media Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh bank umum di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah bank umum konvensional di Indonesia yaitu sejumlah 31 bank. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah bank dengan kriteria sebagai berikut:

1. Bank konvensional di Indonesia;

2. Bank konvensional yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan laporan keuangan yang dipublikasikan secara berturut-turt selama tahun 2009-2012; Dari kriteria tersebut, maka diperoleh sampel sebagai berikut:


(30)

Tabel 3.1 Hasil Purposive Sampling

Bank umum yang bergerak di bidang konvensional 120 Bank umum konvensional yang sudah terdaftar di BEI 32 Bank konvensional yang laporan keuangannya tidak

dipublikasikan berturut-turut selama tahun 2010-2012

(1)

Jumlah sampel 31

Dari kriteria tersebut, maka diperoleh sampel:

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No Nama Bank No Nama Bank

1 Bank Arta Graha Int. 17 Bank Negara Indonesia 2 Bank BRI Agroniaga 18 Bank Nusantara Parahyangan

3 Bank Bukopin 19 Bank OCBC NISP

4 Bank Bumi Arta 20 Bank Of India Indonesia 5 Bank Capital Indonesia 21 Bank PAN Indonesia

6 Bank Central Asia 22 Bank Pembangunan Jawa barat dan Banten 7 Bank Cimb Niaga 23 Bank Permata

8 Bank Danamon 24 Bank Pundi

9 Bank Ekonomi Raharja 25 Bank QNB Kesawan 10 Bank Himpunan Saudara 1906 26 Bank Rakyat Indonesia 11 Bank ICB Bumiputera 27 Bank Sinarmas

12 Bank Internasional Indonesia 28 Bank Tabungan Negara

13 Bank Mandiri 29 Bank Tabungan Pensiun Nasional 14 Bank Mayapada 30 Bank Victoria Internasional

15 Bank Mega 31 Bank Windu Kencana Internasional 16 Bank Mutiara


(31)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data yang diinginkan adalah sebagai berikut :

1. Observasi tidak langsung

Dilakukan dengan membuka Website dari objek yang diteliti, sehingga dapat diperoleh laporan keuangan, gambaran umum bank serta perkembangannya yang kemudian digunakan penelitian. Situs yang digunakan adalah :

a. www.idx.co.id b. www.bi.go.id

c. www.bankirnews.com 2. Penelitian kepustakaan

Studi pustaka adalah pengumpulan data dengan cara mempelajari dan memahami buku-buku yang mempunyai hubungan tingkat kesehatan bank terhadap harga saham seperti dari literatur, jurnal-jurnal, media massa dan hasil penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber, baik dari perpustakaan dan sumber lain.

3.4. Alat Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 17.0 (Stastistical Product and Service Solution) dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% dan tingkat signifikansi (α) sebesar 5%.

3.5. Definisi Operasional Variabel 3.5.1. Metode CAMEL


(32)

Dalam melakukan pemeringkatan penilai kesehatan bank, terdapat beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan. Tolok ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode CAMEL berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank dan surat edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal tata cara penilaian tingkat kesehetan bank umum. Adapun tolak ukur untuk

menentukan tingkat kesehatan suatu bank setelah dilakukan penilaian terhadap masing-masing variabel, yaitu dengan menentukan hasil penelitian yang digolongkan menjadi peringkat kesehatan bank.

