11
seterusnya sebagian menuju daerah Purwodadi. Pada tempat ini balatentara Jepang bergerak ke dua arah, yaitu ke Surakarta dan ke Boyolali, yang
keduanya lalu bertemu di kota Klaten. Dari daerah ini tentara Jepang melanjutan perjalanannya menuju Jogyakarta, Magelang dan Semarang.
Setelah kota-kota penting tersebut diduduki oleh balatentara Jepang dari pemerintahan Hindia Beland, maka wilyah Jawa Tengah jatuh ke tangan
balatentara Jepang. gerakan operasi tentara Jepang ini berlangsung amat cepat dan hanya menjumpai perlaanan tentara KNIL Belanda yang tidak
berarti. Apalagi ditambah sikap rakyat Jawa Tengah yang enggan membantunya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980:158.
B. Penelitian yang relevan
Adapun beberapa tulisan yang relevan dengan judul penulis, antara lain, Nasution dalam bukunya yang berjudul Sejarah Pendidikan Indonesia yang
mengkaji tentang pendidikan pada masa pemerintahan Belanda mulai dari tingkatan atau jenjang pendidikan yang dibedakan berdasarkan golongan atau
jabatan sampai sistem pendidikan dan pengajaran yang diterapkan pada sekolah-sekolah masa pemerintahan Belanda. Perbedaan penelitian yang akan
penulis lakukan dengan penelitian yang relevan diatas ialah mengenai periode waktu penelitian jika dalam penelitian Nasution yang mengkaji tentang sistem
pendidikan dan pengajaran yang diterapkan pada sekolah-sekolah di semua jenjang pendidikan masa pemerintahan Belanda dalam periode 1892-1920
maka dalam penelitian yang berjudul Sistem Pendidikan Dan Pengajaran Masa Pendudukan Jepang di Ambarawa mengkaji tentang sistem pendidikan
12
dan pengajaran yang diterapkan pada disekolah-sekolah yang didirikan pada masa pemerintahan Jepang di Ambarawa khususnya pada jenjang Sekolah
Rakyat SR. Penelitian yang dilakukan oleh Suwarti dalam skripsinya yang berjudul
Pendudukan Militer Jepang dalam Meningkatkan Militansi Pemuda Salatiga 1942-1945 mengemukakan bahwa pendudukan Jepang di Indonesia
dilatarbelakangi oleh berbagai macam faktor diantaranya yaitu untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga perang yang difungsikan untuk menambah
kekuatan Jepang di Asia Pasifik. Tenaga perang yang murah itu banyak didapatkan di Jawa salah satunya adalah para pemuda di Salatiga. Penanaman
nilai-nilai kultural dilakukan oleh pemerintahan Jepang malalui pendidikan dan organisasi-organisasi semi militer maupun militer yang dibentuk, dari
sinilah para pemuda belajar dan berlatih sehingga mampu meningkatkan militansi dalam jiwa pemuda. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan penulis adalah pendekatan. Jika dalam penelitian Suwarti menggunakan pendekatan sosial politik, maka dalam penelitian berjudul
Sistem Pendidikan Dan Pengajaran Masa Pendudukan Jepang di Ambarawa menggunakan pendekatan ilmu pendidikan hal ini dikarenakan pendidikan
tidak bisa dilepaskan dari pengaruh-pengaruh kekuatan politik, sosial,
ekonomi dan kultural budaya.
13
C. Kerangka berpikir