Analisa Kebutuhan Perancangan Permodelan Algoritma Genetik

25 Implementasi dilakukan dengan merealisasikan rancangan perangkat lunak pada bahasa pemrograman Microsoft Visual C dan untuk database nya menggunakan MySQL 5.

3.1 Analisa Kebutuhan

Dalam pembuatan sistem penjadwalan kereta api ini, perlu dilakukan identifikasi kebutuhan fungsi aplikasi serta kebutuhan data penjadwalan kereta api. Pada tahapan ini perlu dilakukan pengumpulan data guna dimasukkan kedalam sistem. Pengumpulan data dan analisa kebutuhan terhadap sistem dilakukan dengan observasi guna mengetahui kebutuhan pengguna. Dari data dan informasi yang didapat digunakan sebagai landasan dalam pembangunan sistem. Data yang diperlukan sistem adalah data penjadwalan kereta api pada Stasiun Tawang Semarang. Berikut merupakan jadwal keberangkatan jalur kereta api Semarang-Jakarta yang dijadikan studi kasus di dalam sistem ini http:www.semarang.go.idinfok-api.php, 2011: Gambar 3.2 Jadwal Kereta Semarang – Jakarta Keberangkatan 26 Gambar 3.3 Jadwal Kereta Jakarta – Semarang Kedatangan Dengan jadwal kereta api Semarang-Jakarta pada gambar 3.2 atau jadwal keberangkatan dan jadwal kedatangan kereta api Jakarta – Semarang seperti pada gambar 3.3, perlu dilakukan optimasi penjadwalan kereta api yang baru dilakukan apabila terjadi penambahan jumlah operasi kereta api yang melayani rute Semarang- Jakarta. Sistem ini akan melakukan penjadwalan kereta api yang baru dengan menerapkan algoritma genetic sehingga diperoleh hasil optimasi penjadwalan kereta api yang baru. Sampai saat ini, untuk melakukan penjadwalan kereta masih dilakukan secara manual. Artinya jadwal keberangkatan dan kedatangan di list dan disusun waktunya agar tidak terjadi tabrakan jadwal kereta api. Aplikasi penjadwalan kereta api yang dikembangkan dengan menggunakan algoritma genetik akan memberikan rekomendasi penjadwalan kereta yang lebih optimal. 27