Analisis rasio CAMEL dalam menilai kinerja keuangan bank berdasarkan lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 meliputi:

1. Permodalan (Capital)

Permodalan digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi. Salah satu indikator penilaian permodalan dalam metode CAMEL ialah kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku atau yang disebut dengan CAR (Capital Adequacy Ratio). Perhitungan CAR didapat dari modal dibagi dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku. ATMR di CAMEL diperoleh melalui perhitungan risiko kredit dan risiko pasar.CAR diperoleh melalui rumus:


(33)

CAR = Modal

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

Berikut adalah skala interval untuk mengambil kesimpulan dalam hasil perhitungan rasio CAR:

Tabel 3.3

Peringkat Faktor penilaian KPMM

Kriteria Peringkat Nilai

KPMM ≥ 12% 1 Sangat Baik

9% ≤ KPMM < 12% 2 Baik

8% ≤ KPMM < 9% 3 Cukup Baik

6% ≤ KPMM < 8% 4 Kurang Baik

KPMM ≤ 6% 5 Tidak Baik

Sumber: Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Semakin baik rasio CAR yang ditandai dengan nilai CAR > 12%, maka semakin baik kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi dan begitu pun sebaliknya semakin kecil rasio CAR, menunjukkan bahwa bank tidak mampu dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

2. Kualitas Aset (Asset Quality)

Rasio KAP merupakan rasio untuk mengukur penilain faktor kualitas aset (Asset Quality) pada metode CAMEL. KAP digunakan untuk mengukur

kemampuan dalam menjaga dan mengembalikan dana yang ditanamkan dengan membandingkan antara jumlah aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah aktiva produktif. Jumlah aktiva produktif yang diklasifikasikan


(34)

perjalanan khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Pembagian tiap kategori mengacu pada persentase yang ditentukan oleh Bank Indonesia.

Kualitas aset diukur dengan beberapa indikator penilaian. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan adalah Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dengan rumus:

KAP =Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan

Total Aktiva Produktif

Berikut adalah skala interval untuk mengambil kesimpulan dalam hasil perhitungan rasio KAP:

Tabel 3.4

Peringkat Faktor penilaian KAP

Kriteria Peringkat Nilai

KAP ≤ 2% 1 Sangat Baik

2% < KAP ≤ 3% 2 Baik

3% < KAP ≤ 6% 3 Cukup Baik

6% < KAP ≤ 9% 4 Kurang Baik

KAP > 9% 5 Tidak Baik

Sumber: Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Rasio KAP kurang dari atau sama dengan 2% menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menjaga dan mengembalikan dana yang ditanamkan sangat

baik.semakin besar nilai rasio KAP menunjukkan bahwa semakin buruk

kemampuan bank dalam menjaga dan mengembalikan dana yang ditanamkandan. 3. Rentabilitas (Earnings)

Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada, seperti kegiatan penjualan, kas, modal, dan sebagainya. Rentabilitas diukur dengan beberapa indikator penilaian. Indikator


(35)

dalam penilaian rentabilitas yang digunakan dalan penelitian ini adalah Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

BOPO = Total Biaya Operasional

Total Pendapatan Operasional

Berikut adalah skala interval untuk mengambil kesimpulan dalam hasil perhitungan rasio BOPO:

Tabel 3.5

Peringkat Faktor penilaian BOPO

Kriteria Peringkat Nilai

BOPO ≤ 94% 1 Sangat Baik

94% < BOPO ≤ 95% 2 Baik

95% < BOPO ≤ 96% 3 Cukup Baik

96% < BOPO ≤ 97% 4 Kurang Baik

BOPO > 97% 5 Tidak Baik

Sumber: Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Rasio BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.

4. Likuiditas (Liquidity)

Likuiditas ialah kemampuan suatu bank melunasi kewajiban-kewajiban keuangan yang segera dapat dicairkan atau yang sudah jatuh tempo (Simorangkir,2004). Rasio likuiditas (liquidity) dapat diukur dengan menggunakan rasio-rasio yang salah satunya adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR menggambarkan

kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya


(36)

LDR = Total Kredit Yang Diberikan Total Dana Pihak Ketiga

Berikut adalah skala interval untuk mengambil kesimpulan dalam hasil perhitungan rasio LDR:

Tabel 3.6

Peringkat Faktor penilaian LDR

Kriteria Peringkat Nilai

LDR ≤ 75% 1 Sangat Baik

75% < LDR ≤ 85% 2 Baik

85% < LDR ≤ 100% 3 Cukup Baik

100% < LDR ≤120% 4 Kurang Baik

LDR > 120% 5 Tidak Baik

Sumber: Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Rasio LDR ≤ 75% menunjukkan bahwa semakin baik kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan

mengandalkan kredit yang diberikan,begitu pun sebaliknya semakin besar nilai rasio menunjukkan kemampuan bank yang buruk dalam membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan.

3.5.2. Metode RGEC

Analisis rasio dalam metode RGEC yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Profil risiko (Profil risiko)

Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional bank. Risiko yang wajib dinilai terdiri atas 8 (delapan) jenis risiko yaitu risiko kredit, risiko


(37)

pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Dalam penelitian ini hanya risiko kredit yang diukur dengan menggunakan rasio NPL gross (Net Performing Loan), yang diperoleh dengan membandingkan kredit bermasalah terhadap total kredit. Kredit bermasalah dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu kurang lancar,

diragukan, dan macet, dengan rumus yang tercantum dalam Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP:

NPL gross = Kredit Bermasalah

Total Kredit

Berikut adalah skala interval untuk mengambil kesimpulan dalam hasil perhitungan rasio NPL:

Tabel 3.7

Peringkat Faktor penilaian NPL

Kriteria Peringkat Nilai

NPL < 2% 1 Sangat Baik

2% < NPL ≤ 5% 2 Baik

5% < NPL ≤ 8% 3 Cukup Baik

8% < NPL ≤12% 4 Kurang Baik

NPL > 12% 5 Tidak Baik

Sumber: Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Semakin kecil nilai persentase NPL nya berarti semakin bagus tingkat

pengembalian kredit dari nasabah dan sebaliknya semakin besar nilai persentase rasio NPL menunjukkan bahwa tingkat pengembalian kredit dari nasabah buruk atau dengan kata lain terdapat kredit macet yang tinggi.


(38)

Indikator penilaian kinerja bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas) adalah ROA (Return On Asset). Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengukur efektivitas kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki.

ROA = laba sebelum pajak

rata−rata total aset

Tabel 3.8

Peringkat Faktor penilaian ROA

Nilai Peringkat Nilai

ROA >1,5% 1 Sangat Baik

1,25% <ROA ≤ 1,5% 2 Baik

0,5% < ROA ≤ 1,25% 3 Cukup Baik

0% < ROA ≤ 0.5% 4 Kurang Baik

ROA ≤ 0% 5 Tidak Baik

Sumber: Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tahun 2004

Semakin besar nilai rasio ROA menunjukkan bahwa semakin efektif bank dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki dan sebaliknya semakin kecil nilai rasio ROA menunjukkan bahwa semakin tidak efektif bank dalam dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. c. Capital (Permodalan)

Parameter/indikator penilaian permodalan CAR (Capital Adequacy Ratio). CAR dalam RGEC dan CAR dalam CAMEL berbeda dalam perhitungan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko). ATMR dalam RGEC selain diperoleh dari risiko kredit dan risiko pasar juga ditambah risiko operasional. Rumus

perhitungan CAR RGEC adalah: CAR = modal


(39)

Berikut ringkasan rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini: Tabel 3.9

Rasio-rasio Keuangan

1.6.Model Penelitian 1.6.1. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2004:169) analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis deskriptif untuk mengukur nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan nilai standar deviasi dengan

Metode Variabel Indikator Skala

CAMEL

Rasio Permodalan CAR modal

ATMR

X100%

Rasio Kualitas

Aset KAP

Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan Total Aktiva Produktif

Rasio Rentabilitas BOPO

Biaya operasional

pendapatan operasional

x100%

Rasio Likuiditas LDR Jumlah kredit yang diberikan

total dana pihak ketiga x 100%

RGEC

Profil risiko:

- risiko kredit NPL gross

Kredit Bermasalah Total Kredit Rasio rentabilitas ROA

laba sebelum pajak

rata−rata total aset

x100%

Rasio Permodalan CAR

modal


(40)

tujuan untuk memberikan gambaran mengenai suatu data agar data yang tersaji menjadi mudah dipahami dan informatif bagi orang yang membacanya.