3.2 Perancangan Permodelan Algoritma Genetik

Secara sederhana, perancangan permodelan penjadwalan kereta api tanpa menggunakan algoritma dapat digambarkan sebagai berikut : “ Kereta A dengan tujuan SemarangJakarta dan kereta B dengan tujuan JakartaSemarang, dijadwalkan untuk berangkat meninggalkan stasiun kereta dimulai pada pukul 08.00, dengan waktu tempuh dan kecepatan kereta yang dianggap relatif sama 1 jam dan 30 menit. Waktu tunggu setiap kereta untuk menurunkan penumpang adalah 15 menit. Artinya, apabila kereta A yang pertama kali dijadwalkan dengan tujuan Semarang, akan berangkat pada pukul 08.00 dan tiba di Jakarta pada pukul 09.30 ditambah waktu menurunkan penumpang menjadi 09.45. Setelah kereta A selesai menurunkan penumpang, kereta B minimal akan berangkat menggunakan jalur kereta yang sama pada pukul 09.45 dan akan berangkat menuju Semarang dan tiba pada pukul 11.15 dan waktu menurunkan penumpang menjadi pukul 11.30. Untuk proses penjadwalan kereta seterusnya, misalnya apabila ada kerea B, D, dan seterusnya dilakukan penjadwalan dengan cara yang sama agar tidak terjadi penggunaan jalur yang sama pada waktu yang sama oleh kereta yang berbeda Perhatikan Gambar 3.4”. 28 Gambar 3.4 Proses Penjadwalan Manual Proses penjadwalan secara manual ditentukan berdasarkan kecepatan kereta api. Untuk mendapatkan waktu tempuh sebuah kereta api perlu dipertimbangkan terlebih dahulu rumus perlawanan lokomotif, perlawanan keretagerbong, perlawanan tanjakan dan perlawanan KA pada lengkungan, sehingga diperoleh perlawanan total seluruh KA. Kemudian untuk memperoleh waktu tempuh kereta diperoleh dengan persamaan : Keterangan : V2 kmjam = Kecepatan KA pada akhir gerakan V1 kmjam = Kecepatan KA awal gerakan a = Percepatan KA Proses penjadwalan pada Gambar 3.4 merupakan proses penjadwalan yang dilakukan secara manual dengan perhitungan agar tidak terjadi penggunaan jalur yang sama. Dengan menggunakan algoritma genetik, proses penjadwalan yang dilakukan secara manual tadi dapat diselesaikan. 29 Di dalam penerapan penjadwalan kereta api dengan menggunakan algoritma genetik, ada beberapa tahapan dan proses yang dilakukan. Tahapan dan proses tersebut antara lain digambarkan pada Gambar 3.5 : Input Kereta dan Tujuan Menentukan Parameter Genetik Start Memodelkan Masalah Dengan Algoritma Job Shop Generate Populasi, Evaluasi Fitness, Crossover Generate Jadwal Hasil Optimasi Finish Gambar 3.5 Tahapan Penjadwalan Pada Gambar 3.5, perancangan aplikasi penjadwalan kereta api dengan menggunakan algoritma genetik, melalui beberapa tahapan antara lain : 30 1 Proses input data kereta dan tujuan Pada tahapan ini, pengguna akan memasukan nama kereta dan tujuan Semarang atau Jakarta. Data tersebut kemudian akan dimasukkan ke dalam database dan disimpan. Kereta pada aplikasi akan dimodelkan sebagai sebuah job , dan waktu akan digunakan sebagai mesin. 2 Menentukan parameter genetik Pada tahapan ini, akan dibuatkan algoritma untuk menentukan parameter fitness dari setiap job yang ada. Nilai fitness merupakan penentu generasi gen agar mendapatkan satu individu yang baik. Fitness untuk satu job ditentukan oleh 2 parameter individu yang dipilih yaitu jadwal keberangkatan kereta dan selisih waktu tiap kereta yang berangkat. Nilai fitness tersebut disesuaikan dengan range waktu keberangkatan kereta yang sudah ditentukan. Nilai fitness akan semakin tinggi apabila jadwal keberangkatan kereta berada dalam range waktu keberangkatan yang sudah ditentukan. Secara singkat, dapat dipahami bahwa parameter genetik akan mewakili waktu tunggu turun penumpang, dan range waktu keberangkatan batasan waktu didalam 1 hari. 3 Memodelkan masalah dengan menggunakan algoritma Job Shop. Pada tahapan ini, setiap kereta dianggap sebagai sebuah job. Kemudian waktu yang tersedia di dalam 1 hari dianggap sebagai sebuah mesin. Jumlah kereta dan waktu yang tersedia, akan dioptimalkan dengan menggunakan algoritma genetik, dengan nilai fitness yang paling tinggi dari setiap individu kereta dan waktu keberangkatan. 31 4 Generate populasi dengan algoritma genetik . Pada tahapan ini akan di evaluasi untuk mencari nilai fitness yang paling tinggi. Setiap individu yang memiliki nilai fitness paling tinggi, kemudian akan di crossover sehingga menghasilkan hasil evaluasi nilai fitness terbaik dari setiap individu. Sehingga pada tahapan ini akan diperoleh individu dengan nilai fitness terbaik setelah melalui beberapa tahapan crossover. Gambar 3.6 Implementasi Algoritma genetik Gambar 3.6 merupakan proses algoritma genetik yang berjalan pada sistem. Dimana proses awal dimulai dengan menetukan populasi awal hingga berakhir dengan terbentuknya individu terbaik. 5 Generate jadwal kereta yang baru . Pada tahapan ini, penjadwalan kereta akan ditampilkan sebagai hasil evaluasi nilai fitness . Hasil evaluasi nilai fitness inilah yang merupakan individu terpilih, yang merupakan hasil penjadwalan yang paling optimal dengan menggunakan algoritma genetik. 32

3.3 Parameter Genetik dalam Penjadwalan Kereta