1.6.2. Uji Normalitas Data

Menurut Ghozali (2006) pengujian terhadap normalitas data dilakukan sebelum menentukan metode statistik yang digunakan yaitu statistik parametrik atau statistik non parametrik. Pengujian normalitas akan dilakukan dengan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat signifikansi 0,05. Dasar pengambilan keputusan adalah:

- Jika Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data berdistribusi normal - Jika Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

1.6.3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan adalah uji beda, yaitu untuk mengetahui perbedaan peringkat kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMEL dan RGEC sebelum dan sesudah peraturan BI No. 13/1/PBI/2011. Berdasarkan uji normalitas data jika dihasilkan data berdistribusi normal maka digunakan uji beda parametrik Paired Sample T-test. Sebaliknya, jika data tidak normal maka digunakan uji beda non parametrik dengan menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test. Kedua uji ini akan menghasilkan apakah peringkat kesehatan dengan menggunakan kedua metode kesehatan bank mempunyai perbedaan rata-rata yang signifikan atau tidak. 1.6.3.1. Uji Sampel Berpasangan (Paired Sample T Test)


(41)

Menurut Gozhali (2006), Paired Sample T Test atau uji T sampel berpasangan merupakan uji parametrik yang digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan rata-rata dua sampel yang berhubungan. Data berasal dari dua pengukuran atau dua periode pengamatan yang berbeda yang diambil dari subjek yang dipasangkan, yaitu kinerja keuangan bank pada metode CAMEL dan RGEC sebelum dan sesudah peraturan BI No. 13/1/PBI/2011. Paired samples t-test berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau sering disebut sampel berpasangan yang berasal dari populasi yang memilki rata-rata (mean) yang sama. Pengambilan keputusan:

1. Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima, yang berarti terdapat perbedaan antara kinerja keuangan bank pada metode CAMEL dan RGEC sebelum dan sesudah peraturan BI No. 13/1/PBI/2011.

2. Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak, yang berarti tidak ada perbedaan antara kinerja keuangan bank pada metode CAMEL dan RGEC sebelum dan sesudah peraturan BI No. 13/1/PBI/2011.

1.6.3.2. Uji Wilcoxon Sign Rank Test

Uji Wilcoxon Sign Rank Test merupakan uji non parametrik. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan antara dua kelompok data yang saling berhubungan. Dalam hal ini Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk mengetahui perbedaan antara kinerja keuangan bank pada metode CAMEL dan RGEC sebelum dan sesudah peraturan BI No. 13/1/PBI/2011, dengan membandingkan masing-masing


(42)

indikatornya (rasio keuangan pemerintah daerah). Ha diterima jika signifikansi < 0,05, dan Ha ditolak jika signifikansi > 0,05.


(43)

BAB V PENUTUP

5.1. Simpulan

Penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu penelitian yang bersifat

membandingkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan pada metode CAMEL dan metode RGEC sebelum dan sesudah peraturan BI No.13/1/PBI/2011. Kinerja keuangan yang diteliti berdasarkan rasio CAMEL, yang meliputi CAR, KAP, BOPO, dan LDR. Sedangkan rasio RGEC yang digunakan yaitu CAR, NPL gross, dan ROA. Dari hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa:

1. Tidak terdapat perbedaan rasio CAR (Capital adequacy Ratio) pada metode CAMEL sebelum dan sesudah peraturan BI No.13/1/PBI/2011. Jika dilihat dari perhitungan nilai rata-rata rasio CAR, terjadi penurunan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya jika terjadi likuidasi.

2. Tidak terdapat perbedaan rasio KAP (Kualitas Aktiva Produktif) ) pada metode CAMEL sebelum dan sesudah peraturan BI No.13/1/PBI/2011. Jika dilihat dari perhitungan nilai rata-rata rasio KAP, terjadi penurunan kerugian yang


(44)

3. Terdapat perbedaan perbedaan rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional ) pada metode CAMEL sebelum dan sesudah peraturan BI No.13/1/PBI/2011. Jika dilihat dari perhitungan nilai rata-rata rasio BOPO, terjadi peningkatan efisiensi bank dalam mengendalikan biaya operasionalnya. 4. Terdapat perbedaan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) pada metode CAMEL

sebelum dan sesudah peraturan BI No.13/1/PBI/2011. Jika dilihat dari

perhitungan nilai rata-rata rasio LDR, terjadi penurunan tingkat likuiditas bank. 5. Tidak terdapat perbedaan rasio CAR (Capital adequacy Ratio) pada metode

RGEC sebelum dan sesudah peraturan BI No.13/1/PBI/2011. Jika dilihat dari perhitungan nilai rata-rata rasio CAR, sama seperti CAR pada metode CAMEL, CAR pada metod RGEC menunjukkan bahwa bank mengalami penurunan kemampuan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya jika terjadi likuidasi. 6. Terdapat perbedaan rasio NPL gross (Net performing Loan) pada metode RGEC

sebelum dan sesudah peraturan BI No.13/1/PBI/2011. Jika dilihat dari perhitungan nilai rata-rata rasio NPL gross, terjadi perbaikan tingkat pengembalian kredit dari nasabah setelah penetapan peraturan BI No.13/1/PBI/2011.

7. Tidak terdapat perbedaan rasio ROA (Return on Asset) pada metode RGEC sebelum dan sesudah peraturan BI No.13/1/PBI/2011. Jika dilihat dari perhitungan nilai rata-rata rasio ROA, terjadi penurunan bank dalam menghasilkan laba setelah penetapan peraturan BI No.13/1/PBI/2011.

8. Berdasarkan hasil penelitian, meskipun rasio CAR, KAP, dan LDR pada metode CAMEL serta rasio CAR dan ROA pada metode RGEC tidak mempunyai


(45)

perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah adanya peraturan BI No.

13/1/PBI/2011, namun rasio tersebut mengalami perubahan nilai rata-rata setelah adanya peraturan BI tersebut. Pada rasio CAR mengalami penurunan, yang mengindikasikan bahwa kinerja bank dibidang permodalan mengalami penurunan baik pada metode CAMEL dan RGEC. demikian pula terjadi

penurunan pada rasio KAP yang menunjukkan bahwa kerugian yang ditanggung oleh bank akibat dana yang ditanamkan kepada nasabah semakin menurun. Hal serupa juga ditunjukkan oleh rasio ROA yang mengindikasikan bahwa bank tersebut lebih berpotensi mengalami masalah kerugian.

9. Tidak adanya perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah adanya

penetapan peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 diduga karena peraturan ini belum bersinergi dengan bank secara keseluruhan. Belum bersinergi dengan bank secara utuh disebabkan karena bank memerlukan waktu untuk

menyesuaikan diri terhadap peraturan ini yang baru mulai berlaku per 1 Januari 2012.

5.2. Keterbatasan Masalah

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, seperti:

1. Penelitian ini hanya mengukur kinerja bank berdasarkan rasio keuangan. Berdasar pada peraturan BI No. 13/1/PBI/2011 bahwa penilaian tingkat kesehatan bank akan berpengaruh pada kinerja yang diukur dengan penilaian kuantitatif dan kualitatif.


(46)

2. Penilaian ini tidak mengukur faktor penilaian manajemen sesuai pada ketentuan PBI No. 6/10/PBI/2004. Peneliti juga tidak mengukur faktor penilaian Good Corporate Governance (GCG) seperti pada ketentuan PBI No. 13/1/PBI/2011. Hal ini karena keterbatasan dalam memperoleh data.

5.3. Saran

Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan penelitian di atas, maka saran untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengukur tingkat kesehatan bank tidak hanya dengan penilaian kuantitatif, namun juga dengan penelitian kualitatif. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan menyertakan sensitivitas terhadap risiko pasar,

manajemen, dan Good Corporate Governance (GCG) untuk mengukur tingkat kesehatan bank.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan mengambil waktu penelitian yang lebh lama sehingga dapat memberikan hasil yang lebih akurat.

5.4. Implikasi Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perusahaan perbankan sebaiknya lebih dapat memperhatikan kinerja keuangan yang diukur dengan rasio-rasio keuangan. Terlebih lagi dengan adanya peraturan baru mengenai penilaian kesehatan bank umum No. 13/1/PBI/2011 ini membuat metode penilaian kesehatan yang selama ini popular dengan metode CAMEL sudah mulai digantikan dengan metode baru yaitu RGEC. Perusahaan perbankan harus cepat bertindak dalam hal penyesuaian diri dengan


(47)

peraturan baru ini, sebab sikap cepat tanggap dan persiapan bank yang matang dalam menerima peraturan baru ini dapat berpengaruh terhadap penilaian kinerja bank ke arah perbaikan penilaian kesehatan bank. Namun sebaliknya, ketidaksiapan bank dalam menyesuaikan diri dalam menerima peraturan baru ini membuat penilaian kinerja bank menjadi menurun dari sebelum adanya penerapan peraturan BI PBI No. 13/1/PBI/2011.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/ 1/PBI/2004 Tentang Ketentuan Umum Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/ 1 /PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 13/23/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 perihal Perubahan atas Surat Edaran No.5/21/DPNP perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/27/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No.11/1/PBI/2009 Tentang Bank Umum.

Baridwan, Zaki. 2004. Intermedite Accounting Edisi 8. BPFE. Yogyakarta.

Hermana, Budi. 29 April 2012. Perbandingan Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Dikutip pada tanggal 30 Oktober 2012 pukul 19.15 WIB.

<http://pena.gunadarma.ac.id/perbandingan-tatacara-penilaian-tingkat-kesehatan-bank/>

Hermana, Budi. 31 Mei 2012. Penilaian Kesehatan Bank (RGEC): Profil risiko. Dikutip pada tanggal 30 Oktober 2012 pukul 19.00 WIB.

<http://pena.gunadarma.ac.id/penilaian-kesehatan-bank-rgec-risk-profile-2/> Indroes, N. Ferry. 2008. Manajemen Risiko Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Ikantan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.


(49)

Kasmir. 2008 Manajemen Perbankan. Edisi kesatu. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Melissa, Risky. 2012. Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Metode CAMEL (studi kasus pada pt. bank sulselbar tahun 2008-2010). Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.

Permana, Bayu Aji. 2012. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan metode RGEC dan Metode RGEC. Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri Surabaya. Sofiani. 2008. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum antara Bank

pemerintah dan Bank Swasta. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Supomo, B. Dan N.Indriantoro. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE. Yogyakarta.

Universitas Lampung.2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Edisi Revisi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

______.2002. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. _______.http://www.bi.go.id

_______.http://www.bankirnews.com _______.http://www.idx.com


(1)

3. Terdapat perbedaan perbedaan rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional ) pada metode CAMEL sebelum dan sesudah peraturan BI No.13/1/PBI/2011. Jika dilihat dari perhitungan nilai rata-rata rasio BOPO, terjadi peningkatan efisiensi bank dalam mengendalikan biaya operasionalnya. 4. Terdapat perbedaan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) pada metode CAMEL

sebelum dan sesudah peraturan BI No.13/1/PBI/2011. Jika dilihat dari

perhitungan nilai rata-rata rasio LDR, terjadi penurunan tingkat likuiditas bank. 5. Tidak terdapat perbedaan rasio CAR (Capital adequacy Ratio) pada metode

RGEC sebelum dan sesudah peraturan BI No.13/1/PBI/2011. Jika dilihat dari perhitungan nilai rata-rata rasio CAR, sama seperti CAR pada metode CAMEL, CAR pada metod RGEC menunjukkan bahwa bank mengalami penurunan kemampuan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya jika terjadi likuidasi. 6. Terdapat perbedaan rasio NPL gross (Net performing Loan) pada metode RGEC

sebelum dan sesudah peraturan BI No.13/1/PBI/2011. Jika dilihat dari perhitungan nilai rata-rata rasio NPL gross, terjadi perbaikan tingkat pengembalian kredit dari nasabah setelah penetapan peraturan BI No.13/1/PBI/2011.

7. Tidak terdapat perbedaan rasio ROA (Return on Asset) pada metode RGEC sebelum dan sesudah peraturan BI No.13/1/PBI/2011. Jika dilihat dari perhitungan nilai rata-rata rasio ROA, terjadi penurunan bank dalam menghasilkan laba setelah penetapan peraturan BI No.13/1/PBI/2011.

8. Berdasarkan hasil penelitian, meskipun rasio CAR, KAP, dan LDR pada metode CAMEL serta rasio CAR dan ROA pada metode RGEC tidak mempunyai


(2)

58

perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah adanya peraturan BI No.

13/1/PBI/2011, namun rasio tersebut mengalami perubahan nilai rata-rata setelah adanya peraturan BI tersebut. Pada rasio CAR mengalami penurunan, yang mengindikasikan bahwa kinerja bank dibidang permodalan mengalami penurunan baik pada metode CAMEL dan RGEC. demikian pula terjadi

penurunan pada rasio KAP yang menunjukkan bahwa kerugian yang ditanggung oleh bank akibat dana yang ditanamkan kepada nasabah semakin menurun. Hal serupa juga ditunjukkan oleh rasio ROA yang mengindikasikan bahwa bank tersebut lebih berpotensi mengalami masalah kerugian.

9. Tidak adanya perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah adanya

penetapan peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 diduga karena peraturan ini belum bersinergi dengan bank secara keseluruhan. Belum bersinergi dengan bank secara utuh disebabkan karena bank memerlukan waktu untuk

menyesuaikan diri terhadap peraturan ini yang baru mulai berlaku per 1 Januari 2012.

5.2. Keterbatasan Masalah

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, seperti:

1. Penelitian ini hanya mengukur kinerja bank berdasarkan rasio keuangan. Berdasar pada peraturan BI No. 13/1/PBI/2011 bahwa penilaian tingkat kesehatan bank akan berpengaruh pada kinerja yang diukur dengan penilaian kuantitatif dan kualitatif.


(3)

2. Penilaian ini tidak mengukur faktor penilaian manajemen sesuai pada ketentuan PBI No. 6/10/PBI/2004. Peneliti juga tidak mengukur faktor penilaian Good Corporate Governance (GCG) seperti pada ketentuan PBI No. 13/1/PBI/2011. Hal ini karena keterbatasan dalam memperoleh data.

5.3. Saran

Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan penelitian di atas, maka saran untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengukur tingkat kesehatan bank tidak hanya dengan penilaian kuantitatif, namun juga dengan penelitian kualitatif. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan menyertakan sensitivitas terhadap risiko pasar,

manajemen, dan Good Corporate Governance (GCG) untuk mengukur tingkat kesehatan bank.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan mengambil waktu penelitian yang lebh lama sehingga dapat memberikan hasil yang lebih akurat.

5.4. Implikasi Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perusahaan perbankan sebaiknya lebih dapat memperhatikan kinerja keuangan yang diukur dengan rasio-rasio keuangan. Terlebih lagi dengan adanya peraturan baru mengenai penilaian kesehatan bank umum No. 13/1/PBI/2011 ini membuat metode penilaian kesehatan yang selama ini popular dengan metode CAMEL sudah mulai digantikan dengan metode baru yaitu RGEC. Perusahaan perbankan harus cepat bertindak dalam hal penyesuaian diri dengan


(4)

60

peraturan baru ini, sebab sikap cepat tanggap dan persiapan bank yang matang dalam menerima peraturan baru ini dapat berpengaruh terhadap penilaian kinerja bank ke arah perbaikan penilaian kesehatan bank. Namun sebaliknya, ketidaksiapan bank dalam menyesuaikan diri dalam menerima peraturan baru ini membuat penilaian kinerja bank menjadi menurun dari sebelum adanya penerapan peraturan BI PBI No. 13/1/PBI/2011.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/ 1/PBI/2004 Tentang Ketentuan Umum Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/ 1 /PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Bank Indonesia.Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 13/23/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 perihal Perubahan atas Surat Edaran No.5/21/DPNP perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/27/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No.11/1/PBI/2009 Tentang Bank Umum.

Baridwan, Zaki. 2004. Intermedite Accounting Edisi 8. BPFE. Yogyakarta.

Hermana, Budi. 29 April 2012. Perbandingan Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Dikutip pada tanggal 30 Oktober 2012 pukul 19.15 WIB.

<http://pena.gunadarma.ac.id/perbandingan-tatacara-penilaian-tingkat-kesehatan-bank/>

Hermana, Budi. 31 Mei 2012. Penilaian Kesehatan Bank (RGEC): Profil risiko. Dikutip pada tanggal 30 Oktober 2012 pukul 19.00 WIB.

<http://pena.gunadarma.ac.id/penilaian-kesehatan-bank-rgec-risk-profile-2/> Indroes, N. Ferry. 2008. Manajemen Risiko Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Ikantan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.


(6)

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kasmir. 2008 Manajemen Perbankan. Edisi kesatu. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Melissa, Risky. 2012. Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Metode CAMEL (studi kasus pada pt. bank sulselbar tahun 2008-2010). Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.

Permana, Bayu Aji. 2012. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan metode RGEC dan Metode RGEC. Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri Surabaya. Sofiani. 2008. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum antara Bank

pemerintah dan Bank Swasta. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Supomo, B. Dan N.Indriantoro. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE. Yogyakarta.

Universitas Lampung.2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Edisi Revisi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

______.2002. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. _______.http://www.bi.go.id

_______.http://www.bankirnews.com _______.http://www.idx.com


Dokumen yang terkait

PENGARUH INDEPENDENSI, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI, PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE, DAN BUDAYA Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, Pemahaman Good Governance, dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor(Studi pada Audit

0 7 20

PENGARUH INDEPENDENSI, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Empiris Pada Kantor BPKP

0 2 21

PENGARUH INDEPENDENSI, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Empiris Pada Kan

0 2 15

PENGARUH INDEPENDENSI, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE Pengaruh independensi, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi dan pemahaman good governance terhadap kinerja auditor pemerintah (Studi empiris pada kantor BPKP pe

0 2 16

PENGARUH INDEPENDENSI, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP Pengaruh independensi, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi dan pemahaman good governance terhadap kinerja auditor pemerintah (Studi empiris pada kanto

0 1 17

PENGARUH INDEPENDENSI, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi Dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Empiris pada Kanto

0 2 16

PENGARUH INDEPENDENSI, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi Dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Empiris pada Kanto

1 11 17

PENGARUH INDEPENDENSI, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI, BUDAYA ORGANISASI DAN PEMAHAMAN GOOD Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi Dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor ( Studi Empiris Pa

0 0 17

PENGARUH INDEPENDENSI, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi Dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor (Studi empiris pada Auditor di KAP w

0 5 15

PENGARUH INDEPENDENSI, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA AUDITOR Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi Dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor (Studi empiris pada

0 2 15